KURVA SIGMOID
LAPORAN OLEH M. ANSYARI 160301135 WINNIE KAMSON 160301136 AGROEKOTEKNOLOGI – IIIB IIIB
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOG A GROEKOTEKNOLOGII FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITASI SUMATERA UTARA MEDAN 2017
KURVA SIGMOID
LAPORAN M. ANSYARI 160301135 WINNIE KAMSON 160301136 AGROEKOTEKNOLOGI – IIIB IIIB
Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
Ditugaskan Oleh, Dosen Penanggungjawab Penanggungjawab
(Ir. Meiriani Sembiring, M.P) NIP: 196505181992032001 196505181992032001
Diketahui Oleh, Asisten Koordinator
Diperiksa Oleh, Asisten Korektor
(Muhammad (Muhammad Fauzan Alwani) NIM: 130301064
(Grecya Manalu) NIM: 130301254
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOG A GROEKOTEKNOLOGII FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITASI SUMATERA UTARA MEDAN 2017
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul dari laporan ini adalah “Kurva Sigmoid” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penuli yang telah memberikan doa dan dukungan jepada penulis baik secara moral maupun material. Ir.
Penulis
Meiriani
juga
Sembiring,
mengucapkan M.P;
Ir.
terima Lisa
kasih
kepada
Mawarni,
M.P;
Ir. Ratna Rosanty Lahay, M.S; Ir. Revandy. I. M. Damanik, M.Sc., Ph.D; dan Ir. Haryati, M.P; selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan dan kepada abang dan/atau kakak asisten Laboratorium yang telah membantu dalam penulisan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan yang lebih baik di masa mendatang. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan,
Maret 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Kegunaan Penulisan
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung ( Zea mays L.) Syarat Tumbuhan Tanaman Jagung ( Zea mays L.) Iklim Tanah Botani Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Iklim Tanah Pertumbuhan dan Perkembangan Kurva sigmoid
3 3 4 4 5 6 7 7 7 8 9
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Praktikum Bahan dan Alat Prosedur Percobaan
10
10 10
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan
12 12 15
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan. Jagung sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras, di samping itu, jagung juga berperan sebagai bahan baku industry pangan, industry pakan dan bahan bakar (Rinaldi et.al , 2009). Tanaman jagung umumnya ditanam monokultur, namun dalam upaya intensifikasi
lahan
dapat
ditumpangsarikan
dengan
kedelai.
Intensifikasi
merupakan usaha untuk mengoptimalkan lahan pertanian yang ada. Ekstensifikasi pelulangnya
kecil
karena
terbatasnya
lahan
pertanian
produktif
(Rinaldi et.al , 2009). Kacang hijau sebagai bahan pangan sumber protein nabati sudah sangat populer di dalam kehidupan sehari-hari. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman leguminose yang cukup penting di Indonesia. Sampai saat ini masih sangat kurangnya perhatian masyarakat terhadap tanaman ini. Kurangnya perhatian ini disebabkan oleh hasil yang dicapai per hektarnya masih sangat rendah. Peningkatan produksi kacang hijau dapat dilakukan dengan cara memperbaiki produksinya
kultur masak
teknis dan
petani, serempak
mendapatkan serta
varietas-varietas
peningkatan
hasil
yang
produksi
(Fitriani, 2014). Kurva Sigmoid adalah grafik pertumbuhan tanaman yang dilihat seiring dengan berjalannya waktu dimana parameter amatannya biasanya adalah tinggi tanaman, diameter batang, maupun jumlah daun. Pada tanaman monokotil,
1
umumnya menggunakan parameter amatan tinggi tanaman. Sedangkan parameter amatan untuk tanaman dikotil pada umumnya adalah jumlah daun. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan tinggi, colume dan luas permukaan dan tidak dapat balik. Berbeda denngan perkembangan yang menyangkut tentang sifat-sifat dan dapat balik. Pada umumnya, terdapat 3 fase pertumbuhan yang mana pada fase terakhir, pertumbuhan akan mengalami penurunan. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jagung ( Zea mays L.)
