PENGELOMPOKAN PERSEDIAAN
Perusahaan Dagang, persediaan disebut persediaan barang dagang yaitu barang dagang yang dimiliki perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk siap untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan.
Perusahaan Manufaktur, awalnya persediaan belum siap untuk dijual sehingga perlu diolah terlebih dahulu:
Bahan Mentah
Barang Setengah Jadi
Barang Jadi
Masuk Terakhir Keluar pertama (Last In First Out – LIFO )
Cara ini digunakan dng mendasarkan pd asumsi bahwa arus pembebanan ke Harga Pokok Penjualan berdasarkan pada harga pembelian terakhir.
Metode Rata-rata (Average)
dng metode rata-rata pembebanan ke harga pokok untk brg yg dijual atau untk persedian akhir menggunakan harga rata-rata. Metode rata-rata terdiri atas:
- Rata – rata Sederhana (Simple Average), harga rata-rata dihitung dng cara menjumlahkan harga pokok per unit (tanpa mengalikan juml barang ) dibagi dng banyaknya harga.
- Rata – rata Bergerak (Moving Average)
seperti pd perhitungan rata-rata tertimbang,Pembebanan ke harga pokok penjualan dilakukan setiap terjadi pembelian. Metode ini digunakan pada perpetual.
Sistem Penilaian Persedian:
Berdasarkan harga Perolehan
Metode Identifikasi Khusus
metode ini berasumsi arus barang harus sama dng arus biaya, sehingga setiap kelompok brg diberi identifikasi dan dibuat kartu. HP untk setiap brg dpt diketahui, sehingga HPP terdiri atas HP Brg yg dijual dan sisanya sebagai persedian akhir . Metode ini digunakan untk persh yg mempunyai persedian relatif sedikit ttp harga per unitnya besar. Karena itu HPP dan HP Persedian menggunakan arus harga pokok sebenarnya (actual) dari persedian.
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In Firt Out – FIFO)
metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa barang yg masuk pertama akan dikeluarkan pertama.
Pd sistem periodik, HPP tdk dicatat dlm setiap penjualan ttp total HPP dihitung pd akhir periode. Pd tgl 3 Nop. PT.Z mencatat penjualan sebesar Rp 2.400.000 secara kredit dimana HPP sebesar Rp 1.600.000
Tgl 6 Nop, pelanggan mengembalikan brg yg dibeli dari PT. Z pada tgl 3 Nop dng harga jual Rp 800.000 dan HPP Rp 600.000.
PERIODIK
PERPETUAL
Piutang
Penjualan
2.400.000
2.400.000
Piutang
Penjualan
HPP
Persedian
2.400.000
1.600.000
2.400.000
1.600.000
PERIODIK
PERPETUAL
Retur Penjualan
Piutang
800.000
800.000
Retur Penjualan
Piutang
HPP
Persedian
800.000
600.000
800.000
600.000
PT.Z mengembalikan brg dagangan yg dibeli tgl 2 Nop karena cacat. Biaya dicatat sebesar perolehan (termasuk diskon) sebesar Rp 300.000 dan mencatat pengembalian brg tgl 15 Nop.
PT. Z membayar biaya angkut sebesar Rp 75.000 . Dalam sistem periodik, biaya ini dicatat ke dalam akun biaya angkut.
PERIODIK
PERPETUAL
Pembelian
Retur Pembelian
300.000
300.000
Utang Dagang
Persedian
300.000
300.000
PERIODIK
PERPETUAL
Biaya Angkut
Kas
75.000
75.000
Persedian
Kas
75.000
75.000
Contoh rata-rata sederhana:
2 Jan Persedian awal 200 unit @ Rp 10.000 = Rp 2.000.000
10 Jan Pembelian 400 unit @ Rp 11.500 = Rp 4.600.000
18 Jan Pembelian 100 unit @ Rp 12.500 = Rp 1.250.000
24 Jan Pembelian 200 unit @ Rp 12.000 = Rp 2.400.000
Persedian per 31 Januari diketahui sebesar 200 unit.
