LAPORAN KASUS Abses Mandibula e.c Infeksi Gigi
Pembimbing : dr. Pramusint Ad!"# S$.%&%'KL Ole! : N(ita Nura!mi
K)PANI%RAAN KLINIK S%AS) %&% *A+AN LA,ANAN UMUM +A)RA& S)KAR-ANGI AKUL% AKUL%AS K)S)&A% K)S) &A%AN AN +AN K)+OK%)RAN K)+OK%) RAN UNI/)RSI%AS MU&AMMA+I,A& 0AKAR%A 1234
*A* I LAPORAN KASUS 3.3 Identitas Pasien Nama : Tn.Refi Prayoga Tanggal Lahir: 08 April 1999 Umur : 17 tahun Alamat :Leba!ari" #uabumi Agama : $!lam #tatu! : %elum &eniah Peer'aan : Pela'ar Tanggal &a!u : (7 )anuari (01* No R& : +970*(
3.1 Autanamnesa Kelu!an Utama
%enga ,an nyeri pa,a ,aerah leher ,an pipi anan !e'a + hari yang lalu.
Kelu!an %amba!an • • • • •
#ulit membua mulut Nyeri menelan -emam Naf!u &aan menurun Nyeri pa,a gigi iri baah belaang yang berlubang
Ri5a"at Pen"akit Sekarang
Pa!ien ,atang e %LU- #earangi ,engan eluhan benga ,an nyeri pa,a ,aerah leher ,an pipi anan !e'a + hari #&R#. /! mengataan pa,a aalnya nyeri pa,a gigi yang berlubang ,i gigi iri baah belaang" emu,ian lama elamaan benga pa,a ,aerah leher ,an pipi" benga !emain lama !emain membe!ar ,an !atu hari emu,ian o! 'uga mengeluh nyeri pa,a gigi berlubang ,i gigi anan baah belaang. /! mengataa n !emen'a benga ,an nyeri pa,a leher ,an pipi anan" o! !ulit untu membua mulut" nyeri menelan !ehingga naf!u maan menurun. /! mengataan !e'a + hari #&R# ter,apat ,emam.
Ri5a"at Pen"akit +a!ulu
/! men,erita gigi berlubang !e'a 1 tahun yang lali" yaitu pa,a gigi geraham anan ,an iri baah . /! belum pernah mengalami ge'ala ini !ebelumnya. Riayat !ait a!ma" ,arah tinggi ,an -& ,i!anga l.
Ri5a"at Pen"akit Keluarga
-i eluarga ti,a a,a yang !ait !eperti ini. Riayat !ait a!ma" ,arah tinggi ,an ,iabete! p a,a eluarga ,i!angal.
Ri5a"at Pengbatan
/! mengataan hari #&R# o! berobat e pu!e!ma!" tetapi ti,a a,a perubahan.
Ri5a"at Alergi
/! ti,a a,a alergi obat" maanan ,an 2ua2a ,ingin atau pana!.
Ri5a"at Psikssial
/! mengataan !ering mengore !i!a maan yang ter!angut pa,a gigi yang berlubang ,engan menggunaan tu!u gigi ayu.
3.1 Pemeriksaan isik
ea,aan Umum : Tampa !ait !e,ang e!a,aran
: 3ompo! &enti!
Tan,a4Tan,a 5ital T- : 110670 mmg T
: 8"
N : 80 6menit #tatu! enerali!
RR : (0 6menit
epala
: Normo2ephal
&ata
: on'ungtia anemi! ;464<" !2lera iteri ;464<
i,ung
: Ti,a a,a !eret" ti,a a,a epita!i!
&ulut
: bibir ering ;=<" !iano!i! ;4<" !ulit membua mulut ;=<" ton!il !ulit ,inilai
Telinga
: Ti,a a,a !eret yang eluar" nyeri tean tragu! ;464<" nyeri tari ;464<" nyeri ,an pembengaan pre ,an po!t auri2ular ;464<.
Leher
: Pembe!aran pa,a regio !ubman,ibular ,engan on!titen!i era!" permuaan rata ,an beruuran > 2m" pembengaan pa,a regio bu2ali! ,etra" nyeri tean ;=<
Thora!
