Universitas Muhammadiyah Sukabumi e-mail:
[email protected] [email protected],,
[email protected] The lesson learned in the 2013 curriculum is directed at the scientific process, so that inquiry process becomes one of the standard process in science teaching Elementary School. NRC (2006) argues that inquiry must be standard in the teaching of science, from which it is known that inquiry itself plays an important role in the teaching of science. Teachers must create an inquiry learning experience for their students. The purpose of this study is to determine the inquiry skill of students through the worksheet inquiry. The type of this research is descriptive quantitative, research sample is 50 students. The result of the ability study showed that there are students who have the criteria of good criteria with percentage, 1). 62% of students can formulationof the problem 2). 46% of students can formulate hypotheses. 3). 54% of students can plan and carry out investigations, 4). 67% of students can use math to calculate / classify. 5). 54% of students can use data to draw conclusions, and 6). 56% of students can communicate investigation steps. ability inquiry, inquiry-based lab. Pembelajaran pada kurikulum 2013 diarahkan pada proses saintifik, sehingga proses inkuiri menjadi salah satu standar proses dalam pembelajaran IPA Sekoah Dasar. NRC (2006) menyatakan bahwa inkuiri harus menjadi standar dalam pengajaran sains, dari penjelasan tersebut diketahui bahwa inkuiri memegang peranan yang penting dalam pengajaran sains. Guru harus menciptakan pengalaman belajar inkuiri bagi siswanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berinkuiri mahasiswa melalui lembar kerja inkuiri. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, sampel penelitian yaitu 50 orang mahasiswa. Hasil penelitian kemampuan berinkuiri menunjukkan bahwa terdapat mahasiswa yang memiliki kriteria penialaian baik dengan persentase esebagai berikut: 1). 62% mahasiswa dapat menyusun rumusan masalah. 2). 46% mahasiswa dapat memformulasikan hipotesis. 3). 54% mahasiswa dapat merencanakan dan melaksanakan penyelidikan, 4). 67% mahasiswa dapat menggunakan matematika untuk menghitung/menggolongkan. 5). 54% mahasiswa dapat menggunakan data untuk menyusun kesimpulan, dan 6). 56% mahasiswa dapat mengkomunikasikan langkah penyelidikan. kemampuan berinkuiri, praktikum berbasis inkuiri.
Pembelajaran sains bukan hanya belajar tentang pengetahuan melainkan juga merupakan suatu proses pemberian pengalaman belajar untuk memperoleh pengetahuan (how to know ). ). Oleh karena itu, kegiatan di laboratorium atau kerja praktik merupakan kegiatan esensial dan menjadi bagian integral dari pembelajaran sains (Millar & Abraham 2009).Pembelajaran secara praktik memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk Copyright © 2018| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 9 Mei 2018 “Literasi Digital dalam Agama dan Sains untuk Mewujudkan Kecakapan Hidup Abad 21”
berinteraksi dengan objek kajian IPA. Mahasiswa memiliki kesempatan melakukan observasi langsung, melakukan eksplorasi dan memahami objek kajian IPA tersebut, sehingga melalui kegiatan praktikum juga dapat memadukan kegiatan hands-on dengan proses berpikir. Berasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di salah satu LPTK di Kota Sukabumi yang memiliki program studi PGSD ditemukan beberapa kendala diantaranya: 1) Proses perkuliahan praktikum belum menggambarkan dan melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti tuntutan kompetensi pada KKNI (Kerangka Kulifikasi Nasional Indonesia), 2) Rendahnya variasi kegiatan praktikum, kegiatan praktikum didominasi oleh kegiatan mengamati, menggambar dan menjawab pertanyaan saja, sehingga pengalaman belajar praktikum kurang memberikan pengalaman belajar yang bermakna 3) kemampuan berinkuiri mahasiswa masih tergolong rendah. Pembelajaran praktikum merupakan strategi pembelajaran untuk memfasilitasi mahasiswa berinkuiri. Wenning (2011) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri memiliki beberapa level salah satunya adalah Inkuiri. Praktikum berbasis Inkuiri merupakan hal yang penting dalam pembelajaran sains. Penerapan pembelajaran Inkuiri memiliki banyak manfaat dan relevansi dengan berbagai keterampilan yang harus dimiliki oleh mahasiswa calon guru IPA SD. Masalah utama dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh praktikum berbasis inkuiri terhadap kemampuan berinkuiri mahasiswa calon guru IPA SD. Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh implementasi praktikum berbasis inkuiri terhadap kemampuan berinkuiri mahasiswa. De Jong and van Joolingen (1998), we define inquiry learning as a process of discoveringnew relations, with the learner formulati ng hypotheses and then testing them by conducting exper iments and/or making observations. NSTA (2004) dalam Wenning (2007) mendefinisikan inkuiri sebagai cara yang kuat dalam pemahaman konten sains. Inkuiri juga merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berfokus pada proses dan keterampilan, yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian. Kemampuan berinkuiri merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Salah satu standar dalam pengajaran sains adalah inkuiri, inkuiri harus menjadi salah satu pengalaman belajar yang harus guru selenggarakan dalam pembelajaran sains di SD. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berinkuiri merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. NRC (2000) mengungkapkan pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang paling efektif untuk membantu siswa dalam membangun pemahaman intelektualnya, melatih keterampilan proses sains, membantu siswa menguasai konsep, dari pernyataan tersebut NRC menyimpulkan bahwa guru sains harus merancang pembelajaran (pengalaman belajar sains) melalui inkuiri. NRC juga menyatakan bahwa pengembangan kemampuan guru hendaknya melalui kegiatan berinkuiri yang berkelanjutan dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran sains. Yakar dan Baykara (2014) menyatakan bahwa Scientific Process Skills , kemampuan berpikir kreatif serta sikap terhadap sains menjadi elemen dasar/elemen penting dalam pelatihan guru sains.
Copyright © 2018| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
77
Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 9 Mei 2018 “Literasi Digital dalam Agama dan Sains untuk Mewujudkan Kecakapan Hidup Abad 21”
Pembelajaran praktikum dapat menciptakan pengalaman belajar bagi mahasiswa untuk mengembangkan minat mahasiswa, mengembangkan kemampuan inkuiri ilmiah (scientific inquiry skills ), meningkatkan pemahaman siswa dan meningkatkan kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ilmiah (Wu, 2013). NRC (2000) menyatakan bahwa kemampuan berinkuiri meliputi beberapa aspek diantaranya: membuat rumusan masalah, memformulasi hipotesis, merencanakan / melaksanakan penyelidikan, menggunakan matematika untuk menghitung/menggolongkan, menggunakan data untuk membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan langkah dan hasil penyelidikan. Kemampuankemampuan ini harus dimiliki oleh mahasiswa calon guru SD agar mereka dapat menyelenggarakan pengalaman belajar inkuiri bagi siswanya ketika mereka menjadi guru sains di SD.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian yang bersifat deskriptif analisis, yang bertujuan untuk mengetahui kemampun inkuiri mahasiswa. Sedangkan jenis penelitiannya menggunakan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah 50 orang mahasiswa program studi Pendidikan Guru Seklolah Dasar di Universitas Kota Sukabumi. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi Kemampuan Berinkuiri (KB) untuk mengetahui dan mengevaluasi kemampuan berinkuiri setelah implementasi praktikum Berbasis Inkuiri. Analisis data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut: 1). Editing, yaitu mengecek terhadap pengisian lembar observasi yang terdiri dari kelengkapan tahapan kemampuan inkuiri, kejelasan langkah-langkah penelitian serta kebenaran dalam mengisi lembar observasi. 2). Skoring, dimaksudkan untuk memberi skor terhadap pernyataan butir, 3). Tabulating, dimaksudkan untuk melakukan penghitungan terhadap data yang terkumpul, 4). Persentase, digunakan untuk mengetahui besar kecilnya kemampuan inkuiri mahasiswa.
