LAPORAN PENDAHULUAN MIOPIA A. Definisi
a.
Myopia Myopia adalah banyangan dari benda yang terletak jauh berfokus di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi. Myopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi. Myopia berasal berasal dari bahasa yunani “ muopia” yang memiliki arti menutup mata. Myopia merupakan
manifestasi
kabur
bila
melihat
jauh,
istilah
populernya
adalah
“nearsightedness.(American Optometric Association, 1997)
Myopia atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung. (Sidarta, 2007). Myopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. (Tanjung, 2003). Myopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tidak terhingga difokuskan di depan retina. (Mansjoer, 2002). Myopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina. (Oriza, 2003). b. Hipermetropi Rabun dekat adalah yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat benda pada jarak dekat. Titik dekat penderita rabun dekat akan bertambah, tidak lagi sebesar 25 cm tapi mencapai jarak tertentu yang lebih jauh. Penderita rabun dekat dapat melihat benda pada jarak yg jauh.
Mata hipermetropi disebabkan oleh keadaan fisik lensa mata y ang terlalu pipih atau tidak dapat mencembung dengan optimal, oleh sebab itu bayangan yang dibentuk lensa
mata
jatuh
di
belakang
retina.
Rabun dekat dapat kita tolong menggunakan kaca mata lensa cembung, yang berfungsi untuk mengumpulkan sinar sebelum masuk mata, sehingga terbentuk bayangan yang tepat jatuh di retina. Penyebabnya adalah penderita sering sekali beraktifitas yang sering melihat benda jauh sehingga dan hal itu tidak diseimbangkan dengan melihat benda yang dekat,sehingga rabun dekat atau hipermetropi dapat terjadi. c.
Mata Silinder (Astigmatisme) Astigmatisme atau mata silindris merupakan kelainan pada mata yang disebabkan oleh karena lengkung kornea mata yang tidak merata. Kelainan refraksi ini bisa mengenai siapa saja tanpa peduli status sosial, umur dan jenis kelamin. Bola mata dalam keadaan normal berbentuk seperti bola sehingga sinar atau bayangan yang masuk dapat ditangkap pada satu titik di retina (area sensitif mata). Pada orang astigmatisme, bola mata berbentuk lonjong seperti telur sehingga sinar atau bayangan yang masuk ke mata sedikit menyebar alias tidak fokus pada retina. Hal ini menyebabkan bayangan yang terlihat akan kabur dan hanya terlihat jelas pada satu titik saja. Disamping itu, bayangan yang agak jauh akan tampak kabur dan bergelombang.
Astigmatisme umumnya diturunkan dan sering muncul sejak anak anak. Selain itu, astigmatisme juga bisa disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada kornea, kebiasaan membaca yang buruk dan kebiasaan menggunakan mata untuk melihat objek yang terlalu dekat.
d. Mata Tua (glukoma) Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peningkatan tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata. (Prof. Dr. H. Sidharta Ilyas, Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. FKUI, Jakarta. 2005) Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler. ( Long Barbara, 1996). Glaukoma adalah penyalit mata yang ditandai dengan peninggian tekanan dalam bola mata karena bendungan aliran cairan mata melalui tetesan schlemm atrofi selaput jala, mencengkungnya papil saraf dan kebutaan. (Dr. Hendro T Laksman, Kamus Kedokteran, Jambatan 1997 Hal 139) Glaukoma adalah kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak-seimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga merusak jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata. Bertambahnya
produksi
cairan
mata
oleh
badan
ciliary
· Hambatan:
Jalan pengeluaran cairan aquos humor
Permeabilitas menurun
Pergeseran iris ke depan dan menutup sudut atau berkurangnyapengeluaran cairan mata di daerah mata atau di celah pupil
B. Klasifikasi Myopia
Secara klinik dan berdasarkan perkembangan patologik yang timbul pada mata maka myopia dapat dibagi dalam: a. Myopia simpleks
myopia simplek biasanya tidak disertai kelainan patologik fundus akan tetapi dapat disertai kelainan fundus ringan. Kelainan fundus yang ringan ini dapat berupa kresen myopia (myopiaic crecent) yang ringan yang berkembang sangat lambat. Biasanya tidak terdapat perubahan organik. Tajam penglihatan dengan koreksi yang sesui dapat mencapai normal. Berat kelainan refraktif yang biasanya kurang dari -5D atau -6D. Keadaan ini dapat juga disebut sebagai myopia fisiologik. (Sidarta, 2007). b. Myopia patologik myopia patologik disebut juga myopia degeneratif, myopia maligna atau myopia progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada semua umur dan terjadi sejak lahir. Tanda-tanda myopia maligna, adalah adanya progresifitas kelainan fundus yang khas pada pemeriksaan oftalmoskopik. Pada anak-anak diagnosis ini sudah dapat dibuat jika terdapat peningkatan beratnya myopia dengan waktu yang relatif pendek. Kelainan refraktif yang terdapat pada myopia patologik biasanya melebihi -6 D. (Sidarta, 2007). Klasifikasi myopia secara klinis adalah: (American Optometric Association, 1997).