Tanaman Jagung ( Zea mays L.) dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut; Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan); Divisio: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)’ Sub Divisio: Angiospermae (berbiji tertutup); Kelas: Monocotyledonae (berkeping satu); Ordo; Graminae (rumput-rumputan); Famili: Graminaceae; Genus: Zea; dan Spesies: Zea mays L. Di daerah Aceh dan Sunda, jagung biasa disebut dnegan jagong, sedangkan di Sumba disebut wataru, di Sulawesi disebut dengan wokan, di Ternate disebut kastela. Khusus di daerah Jawa dan Bali serta Kalimantan disebut jagung (Warisno, 1998). Akar tanaman jagung merupakan akar serabut yang tumbuh di bagian pangkal batang dan menyebar luas sebagai akar lateral. Kemudian akar seminal yang tumbuh ke bawah dari lembaga biji daun. Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal dan akar udara (Bahiyah, 2012). Batang tanaman jagung bulat silindris dan beruas-ruas, dan pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar 8-20 ruas. Dan ratarata tinggi tanaman jagung antara satu sampai tiga meter di atas permukaan tanah. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang (Bahiyah, 2012). Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis dan jumlah daunnya sekitar 4 – 48 helai tiap batangnya, tergantung pada jenis atau varietas yang ditanam. Panjang daun 30 cm – 45 cm dan lebarnya antara 5 – 15 cm. Daun muncul dari ruas-ruas batang. Pelepah daun muncul sejajar dengan batag dan
3
berwarna kecokelatan yang menutupi hampir semua batang jagung (Bahiyah, 2012). Setiap tanaman jagung biasanya terdapat bunga jatan dan bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol ja gung. Bunga jantan yang terdapat di ujung tanaman, masak lebih dahulu dari pada bunga betina. Persarian yang terbaik terjadi pada pagi hari, jumlah serbuksari yang ada diperkirakan sekitar dua sampai lima juta per tanaman (Bahiyah, 2012). Buah tanaman jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervarian, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya jagung memiliki barisan biji yang melilit secara lurus atau berkelok-kelok pada tongkol dan berjumlah 8-20 baris biji (Bahiyah, 2012). Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman jagung dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi. Secara umum tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 0 – 1300 m dari permukaan laut dan dapat hidup baik di daerah panas maupun dingin. Dengan ketinggian optimum antara 50 – 600 mdpl. Selama pertumbuhannya, tanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari yang cukup karena merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman jagung. Oleh sebab itu, tanaman jagung harus mendapatkan cahaya matahari langsung, Bila kekukarangan cahaya, batangnya akan kurus, lemah dan tongkol kecil serta hasil yang didapatkan rendah (Rinaldi et.al , 2009).
4
Suhu optimum yang dikehendaki adalah 21 - 34 ℃. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah 85 – 250 mm/bulan dan harus merata. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari, Tanaman jagung yang ternaungim pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang
baik
bahkan
tidak
dapat
membentuk
buah
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Tanah
Derajat keasaman tanah (pH) yang paling baik untuk tanaman jagung hibrida adalah 5,5 – 7,0. Pada pH netral, unsure-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung banyak tersedia di dalamnya. Tanah-tanah yang pH nya kurang dari 5,5 dianjurkan diberi perlakuan untuk menaikkan pH ( Warisno, 2007). Derajat keasaman tanah dipengaruhi oleh banyaknya kandungan unsure kima dalam tanah serta kadar air dalam tanah tersebut. Daerah yang cenderung basah dan banyak humus akan menyebabkan tanahnya cenderung bersifat asam. Sebalinya tanah yang kering berkapur dengan kadar air yang sedikit akan lebih bersifat basa. Untuk tanaman jagung sebenarnya toleransi atau kemampuan untuk beradaptasi pada lingkungan yang cukup baik (Rochani, 2007). Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat bereproduski dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsure hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan Kalium (K) dakan jumlah yang banyak. Oleh karena pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah bukan organiknya, maka penambhan pupuk N, P dan K serta pupuk organic (kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan (Murni dan Arief, 2008).