NRC (2000) menyatakan bahwa kemampuan berinkuiri meliputi beberapa aspek diantaranya: membuat rumusan masalah, memformulasi hipotesis, merencanakan / melaksanakan penyelidikan, menggunakan matematika untuk menghitung / menggolongkan, menggunakan data untuk membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan langkah dan hasil penyelidikan. Kemampuan-kemampuan ini harus dimiliki oleh mahasiswa calon guru SD agar mereka dapat menyelenggarakan pengalaman belajar inkuiri bagi siswanya ketika mereka menjadi guru sains di SD. Dalam mengukur kemampuan berinkuiri mahaisswa, penulis menggunakan Lembar kegiatan mahasiswa. Prastowo (2011) mengemukakan bahwa tujuan penyusunan LKM adalah untuk memudahkan mahasiswa ketika mempelajari materi, dapat menyajikantugas untuk meningkatkan penguasaan konsep terhadap materi materi yang disampikan, melatih mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Copyright © 2018| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
78
Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 9 Mei 2018 “Literasi Digital dalam Agama dan Sains untuk Mewujudkan Kecakapan Hidup Abad 21”
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Lembar Kegiatan Mahasiswa dalam praktikum berbasis inkuiri didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1 Data Kemampuan Berinkuiri Mahasiswa Berdasarkan Rerata
1
Menyusun rumusan masalah
4
18
62
16
2
Memformulasi hipotesis
4
16
46
34
3
Merencanakan/ melaksanakan penyelidikan
1,3
10
54
34,7
4
Menggunakan matematika untuk menghitung/ menggolongkan
0
17
67
16
5
Menggunakan data untuk membuat kesimpulan
2
21
54
22,3
6
Mengkomunikasikan penyelidikan
1,3
14,7
56
27
langkah
dan
hasil
Keterangan 4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik 1. Menyusun rumusan masalah, terdiri dari orientasi dan mengidentifikasi masalah yang terdapat pada LKM. Ketika orientasi, mahasiswa diberikan informasi untuk memecahkan masalah yang akan diselesaikan ketika praktikum. Sebesar 14% mahasiswa memiliki kemampuan orientasi dengan sangat baik dan 72% berada dalam kriteria baik, 12% cukup baik, dan 2% kurang baik. Orientasi merupakan tahapan awal yang harus diikuti oleh mahasiswa dimana kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir mahasiswa, setelah mahasiswa dapat menemukan ide, diharpakan mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah dari setiap judul LKM yang dikerjakan. Pada awal penerapan kegiatan praktikum menggunakan LKM ini, mahasiswa masih kebingungan dalam menentukan identifikasi masalah. Tetapi setelah diberikan stimulus, pengarahan dan motivasi oleh Dosen, mahasiswa dapat mengikuti kegiatan orientasi dengan baik dilihat dari hasil data yang telah disajikan. Tahapan ini sangat tergantung kepada kemauan mahasiswa dalam memecahkan masalah.