Rata-rata Persedian =
10.000 + 11.500 + 12.500 +12.000
4
= 46.000/4 = 11.500
Jadi nilai persedian per 31 januari = 200 X Rp 11.500 = Rp 2.300.000
Contoh rata-rata bergerak:
TGL
URAIAN
PEMBELIAN
PEMAKAINAN/HPP
SALDO
unit
Rp
unit
Rp
Juml
unit
Rp
Juml
2/1
10/1
15/1
18/1
24/1
30/1
Saldo
Beli
Pakai
Beli
Beli
Pakai
400
100
200
11.500
12.500
12.000
300
400
11.000
11.583
3.300.000
4.633.333
200
600
300
400
600
200
10.000
11.000
11.000
11.375
11.583
11.583
2.000.000
6.600.000
3.300.000
4.550.000
6.950.000
2.316.666
Berdasarkan Estimasi
Penetapan besarnya nilai persedian akhir dpt dilakukan dng mendasarkan estimasi pada:
Metode laba Kotor
pd metode ini nilai persedian akhir dihitung mundur dan biasanya digunakan dlm jeadaan khusus. Con : persh dlm keadaan terbakar, sehingga sulit menetapkan secara fisik nilai persedian akhir.
Contoh:
Data yg diperoleh dari buku perusahaan:
Total Penjualan Rp 20.000.000
Pembelian Rp 10.000.000
Pers.Awal Barang Rp 16.000.000
Laba Kotor Penjualan 40 % dari harga jual
Besarnya Nilai Persedaian Akhir dihitung sbb:
Total Penjualan Rp 20.000.000
Laba Kotor (40% X 20 jt) Rp 8.000.000
HPP Rp 12.000.000
Brg tersedia unk dijual: (Rp16.000.000+ Rp10.000.000) = Rp26.000.000
Jadi Taksiran Nilai Persedian Akhir Rp 14.000.000 ( Rp 26.000.000 – Rp 12.000.000 )
Nilai Jual
terhadap produk yg harga jual dapat ditentukan secara pasti, ttp harga perolehannya sulit ditetapkan, maka nilai persedian ditetapkan sebesar harga jual dikurangi taksiran biaya-biaya penjualan yg dpt terjadi. Metode ini digunakan untuk menetapkan persedian produk pertanian atau logam mulia.
Metode Penilaian Lainnya:
Hrg Terendah antara Hrg Perolehan dan Harga Pasar (Lower of cost or Market whichever is Lower –LOCOM)
Jika persedian di gudang secara fisik mengalami kerusakan sehingga manfaatnya tdk lagi sepadan dng harga pokok atau akibat lainnya. Seperti perubahan tingkat harga. Oleh krn itu pd umumnya persedian dinyatakan sebesar Hrg Terendah antara Hrg Perolehan dan Harga Pasar nya. Selisih penurunan tsb diakui sebagai kerugian pd saat terjadinya. Contoh:
Jenis Brg
Juml (unit)
HP Per Unit
HP Pasar Per Unit
Total
LOCOM
HP
H Pasar
1
2
3
4
A
B
C
D
500
400
200
300
10.000
15.000
8.000
12.000
9.000
20.000
9.000
7.000
5.000.000
6.000.000
1.600.000
3.600.000
16.200.000
4.500.000
8.000.000
1.800.000
2.100.000
16.400.000
4.500.000
6.000.000
1.600.000
2.100.000
14.200.000
Perhitungan Harga Pokok Penjualan:
Pers. Awal Rp 30.000.000
Pembelian Rp 390.000.000
Brg Tewrsedia Dijual Rp 420.000.000
Pers. Akhir Rp 56.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 364.000.000
Metode Eceran (Ritel)
Penetapan nilai persedian akhir berdasarkan pd hrg pasar (market value).
Contoh:
Taksiran Persedian Barang Akhir dpt dihitung sbb:
Brg Tersedia Dijual Rp 600.000.000
Penjualan Rp 520.000.000
Pers. Brg Akhir (Dsr Harg Jual) Rp 80.000.000
Taksiran Pers. Brg Akhir : 70% X Rp 80.000.000 = Rp 56.000.000
HARGA POKOK
HARGA JUAL
Persedian Awal
Pembelian
Barang Tersedia Dijual
30.000.000
390.000.000
420.000.000
50.000.000
550.000.000
600.000.000
Persentase Harga Pokok terhadap Harga Jual (Cost to Retail Ratio) :
( 420.000.000 / 600.000.000 ) X 100% = 70 %
Perbedaan sistem periodik dan perpetual :
Tgl 2 Nop PT. Z mencatat pembelian brg dagangan sebesar Rp 1.200.000 secara kredit dng syarat 2/10, n/30.
