LAPORAN PENDAHULUAN MENORAGIA
1.1 Konsep Anatomi Fisiologi 1.1.1 Anatomi
1. Alat kelamin luar wanita terdiri atas: a. Celah luar yang disebut vulva. b. Di sebelah kiri dan kanan celah ini dibatasi oleh sepasang bibir, yaitu bibir besar (labium mayor) dan bibir kecil (labium minor). c. Di sebelah depan dari vulva terdapat tonjolan yang yang disebut kelentit (klitoris), yang sejarah terjadinya sama dengan perkembangan penis pada pria. d. Ke dalam vulva ini bermuara dua saluran, yaitu saluran urine (urethra) dan saluran kelamin (vagina)
Alat kelamin dalam wanita terdiri atas : a.
Ovarium (indung telur) Berjumlah sepasang, kecil, dan alat ini terdapat dalam rongga badan, didaerah pinggang, bentuknya seperti telur. Di dalam ovarium terdapat jaringan kelenjar buntu (kelenjar endokrin) dan jaringan yang membuat sel telur (ovum) yang disebut folikel.
b.
Saluran reproduksi -
Saluran telur (tuba fallopi), fallopi), berjumlah sepasang, kanan dan kiri. Pada bagian pangkalnya berbentuk corong yang disebut infundibulum. Infundibulum dilengkapi dengan jumbai-jumbai yang berfungsi untuk menangkap sel telur yang telah masak dan lepas dari ovarium.
- Rahim (uterus), bertipe (uterus), bertipe simpleks, artinya hanya memiliki satu ruangan. Berbentuk buah pir, dan bagian bawahnya mengecil disebut leher rahim (cervix). Dinding rahim terdiri atas beberapa lapisan otot dan jaringan epitel. Lapisan terdalam yang membatasi rongga rahim terdiri atas jaringan epitel yang disebut endometrium atau selaput rahim. Lapisan ini banyak menghasilkan lendir dan banyak mengandung pembuluh darah. Sebulan sekali, yaitu pada waktu menstruasi (haid), lapisan ini dilepaskan yang diikuti dengan pendarahan. Dinding rahim
akan selalu mengalami perubahan ketebalan, dan peristiwanya dipengaruhi oleh hormon. -
Vagina, merupakan akhir dari saluran kelamin dalam yang terdapat dalam vulva dan merupakan organ persetubuhan bagi wanita. Karena fungsinya yang penting yakni untuk melahirkan bayi, maka organ ini banyak mempunyai banyak lipatan. Hal ini mempermudah wanita pada waktu melahirkan bayinya, sehingga
vagina
tersebut
tidak
sobek.
Dinding
vagina
mempunyai banyak selaput lendir yang berkelenjar, salah satu kelenjar yang penting ialah glandula Bartholini.
2. Mekanisme Produksi Ovum. Ovarium seorang wanita mampu memproduksi sel telur setelah masa puber sampai dewasa subur, yaitu berkisar antara umur 12 sampai dengan 50 tahun. Setelah sel telur habis diovulasikan, maka seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi (haid), dan disebut masa menopause. Pada masa menopause alat reproduksi tidak berfungsi lagi dan mengecil, karena berkurangnya produksi hormon kelamin. Mekanisme produksi sel telur oleh folikel diatur oleh hormon yang dihasilkan hipofisis. Mekanisme produksi sel telur dan siklus menstruasi adalah sebagai berikut. -
Kelenjar
hipofisis
menghasilkan
hormon FSH
(Follicle
Stimulating Hormone).Hormon ini berfungsi untuk memacu pembentukan folikel dalam ovarium. -
Folikel yang sedang tumbuh tersebut memproduksi hormon estrogen. Fungsi hormon estrogen ialah:
merangsang pertumbuhan endometrium dinding rahim
menghambat produksi FSH oleh pituitari
memacu
pituitari
(Luteinizing
untuk
memproduksi
Hormone).Keluarnya
LH
hormon LH
dari
hipofisis
menyebabkan telur masak, dan keluar dari dalam folikel, peristiwa inilah yang disebut ovulasi. - Setelah telur masak dan meninggalkan ovarium, LH mengubah folikel menjadi badan berwarna kuning yang disebut korpus luteum. Dan sekarang tidak mampu memproduksi estrogen lagi, tetapi mampu memproduksi hormon progesteron. Hormon progesteron
berfungsi
untuk
mempercepat
mempertahankan pertumbuhan endometrium.