Copyright © 2018| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
79
Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 9 Mei 2018 “Literasi Digital dalam Agama dan Sains untuk Mewujudkan Kecakapan Hidup Abad 21”
2. Memformulasi hipotesis, meliputi Mahasiswa dapat merumuskan berbagai pertanyaan yang merupakan perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji dan Mahasiswa dapat menuliskan hipotesis. Sebesar 30% dalam kategori sangat baik dan 54% kategori baik, 10% cukup baik, dan 6% kurang baik dalam kemampuan mahasiswa dapat merumuskan berbagai pertanyaan yang merupakan perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Sementara itu sebesar 38% dalam kategori sangat baik dan baik, 22% cukup baik, dan 2% kurang baik dalam kemampuan mahasiswa menuliskan hipotesis. Kegiatan ini megarahkan mahasiswa untuk mencari dan menemukan jawaban sementara dari penyelidikan yang akan dibuktikan. Selaras dengan apa yang dikemukakan oleh (Sanjaya, 2007), bahwa cirri utama inkuri adalah Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, Strategi inkuiri ini menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator, bukan sebagai sumber belajar yang menjelaskan saja 3. Merencanakan/ melaksanakan penyelidikan, terdiri dari a).kemampuan mahasiswa dalam menentukan alat dan bahan unuk merencanakan penyelidikan dengan hasil 42% kategori sangat baik, 50% baik, 6% cukup baik dan 2% kurang baik. b). kemampuan mahasiswa dapat menentukan cara kerja (prosedur kerja) dalam melaksnakan penyelidikan didapatkan data 26% kategori sangat baik, 62% baik, 10% cukup baik, dan 2% kurang baik. c).kemampuan mahasiswa mampu mengumpulkan data dan informasi dari suatu penyelidikan dengan hasil 36% sangat baik, 50% baik, 14% cukup baik dan tidak ada mahasiswa yang memiliki kategori kurang baik. Kegiatan merencanakan/melaksanakan penyelidikan merupakan kegiatan utama dalam kemampuan berinkuiri, karena mengembangkan kegiatan ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian proses mental (Sanjaya, 2007). Ketika kegiatan praktikum berlangsung, mahasiswa sudah bisa menentukan alat dan bahan, cara kerja dan mengumpulkan data berdasarkan hasil penyelidikan. Tahapan ini merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Sehingga dalam proses penyelidikan dosen berupaya untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu mahasiswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. 4. Menggunakan matematika untuk menghitung/ menggolongkan, terdiri dari a). mahasiswa melakukan pengamatan berkaitan dengan masalah yang diajukan didapatkan data 26% sangat baik, 64% baik, 10% cukup baik dan tidak ada mahasiswa yang memiliki kategori kurang baik. b). mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menghitung data secara akurat didapatkan data 6% dalam kategori sangat baik, 70% baik, 24% cukup baik dan 0% kurang baik. Tujuan dari tahapan ini tidak hanya mahasiswa dapat melakukan pengamatan dan menghitung data secara akurat, tetapi yang utama adalah mahasiswa dapat membiasakan diri berperilaku seperti saintis (jujur, objektif, kreatif, dan dapat menghargai orang lain). 5. Menggunakan data untuk membuat kesimpulan terdiri dari a).mahasiswa dapat menyusun kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari penyelidikan diperoleh data 30 sangat baik, 50% baik,16% cukup baik, dan 4% kurang baik. b). mahasiswa dapat Copyright © 2018| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
80
Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 9 Mei 2018 “Literasi Digital dalam Agama dan Sains untuk Mewujudkan Kecakapan Hidup Abad 21”
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil penyelidikan didapatkan data 14% kategori sangat baik, 58% baik, 26 % cukup baik. Menggunakan data untuk mendapatkan kesimpulan akan melatih mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman mahasiswa kea rah pengetahuan ilmiah. Mahasiswa diharapkan dapat membuktikan setiap Hipotesis yang diajukan dengan cara memecahkan masalah berdasarkan data sehingga dapat mengembangkan kemampuan berfikir logis dan kritis untuk mengambil suatu kesimpulan. 6. Mengkomunikasikan langkah dan hasil penyelidikan, terdiri dari kegiatan a). mahasiswa dapat mengerjakan soal-soal yang terdapat pada lembar kegiatan mahasiswa didaptakan data 22% kategori sangat baik, 58% baik, 18% cukup baik. b). Data hasil mahasiswa dapat menciptakan produk/ karya dari penyelidikan yang telah dilakukan adalah 24% kategori sangat baik, 56% baik, 20% cukup baik. c). Mahasiswa dapat menuliskan laporan hasil penyelidikan di lembar kegiatan mahasiswa didapatkan data 36% sangat baik, 54% baik, 6% cukup baik, dan 4% kurang baik. Dalam tahapan ini, selain mahasiswa dapat mengkomunikasin langkah dan hasil dari kegiatan penyelidikan, mahasiswa juga dituntut untuk dapat menjawab soal-soal yang ada di dalam LKM yang bersifat hands on. Dari kegiatan menciptakan produk/karya, baru seebagian besar mahasiswa yang dapat menciptkan produk dengan baik berdasarkan dari tujuan LKM. Hal ini menjadi fokus peneliti, untuk meningkatkan kembali kemauan dan kemampuan mahasiswa dalam mengukur kemampuan tingkatan kognitif menciptakan.