: o
)antung
: $: $tu! or,i! ti,a terlihat P: $tu! 2or,i! teraba pa,a $3# + linea mi,2laiulari! !ini!tra P: %ata! 'antung anan !etiinggi i2! + linea para!ternal ,e!tra" %ata! 'antung iri !etinggi i2! + linea mi,2laiulari! !ini!tra A: %) $ ,an $$ normal" murmur ;4<" allop ;4<.
o
Pulmo
: $: %entu ,an gera !imetri!" P: 5o2al ?remitu! iri@anan" P: #onor" iri@anan" A: 5e!iuler ;=6=<" ronhi ba!ah ;=6=< heeBing ;4<
Ab,omen
: $: -atar" la!era!i ;4<" !pi,ernei ;4< A: %i!ing u!u! = P: Nyeri tean ;4<" ,efan! mu!ular ;4<" nyeri lepa! ;4< epar ,an lien ti,a teraba P : Timpani pa,a + ua,ran ab,omen
Ctremita! !up ;,etra"!ini!tra< :
Aral: hangat"#iano!i! ;464< 2apillary refill D ( E ;464<" e,ema ;464<
Ctremita! inf
;,etra"!ini!tra< :
Aral: hangat"#iano!i! ;464< 2apillary refill D ( E ;464<" e,ema ;464<
3.6 Pemeriksaan Penun7ang Laboratorium Tanggal (7 )anuari (01* b : 1> rF Leuo!it : 11.(00 Trombo!it : 1**.000 ematorit : +>F
3.8 Resume
#eorang lai4lai 17 tahun ,atang ,engan eluhan benga ,an nyeri pa,a ,aerah leher ,an pipi anan !e'a + hari #&R#. /! mengataan pa,a aalnya nyeri pa,a gigi yang berlubang ,i gigi iri baah belaang" emu,ian lama elamaan benga pa,a ,aerah leher ,an pipi" benga !emain lama !emain membe!ar ,an !atu hari emu,ian o! 'uga mengeluh nyeri pa,a gigi berlubang ,i gigi anan baah belaang. /! mengataa n !emen'a benga ,an nyeri pa,a leher ,an pipi anan" o! !ulit untu membua mulut" nyeri menelan !ehingga naf!u maan menurun. /! mengataan !e'a + hari #&R# ter,apat ,emam.
3.9 +iagnsis Ker7a
Ab!e! #ubman,ibula e.2 $nfe!i gigi
3.4 +iagnsis *anding
Ab!e! #ubman,ibular e.2 infe!i gigi Ab!e! %u22al -etra melua! e man,ibula e.2 infe!i gigi
3. Penatalaksanaan $nfu! RL • Antipireti : Para2etamol infu!e >00 mg • Analgeti : etorola2 • Antibioti : 3eftriaone 11gram • &etro,inaBole >00 mg
3.; Prgnsis
Guo a, itam
: -ubia a, bonam
Guo a, ?u2tionam : -ubia a, bonam Guo a, #ana2tionam : -ubia a, bonam
I.
+efinisi Abses submandibular didefnisikan sebagai terbentuknya abses pada ruang
potensial di regio submandibular yang disertai dengan rasa nyeri tenggorok,
demam
dan
terbatasnya
gerakan
membuka
mulut.
Abses
submandibular
merupakan bagian dari abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di ruang potensial diantara asia leher dalam sebagai akibat penjalaran ineksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembengkakan diruang leher dalam yang terlibat.
II.
Epidemiologi
Huang dkk, dalam penelitiannya pada tahun 1997 sampai !!, menemukan kasus ineksi leher dalam sebanyak 1"# kasus. Abses submandibula $1#,7%& merupakan kasus terbanyak ke dua setelah abses paraaring $'",(&, diikuti oleh angina )udo*i+i $1,(%&, parotis $7%& dan retroaring $#,9%&. akagu+hi dkk, menemukan kasus ineksi leher dalam sebanyak 91 kasus dari tahun 19"# sampai 199(. -entang usia dari umur 1"1 tahun, lakilaki sebanyak 7"% dan perempuan %. Ineksi peritonsil paling banyak ditemukan, yaitu 7 kasus, diikuti oleh paraaring " kasus, submandibula, sublingual dan submaksila 7 kasus dan retroaring 1 kasus. /a+hruddin,melaporkan '' kasus abses leher dalam selama 0anuari 1991 esember 199' di bagian 2H2 /34I-56 dengan rentang usia 1#'# tahun yang terdiri dari ! lakilaki dan 1' perempuan. -uang potensial yang tersering adalah submandibula sebanyak 7 kasus, retroaring ' kasus dan paraaring ' kasus. i subbagian laring aring /3 4nand-48 6 jamil 8adang selama 0anuari !!9 sampai April !1!, ter+atat kasus abses leher dalam sebanyak (7 kasus, dengan abses submandibula menempati urutan ke dua dengan ! kasus dimana abses peritonsil kasus, abses paraaring # kasus dan abses retroaring kasus. III. Etiologi Ineksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, aring, kelenjer liur atau kelenjer lima submandibula. ebagian lain dapat merupakan kelanjutan ineksi ruang leher dalam lainnya. ebelum ditemukan antibiotika, penyebab tersering ineksi leher dalam adalah