5
Botani Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Kacang hijau merupakan tanaman pangan semusim berupa semak yang yang tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau mulai menyebar ke berbagai negara Asia Tropis termasuk Indonesia. Kacang hijau termasuk dalam keluarga leguminosae. Adapun klasifikasi botani tanaman kacang hijau sebagai berikut; Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub Divisio: Angiospermae; Kelas: Dicotyledonae; Ordo: Rosales; Famili: Leguminosae; Genus: Vigna; Spesies: Vigna radiata L. (Purwono dan Hartono, 2005). Kacang hijau memiliki system perakaran yang bercabang banyak dan membentuk bintil-bintik (nodula) akar. Nodul atau bintil akar merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara bakteri nitrogen dengan tanaman kacang-kacangan, sehingga tanaman mampu mengikat nitrogen bebas dari udara. Makin banyak nodul akar, makin tinggi kandungan nitrogen yang diikat udara sehingga meningkatkan kesuburann tanah (Purwono dan Hartono, 2005). Batang kacang hijau kecil dan berbulu, berwarna hijau, coklat atau kemerahan, berbtang tegak. Tinggi batangnya bervariasi antara 30 – 60 cm. Cabangnya menyamping pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu (Mashudi, 2007). Bunga kacang hijau berkelamin sempurna atau hemaprodit berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning, proses penyerbukan bunga kacang hijau terjadi pada malam hari. Pada pagi hari bunga akan mekar dan menjadi layu pada sore hari (Purwono dan Hartono, 2005). Buah kacang hijau berbentuk polong dengan panjang antara 6 – 15 cm. Tiap polong berisi 6 -16 butir biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan
6
bobot tiap butir 0,5 mg - 0,8 mg atau berat per 1000 butir antara 36 – 78 gram. Biji umumnya berwarna hijau kusam atau hijau mengkilap namun ada pula yang berwarna kuning dan coklat (Fachruddin, 2000). Syarat Tumbuh Iklim
Berdasarkan indikator di daerah sentrum produsen tersebut, keadaam iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu 25 – 27℃ dengan kelembaban udara 50 – 80%, curah hujan antara 50 – 200 mm per bulan dan cukup mendapat sinar matahari (tempat terbuka). Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok di tanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya rendah. Di daerah ayang bercurah hujan tinggi, pertanaman kacang hijau mengalami banyak hambatan dan gangguan, misalnya musah rebah atau terserang penyakit (Khairant, 2008). Produksi kacang hijau pada musim hijau umumnya lebih rendah dibandingkan dengan produksi pada musim kemarau Pada banyak jenis tanaman khusunya pada banyak jenis tanaman semusim, suhu memainkan peranan yang sangat
penting
dalam
proses
pembentukkan
dan
perkembangan
bunga
(Kahirant, 2008). Tanah
Sifat fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau adalah tanah gembur dengan struktur tanah lempung berdebu. Kedalaman lapisan olah lebih dari 50 cm. Sifat fisik tanah yang demikian akan makin mengikat air dan memiliki drainase yang baik (Fitriani, 2014).