dan
-
Bila sel telur yang keluar dari ovarium tidak dibuahi, produksi estrogen terhenti. Hal ini menyebabkan kadar estrogen dalam darah sangat rendah, akibatnya aktivitas hipofisis untuk memproduksi LH juga menurun. Penurunan produksi LH menyebabkan
korpus
progesteron.
Tidak
luteum adanya
menyebabkan
penebalan
dipertahankan,
selanjutnya
tidak
dapat
progesteron
dinding akan
rahim luruh
memproduksi dalam
darah
tidak
dapat
dan
terjadilah
pendarahan. Inilah yang disebut menstruasi. -
Bila terjadi pembuahan sel telur oleh sperma, maka zigot yang terbentuk akan melakukan nidasi / transplantasi (penanaman diri) pada endometrium.
Zigot akan berkembang menjadi
embrio, terus menjadi janin. Selanjutnya placenta janin yang terbentuk
akan
menghasilkan HCG
(Human
Chorionic
Gonadotropic) yang akan menggantikan peran progesteron. Janin ini mendapat makanan dari tubuh induknya dengan perantaraan plasenta (ari-ari / tembuni).
Sakus vitelinus, (kantong kuning telur) terletak di antara amnion dan plasenta, merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah yang pertama. Selaput-selaput tersebut berfungsi untuk:
Melindungi embrio terhadap kekeringan dan goncangangoncangan.
Membantu proses pernapasan, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnyaselama kehidupannya didalam rahim.
Amnion Merupakan selaput yang membatasi ruangan amnion di mana terdapat embrio. Dinding amnion menghasilkan cairan berupa air ketuban yang berguna untuk menjaga agar embrio tetap basah dan tahan goncangan.
Korion Merupakan selaput yang terdapat di sebelah luar amnion. Korion dan alantois akan tumbuh keluar membentuk jonjot dan berhubungan
dengan
dinding
rahim.
Jonjot-jonjot
korion
menempel pada dinding rahim. Di dalamnya terdapat pembuluh pembuluh darah yang berhubungan dengan peredaran darah ibu dengan perantaraan plasenta.
Alantois Terletak di dalam tali pusat. Jaringan epitelnya menghilang dan yang menetap adalah pembuluh-pembuluh darahnya yang berfungsi untuk menghubungkan sirkulasi embrio dengan plasenta. Plasenta dengan embrio dihubungkan oleh tali pusat. Di dalamnya terdapat 2 buah pembuluh nadi dan sebuah pembuluh balik yang berhubungan dengan pembuluh-pembuluh darah di dalam plasenta. Zat makanan dan oksigen dari pembuluh darah induknya melalui plasenta ke tali pusat dan selanjutnya ke pembuluh darah embrio. Sedang zat sisa metabolisma dan CO2 dari pembuluh darah embrio, ke tali pusat, terus ke plasenta, dan akhirnya dialirkan ke pembuluh darah ibu. Bila pertumbuhan dan perkembangan janin telah sempurna, janin akan keluar melalui vagina. Selubung janin akan pecah, diikuti keluarnya plasenta.
2. Siklus menstruasi. Menstruasi adalah proses normal yang harus dialami oleh semua wanita subur, yang ditandai dengan keluarnya darah dari vagina karena terjadi pengelupasan dinding rahim (endometrium). Peristiwa ini erat kaitannya dengan produksi ovum(telur). Itu sebabnya jika ada gangguan siklus menstruasi orang banyak mengaitkannya dengan terjadinya gangguan kesuburan. Untuk memahami bagaimana terjadinya menstruasi, kita harus kembali ke masalah hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis. Mekanisme produksi ovum diatur oleh hormon yang dihasilkan oleh bagian otak yang disebut hipofisis/pituitary. Ceritanya begini: pada saat tertentu hipofisis menghasilkan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) atau
hormon
yang
merangsang
pembentukan folikel .
