I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain proses pengolahan tanah. Proses lainnya yang cukup memerlukan biaya besar adalah penanaman. Karena selain membutuhkan pekerja yang cukup juga teknik penanaman akan menentukan keberhasilan budidaya. Proses penanaman padi memerlukan tanaga kerja sekitar 20% dari keseluruhan proses budidaya tanaman padi. Hal ini menunjukan sangatlah diperlukan alat tanam ta nam padi mekanis mengingat semakin sedikitnya tenaga yang tersedia dalam bidang pertanian. Proses penanaman benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanah. Oleh karena itu, dengan adanya alat tanam padi dan alat tanam biji-bijian akan membantu para petani untuk lebih efisien dalam usaha tani. Tanaman budidaya untuk kebutuhan pangan manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga otot-otot manusia. Kemudian tenaga otot hewani
digunakan
untuk
meringankan
tenaga
otot
manusia.
Dengan
ditemukannya besi, diciptakan perkakas yang selanjutnya mengurangi tenaga otot manusia yang disebut dengan mesin peralatan pertanian. Petani yang memiliki lahan cukup luas seringkali menghadapi hambatan dalam setiap kegiatan budidaya karena keterbatasan sumberdaya terutama tenaga kerja di bidang pertanian serta didukung dengan masih rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut. Hal ini karena hampir sebagian besar tenaga kerja pertanian saat ini sudah memasuki usia non produktif sementara generasi muda lebih banyak terjun di sektor lain baik industri maupun sektor informal sebagai akibat dari rendahnya minat mereka untuk terjun langsung ke lahan pertanian, apalagi dengan sistem pertanian tradisional. Oleh karenanya, keberadaan mesin pertanian dapat meningkatkan produktifitas dan efektifitas kerja.
B. Tujuan
1. Mengetahui bagian-bagian utama alat tanam bibit padi (transplanter ) dan alat tanam biji-bijian ( seeder ). 2. Mengetahui prinsip kerja transplanter dan seeder . 3. Menghitung persentase kerusakan benih pada seeder .
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji di atas permukaan tanah. Pada dasarnya alat tanam padi dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu tipe bibit tanpa tanah dan tipe bibit dengan tanah. Alat tanam pada tipe bibit tanpa tanah, yaitu bibit disemaiakan di tempat pembibitan di lahan seperti pada umumnya, setelah bibit memiliki 4-6 daun, bibit dicabut kemudian tanah yang melekat pada akarnya dicuci, kemudian diletakan pada kotak bibit dan siap untuk ditanam. Alat tanam pada tipe bibit tanpa tanah mempergunakan bibit yang akan disemaikan langsung pada kotak persemaiannya dan tanahnya tidak perlu dibersihkan dulu pada saat ditanam di lahan. Jenis ini ada 2 macam, yaitu transplanter roda dua dan transplanter roda empat. A. Transplanter Transplanter
merupakan
alat
penanam
bibit
dengan
jumlah,
kedalaman, jarak dan kondisi penanaman yang seragam. Secara umum ada dua jenis mesin tanam bibit padi, dibedakan berdasarkan cara penyemaian dan persiapan bibit padinya. Yang pertama, yaitu mesin yang memakai bibit yang ditanam/disemai di lahan (washed root seedling ). Mesin ini memiliki kelebihan yaitu dapat dipergunakan tanpa harus mengubah cara persemaian bibit yang biasa dilakukan secara tradisional sebelumnya. Yang kedua adalah mesin tanam yang memakai bibit yang secara khusus disemai pada kotak khusus. Mesin jenis ini mensyaratkan perubahan total dalam pembuatan bibit. Persemaian harus dilakukan pada kotak persemaian bermedia tanah, dan bibit dipelihara dengan penyiraman, pemupukan hingga pengaturan suhu. Mesin ini dapat bekerja lebih cepat, akurat dan stabil. Bila dilhat dari jenis sumber tenaga untuk menggerakkan mesin, terdapat tiga jenis mesin tanam bibit yaitu alat tanam yang dioperasikan secara manual, mesin tanam yang digerakkan oleh traktor dan mesin tanam yang memiliki sumber tenaga atau enjin sendiri. Mesin yang diproduksi oleh
IRRI atau beberapa produksi China adalah tipe manual. Semua jenis mesin produksi Jepang dan beberapa produksi China adalah memiliki sumber tenaga sendiri.