7
Keasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal, yaitu antara 5,5 – 6,5. Pada tanah dengan pH di bawah 5,5 perlu diberi pengapuran untuk meningkatkan pH dan menambahkan keracunan aluminium. Sedangkan untuk
pH
tanah
di
atas
6,5
tidak
diperlukan
perlakuan
tersebut
(Fachruddin, 2000). Tanaman kacang hijau dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah yang banyak mengandung bahan organik dengan drainase yang baik. Namun demikian, tanah yang paling cocok bagi tanaman kacang hijau ialah tanah liat berlempung atau tanah lempung (Fachruddin, 2000). Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran (increase in size) yang mana bersifat irreversible. Penyebab pertumbuhan adalah pembelahan sel, pembesaran, sintesis material seluler yang baru termasuk organic baru. Adapun cara mengukur pertumbuhan adalah dengan mengukur pertambuhan volume yaitu panjang diameter dan luas, kemudian pertambahan massa (berat); berat basah dan berat kering. Pengukuran berat kering merupakan indikator paling tepat karena tidak dipengaruhi oleh kadar air (Lismadiana, 2010). Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungannya. Dengan kata lain, perkembangan merupakan perubahan fungsional yang dipengaruhi oleh tingkat kematangan fisik (Lismadiana, 2010). Dalam proses pertumbuhan, tanaman sangat membutuhkan air, baik untuk kebutuhan menjaga turgiditas sel maupun untuk keberlangsungan metabolisme, khususnya untuk fotosintesis. Air terutama dibutuhkan pada fase cahay sebagai
8
sumber electron untuk membentuk energy kimia dalam bentuk NADPH 2 dan ATP (Sarawa, 2014). Kurva Sigmoid
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetative sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senensis. Tanaman memioiki laju tumbuh sejak dari embrio dalam biji, stadia vegetative dan stadia generative. Tinggi tanaman dan jumlah daun mengalami 3 fase pertumbuhan, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan (Syahputra et.al , 2014). Pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi secara khas dicirikan oleh suatu fungsi pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid (bentuk seperti huruf S) yang terdiri dari 4 fase, yaitu fase eksponensial, fase linier meningkat, fase linier menurun dan fase mantap (pematangan fisiologis). Untuk mengurangi bias, maka dapat digunakan perhitungan laju pertumbuhan menggunakan riap tanaman ratarata (Undaharta et.al , 2008). Fase vegetative terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru terutama saat awal pertumbuhan atau setelah masa berbunga atau berbuah. Pada fase ini terjadi tiga proses penting, yakni pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama dari diferensiasi sel (Syahputra et.al , 2014). Fase generative atau fase reproduksi terjadi pada pembentukkan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga, buah dan biji. Dapat juga terjadi pada pembesaran dan perkembangan struktur, penyimpanan makanan, akar-akar dan batang yang berdaging (Syahputra et.al , 2014).
9
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun tempat praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ±25 mdpl pada hari Senin, 6 Maret 2017 pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah benih jagung dan benih kacang hijau sevagai objek penbgamatan, top soil dan pasir sebagai media tanam, polybag ukuran 10 kg 2 buah dan ukuran 5 kg 2 buah/pasangan sebagai wadah tumbuhnya tanaman. Adapun alat yang digunakan adalah meteran untuk mengukur jarak antar tanaman dan tinggi tanaman, cangkul untuk meratakan dan membuat lahan, label nama untuk member pengenal atas kepemilikan polybag tiap kelompok, spidol untuk menandai jumlah daun dan penggaris untuk mengukur tinggi tanaman. Prosedur Percobaan
- Diisi media ke dalam polybag yaitu campuran top soil dan pasir dengan perbandingan 2 : 1. - Direndam benih yang hendak di tanam air selama kurang lebih 15 menit. - Dibersihkan lahan dari gulma dan kotoran. - Ditanam benih yang sudah direndam pada polybag sebanyak 2 benih per polybag. - Disisakan satu tanaman per polybag setelah satu minggu. - Diamati jumlah daun dan tinggi tanaman per polybag.
10
- Digambarkan grafik kurva sigmoidnya.