Pembentukan folikel terjadi di dalam ovarium (indung telur), umumnya yang aktif adalah ovarium sebelah kiri. Di dalam folikel inilah terdapat calon ovum. Folikel
yang
sedang
hormon estrogen yang
tumbuh
berfungsi
tersebut
menghasilkan
merangsang
pertumbuhan
endometrium (penebalan dinding rahim). Sejalan dengan perkembangan folikel, maka estrogen yang dihasilkan akan semakin banyak, sehingga pada kadar tertentu akan merangsang hipofisis untuk menghasilkan hormon LH (Luteinizing Hormone) yang menyebabkan folikel pecah sehingga ovum keluar dan masuk ke dalam tuba fallopi/oviduct (saluran telur). Peristiwa inilah yang disebut ovulasi. Umumnya ovulasi terjadi
sekitar hari ke-14 dihitung sejak awal terjadinya menstruasi (lihat gambar). Inilah yang disebut dengan masa subur wanita. Folikel yang telah pecah tersebut akah berubah menjadi berwarna kekuningan dan disebut korpus luteum. Badan kuning ini selanjutnya mengeluarkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempercepat dan mempertahankan pertumbuhan endometrium. Untuk diketahui bahwa pada endometrium (penebalan dinding rahim) inilah kelak zigot (calon bayi) akan tumbuh dan memperoleh makanan dari ibunya melalui plasenta (ari-ari/tembuni). Endometrium dibentuk dari jalinan kapiler darah dan jaringan lain yang hangat dan lembut.
1.2 Konsep Menoragia
1.2.1
Definisi Menoragia adalah terjadinya perdarahan bersamaan dengan saat menstruasi dengan jumlah banyak dapat disertai dengan gumpalan bahkan saat mengeluarkan gumpalannya disertai rasa sakit atau dismenorea. Jumlah perdarahannnya melebihi 80 cc (Manuaba, 2008). Menoragia adalah perdarahan yang berlebihan, baik dalam jumlah maupun durasai pada interval menstruasi normal yang teratur (Varney, 2007). Menoragia merupakan perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. Umumnya jumlah darah menstruasi yang normal adalah sekitar 30 cc per hari, dan lama haid 46 hari. Jika darah menstruasi seseorang mencapai 80cc, itu sudah abnormal.
1.2.2
Etiologi Penyebab menoragia terletak pada kondisi dalam uterus. Hemostatis di endometrium pada siklus haid berhubungan erat dengan plasenta dan fibtrin. Formasi trobin akan membentuk plug dan selanjutnya diikuti vasokontriksi sehingga terjadi hemostatis. Gangguan anatomi juga akan menyebabkan menoragia termasuk diantaranya mioma uteri, polip
dan
hyperplasia
endometrium
(Anwar,
2011).
Menurut
Liewellyn (2007), menoragia dapat disebabkan oleh penyebab organik, tetapi pada kebanyakan kasus adalah disfungsional dengan kata lain disebabkan oleh perubahan endokrin atau pengaturan organic lain yaitu mioma uteri. Menurut Ambarwati dan Wulandari (2012), penyebab menoragia dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu
a. Gangguan Pembekuan Peluruhan saat haid bersifat self limited karena haid berlangsung secara
simultan
di
seluruh
endometrium
serta
jaringan
endometrium yang terbentuk oleh estrogen dan progesterone normal yang bersifat stabil. Estrogen breakthrough bleeding menyebabkan lapisan endometrium menjadi semakin menebal namun akhirnya runtuh karena kurang sempurnanya struktur endometrium karena tidak sebandingnya jumlah progesterone yang ada dibanding jumlah estrogen. b. Gangguan dalam organ dalam pelvis Menoragia biasanya berhubungan dengan fibroid pada uterus, adenommiosis, infeksi pelvis, polips endometrial dan adanya benda asing seperti IUD. Wanita dengan perdarahan haid melebihi 200 cc, 50% mengalami fibroid, sedangkan 40% pasien dengan adenomiosis mengalami perdarahan haid melebihi 800 cc. Menoragia pada retrofleksi disebabkan karena bendungan pada vena uterus sedangkan pada mioma uteri, menoragia disebabkan oleh kontraksi otot yang kurang kuat, permukaan endometrium yang luas dan bendungan vena uterus. c. Gangguan medis lainnya Gangguan medis lainnya yang dapat menyebabkan menoragia diantaranya
hipotiroid
dan
sindrom
chusing,
patofisiologi
terjadinya belum diketahui pasti. Dapat juga terjadi hipertensi, dekompensasi kordis dan infeksi dimana dapat menurunkan kualitas pembuluh darah. Menoragia dapat terjadi pada orang asthesia dan yang baru sembuh dari penyakit berat karena menyebabkan kualitas miometrium yang tidak baik.
