TEKNIK MENGEMBANGKAN DAN MENYAMPAIKAN ADVOKASI BIDANG GIZI MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Advokasi Gizi
Oleh: Nia Fi Jannati
P17331114410 P17331114410
Dini Kamila Aziziah
P17331114427 P17331114427
Qisthy Qurota Aina
P17331114438 P17331114438
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI D IV 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. karena atas rahmat dan hidayah-Nya pembuatan makalah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah yang berjudul “Teknik Mengembangkan Dan Menyampaikan Advokasi Bidang Gizi ” merupakan tugas dari mata kuliah Advokasi Gizi . Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Cimahi, Maret 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1 1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................3 2.1 Mengembangkan Pesan Advokasi ...................................................................................3 2.2 Menyampaikan Pesan Advokasi ......................................................................................5 2.2.1 Teknik dan kiat ..........................................................................................................5 2.2.2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Advokasi.............................10 BAB III KESIMPULAN .......................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................13
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
Indeks
Pembangunan
Manusia,
gizi
dikatakan
sebagai
pondasinya. Gizi menjadi pondasi dari bidang pembangunan manusia lainnya seperti pendidikan, kesehatan, politik, sosial, ekonomi, gender, dan hak asasi. Masyarakat Indonesia baik kalangan rakyat maupun petinggi masih kurang peduli dengan permasalahan gizi ini. Hal ini ditunjukkan dari rendahnya ranking Indeks Pembangunan Manusia Indonesia di mata dunia, yaitu pada peringkat 111. Oleh karena itu, jika ingin meningkatkan tingkat IPM Indonesia di mata dunia, diperlukan kesadaran dari semua pihak dan semua sektor serta upaya khusus untuk menopang penanganan masalah gizi (Arundhana, 2011). Pelayanan gizi masyarakat sampai saat ini masih kurang optimal akibat masyarakat yang kurang pengetahuan akan adanya pelayanan gizi, contohnya konsultasi gizi di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Selain itu, pelayanan gizi di suatu tempat pelayanan kesehatan terkadang hanya ditujukan kepada klien yang dirujukkan oleh dokter di tempat tersebut. Maka dari itu, praktisi gizi harus bisa melakukan advokasi kepada pemegang kebijakan agar pelayanan gizi dapat tersosialisasi dengan baik. Advokasi adalah langkah pertama yang diperlukan untuk meningkatkan perhatian kebijakan tentang gizi (Mawarningsih, 2008). Advokasi juga penting dilakukan kepada stakeholder ; dokter, Dinkes, wakil rakyat, dan lain-lain. Agar pelaksanaan advokasi lebih efektif, selain didukung data dan bukti nyata dari penelitian di daerah setempat, advokasi perlu dirancang dan dilaksanakan dengan metode yang lebih menarik, bersifat promotif, dan motivatif (Hadi, 2004). Pesan-pesan dalam advokasi yang disampaikan
1
diharapkan dapat menggerakkan para pemegang kebijakan untuk lebih memperhatikan masalah gizi yang ada. Untuk itu, diperlukan teknik dan seni khusus untuk menyampaikan advokasi terutama di bidang gizi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik mengembangkan pesan advokasi? 2. Bagaimana teknik menyampaikan pesan advokasi? 3. Bagaimana teknik mengembangkan dan menyampaikan pesan advokasi dibidang gizi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teknik mengembangkan pesan advokasi? 2. Untuk mengetahui menyampaikan pesan advokasi? 3. Untuk mengetahui teknik mengembangkan dan menyampaikan pesan advokasi dibidang gizi?
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengembangkan Pesan Advokasi
Pesan adalah terjemahan tujuan advokasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran. Pesan merupakan pernyataan yang singkat, padat dan bersifat membujuk. Pesan harus berhubungan dengan tujuan dan menyimpulkam apa yang ingin dicapai. Pesan bertujuan untuk menciptakan aksi yang inginkan untuk dilakukan oleh pendengar pesan. (Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan, 2003). Mengembangkan pesan advokasi diperlukan kemampuan perpaduan antara ilmu pengetahuan dan seni. Pesan advokasi mengajukan fakta dan data yang akurat, juga diharuskan mampu untuk membangkitkan emosi dan kemampuan seni untuk mempengaruhi para penentu kebijakan. Suatu pesan advokasi dapat dikatakan efektif dan kreatif jika memenuhi tujuh efektivitas pesan (Seven C’s for Effective Communication) sebagai berikut: 1. Command Attention Kembangkan satu isu/ide yang merefleksikan desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide akan membingunkan penentu kebijakan sehingga mudah untuk dilupakan. 2. Clarify the Message Buatlah pesan advokasi mudah, sederhana, dan jelas. Pesan yang efektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi penentu kebijakan sebab, bila diremehkan oleh mereka secara otomatis pesan tersebut sudah gagal.