PT. Z mebayar pembelian tgl 2 Nop dlm periode diskon Rp 1.176.000 ( 98%X Rp 1.200.000)
PERIODIK
PERPETUAL
Pembelian
1.200.000
Persedian
1.200.000
Utang Dagang
1.200.000
Utang Dagang
1.200.000
PERIODIK
PERPETUAL
Pembelian
Dis. pembelian
Kas
1.200.000
24.000
1.176.000
Utang Dagang
Persedian
kas
1.200.000
24.000
1.176.000
Sistem Perpetual
Setiap pencatatan dilakukan secara terus menerus dimana setiap pembelian dan penjualan barang dagangan dicatat dalam akun "Persediaan". Persh mencatat secara detail harga pokok dari setiap persedian barang dagangan yg dijual dan dibeli.
Sistem Pencatatan persediaan :
Sistem Periodik
Setaip pembelian dicatat dalam akun "pembelian" dan penjualan dicatat dalam akun "penjualan". Persh menentukan HPP hanya pada saat akhir periode akuntansi dng rumus:
Persedian dihitung dengan melakukan perhitungan fisik pada setiap akhir periode. Dng sistem ini perhitungan persediaan dpt dilakukan dng akurat dan benar.
Kelemahannya jika jumlah dan jenis persediannya banyak, cara ini sangat mahal. Sistem ini tdk bertentangan dbg perpajakan karena berdasarkan perhitungan yg benar.
Persedian Awal + Pembelian (neto) – Persedian Akhir = Harga Pokok Penjualan
Akun diskon pembelian ( purchase discount) adalah untk transaksi pembelian yg dilakukan secara kredit dimana pembeli melakukan pembayaran dlm jangka waktu tertentu sehingga pembeli mendapatkan potongan harga sehingga penjual dpt dng segera mengonversi piutang usaha menjadi kas ataupun bank .
Akun diskon penjualan ( sales discount) dicatat apabila potongan penjualan yg diberikan pihak penjual untk pembayaran yg segera dilakukan oleh pembeli, sebesar nilai jual yg tertera dlm faktur setelah dikurangi retur.
Biaya angkut yg dibayar oleh pembeli akan menambah HPP yg dibeli
Biaya angkut yg dibayar oleh penjual akan dicatat dalam "beban operasional" pada Laporan Laba Rugi.
Bila ada barang yg rusak/tdk sesuai pesanan jika pembeli mengembalikan maka akan dicatat dalam akun retur pembelian (purchase return) , sebaliknya penjual akan mencatat dalam akun retur penjualan (sales return)
Menurut Wild dan Kwok (2011:157-158), biaya angkut dibagi 2:
FOB Destination
Biaya angkut dibayar oleh penjual dan kepemilikan barang dagang akan berpindah pada saat barang telah sampai di gudang pembeli.
FOB Shipping Point
Biaya angkut dibayar oleh pembeli dan kepemilikan barang dagang berpindah pada saat barang sampai di pelabuhan atau barang sampai di perusahaan pengangkutan (carrier)
KEPEMILIKAN BARANG
Harus ditentukan di awal transaksi jual beli, yaitu berdasarkan pada perjanjianatau syarat-syarat penjualan yang disepakati.
Merupakan suatu kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali piutang dari para pelanggan. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong pelanggan untuk segera memenuhi kewajibannya. Contoh:
2/10 – n/90
Penjual akan memberikan potongan/diskon sebesar 2% bila pembayaran dilakukan paling lama 10 hari setelah transaksi dilakukan, dan transaksi ini akan jatuh tempo dalam jangka waktu 90 hari.
Perusahaan A melakukan pembelian barang secara kredit dengan harga barang adalah Rp. 25juta.