aring dan tonsil, tetapi sekarang adalah ineksi gigi. ottin dkk, mendapatkan ineksi gigi merupakan penyebab yang terbanyak kejadian angina )udo*i+i $#,%&, diikuti oleh ineksi submandibula $(",'%&, dan paraaring. ebagian besar kasus ineksi leher dalam disebabkan oleh berbagai kuman, baik aerob maupun anaerob. 3uman aerob yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Neisseria sp, Klebsiella sp, Haemophillus sp . 8ada kasus yang berasal dari ineksi gigi, sering ditemukan kuman anaerob Bacteroides melaninogenesis, Eubacterium Peptostreptococcus dan yang jarang adalah kuman Fusobacterium. I:. Patogenesis eratnya ineksi tergantung dari *irulensi kuman, daya tahan tubuh dan lokasi anatomi. Ineksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal. 8enyebaran ineksi dapat meluas melalui oramen apikal gigi ke daerah sekitarnya. Ineksi dari submandibula dapat meluas ke ruang mastikor kemudian ke paraaring. 8erluasan ineksi ke paraaring juga dapat langsung dari ruang submandibula. elanjutnya ineksi dapat menjalar ke daerah potensial lainnya. 8enyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu limatik, melalui +elah antara ruang leher dalam dan trauma tembus. Abses adalah kumpulan pus yang terletak dalam satu kantung yang terbentuk dalam jaringan yang disebabkan oleh suatu proses ineksi oleh bakteri, parasit atau benda asing lainnya. Abses merupakan pus yang terlokalisir akibat adanya ineksi dan supurasi jaringan. Abses merupakan reaksi pertahanan yang bertujuan men+egah agenagen ineksi menyebar ke bagian tubuh lainnya. 8us itu sendiri merupakan suatu kumpulan selsel jaringan lokal yang mati, selsel darah putih, organisme penyebab ineksi atau bendabenda asing dan ra+un yang dihasilkan oleh organisme dan selsel darah. Abses bisa terjadi pada semua struktur atau jaringan rongga mulut. Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah submandibula. 3eadaan ini merupakan salah satu ineksi pada leher bagian dalam $deep ne+k ine+tion&. Abses di ruang submandibula adalah salah satu
abses leher dalam yang sering ditemukan. -uang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan submaksila yang dipisahkan oleh otot milohioid. -uang submaksila dibagi lagi menjadi ruang submental dan submaksila $lateral& oleh otot digastrikus anterior. 8ada umumnya sumber ineksi pada ruang submandibula berasal dari proses ineksi dari gigi, dasar mulut, aring, kelenjar lime submandibula. 6ungkin juga kelanjutan ineksi dari ruang leher dalam lain.elain disebabkan oleh ineksi gigi, ineksi
di
ruang
submandibula
bisa
disebabkan
oleh
sialadenitis
kelenjar
submandibula, limadenitis, trauma, atau pembedahan dan bisa juga sebagai kelanjutan ineksi ruang leher dalam lain. 8enyebab ineksi dapat disebabkan oleh kuman aerob, anaerob atau +ampuran. Ineksi di ruang submandibula biasanya ditandai dengan pembengkakan di ba;ah rahang, baik unilateral atau bilateral dan atau di ba;ah lidah yang ber
Gambar Penyebaran Infeksi melalui Gigi )ee dkkmelaporkan "','% hasil kultur positi untuk kuman aerob dan '1,'% untuk anaerob pada abses leher dalam. 8ada abses leher dalam yang bersumber dari ineksi gigi, bakteri yang paling sering ditemukan adalah grup Streptococcus
milleri dan bakteri anaerob. 6a=ita dkk, melaporkan mayoritas hasil kultur tidak ditemukan pertumbuhan kuman. i agian 2H23) -umah akit r. 6. jamil 8adang, periode April sampai >ktober !1! dari hasil kultur didapatkan 7'% spesimen
tumbuh
kuman
aerob,
7%
tidak
tumbuh
kuman
aerob.
8ada
pemeriksaan ini tidak dilakukan kultur pada kuman anaerob.
Gejala Klinis
:.