3
3. Create Trust Pesan advokasi harus dapat dipercaya dengan menyajikan data dan fakta yang akurat. 4. Communicate a Benefit Tindakan yang dilakukan harus memberi keuntungan sebagai penetu kebijakan termotivasi untuk menerapkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok ditempat kerja, karena akan memperoleh keuntungan yaitu
menciptakan
lingkungan
kerja
yang
sehat
dan
dapat
meningkatkan kesehatan karyawan sehingga produktivitas kerja meningkat. 5. Consistency Pesan advokasi harus kosisten, artinya sampaikan satu pesan utama di media apa saja secara terus menerus baik melalui pertemuan tatap muka maupun melalui media. 6. Cater to the Heart and Head Advokasi harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektif tidak hanya memberikan alasan teknis, tetapi harus menyentuh nilai – nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata. 7. Call to Action Pesan advokasi harus mendorong penentu kebijakan untuk bertindak atau berbuat sesuatu. Adanya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok yang dikeluarkan oleh Pimpinan Perusahaan, merupakan suatu tindakan nyata untuk menerapkan Kawasan Tanpa Rokok bagi karyawan di tempat kerja.
4
2.2 Menyampaikan Pesan Advokasi 2.2.1 Teknik dan kiat
Terdapat beberapa cara dalam melakukan advokasi melalui teknik yangditawarkan berikut kiatnya di bawah ini : a. Lobi Lobi banyak digunakan untuk mengadvokasi pembuat kebijakan publik atau pejabat publik dalam bentuk bincang-bincang (pendekatan). Yang diperlukan dalam melobi yaitu data dan argumen yang kuat untuk menyakinkan si pejabat bahwa betapa seriusnya permasalahan/isu yang dihadapi dan betapa pentingnya peranan si pejabat. Aktivitas lobi biasanya berhubungan dengan program, undang-undang atau isu-isu tertentu. Apakah hal yang sebaiknya dilakukan dan apa yang harus dihindari dalam melobi? Melobi bisa langsung (pertemuan pribadi, percakapan lewat telepon, surat tertulis pribadi, surat terbuka/massal, email dan pernyataan) atau tidak langsung (kampanye). Kiat dalam melobi :
Nalar yang memikat. Menyampaikan hal-hal yang secara umum ideal dan bisa diterima berkaitan dengan pandangan/isu yang kita perjuangkan.
Ingatkan ideologi mereka. Menyampaikan hal-hal yang sesuai dengan idealisme orang yang sedang kita lobi berkaitan dengan pandangan/isu yang kita perjuangkan.
Katakan yang benar. Selalu menjaga diri untuk berkata jujur (sekali diketahui tidak jujur, maka di lain kesempatan kepercayaan tidak akan didapat lagi).
Kaitkan dengan minat pribadi. Menyampaikan hal-hal yang sesuai dengan kepentingan orang yang sedang kita lobi berkaitan dengan pandangan/isu yang kita perjuangkan.
5
Lima hal berikut ini perlu dipegang teguh dalam melobi :
Berikan informasi yang benar dan akurat.
Hindari untuk menjanjikan sesuatu
Simak dengan baik apa yang diutarakan oleh pihak yang diadvokasi.
Bina hubungan dengan orang-orang terdekat dengan pihak yang diadvokasi.
Sampaikan hal-hal pokok dan penting untuk bahan pertimbangan dan
pengambilan
keputusan
secara
lengkap
kepada
yang
bersangkutan. Penting untuk diperhatikan dalam melobi :
Persiapkan dengan baik pertemuan. Berlatihlah dahulu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Bila bentuknya kunjungan dalam kelompok, tentukan siapa yang akan berbicara/memulai pembicaraan.
Rumuskan apa yang akan disampaikan dengan singkat, jelas, padat, dan runtut tanpa membuat orang yang dilobi merasa terancam.
Datanglah tepat waktu sesuai dengan perjanjian, bahkan kalaubisa lebih awal, jangan putus asa kalau janji dibatalkan atau harus menunggu berjam-jam.
Segera perkenalkan diri di awal pertemuan.
Konsentrasi dan fokuskan pikiran pada tujuan
Gunakan cara-cara yang persuasif, hindari perdebatan.
Bersikaplah terbuka pada gagasan yang muncul dalam acara lobi.
Berikan lembar fakta yang berisi rangkuman permasalahan/isu yang diperjuangkan beserta usulan solusinya.
Buat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Tawarkan bantuan, khususnya informasi yang relevan dengan permasalahan/isu.