Penjual memberikan syarat penjualan kredit
5/5 – n/15
Berapa tagihan yang harus dipenuhi perusahaan A apabila membayar pada hari ke 3??
Berapa tagihan yang harus dipenuhi perusahaan A apabila membayar pada hari ke 12??
Contoh 1
Harga = 25juta
Sebelum hari ke 5:
25.000.000 - (25.000.000 x 0.05)
25.000.000 – 1.250.000
23.750.000
Setelah hari ke 5:
25.000.000
Jawaban 1
Biaya konversi
Meliputi biaya yg secara lansung terkait dengan unit yg diproduksi contoh biaya tenaga kerja langsung termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yg timbul dlm mengonversi bahan menjadi barang jadi.
Biaya-biaya lain
Hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang timbul, agar persediaan berada dlm kondisi dan lokasi saat ini.
Pengukuran Persediaan:
Dalam PSAK No. 14, biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yg timbul sampai persediaan berada dlm kondisi dan lokasi saat ini.
Biaya pembelian
meliputi harga beli, bea import, pajak lainnya (kecuali yg kemudian dpt ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yg secara langsung dpt diartibusikan pada perolehan brg jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang, rabat, dan hal lain yg serupa dikurangkan dlm menentukan biaya pembelian.
Barang dlm pengolahan
Adalah barang yg masih dlm tahap penyelesaian. Untk menyelesaikan membutuhkan biaya tenaga dan biaya tdk langsung lainnya,
Barang jadi (finished good)
Adalah produk yg telah selesai diolah dan siap untk dijual. Semua biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya tdk langsung telah selesai dibebankan.
Barang dalam perjalanan (goods in transit)
Adalah barang yg dikirim atas dasar FOB Shipping Point yg masih berada dlm perjalanan pd akhir periode akan menjadi milik pembeli dan hrs diperhitungkan pd catatan pembeli.
Barang konsinyasi (consigned goods)
Adalah barang yg telah diserahkan kepada consignee ttp merupakan kepemilikan dari consignor dan dimasukan dlm persediaan consignor sebesar hrg beli atau biaya produksi .
Jenis Persedian:
Pengadaan brg untk usaha dagang dimaksudkan untk dijual kembali, sedangkan pengadaan untk usaha manufaktur untk diolah menjadi brg jadi sebelum dijual. Jenis persedian usaha manufaktur sbb:
Bahan baku (raw material) dan bahan pelengkap
Biaya perolehan bahan baku (raw material) terdiri atas harga pembelian, ongkos angkut, biaya gudang, dan biaya lain-lain yg berhubungan dng penyimpanan sampai bahan tsb dipakai dlm produksi. Bahan baku digolongkan : bahan baku langsung (bahan-bahan yg dpt diidentifikasikan langsung dlm produk) misal : bahan kayu untk pembuat lemari. dan bahan pembantu (bahan yg tdk dapat diidentifikasikan langsung dlm produk) misal: kertas amplas, minyak pelumas
Perpajakan:
Dalam UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 10 ayat(6):
sistem pencatatan yg diperkenankan adalah sistem pencatan perpetual.
Penilaian pemakaian persedian untk perhitungan HPP ada dua yaitu metode rata-rata (average) atau FIFO (First In First out). Pemilihan metode ini harus taat azas, artinya sekali WP memlilih salah satu cara penilaian pemakaian persedian untk perhitunga HPP, maka untk selanjutnya harus digunakan cara yg sama.
Contoh:
Tgl 3 Maret 2012 PT. B membeli 100 unit brg dagangan dng harga Rp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN ) secara tunai. PT. B telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31 Januari 2005. Pembukuan atas persedian dilakukan secara perpetual.
Jurnal untk transaksi tsb:
Tanggal
Keterangan
Debet
Kredit
03/03/12
Persedian barang dagangan
Pajak Masukan
Kas/Bank
5.000.000
500.000
5.500.000
Catatan:
Pajak Masukan : 10% X Rp 5.000.000 = Rp 500.000
Harga 1 unit barang dagangan adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp 500.000
Pd tgl 31 Maret 2012, PT. B menjual 30 unit brg dagangan secara tunai dng harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 70.000 (belum termasuk PPN) .