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jagung ( Zea mays L.) JAGUNG (Tinggi Tanaman)
MST
TOTAL
RATAAN
-
-
-
13.5
14
27.5
13.75
3
15
18.5
33.5
16.75
4
28
26
54
27
5
42.5
31
73.5
36.75
6
65
49
114
57
7
72
70
142
71
8
78.5
78.5
157
78.5
9
80
80
160
80
I
II
1
-
2
90 80
) 70 m c ( 60 n a m50 a n a 40 T i g 30 g n i T 20
JAGUNG I JAGUNG II
10 0 0
2
4
6
8
10
Minggu Setelah Tanam
12
JAGUNG (Jumlah Daun)
MST
TOTAL
RATAAN
-
-
-
3
3
6
3
3
4
4
8
4
4
5
5
10
5
5
6
7
13
6.5
6
8
9
17
8.5
7
9
10
19
9.5
8
10
11
21
10.5
9
17
16
33
16.5
I
II
1
-
2
18 16 14
n 12 u a D10 h a l 8 m u J 6
JAGUNG I JAGUNG II
4 2 0 0
2
4
6
8
10
Minggu Setelah Tanam
13
Kacang Hijau (Vigna radiata L.) KACANG HIJAU
MST
TOTAL
RATAAN
-
-
-
4.5
3.5
8
4
3
5
5.5
10.5
5.25
4
6.7
4.5
11.2
5.6
5
12
4.5
16.5
8.25
6
19.1
5
24.1
12.05
7
25.3
18
43.3
21.65
8
34
30
64
32
9
35
32
67
33.5
I
II
1
-
2
40 35
) 30 m c ( n 25 a m a 20 n a T i 15 g g n i T 10
KACANG HIJAU I KACANG HIJAU II
5 0 0
2
4
6
8
10
Minggu Setelah Tanam
14
KACANG HIJAU MST
TOTAL
RATAAN
I
II
1
0
0
0
0
2
2
1
3
1.5
3
3
2
5
2.5
4
3
2
5
2.5
5
4
3
7
3.5
6
5
5
10
5
7
5
6
11
5.5
8
4
8
12
6
9
4
9
13
6.5
10 9 8 7
n u 6 a D h 5 a l m 4 u J
KACANG HIJAU I KACANG HIJAU II
3 2 1 0 0
2
4
6
8
10
Minggu Setelah Tanam
Pembahasan
Dari data yang tertera di atas, dapat disimpulkan bahwa tanaman jagung maupun tanaman kacang hijau mengalami pertumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari parameter yang kita amati, yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun. Jika dikonversikan dari table menjadi grafik, maka dapat diperoleh sebuah kurva yang
15
membentuk huruf S dan kurva tersebut disebut sebagai kurva sigmoid. Hal ini sesuai dengan literature Undaharta et.al (2008) yang menyatakan bahwa pola pertumbuhan sepanjang satu generasi secara khas dicirikan oleh suatu fungsi pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid (bentuk seperti S) yang terdiri dari 4 fase. Pertumbuhan adalah pertambahan volume, panjang, dan luas yang diukur dalam berbagai satuan. Pada tumbuhan, terjadinya pertumbuhan karena adanya pembelahan sel yang terus menerus terjadi. Hal ini sesuai dengan literature Lismadiana (2010) yang menyatakan bahwa penyebab pertumbuhan adalah pembelahan sel, pembesaran, sintesis material seluler yang baru termasuk organel baru. Sedangkan perkembangan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh tumbuhan itu sendiri yang mana sangat berbeda dari cirri-ciri pertumbuhan. Dapat diketahui bahwa pertumbuhan bersifat tidak dapat balik sedangkan perkembangan bersifat dapat balik. Perkembangan artinya sel-sel yang mengalami diferensiasi. Hal ini sesuai dengan literature Lismadiana (2010) yang menyatakan bahwa perkembangan sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungannya. Dengan kata lain, perkembangan merupakan perubahan fungsional yang dipengaruhi oleh tingkat kematangan fisik. Kurva sigmoid adalah kurva yang menunjukkan terjadinya pertumbuhan pada tanaman. Biasanya yang menjadi parameter amatan dalam mengamati pertumbuhan tanaman adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Kurva sigmoid biasanya diambil datanya setiap minggu dan umumnya kurva tersebut membentuk grafik yang berbentuk S dan memliki 4 fase pertumbuhan.