Mesin yang digerakkan oleh traktor, sebelumnya diproduksi di
Jepang, tetapi belakangan ini sudah jarang dipergunakan. Berdasarkan sistem pendukungnya, mesin ini dapat dibedakan menjadi yang bergerak dengan roda, dan yang bergerak dengan roda dan dilengkapai
dengan
papan
pengapung.
Jenis
mesin
yang
manapun
dipergunakan, permukaan lahan sawah harus datar dan rata, kedalam air harus rata, demikian juga kekerasan tanah juga harus sama, karena hal ini akan memberikan kestabilan operasi. Jika tidak, akan banyak terjadi kegagalan penancapan bibit, sehingga akan butuh waktu yang cukup lama untuk penyulaman secara manual. Tranplanter memiliki bagian – bagian yang sangat penting. Bagia bagian transplanter beserta fungsinya adalah sebagai berikut: 1. Travelling Devices yang berfungsi untuk menggerakkan transplanter ke depan dan belakang 2. Feeding Devices yang terdiri dari a) Seedling Tray berfungsi sebagai tempat meletakkan persemaian yang
akan ditanam b) Seedling Stopper berfungsi sebagai alat penahan persemaian yang
terdapat pada seedling tray c) Seedling Feeding Pawl untuk menggerakkan seedling tray kekanan
dan kekiri agar pengambilan persemaian merata 3. Planting Devices terdiri dari
a) Planting Arm berfungsi mengerakkan garpu penanam atau planting fork b) Planting fork sebagai alat pengambil bibit persemaian dari seedling tray 4. Operating Devices adalah alat pengendalian operasi terdiri atas motor,
kopling, gas, versneling, rem.
B. Seeder Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi. Sebagian besar alat penanam dilengkapi dengan alat penutup tanah. Bila benih dengan menggunakan alat tanam dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanam, yaitu berpengaruh pada kedalaman tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar lubang dalam baris, dan jarak antar baris. Di samping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses aliran benih dalam alat tanam. Benih tanaman yang berupa biji-bijian ada bermacam-macam, seperti kacang tanah, jagung, kedelai, kacang hijau,dll, yang masing-masing memiki bentuk, ukuran, kekuatan agronomis yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan alat tanam yang memiliki kekuatan tanam yang bebrbeda pula. Beberapa sifat fisis benih yang
mempengaruhi alat tanam, yaitu ukuran, bentuk,
keseragaman bentukdan ukuran, density per satuan volume, dan tekanan terhadap tekanan dan gesekan. Penebaran benih dan pola pertanaman dengan alat penanam (seeder) ini dapat digolongkan menjadi 5 macam diantaranya : 1. Broadcasting (benih disebar pada permukaan tanah). 2. Drill seedling (benih dijatuhkan secara random dan diletakkan pada kedalaman tertentu dalam alur sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu). 3. Pesicion drilling (benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama dengan alur). 4. Hill dropping (kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval yang hampir sama dengan alur). 5. Chezktow planting (benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga diperoleh lajur tanaman dengan dua arah yang sama). Dalam alat mesin tanam (seeder) terdapat beberapa bagian pokok diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
H opper
Hopper merupakan bagian dari komponen mesin tanam yang berada di atas, yang berfungsi sebagai kotak penampung benih sebelum disalurkan atau ditanam pada tanah. Hopper mempunyai peranan penting dalam proses berjalannya benih karena apabila desain hopper tidak bagus maka akan terjadi penumpukan benih yang akan menghambat proses penanaman. 2. Seed M ater in g Device (SM D) Seed matering device merupakan bagian dari alat tanah yang berada pada posisi tengah ataupun bawah yang berfungsi untuk mengatur pengeluaran benih sehingga benih dapat jatuh dengan jumlah tertentu dan jarak tertentu sehingga proses penanaman bisa berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam penanaman benih. Jenis-Jenis Seed Matering Device : a. Horizontal Feed/Rotor matering devices b. Vertical Feed/Rotor matering devices 3.