1.2.3
Tanda dan Gejala Menurut anwar (2011), secara klinis menoragia didefinisikan dengna total jumlah darah haid lebih dari 80 ml per siklus dan durasi haid lebih lama dari 7 hari. Sulit menentukan jumlah darah haid secara tepat. Oleh karena itu bisa disebutkan bahwa bila ganti pembalut 2-5 kali per hari menunjukkan jumlah darah haid normal. Menoragia bila ganti pembalut lebih dari 6 kali per hari.
1.2.4
Patofisiologi
Patofisiologi adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilias yang terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Pengkajian riwayat kesehatan yang menyeluruh akan membantu dalam menentukan apakah seseorang wanita mengalami aliran darah menstruasi yang normal atau tidak. Namun dalam menentukan apakah perdarahan tersebut merupakan perdarahan yang berlebihan atau bukan. Jumlah kehilangan darah yang dipertimbangkan normal selama menstruasi adalah sekitar 30 cc (Varney, 2007).
1.2.5
Patway
1.2.6
Penanganan Medis Menurut Manuba (2008), penanganan tindakan pada menoragia, yaitu: a. Melakukan rujukan ke rumah sakit untuk mendapatkan terapi sesuai dengan penyebabnya. b. Bila perdarahan cukup banyak sebaiknya memasang tampon vaginal yang dapat menghentikan sementara selama dalam perjalanan c. Pengobatan diberikan berdasarkan kasus. Jika ditemukan kelainan organ seperti mioma maka penyebabnya harus dihilangkan (diangkat). Untuk kelainan hormon, berikan progesterone seperti mesroksi progesterone asetat (MPA) 10mg/hari pada hari ke 16-25 siklus menstruasi. Menurut Varney (2007), penanganan menoragia dengan pendekatan farmakologis, yaitu: a. Berikan progestin agonis gonadtropin-releasing hormone (GnRH), obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) dan dansol. b. Pemberian terapi
Medroksiprogesteron asetat 10 mg per oral 1xsehari selama 10 hari
Norethindrone 5 mg per oral 2x sehari selam 10 hari. Bagi individu yang mengalami kesulitan dengan jadwal pil harian dapat medrosiprogesteron asetat (DMPA) 10 mg IM untuk mengurangi aliran menstruasi.
1.3 Rencana Asuhan Keperawatan 1.3.1 Pengkajian 1. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Anggraini, 2010) a)
Identitas klien dan suami terdiri dari:
Nama Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari adanya kekeliruan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien lainnya.
Umur Untuk mengetahui apakah pasien termasuk resiko tinggi. Pada kasus usia 30-55 tahun mengalami haid yang berlebih
dan dari jumlah tersebut 10% termasuk dalam kategori menoragia.
Suku/bangsa Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras
Agama Untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap agama yang dianutnya dan mengenali hal-hal yang berkaitan dengan masalah asuhan yang diberikan.
Pendidikan Untuk mengetahui tingkat intelektual karena tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.
Pekerjaan Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan status ekonomi klien dan apakah pekerjaan ibu/suami dapat mempengaruhi kesehatan klien atau tidak.