Hasil penelitian kemampuan berinkuiri mahasiswa calon guru SD dengan menggunakan praktikum inkuiri menunjukkan bahwa 1). kemampuan menyusun rumusan masalah dengan kriteria penilaian baik sebesar 62% dan 16% sangat baik, sisanya cukup dan kurang baik. 2). mahasiswa dapat memformulasikan hipotesis dengan kriteria penilaian baik sebesar 46% dan 36% sangat baik, sisanya cukup dan kurang baik. 3). mahasiswa dapat merencanakan dan melaksanakan penyelidikan dengan kategori baik sebesar 54%, 34,7% sangat baik, sisanya cukup dan kurang baik. 4). mahasiswa dapat menggunakan matematika untuk menghitung/menggolongkan dengan kategori baik sebesar 67%, 16% sangat baik, 17% cukup baik. 5). mahasiswa dapat menggunakan data untuk menyusun kesimpulan dengan kriteria penilain baik sebanyak 54% dan 22,3% ,sangat baik.6). 56% mahasiswa dapat mengkomunikasikan langkah penyelidikan dengan kategori baik.
Dalam penelitian praktikum berbasis inkuiri untuk mengetahui kemampuan inkuiri mahasiswa diperlukan pembiasan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum, tanpa pembiasaan kegiatan praktikum mahasiswa akan kesulitan dalam menentukan langkahlangkah praktikum berbasis inkuiri. Copyright © 2018| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
81
Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 9 Mei 2018 “Literasi Digital dalam Agama dan Sains untuk Mewujudkan Kecakapan Hidup Abad 21”
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar . Jakarta: Erlangga Fisher, R. (1995). Teaching Children to Think . London: Stanley Thornes Ltd. Fraenkel, J.R. & Norman E.W. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education . New York. McGraw Hill Inc. Gray C. et. al. (2015) Known Structure, unknown function: an inquiry-based undergraduate biochemistry laboratory course. Biochemistry and Molecular Biology Education Published Online: wileyonlinelibrary.com . Guilford, J.P. (1988). Some Change in the Structure of intellect Model. Education and Psychologycal Measurement Journals , 48, 1-4 Haris, R. (1995). Introduction to Creative Tersedia: http://www.virtualsalt.com/itdt.htm.
Thinking .
[online].
Kudish, P. et.al. (2015). An inquiry-infused introductorybiology laboratory that integrates mendel’ s pea phenotypes with molecular mechanisms. Bioscene . 41(1). 10-15 LTSIN (2004).Learning teaching. Scotland: Learning and Teaching Scotland. Milar, R & Abrahams, I. (2009). Practical Work:Making it more effective. SSR. 91(344) National Research Council (1996). National science education standards . Washington, DC: National Academy Press. National Research Council (2000). Inquiry and the national science education standards . Washington, DC: National Academy Press Prastowo A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA PRESS Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Wenning, C.J. (2004). Level of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Tchr. Educ. Online . 6, (2). Wenning, C.J. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific literacy. J.Phys. Tchr. Educ. Online . 4, (2). Wu, J. (2013). Mutation Based Learning to Improve Student Autonomy and Scientific Inquiry Skills in a large Genetic Laboratory Course. CBE-Life Science Education . 12. 460-470 Yakar, Z dan Baykara, H. (2014 ). Inquiry-Based Laboratory Practices in a Science Teacher Training Program. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2014, 10(2), 173-18
Copyright © 2018| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
82