F eed Tu be
Feed tube berada pada posisi dibawah hopper yang berfungsi sebagai penyalur pengeluaran benih dari hopper sehingga dapat masuk/tertanam pas pada lubang tanam yang telah dibuat oleh furrow opener. Dalam pengalirannya diharapkan benih dapat dialirkan dengan kecepatan yang sama dan kontinu. Faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran benih : a. Panjang saluran b. Tingkat kekerasan alat c. Pemantulan pada dinding alat d. Hambatan pada dinding alat 4. F ur row Opener (Alat Pembuat Alur ) Furrow opener berfungsi sebgai pembuka alaur tanam yang akan dimasuki oleh oleh benih (biji-bijian) sehingga benih dapat cepat tumbuh terlindung dari panasnya sinar matahari serta binatang penganggu.
Faktor-faktor penentu kedalam benih yang akan ditanam : a. Jenis tanaman b. Kelengasan tanah c. Temperature tanah Macam – macam Furrow Opener : a. Runner digunakan pada tanah gembur, halus dan rata. b. Hoe digunakan pada tanah keras berbatu, dan banyak akar. c. Disk digunakan jika penanaman dilakukan pada lahan yang luas, dimana
sangat
dibutuhkan
kecepatan
tinggi
dalam
proses
penanaman. 5. Cover in g Device(alat penu tup alu r ) Corvering device berfungsi untuk menutup alur tanam sehingga tidak terjadi kavitsi lengas (tanah yang kering padat dan cepat menguap) yang bisa menyebabkabkan benih tidak dapat tumbuh dengan baik/tidak tumbuh Mesin atau peralatan yang digunakan sebagai penanaman benih adalah sebagai berikut : 1) Mesin tanam sebar (broadcast seeder )
Pada alat ini benih penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel (variable orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk menceaah macet karena benih-benih saling mengunci ( seed bridging ), juga agar aliran benih dapat kontinyu. Kadang-kadang suatau roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai penjatah benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang berputar. Karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dann dilempar mendatar karena akanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada diamter piringan, bentuk penghalang, dan desitas dari benih. Dua buah disk berputar dengan arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat dipergunakan agar jangkauan sebaran lebih lebar. 2) Mesin tanam acak dalam lajur (drill seeder )
Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk lain. Umumnya jarak antar benih berkisar antara 150 – 400 mm. Metoda penutupan benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan dibelakang pembuka alur ( furrow opener ). Setelah benih tertutup tanah, maka tanah diatas dan disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda tekan. Jenis-jenis pembuka alur dan roda tekan. 3) Mesin tanam presisi dalam lajur (precision seeder)
Mesin tanam presisi (memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering juga disebut jarak antar barisan, umumny dibuat cukup lebar untuk keperluan penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam bermacam-macam variasi. Dimana sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan orang, hewan, traktor roda-2 maupun trator 4-roda.
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Transplanter 2. Seeder 3. Timbangan 4. Benih jagung/kacang-kacangan (pada praktikum digunakan butir padi)
B. Prosedur Kerja
1. Mengamati dan menggambar bagian-bagian alat tanam yang digunakkan. 2. Mencatat spesifikasi alat tanam yang digunakan. 3. Mencatat prinsip kerja alat tanam (transplanter dan seeder ). 4. Menghitung persentase kerusakan benih. 5. Menimbang benih sebelum memasukan kedalam hopper. Memasukan benih ke dalam hopper, kemudian dengan cara memutar roda penggerak, benih akan keluar dan kemudian ditampung dalam kantong plastic. Menimbang benih yang rusak. Lalu menghitung persentase kerusakan benih dengan persamaan berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Ciptohadijoyo, S. 1999. Alat dan Mesin Pertanian. PertanianUniversitas Gadjah Mada, Jogjakarta.
Fakultas
Teknologi
Hardjosentono, M. 1983. Mesin-Mesin Pertanian. CV. Vasa Guna, Jakarta. Pantastico, B. ER. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Terjemahan oleh Kamariyani, Ir. Prof. 1989. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sularso. 1997. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin. PT. Pradnya Paramita, Jakarta