Alamat Untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai apakah lingkungan
cukup
aman
bagi
kesehatannya
serta
memudahkan dalam melakukan kunjungan rumah. b) Keluhan Utama Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan. Klien datang untuk memeriksakan masalah haidnya yang lebih banyak dari noermal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari) (Anggraini, 2010). Pada kasus menoragia ganti pembalut 6 kali per hari (Anwar, 2011). c) Riwayat Menstruasi Riwayat menstruasi untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus
menstruasi,
lamanya
menstruasi,
banyaknya
darah
menstruasi, teratur/tidak menstruasinya, sifat darha menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit wkatu menstruasi disebut disminorea (Sulistyawati, 2009). Pada kasusu gangguan reproduksi dengan menoragia perdarahan yang berlebihan baik jumlah maupun siklusnya ganti pembalut 6 kali per hari (Varney, 2007). d) Riwayat Perkawinan Untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, umur saat menikah karena menikah di usia muda dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ginekologi (Norma dan Dewi, 2013)
e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu Riwayat kehamilan untuk mengetahui keluhan saat hamil, periksa ANC kenama, mendapatkan apa saja selama periksa hamil. Riwayat persalinan untuk mengetahui melahirkan dimana, berapa BB dan PB bayi lahir normal dan langsung menangis atau tidak. Riwayat nifas untuk mengetahui masa nifas normal atu kah disertai komplikasi, lama nifas berapa hari, ibu memberikan ASI Eksklusif atau tidak (Norma dan Dwi, 2013). f) Riwayat Keluarga Berencana Data ini mengkaji alat kontrasepsi yang digunakan serta untuk mengetahui keluhan yang dialami ibu sebagai efek samping dari alat kontrasepsi yang digunakan (Varney, 2007). Pada kasus gangguan reproduksi dengan menoragia yaitu dapat disebabkan oleh adanya benda asing, seperti Intra Uterin Device (IUD) (Ambarwati dan Wulandari, 2010). g) Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Sekarang Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan menoragia (Anggraini, 2010).
Riwayat Penyakit keluarga Untuk mengetahui penyakit yang diderita keluarga klien misalnya penyakit menular, menurun dan menahun yaitu TBC, DM, jantung maupun penyakit ginekologi lain seperti kusta, tumor dan sebagainya (Norma dan Dwi, 2013).
Riwayat Kesehatan yang lalu Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, diabetes mellitus, asma yang dapat mempengaruhi menoragia (Anggraini, 2010).
Riwayat Kesehatan Keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular seperti: AIDS, Hepatitis, TBC, dan penyakit menular seperti: Asma, jantung, DM, maupun keturunan kembar dari riwayat operasi (Anggraini, 2010).
h) Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola Nutrisi
Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati adakah peningkatan berat badab atau tidak pada pasien (Anggraini, 2010).
Pola Eliminasi Untuk mengetahui perubahn siklus BAB apakah lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang (Anggraini, 201 0).
Istirahat
Dikaji untuk mengetahui berapa jam ibu tidur malam dan tidur siang. Pola tidur terganggu karena rasa yang tidak Nyman (Anggraini, 2010).
Pola Aktivitas
Dikaji
untuk
mengetahui
pola
aktivitas
(Ambarwati
dan
Wulandari, 2008). Aktivitas sehari-hari akan terganggu karena gangguan rasa nyaman (Anggraini, 2010).
Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui mandi setiap hari berpa kali, gosok gigi berapa kali, ganti pakaian berapa kali. Pada kasus menoragia perlu sering mengganti pembalut pada saat malam hari (Anggraini, 2010).
Kehidupan Seksual
Untuk mengkaji frekuensi dan posisi dalam berhubungan dan apakah ada keluhan atau tidak. Pada kasus menoragia tidak melakukan hubungn seksual dikarenakan perdarahan yang banyak (Anggraini, 2010). i) Data Psikologis Untuk mengetahui psikologis ibu sedih, takut, cemas, menerima atau menolak kondisinya, bagaimana hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangga (Ambarwati & Wulandari, 2010).
2. Data Objektif Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur. a) Status Generalis
Keadaan Umum Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang, jelak. Pada kasus menoragia keadaan umum baik (Sulistyawati 2009).