6enurut melt=er dan are $!!1&, gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap ungsi suatu organ sara. Gejala tersebut dapat berupa ? 4 4 4 4 4
@yeri 2eraba hangat 8embengkakan 3emerahan emam 8ada abses submandibular didapatkan pembengkakan diba;ah dagu atau
diba;ah lidah baik unilateral atau bilateral, disertai rasa demam, nyeri tenggorok dan trismus. 6ungkin didapatkan ri;ayat ineksi atau +abut gigi. 8embengkakan dapat ber
VI.
Diagnosis iagnosis abses leher dalam ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis yang
+ermat, pemeriksaan fsik dan pemeriksaan penunjang. 8ada beberapa kasus kadangkadang sulit untuk menentukan lokasi abses terutama jika melibatkan beberapa daerah leher dalam dan jika pasien sudah mendapatkan pengobatan sebelumnya. 8emeriksaan penunjang sangat berperan dalam menegakkan diagnosis. 8ada oto polos jaringan lunak leher anteroposterior dan lateral didapatkan gambaran pembengkakan jaringan lunak, +airan di dalam jaringan lunak, udara di subkutis dan pendorongan trakea. 8ada oto polos toraks, jika sudah terdapat komplikasi dapat dijumpai
gambaran
pneumotoraks
dan
juga
dapat
ditemukan
gambaran
pneumomediastinum. 0ika hasil pemeriksaan oto polos jaringan lunak menunjukkan ke+urigaan abses leher dalam, maka pemeriksaan tomograf komputer idealnya dilakukan. 2omograf 3omputer $23& dengan kontras merupakan standar untuk e*aluasi ineksi
leher dalam. 8emeriksaan ini dapat membedakan antara selulitis dengan abses, menentukan lokasi dan perluasan abses. 8ada gambaran 23 dengan kontras akan terlihat abses berupa daerah hipodens yang berkapsul, dapat disertai udara di dalamnya, dan edema jaringan sekitar. 23 dapat menentukan ;aktu dan perlu tidaknya operasi. 8emeriksaan penunjang lainnya adalah pemeriksaan pen+itraan resonansi magnetik $6agneti+ resonan+e Imaging6-I& yang dapat mengetahui lokasi abses, perluasan dan sumber ineksi. edangkan 4ltrasonograf $4G& adalah pemeriksaan penunjang diagnostik yang tidak in*asi dan relati lebih murah dibandingkan 23, +epat dan dapat menilai lokasi dan perluasan abses. /oto panoramik digunakan untuk menilai posisi gigi dan adanya abses pada gigi. 8emeriksaan ini dilakukan terutama pada kasus abses leher dalam yang diduga sumber ineksinya berasal dari gigi. 8emeriksaan darah rutin dapat melihat adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda ineksi. Analisis gas darah dapat menilai adanya sumbatan jalan naas. 8emeriksaan kultur dan resistensi kuman harus dilakukan untuk mengetahui jenis kuman dan antibiotik yang sesuai.
VII.
Tatalaksana 8enatalaksanaan abses submandibula umumnya adalah dengan e*akuasi
abses baik dilakukan dengan anestesi lokal maupun dengan anestesi umum serta dengan pemberian antibiotik intra*ena dosis tinggi. Antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob diberikan se+ara parenteral. Hal yang paling penting adalah terjaganya saluran naas yang adekuat dan drainase abses yang baik. Ineksi leher dalam sering disebabkan +ampuran bakteri $gram positi, gram negati, aerob dan anaerob& sehingga diberikan antibiotik kombinasi se+ara empiris menunggu hasil kultur keluar. Antibiotik yang dapat diberikan yaitu setriakson dan metronida=ole. eberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan antibiotik adalah eektiftas obat terhadap kuman target, risiko peningkatan resistensi kuman minimal, toksisitas obat rendah, stabilitas tinggi dan masa kerja yang lebih lama.
Insisi dibuat pada tempat yang paling ber
VIII. Komplikasi 3omplikasi terjadi karena keterlambatan diagnosis, terapi yang tidak tepat dan tidak adekuat. 3omplikasi diperberat jika disertai dengan penyakit diabetes mellitus, adanya kelainan hati dan ginjal dan kehamilan. 3omplikasi yang berat dapat menyebabkan kematian. Ineksi dapat menjalar ke ruang leher dalam lainnya, dapat mengenai struktur neuro*askular seperti arteri karotis, *ena jugularis interna dan n. B. 8enjalaran ineksi ke daerah selubung karotis dapat menimbulkan erosi sarung karotis atau menyebabkan trombosis *ena jugularis interna. Ineksi yang meluas ke tulang dapat menimbulkan osteomielitis mandibula dan *ertebra ser*ikal. apat juga terjadi obstruksi saluran naas atas, mediastinitis, dehidrasi dan sepsis.