6
Mintalah nama dan alamat orang yang akan menjadi contact
person.
b. Presentasi Bentuk presentasi dapat dijadikan pilihan untuk menyampaikan informasi kepada beberapa pejabat publik sekaligus, baik dari suatu instansi tertentu apalagi kalau berasal dari beberapa instansi berbeda yang berkaitan dengan permasalahan/isu yang diadvokasikan. Selain dapat menjangkau sejumlah orang sekaligus (lebih efisien), teknik presentasi juga
menguntungkan dalam
menyamakan
persepsi,
menumbuhkan
kebersamaan dan membangun komitmen. Selain data yang akurat dan argumentasi yang kuat, dalam presentasi juga dipentingkan kemampuan dalam menggunakan media dan alat bantu penyajian. Kiat-kiat presentasi efektif :
Tunjukkan antusiasme mengenai pokok persoalan.
Tarik perhatian dengan presentasi yang tidak monoton.
Buatlah materi yang menarik dengan mengaitkan minat audiens.
Gunakan istilah praktis dan tidak membingungkan audiens.
Pakai bahasa tubuh yang sesuai untuk mengekspresikan diri.
Berbahasa secara akurat dan tidak berlebih-lebihan.
Ciptakan suasana yang menyenangkan semua pihak.
Beri respon memadai terhadap reaksi audiens.
c. Debat Debat adalah kontes (kompetisi) di mana dua atau lebih pembicara mempresentasikan argumentasi mereka dalam mempengaruhi pihak lainnya. Debat digunakan bila terdapat dua atau lebih pendapat yang berbeda tentang masalah tertentu dan merupakan kesempatan untuk menekankan aspek positif dan negatif dari seluruh pendapat. Untuk melakukannya diperlukan persiapan secara mendalam dengan pengetahuan
7
tidak hanya dalam perspektif diri sendiri tetapi juga tentang situasi serta mengetahui dimana sikap/pendirian dari anggota debat lainnya. Perlu juga diantisipasi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dan dikatakan oleh anggota debat lainnya. Debat mengharuskan pembicaranya menggunakan berbagai referensi untuk
mendapat
informasi
yang
tepat,
karena
kedudukannya
mengharuskannya berbicara secara rinci dan akurat. Pembicara juga harus dapat menganalisis dan membedakan hal vital dan tidak penting, menyampaikan bukti-bukti valid dan masuk akal atas pernyataannya. Pendebat harus selalu berkepala dingin, membuat keputusan secara cepat dan akurat sehingga meyakinkan pendengarnya. (dari How to Debate by Harrison Boyd Summers). Empat tipe debat :
Debat Parlemen. Debat ini dilakukan di akademi atau universitas
Debat nilai, misalnya tentang isu moral, tenaga kerja wanita, euthanasia, aborsi, dsb.
Debat kebijakan atau debat tim. Pada debat ini, ada dua tim yang berlawanan kedudukannya yaitu sisi afirmatif (positip) dan sisi negatif,
yang
memperdebatkan
topik
kebijakan
publik
atau
pemerintahan. Contoh topik : 1. Mengurangi subsidi BBM: kenaikan harga BBM tidak bisa ditunda 2. Bantuan militer asing di daerah bencana tsunami dibatasi hingga 3 bulan saja sejak kedatangannya.
Debat
Akademik.
Merupakan
debat
yang
murni
akademis,
biasanyamerupakan debat yang diciptakan. Untuk berpartisipasi dalam debat, ada dua hal yang harus dikuasai: 1. Mentaati prinsip debat: logis, berbasis eviden, singkat, dsb 2. Topik terkini
8
Empat langkah yang dapat diikuti :
Baca informasi latar belakang mengenai subyek.
Persiapkan kepustakaan komprehensif.
Kumpulkan sebanyak mungkin materi.
Baca dan pelajari materi yang ditemukan.
d. Negosiasi Negosiasi merupakan teknik advokasi yang dimaksudkan untuk menghasilkan kesepakatan. Dalam hal ini pihak yang bernegosiasi menyadari bahwa masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang sama
yang
perlu
diamankan,
sekaligus
kepentingan
yang
berbeda/bertentangan yang perlu dipertautkan. Negosiasi memerlukan kemampuan untuk melakukan tawar menawar dengan alternatif yang cukup terbuka. Beberapa kiat untuk mengatasi konflik dalam bernegosiasi :
Jangan bereaksi
Dengarkan dan nyatakan
Rekam dan susun apa yang mereka katakan dalam alur pikir kearah pemecahan masalah
Tetaplah kukuh tanpa meremehkan keinginan orang lain/kelompok
Pecahkan masalah
e. Dialog Dialog dilakukan untuk mengetahui persepsi setiap individu dalam kelompok. Hampir sama dengan debat, dialog lebih tepat digunakan sebagai teknik advokasi dalam menjangkau kelompok yang didukung oleh media massa khususnya TV dan radio sehingga dapat menjangkau kelompok yang sangat luas.