Kesadaran Untuk
mengetahui
tingkat
kesadaran
pasien
apakah
coposmentis (sadar penuh: memberikan respon cukup terhadap
stimulus yang diberikan), apatis (acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya), somnolen (gelisah: tidak responsive terhadap rangsangan ringan dan masih memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat), delirium, semi koma dan koma (tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun), gerakan yang ekstrem dan ketegangan otot (Alimul, 2008).
Tanda-tanda Vital
Tensi Untuk mengetahui factor resiko hipertensi (Sulistyawati, 2009). Batas normal 110/60-140/90 mmHg (Ambarwati & Wulandari, 2010).
Suhu Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak jika ada dan lebih 38oC kemungkinan terjadi infeksi. Batas normal 37,5-38oC (Ambarwati & Wulandari, 2010).
Nadi Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit (Sulistyawati,
2009).
Batas
normal
60-80
x/menit
(Ambarwati & Wulandari, 2010).
Respirasi Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1 menit (Sulistyawati, 2009). Batas normal 20-30 x/menit (Ambarwati & Wulandari, 2010).
Berat Badan Untuk mengetahui factor resiko obesitas (Sulistyawati, 2009).
Tinggi Badan Untuk
mengetahui
faktor
resiko
kesempitan
panggul
(Sulistyawati, 2009). Tinggi badan wanita normal 150 cm (Ambarwati & Wulandari, 2010).
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai ujung kaki (Sulistyawati, 2009). a) Kepala
Rambut
: Meliputi warna mudah rontok atau tidak dan kebersihannya.
Muka
:Keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, adakah edema. Pada kasus menoragia muka terlihat pucat karena perdarahan.
Mata
: Ada edema atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak, untuk mengetahui adakah kuning pada sclera. Pada kasus menoragia kinjungtiva pucat karena perdarahan.
Hidung
:Bagaimana kebersihannya, ada pengeluaran secret atau tidak
Telinga
: Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak
Mulut
: Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak
b) Leher Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Sulistyawati, 2009). c) Dada dan Axilla Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Sulistyawati, 2009). d) Abdomen Apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Varney, 2007). Pada kasus menoragia adanya nyeri tekan pada sympisis (Sulistyawati, 2009). e) Genetalia Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi, varices,
pembesaran
kelenjar
bartolini
dan
perdarahan
(Sulistyawati, 2009). Kasus menoragia terdapat pengeluaran darah dari vagina yaitu > 80 cc (Ambarwati & Wulandari, 2010).
Inspekulo
: Dilakukan untuk memastikan keadaan portio
atau servik dan pengeluaran pervagina (Nurasalam, 2008) adanya perdarahan uterus tanpa structural atau sistematik yang jelas yang menyebabkan menstruasi lebih berat (Yatim, 2008).
Pemeriksaan dalam
: untuk mengetahui apakah ada nyeri
sentuh, adakah benjolan atau tidak (Prihardjo, 2007). Pada kasus menoragia terlihat pengeluaran darah dari vagina yaitu > 80 cc (Ambarwati & Wulandari, 2010).
Anus : Apakah ada haemorhoid atau tidak (Yatim, 2008)
f) Ekstremitas Ekstremitas atas dan bawah ada cacat atau tidak edema atau tidak terdapat varices atau tidak (Yatim, 2008)
4. Pemeriksaan Penunjang Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnose, apabila diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan Hb dan papsmear. Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menyngkirkan adanya gangguan pada darah serta pemeriksaan hormone FSH, LH dan prolaktin jika memungkinkan. Menurut Varney (2007), uji laboratorium harus mencakup hemoglobin dan hematokrit untuk menentukan apakah perdarahan yang terjadi pada wanita mengarah ke keadaan anemia.
1.3.2
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1: Risiko kekurangan volume cairan 00028 (NANDA 2015 2017). 1.3.2.1 Definisi Kerentanan mengalami penurunan volume cairan intravascular, interstisial atau intraselular, yang dapat mengganggu kesehatan 1.3.2.2 Batasan karakteristik a. Haus b. Kelemahan c. Kulit kering d. Membrane mukosa kering e. Peningkatan frekuensi nadi, hematokrit, konsentrasi urin dan suhu tubuh. f.