Jurnal transaksi tsb:
Tanggal
Keterangan
Debet
Kredit
31/03/12
Kas/bank
Pajak Keluaran
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Persedian Barang dagangan
(30 unit X Rp 50.000)
2.310.000
1.500.000
210.000
2.100.000
1.500.000
Catatan:
Pajak Keluaran : 10 % X Rp 2.100.000 = Rp 210.000
Persedian brg dagangan yg tersisa dan tercatat dlm pembukuan PT. B per tanggal 31 Maret 2012 adalah : 70 unit X Rp 50.000 = Rp 3.500.000
Contoh
Pada tanggal 4 April 2012, PD. Bintang membeli 100 unit barang dagang dengan harga Rp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN) secara tunai. PD. Bintang telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31 Januari 2005. Pembukuan persediaan dilakukan dengan sistem perpetual :
Tanggal
Keterangan
D
K
4-April-'12
Persediaan Barang Dagang
PPN Masukan
Kas/Bank
5.000.000
500.000
---
---
---
5.500.000
Harga 1 unit barang adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp50.000
SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN
Dalam UU PPh No 36/2008, sistem pencatatan persediaan tidak diatur secara jelas. Selama sistem dapat menunjukkan kebenaran pencatatan, konsisten, dan taat asas, ketentuan perpajakan dapat menerimanya.
Sistem Pencatatan Periodik
Sistem Pencatatan Perpetual (UU PPh No.36/2008 menegaskan agar pencatatan sedapat mungkin dilakukan dengan sistem perpetual
Jenis persediaan
Biaya Bahan Baku dan Bahan Pelengkap (harga beli + ongkos angkut + biaya gudang + lain-lain yg berhub dgn penyimpanan)
Barang dalam Pengolahan (brg yg msh dlm tahap penyelesaian, untuk menyelesaikan produk tsb, perusahaan masih memerlukan tambahan pekerjaan shg membutuhkan Biaya Tenaga Kerja dan biaya tidak langsung lainnya)
Barang Jadi (produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dijual)
DEFINISI PERSEDIAAN (PSAK 14)
Aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, baik barang dagangan untuk usaha perdagangan maupun barang jadi untuk manufaktur; berada dalam proses produksi (barang dalam proses manufaktur dan pekerjaan dalam proses untuk kontraktor); dan dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (bahan pembantu) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
PENGERTIAN
Dalam SAK-ETAP yg diatur oleh IAI (2009:52) adalah:
Aset untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
Dlm proses produksi untuk kemudian dijual
Dlm bentuk bahan atau perlengkapan untk digunakan dlm proses produksi atau pemberian jasa.
Jadi persedian merupakan aset yg dimiliki untk dijual dlm kegiatan usaha normal dlm persh dagang maupun persh manufaktur yg membutuhkan proses produksi.
AKUNTANSI PAJAK
PERSEDIAAN
Pada tanggal 30 April 2012, PD. Bintang menjual 30 unit barang dagang secara tunai dengan harga jual Rp70.000/unit (belum termasuk PPN)
Tanggal
Keterangan
D
K
30-4-'12
Kas/Bank
PPN Keluaran
Penjualan
HPP
Persediaan Barang Dagang
Rp 2.310.000
---
---
Rp1.500.000
--
---
Rp 210.000
Rp2.100.000
---
Rp1.500.000
Pers brg dgg yg tersisa dan tercatat dlm pembukuan = Rp 50.000 x 70 = Rp 3.500.000
Persediaan
Merupakan aktiva :
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (barang dagang & dan produk jadi)
Berada dalam proses produksi
Bahan baku dan bahan pembantu
Untuk tujuan PPN, pasal 1 bagian (e) UU PPN 1984 menyatakan penyerahan barang kena pajak ke pedagang perantara dianggap transaksi penyerahan penjualan. Barang konsinyasi tidak termasuk persediaan consignee.
Akuntansi persediaan berkaitan dengan sistem pencatatan dan penilaian. Untuk tujuan perpajakan, pasal 10 ayat (6) UU PPh menganut Metode FIFO & Harga Pokok Rata-rata.