16
Hal ini sesuai dengan literature Undaharta et.al (2008) yang menyatakan bahwa kurva sigmoid terdiri dari 4 fase yaitu fase eksponensial, fase linier meningkat, fase linier menuruan dan fase penuaan. Fase vegetative pada tumbuhan umumnya terjadi saat adanya pertumbuhan oleh akar, batang dan daun. Sedangkan fase generative pada tumbuhan itu sendiri umumnya terdiri saat bunga, buah dan biji mulai berkembang. Hal ini sesuai dengan literature Syahputra et.al (2014) yang menyatakan bahwa fase generative dapat juga terjadi pada pembesaran dan perkembangan struktur penyimpanan makanan, akar dan batang yang berdaging.
17
KESIMPULAN
1. Dari data yang diperoleh selama 8 – 9 minggu, dapat dibuktikan bahwa tanaman jagung dan tanaman kacang hijau mengalami pertumbuhan yang dapat dikoversikan menjad grafik dengan kurva yang berbentuk S. 2. Penyebab pertumbuhan adalah pembelahan sel, pembesaran, sintesis material seluler yang baru termasuk organel baru. 3. Perkembangan
sebagai
fungsi
kematangan
dan
interaksi
dengan
lingkungannya. Dengan kata lain, perkembangan merupakan perubahan fungsional yang dipengaruhi oleh tingkat kematangan fisik. 4. Kurva sigmoid terdiri dari 4 fase yaitu fase eksponensial, fase linier meningkat, fase linier menuruan dan fase penuaan. 5. Fase vegetative pada tumbuhan umumnya terjadi saat adanya pertumbuhan oleh akar, batang dan daun. Sedangkan fase generative pada tumbuhan itu sendiri umumnya terdiri saat bunga, buah dan biji mulai berkembang.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyah, K. 2012. Suhu dan Pengaruh Lokasi Biji Pada Tongkol Jagung ( Zea mays L.) Dalam Perspektif Islam. Universitas Islam Negeri Malang: Malang. Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius: Yogyakarta. Fitriani, A. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau ( Phaseolus radiatus L.). Universitas Bengkulu: Bengkulu. Khairani, L. 2008. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau ( Phaseolus radiatus L.) Pada Beberapa Komposisi Lumpur Kering Limbah Domestik Sebagai Media Tanam. Universitas Sumatera Utara: Medan. Lismadiana. 2010. Pertumabuhan dan Perkembangan. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta. Mashudi. 2007. Bercocok Tanam Palawija. Azka Press: Jakarta. Murni, A, H, dan Arief, R, W. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung: Lampung. Purwono dan Hartono, K. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya: Depok. Rinaldi, Ernita, M dan Marni, T. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Tanamn Jagung ( Zea mays L.) Yang Ditumpangsarikan Dengan Kedelai (Glycine max L.). Universitas Taman Siswa: Padang. Rochani, S. 2007. Bercocok Tanam Jagung. Azka Press: Jakarta. Sarawa. 2014. Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr.) Pada Berbagai Interval Penyiraman dan Takaran Pupuk Kandang. Universitas Halu Oleo: Kendari. Syahputra, A., Ismaturrahmi, S., Tunjang, L,S., Mulki, M., Marsida, S. 2014. Kurva Sigmoid Pertumbuhan. Universitas Syiah Kuala Darussalam: Aceh. Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik CV. Nuaiya Aulia. Bandung. Undaharta, N,K,E., Nugroho, B,T,A., dan Siregar, M. 2008. Riap Tahunan RataRata Jenis Dysoxylum Parasiticum (Oschek) Kosterm di Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Warisno. 2007. Jagung Hibrida. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
19