Penurunan berat badan tiba-tiba
g. Penurunan haluaran urine, pengisian vena, tekanan darah, nadi, turgor kulit, turgor lidah. h. Perubahan status mental 1.3.2.3 Faktor yang berhubungan a. Kegagalan mekanisme regulasi b. Kehilangan cairan aktif
Diagnosa 2: Nyeri Akut 00132 (NANDA 2015-2017) 1.3.2.4 Definisi Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan . awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi. 1.3.2.5 Batasan Karakteristik a. Diaphoresis b. Dilatasi pupil c. Ekspresi wajah nyeri d. Fokus menyempit e. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri f.
Perubahan selera makan
g. Putus asa h. Sikap melindungi area nyeri i.
Sikap tubuh melindungi
1.3.2.6 Faktor yang berhubungan a. Agens cedera biologis (misalnya, infeksi, iskemia, neoplasma) b. Agens cedera biologis (misalnya, abses, amputasi, luka bakar, tepotong, mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan) c. Agens cedera kimiawi (misalnya, luka bakar, kap saisin, metilen klorida, agens mustard) 1.3.3
Perencanaan Diagnosa 1 : Risiko kekurangan volume cairan 1.3.3.1 Tujuan dan kriteri hasil Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam, risiko kurangnya volume cairan tidak terjadi. Kriteria hasil : • Turgor kulit baik baik. • Mukosa bibir tidak kering. • Kelopa mata tidak cekung. • Klien tidak haus. 1.3.3.2 Intervensi Keperawatan a. Kaji status hidrasi pada klien. R/ : Mengetahui tingkat hidrasi pada klien b. Catat intake output cairan dan banyaknya perdarahan R/ : Mengetahui masukan dan pengeluaran cairan c. Anjurkan klien untuk minum air putih secara adekuat (2,5L/hari) R/ : Menggantikan cairan yang hilang
d. Jelaskan pada klien penyebabnya pendarahan dan rencana tindakan keperawatan selanjutnya. R / : Agar klien mengetahui tentang kondisinya dan tindakan yang diberikan selanjutnya. e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral( jika diperlukan). R / : menggantikan cairan yang hilang. Diagnosa 2 : Nyeri akut 1.3.3.2 Tujuan dan kriteri hasil Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam nyeri klien akan berkurang. Kriteria hasil:
Klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat berkurang.
1.3.3.3 Intervensi Keperawatan a. Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non verbal, dan respon hemodinamik) klien. R/ : untuk mendapatkan indicator nyeri. b. Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10. R/ : Nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metode yang mudah serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri. c. Jelaskan penyebab nyeri klien. R/ : Dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri. d. Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi R/ : Relaksasi nafas dalam membantu mengurangi nyeri dan distraksi mengalihkan perhatian e. Lakukan kompres/mandi air panas. R/ : Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan kon traksi uterus sehingga iskemia tidak terjadi. f.
Kolaborasi pemberian analgetik (ibu profen, naproksen, ponstan) R/ : membantu mengurangi nyeri
Daftar Pustaka
1.
Ambarwati, E.R & Wulandari, D.2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta: Mitra Cendikia.
2.
Anwar, dkk, 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3.
Herdman T. Heather, Kamitsuru S. 2015. Nanda International Inc.Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 . Jakarta : ECG
4.
Manuaba, I.B.G. 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
5. Norma & Dwi, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus. Yogyakarta: Nuha Medika. 6.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC.
7.
Yatim, F, 2008. Penyakit Kandungan Myom, Kista, Kanker Rahim/Leher Rahim serta gangguan Lainnya.Jakarta:Pustaka Popular Obor.
8.
Wilkinson Judith M & Nancy R Ahem. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi Jakarta: EGC.
Banjarmasin,
Preseptor Akademik
(.................................................)
Desember 2016
Preseptor Klink
(...................................................)
LAPORAN PRAKTIK NERS A STASE MATERNITAS RUANGAN POLIKLINIK KANDUNGAN RSUD ULIN BANJARMASIN
Oleh : AINA MAHRITA NPM. 1614901110014
UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH BANJARMASIN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS TAHUN 2016-2017