9
f. Petisi-Resolusi Petisi-resolusi merupakan salah satu teknik advokasi dengan membuat pernyataan tertulis dan formal/resmi untuk menyampaikan masalah dan mencoba untuk memaksakan tekanan kolektif terhadap penentu kebijakan. Teknik ini merupakan pernyataan yang singkat dan jelas atasapa isu/permasalahan dan apa tindakan yang perlu diambil disertai dengan nama, alamat dan tanda tangan dari sejumlah individu yang mendukung pernyataan tersebut.
2.2.2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Advokasi
a. Biasakan diri mendapat informasi terkini. Baca buletin dan perhatian terhadap legislatif/advokasi. Ketahui kedua sisi isu. Ketahui kapan acara dengar pendapat dilangsungkan, siapa yang menjadi co-sponsor, dsb. b. Mulai lebih awal. Berikan perhatian terhadap isu-isu dan proposal lebih awal dalam proses dan kesempatan yang lebih baik dalam mempengaruhi dampak akan diperoleh. c. Singkat.
Semakin
sederhana
dan
jelas
posisi
advokator
dapat
diterangkan, semakin baik kesempatan yang dapat diperoleh untuk didengar dan direspon oleh orang lain. d. Spesifik. Ketahui dengan tepat apa yang diinginkan agar dilakukan oleh stakeholder. Apakah mereka harus membuat draf legislasi? Membuat penawaran amendemen? e. Jujur. Tidak perlu berlebihan dalam memberikan jawaban atas suatu pertanyaan jika tidak yakin akan fakta-faktanya. Setiap isu paling tidak mempunyai dua sisi untuk itu harus jujur mengakui pro dan kontra isu yang ditangani. f. Berikan contoh pribadi. Hal ini akan membuat isu menjadi tidak terlupakan, berkaidah kemanusiaan. Misalnya dengan mengatakan bahwa dalam satu minggu ini pergi ke luar rumah pagi hari tanpa sarapan karena
10
tidak cukup uang untuk membeli makanan akan lebih berpengaruh daripada menunjukkan angka statistik tentang masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. g. Praktik. Cobalah menerangkan posisi diri kepada teman dan keluarga sebelum bertemu dengan stakeholders. h. Berkomunikasi dengan kontak jaringan kerja stakeholders. Katakan kepada mereka bahwa stakeholders mengatakan kegiatan tindak lanjut dapat direncanakan. i.
Santun, namun tegas dan percaya diri.
j.
Tidak mengancam. Memberitahu stakeholders untuk melakukan sesuatu yang kita minta atau kita tidak akan memberikan suara untuk mereka hanya akan membuat mereka menghindari. Tidak berselisih pendapat dengan stakeholders. Jika secara nyata orang tidak mendukung posisi kita,
berikan
saja
fakta
dan
minta
orang
tersebut
untuk
mempertimbangkan pandangan kita. Sampaikan bahwa kita ingin mempertahankan jalur komunikasi untuk terbuka terhadap kemungkinan mendiskusikan isu masa depan.
11
BAB III KESIMPULAN
Mengembangkan pesan advokasi diperlukan kemampuan perpaduan antara ilmu pengetahuan dan seni. Pesan advokasi mengajukan fakta dan data yang akurat, juga diharuskan mampu untuk membangkitkan emosi dan kemampuan seni untuk mempengaruhi para penentu kebijakan. Terdapat beberapa cara dalam melakukan advokasi melalui teknik yang ditawarkan berikut kiatnya : lobi, presentasi, debat, negosiasi, dialog, dan petisiresolusi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan advokasi: biasakan diri mendapat informasi terkini, Mulai lebih awal, singkat, spesifik, jujur, berikan contoh pribadi, praktik, berkomunikasi dengan kontak jaringan kerja stakeholders, santun, dan tidak mengancam.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arundhana, Andi Imam. 2011. Advokasi Gizi. https://catatanseorangahligizi.wordpress.com/2011/11/29/advokasi-gizi/. Diakses
pada 14 Maret 2017 pukul 06.20 WIB
Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan. 2003. Kiat – kiat Advokasi Kesehatan.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI. 2007. Modul Advokasi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Hadi, Hamam. 2004. Gizi Lebih Sebagai Tantangan Baru dan Implikasinya Terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional.
https://journal.ugm.ac.id/jgki/article/view/17394/11320. Diakses pada 14 Maret 2017
pukul 06.20 WIB
Mawarningsih. 2008. Pengaruh Advokasi Pelayanan Gizi dan Penyuluhan Terhadap Jumlah
Kunjungan Pasien di Poliklinik Gizi Rumah Sakit Umum
Raden Mattaher Jambi. https://journal.ugm.ac.id/jgki/article/view/17671/11468. Diakses pada 14 Maret 2017
pukul 06.20 WIB
13