14/10/2014 18:27:55
Lili Syafitri--D-7134
2
Nilai persediaan dalam neraca
Penilaian persediaan barang didasarkan pada harga perolehan. Penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan HPP hanya boleh dilakukan melalui dua cara menurut ketentuan perpajakan UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 10 ayat (6), yaitu :
1. Metode rata-rata (average) atau
2. Metode FIFO
Pemilihan ke dua metode tersebut harus dilakukan secara taat asas, artinya sekali WP memilih salah satu cara penilaian pemakaian persediaan untuk perhitungan HPP, maka untuk selanjutnya harus digunakan cara yang sama.
Jika PT. B belum dikukuhkan sebagai PKP maka jurnal pada saat pembelian brg dagangan sbb:
PT. B tdk dpt mengkreditkan Pajak Masukannya sehingga Pajak Masukan dimasukkan sebagai harga perolehan brg dagangan. Jadi I unit barang dagangan adalah Rp 5.500.000 : 100 unit = Rp 55.000.
Tanggal
Keterangan
Debit
Kredit
03/03/12
Persedian barang dagangan
Kas/ Bank
5.500.000
5.500.000
Jurnal transaksi penjualan:
Karena bukan PKP maka PT. B tidak memungut Pajak keluarn.
Tanggal
Keterangan
Debet
Kredit
31/03/12
Kas/Bank
Penjualan
Harga Pokok Penjulan
Persedian brg dagangan
(30 unit X Rp 55.000)
2.100.000
1.650.000
2.100.000
1.650.000
Jika PD. Bintang belum dikukuhkan sbg PKP
PD. Bintang tidak dapat mengkreditkan PPN Masukannya sehingga PPN Masukan dimasukkan sebagai harga perolehan barang dagang sehingga harga 1 unit barang adagang adalah Rp5.500.000 : 100 unit = Rp55.000
Tanggal
Keterangan
D
K
4-4-'12
30-4-'12
Persediaan barang dagang
Kas/Bank
Kas/Bank
Penjualan
HPP
Persediaan barang dagang
5.500.000
---
2.100.000
--
1.650.000
---
---
5.500.000
---
2.100.000
---
1.650.000
Karena bukan PKP, maka PD. Bintang tidak memungut PPN Keluaran
TUGAS 2
Tgl 15 Maret 2013 PT. Star mencatat pembelian barang dagangan sebesar Rp 12.000.000 secara kredit dng syarat 4/10, n/30.
Tanggal 22 Maret PT. Star melunasi pembelian pada tanggal 15 maret
Buatlah jurnal dengan menggunakan sistem periodik dan perpetual!
Tgl 15 Juni 2013 PT. Rainbow membeli 125 unit barang dagangan dng harga Rp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN ) secara tunai. PT. Rainbow telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31 Januari 2005. Pembukuan atas persedian dilakukan secara perpetual. Bagaimana pembukuannya bila PT. Rainbow belum dikukuhkan sebagai PKP?
Pd tgl 31 Maret 2013, PT. Laris menjual 26 unit barang dagangan secara tunai dng harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 56.000 (belum termasuk PPN). Buatlah jurnal!
SEKIAN
Teknik menghitung nilai persediaan akhir
Metode laba bruto (gross profit method), metode ini biasa digunakan apabila inventarisasi fisik tidak mungkin dilakukan dan pencatatan perpetual tidak dilaksanakan
Metode harga eceran (retail method), metode ini sering digunakan oleh pengecer, pasar swalayan dan toserba untuk menaksir nilai persediaan guna penyusunan penyusunan laporan perhitungan laba rugi. UU PPh No.36/2008 dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak harus berdasarkan data yang benar dan bukan berdasarkan penaksiran.
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
14/10/2014
#
14/10/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master subtitle style
14/10/2014
#
Click to edit Master title style
14/10/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
14/10/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
14/10/2014
#
Click to edit Master text styles
Click to edit Master title style
14/10/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
14/10/2014
#
Click icon to add picture
14/10/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
14/10/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
14/10/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
14/10/2014
#
2
10/14/2014
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
#