1.
Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi bolamata yang terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa kristalinaa yang terlalu tinggi.
2.
Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat kondisi sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada. Myopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi myopia.
3.
Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot – otot siliar yang memegang lensa kristalinaa. Di Indonesia, disebut dengan myopia palsu, karena memang sifat myopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru – buru memberikan lensa koreksi.
4.
Degenerative myopia: disebut juga malignant , pathological , atau progressive myopia.
Biasanya
merupakan
myopia
derajat
tinggi
dan
tajam
penglihatannya juga di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi. Myopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke waktu. 5.
Induced (acquired) myopia: merupakan myopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat – obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa, dan sebagainya.
Klasifikasi myopia yang umum diketahui adalah berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk mengkoreksinya
1.
Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri
2.
Sedang: lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
3.
Berat: lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita myopia kategori ini rawan terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut terbuka. (Sidarta,2007)
Klasifikasi myopia berdasar umur
1.
Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)
2.
Youth-onset myopia (< 20 tahun)
3.
Early adult-onset myopia (2-40 tahun)
4.
Late adult-onset myopia (> 40 tahun). (Sidarta, 2007)
C. Etiologi
Terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin besar kemungkinan mengalami myopia. Ini karena organ mata sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan. Akibatnya para penderita myopia umumnya merasa bayangan benda yang dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina matanya, melainkan di depannya (Curtin, 2002).
D. Patofisiologi
Myopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang dan disebut sebagai myopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media refraktif yang tinggi, atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat. Dalam hal ini disebut sebagai myopia refraktif. (Curtin, 2002) Myopia degenertif atau myopia maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membrane Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada myopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik. (Sidarta, 2005). E. Gejala Klinis
Gejala subyektif
Kabur bila melihat jauh.
Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi), astenovergens.
Gejala obyektif Myopia simpleks:
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di sekitar papil syaraf optik.
Myopia patologik:
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks
Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada: 1. Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan myopia. 2. Papil syaraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur 3. Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula. 4. Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer. 5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid. (Sidarta, 2007)
F.
Komplikasi
Klien dengan miopia tinggi mudah mengalami ablasio retina yang terjadi karena bola mata yang lonjong sehingga retina menjadi tipis dan mudah lepas. Pada miopia yang cukup tinggi akan terjadi strabismuskonvergen (esotropia) akibat letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat sehingga kedua mata selalu harus melihat dalam posisi konvergensi.
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto fundus / retina b. Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri c.
Pemeriksaan kwalitas retina ( E.R.G = electro retino gram)
d. Pemeriksaan kelainan otak / brain berkaitan dengan kelainan mata ( E.E.G = electro – ence falogram e. EVP (evoked potential examination)
f.
USG ( ultra – sono – grafi ) bola mata dan keliling organ mata misal pada tumor,panjang bola mata , kekentalan benda kaca (vitreous)
g.
Retinometri ( maksimal kemungkinan tajam penglihatan m ata yang tersisa)
h. CT scan dengan kontras / MRI.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk mengobati gejala-gejala visual pada pada penderita myopia. Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang berfungsi untuk mengurangi miopia.
Latihan
pergerakan
mata
dan
teknik
relaksasi
Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan). Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata. Pada tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek. Dari peninjauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti (fakta) ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah pengobatan myopia yang efektif.
Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau operasi lasik mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati miopia. Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat miopia dengan menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan juga terapi lain yaitu Photorefractive Keratotomy (PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini menggunakan konsep yang sama yaitu dengan pergantian kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang berbeda. Selain itu ada juga pengobatan yang dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi dan pemotongan jaringan kornea mata. Orangorang dengan miopia rendah akan lebih baik bila menggunakan teknik ini. Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan bahan-bahan plastik yang ditanamkan ke dalam kornea mata
untuk
mengganti
kornea
yang
rusak(
Lee
dan
Bailey,
www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006). 2. Penatalaksanaan Farmakologi Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan
persepsi
diri
berhubungan
dengan
gangguan
penerimaan
sensori/gangguan status organ indera 2) Perubahan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retina 3) Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan usaha memfokuskan mata 4) Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala, kelelahan pada mata) 5) Risiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan 6) Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan