.4 Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sikapa dapat terbetuk atau berubah melalui empat macam:
a) Adopsi
Kejadian- kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan memengaruhi terbentuknya suatu sikap.
b) Diferensiasi
Dengan berkem bangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
c) Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tentu sehingga akhirnya terbentuk sikap menegenal hal tersebut.
d) Trauma
Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman –pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap
Pembentukan dan Perubahan Sikap
Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami perubahan. Sesuai yang di nyatakan oleh Sheriff & Sheriff (1956), bahwa sikap dapat berubah karena kondisi dan pengaruh ayng diberikan. Sebagai hasil dari belajar sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan objek teretntu (Hudaniah, 2003).
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain:
1. Faktor internal, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.
a. Faktor – faktor Genetik dan Fisiologik
Faktor ini berperan penting dalam pembentukan sikap melalui kondisi – kondisi fisiologik. Misalnya waktu masih muda, individu mempunyai sikap negatif terhadap obat-obatan, tetapi ia menjadi biasa setelah menderita sakit sehingga secara rutin harus mengkonsumsi obat – obatan tertentu.
b. Pengalaman pribadi
Pengalaman personal yang langsung dialami memberikan pengaruh yang lebih kuat daripada pengalaman yang tidak langsung. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional yang ada di dalam diri individu itu sendiri.
Menurut Oskamp, dua aspek yang secara khusus memberi sumbangan dalam membentuk sikap. Pertama adalah peristiwa yang memberikan kesan kuat pada individu (salient incident), yaitu peristiwa traumatik yang merubah secara drastis kehidupan individu, misalnya kehilangan anggota tubuh karena kecelakaan. Kedua yaitu munculnya objek secara berulang-ulang (repeated exposure). Misalnya, iklan kaset musik. Semakin sering sebuah musik diputar di berbagai media akan semakin besar kemungkinan orang akan memilih untuk membelinya.
c. Kebudayaan
Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan.
Contoh : sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan.
d. Faktor Emosional
Yaitu suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego dan dapat bersifat sementara ataupun menetap (persisten / tahan lama)
Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair)
2. Faktor Eksternal, yaitu keadaan – keadaan yang ada di luar indivuidu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
a. Pengaruh orang tua
Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak-anaknya. Sikap orang tua akan dijadikan role model bagi anak-anaknya.
Misalnya, orang tua pemusik, akan cenderung melahirkan anak-anak yang juga senang musik.
b. Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat
Ada kecenderungan bahwa seorang individu berusaha untuk sama dengan teman sekelompoknya (Ajzen menyebutnya dengan normative belief).
Misalnya, seorang anak nakal yang bersekolah dan berteman dengan anak-anak santri kemungkinan akan berubah menjadi tidak nakal lagi.
c. Media massa
Dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan – pesan sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu.
Misalnya, media massa banyak digunakan oleh partai politik untuk mempengaruhi masyarakat dalam pemilihan umum.
d. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama
Institusi berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.
Teori Perubahan Sikap
Jul 25
Posted by j4eyl
Usai perang dunia ke-2 hingga tahun 1960-an merupakan periode munculnya teori-teori komunikasi massa pada intinya menyatakan bahwa media massa memiliki efek terbatas. Media massa sudah tidak memiliki kekuatannya lagi sebagaimana periode teori masyarakat massa. Berakhirnya era teori masyarakat massa ini ditandai dengan munculnya beberapa teori yang menyatakan bahwa khalayak audien tidak mudah dipengaruhi oleh isi pesan media massa. Beberapa teori penting muncul pada era ini adalah teori perubahan sikap (attitude change theory) dari Carl Hovland, muncul pada awal tahun 1950-an dan teori penguatan (reinforcement theory) dari Joseph Klapper, yang muncul pada tahun 1960-an. Carl Hovland adalah pendiri atau penggagas awal penelitian eksperimental efek-efek komunikasi. Ia bekerja dengan tujuan untuk membangun suatu dasar pemikiran (groundwork) mengenai hubungan antara stimuli komunikasi, kecenderungan diri audien, dan perubahan pendapat. Pemikiran ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan teori-teori selanjutnya.
Teori perubahan sikap memberikan penjelasan bagaimana sikap seseorang terbentuk dan bagaimana sikap itu dapat berubah melalui proses komunikasi dan bagaimana sikap itu dapat mempengaruhi sikap tindak atau tingkah laku seseorang. Teori perubahan sikap ini antara lain menyatakan bahwa seseorang akan mengalami ketidaknyamanan di dalam dirinya (mental discomfort) bila ia dihadapkan pada informasi baru atau informasi yang bertentangan dengan keyakinannya. Keadaan tidak nyaman disebut dengan istilah disonansi, yang berasal dari kata dissonance, yang berarti ketidakcocokan atau ketidaksesuaian sehingga disebut juga dengan teori disonansi. Orang akan berupaya secara sadar atau tidak untuk membatasi atau mengurangi ketidaknyamanan ini melalui tiga proses selektif, yaitu penerimaan informasi selektif, ingatan selektif, dan persepsi selektif.
Teori lain yang muncul pada periode efek terbatas adalah teori reinforcement atau teori penguatan dari Joseph Klapper. Dalam buku nya The Effect Of Mass Communication, teori penguatan yang disusunnya berdasarkan berbagai bukti ilmiah dalam ilmu sosial yang berkembang sebelum tahun1960-an. Klapper sendiri menyebut teorinya dengan nama phenomenistic theory, namun orang lebih sering menyebutnya dengan teori penguatan karena menekankan pada kekuatan media yang terbatas.
Menurut Klapper (1960), komunikasi massa bukanlah penyebab yang cukup kuat untuk menimbulkan efek bagi audien, pengaruh komunikasi massa terjadi melalui berbagai faktor dan pengaruh perantara. Berbagai faktor perantara menjadikan komunikasi massa sebagai salah satu agen yang memberikan kontribusinya bagi timbulnya efek pada diri audien, namun bukan satu-satunya penyebab utama. Pemikiran Klapper mengenai efek terbatas media massa disusun sebelum tahun 1960, yaitu ketika televisi belum menjadi media massa. Di Indonesia, bahkan televisi ketika itu belum diketahui wujudnya seeperti apa, namun pada tahun1960-an, televisi mulai menjadi media massa di Amerika, yang berarti sebagian besar masyarakat sudah menggunakan televisi. Kehadiran televisi sebagai media massa baru ternyata memberikan efek besar kepada masyarakat, terutama yang berasal dari tayangan kekerasan yang menyebabkan meningkatnya tindak kekerasan di kalangan masyarakat. Menurut Elisabeth Noelle-Neumann, media massa memberikan efek terbatas kepada audien tidak dapat dipertahankan lagi.
James Potter mengemukakan beberapa efek tayangan televisi terhadap khalayak. Menurutnya, menonton tayangan kekerasan di televisi dalam jangka pendek menimbulkan sikap agresif, ketakutan dan perasaan tidak sensitif dan dalam jangka panjang akan meningkatkan agresivitas, perasaan ketakutan (menjadi korban kejahatan), dan penerimaan yang semakin besar terhadap tindak kekerasan. Namun, Potter menyatakan bahwa hasil penelitiannya tidak serta merta mendukung kembalinya kekuatan media massa seperti pada era masyarakat massa karena efek tersebut dimediasi oleh faktor yang bersifat individual, situasional, institusional, dan juga faktor pesan, dan kesemuanya menjadikan gambaran terjadinya efek menjadi kompleks. Ia menegaskan bahwa kekuatan media tidak dapat diabaikan, ia menyerukan suatu pendekatan sistematis yang memperhatikan keseluruhan faktor dan juga metode yang menerima definisi kekerasan dan efek yang lebih lengkap.
Cara Mengukur Sikap
Cara Pengukuran Sikap
Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi ssial adalah bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap: antara lain: Skala Thrustone, Likert, Unobstrusive Measures, Analisis Skalogram dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.
1.Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga sangat fafovabel terhadap suatu obyek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajad favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-masing pernyataan. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.
Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih. Penrnyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai (judges). Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sangat setuju Tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan itu.
Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadap aitem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing aitem. Pembuat skala kemudian menyusun aitem mulai dari atem yang memiliki nilai skala terrendah hingga tertinggi. Dari aitem-aitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing aitem sikap tersebut.
Teknik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran sikap seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah Nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isue. Penilai melakukanrating terjhadap aitem dalam tataran yang sama terhadap isue tersebut.
2.Skala Likert (Method of Summateds Ratings)
Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang favorable dan yang unfavorabel. Sedangkan aitem yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan egreement atau disegreemenn-nya untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point ( Sangat seuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat Tidak Setuju).
Semua aitem yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang Sangat Tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk aitem yang unfavorabel nilai skala Sangat Setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal-interval scale).
Unobstrusive Measures.
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.
3.Multidimensional Scaling.
Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensinal kurang valid terutama apbila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala aitem.
Organisasi Sikap
Teori Balance dan teori konsistensi lainnya berasumsi bahwa seseorang akan cenderung mencari struktur evaluatif yang sederhana dengan yang dievaluasi oleh orang lain dan objek-objek dipandang sebagai hal yang berhubungan satu dengan lainnya.
Keseimbangan bukannya satu-satunya prinsip yang mempengaruhi persepsi seseorang mengenai hubungan antar elemen dalam struktur sikap. Prinsip lain yang juga penting antara lain adalah preferensi untuk menilai positif, hubungan , dan adanya kepercayaan tentang skript situasional yang relevan, atau serangkaian aturan ipmlikasi yang sederhana dan hipotesis kausal.
Penelitian mengenai kompleksitas kognitif menekankan pada perbedaan individual dalam toleransi seseorang terhadap ambiguitas dan kebutuhan nyata untuk mengatasi inkonsistensi. Semakin kompleks kognitifnyaindividu akan semakin mencari informa
Pengukuran sikap ini dapat dilakukan secara:
1. Pengukuran sikap secara langsung
Pada umumnya digunakan tes psikolgi yang berupa sejumlah item yang telah disusun secara hati-hati, saksama, selektif sesuai dengan kriteria tertentu. Tes psikologi ini kemudian dikembangkan menjadi skala sikap. Dan skala sikap ini diharapkan mendapat jawaban atas pertanyaan dengan berbagai cara oleh responden terhadap suatu objek psikologi.
2. Pengukuran sikap secara tidak langsung
Teknik pengukuran sikap secara langsung yang telah dibicarakan di muka bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan (verbal). Dengan teknik demikian, subjek juga tahu bahwa sikapnya sedang diukur, dan pengetahuan atas ini mungkin akan mempengaruhi jawabannya. Ini salah satu problem yang sering dihadapi dalam penggunaan teknik pengukuran secara langsung. Adakah responden menjawab sejujurnya?
Sebab kemungkinan untuk menjawab tidak jujur dalam arti tidak seperti apa adanya adalah besar sekali. Apabila kita ditanya tentang perasaan atau sikap kita terhadap tetangga, kemungkinan besar akan menjawab yang positif meskipun tidak demikian halnya. Sebenamya problem ini sudah dikurangi dengan konstruksi item yang secermat-cermatnya. Namun demikian tidak berarti bahwa problem tersebut sudah teratasi sepenuhnya.
Berdasar atas problem tersebut beberapa ahli berusaha mengembangkan suatu teknik mengukur sikap secara langsung. Di dalam teknik tidak langsung ini, subjek tidak tahu bahwa tingkah laku atau sikapnya sedang diteliti. Teknik tidak langsung khususnya berguna bila responden kelihatan enggan mengutarakan sikapnya secara jujur.
Dalam suatu teknik tidak langsung, seorang peneliti memberikan gambar-gambar kepada subjek, subjek diminta untuk menceritakan apa-apa yang ia lihat dari gambar itu.
subjek kemudian di-score yang memperlihatkan sikapnya terhadap orang atau situasi di dalam gambar ini. Seperti yang pernah dilakukán oleh Proshansky (:1943), yang menyelidiki tentang sikap terhadap buruh. Di sini pengukuran sikap dilakukan secara tidak langsung, yaitu kepada subjek dliperlihatkan gambar-gambar dan para pekerja dalam berbagai konflik situasi.
Subjek diminta untuk menceritakan tentang gambar-gambar itu dalam suatu karangan atau cerita.
Namun teknik pengukuran sikap tidak langsung menimbulkan beberapa masalah penting bagi para ahli psikologi. Sejauh mana sikap individu dapat diungkap, bila ia tidak menyadari akan hal itu, di samping itu apakah bukan suatu pelanggaran mengungkap sesuatu yang bersifat pribadi di luar pengetahuan dan kesadarannya? Apakah ini bukan suatu pelanggaran etik? Apakah kita selalu memerlukan izin atau persetujuan dari responden? Hal- hal inilah yang menimbulkan masalah bagi para peneliti tidak hanya pada teknik tidak langsung tetapi juga pada hampir sernua penelitian psikologi.
Teknik Pengukuran
Dalam riset kuantitatif teknik pengukuran adalah hal krusial lainnya, karena ini menentukan bagaimana respon yang didapat menjadi angka. Teknik pengukuran bukanlah hal yang asing bagi rata-rata kita, mengikuti ujian akhir semester di sekolah misalnya, hasil yang didapat (angka) menunjukkan prestasi kita, adalah jumlah jawaban benar yang dikerjakan saat menjawab soal-soal yang diberikan. Demikian juga dalam fisika, untuk pengukuran panjang dan suhu misalnya, angka dan satuan yang didapat dari pengukuran dengan skala yang sudah dikalibrasi. Namun dalam ilmu-ilmu sosial, kondisinya sedikit berbeda, 'skala' untuk mengukur sikap (measuring attitude) banyak diperdebatkan dan salah satu kritiknya menyatakan bahwa ini bukanlah skala karena tidak dimulai dari angka nol. Kenyataannya teknik pengukuran sikap adalah porsi terbesar dalam penelitian kuantitatif dalam ilmu sosial untuk mendapatkan data yang diinginkan. Bagian ini membahas tiga buah teknik pengukuran yang paling populer digunakan yaitu: peringkat (rating) Thurstone, Guttman dan Likert.1. Thurstone rating
Thurstone adalah seorang psikologis yang pada tahun 1928 mengembangkan teknik pengukuran yang disebut 'equal appearing interval scale', suatu cara pengukuran sikap. Cara singkatnya adalah butir sikap yang berbeda akan berada dalam satu kontinum sikap, yang kemudian dilakukan metoda pembobotan untuk setiap butir oleh satu kelompok, dan menggunakan pembobotan tersebut untuk mengukur orang berdasar respon sikap yang dia diberikan. Contohnya sikap tentang rokok, dibuatlah beberapa pernyataan yang berhubungan dengan hal itu, baik positif ataupun negatif. Kemudian dikumpulkan sekelompok orang yang menjadi hakim akan masing-masing pernyataan. Para penilai itu harus memberikan respon terhadap setiap pernyataan dalam rentang tidak setuju (unfavorable) dengan nilai 1, netral (nilai 6) sampai ke sikap setuju (favorable, nilai = 11), seperti contoh di bawah
merokok merupakan ekspresi gaya hidup seseorang:
Hasil penilaian dari para 'hakim' tersebut dikumpulkan dan dihitung rata-rata nilai untuk setiap butir-nya. Nilai untuk setiap butir bisa menunjukkan ke sikap tidak setuju (misalnya 2,3), berada di titik netral (6), ataupun tidak setuju (9,6).
Langkah berikutnya adalah mengukur sikap partisipan dengan meminta mereka untuk mengisi jawaban dengan cara mencontreng (Ya) atau kosong (tidak), akan daftar pernyataan yang diberikan. Setiap jawaban contreng yang diberikan partisipan pada tiap-tiap butir diberikan bobot nilai yang didapat dari referensi para hakim tadi; kemudian dijumlahkan dan dapat diketahui apakah responden sikapnya cenderung setuju atau tidak akan isu tersebut.
2. Guttman rating
Metoda yang digagas oleh Guttman juga mengukur sikap berbeda-beda dalam berbagai butir yang diberikan, namun menggunakan hal ini dengan cara yang berbeda. Dia mengusulkan cara pemeringkatan sikap dari pernyataan sikap yang terendah ke yang paling tinggi, dengan cara ini akan mudah diketahui sikap dari partisipan akan satu isu tertentu dalam satu kontinum hanya berdasar satu respon saja yang diberikan.
contohnya:
Berikan jawaban tentang peran teknologi informasi (TI) dengan memberikan satu contreng pada bagian kanan pernyataan yang anda setujui
Setuju
1. TI tidak diperlukan dalam administrasi kantor
2. Penggunaan TI memerlukan pakar dalam pengoperasikannya di kantor.
3. TI dapat digunakan di kantor oleh orang yang telah diberikan pelatihan
4. Saya suka bila ada seseorang yang menggunakan TI untuk saya di kantor
5. Saya akan menggunakan TI bila diberikan pelatihan
6. Saya mau belajar sendiri mengunakan TI untuk kerja di kantor.
Daftar pernyataan di atas diurutkan dari sikap yang sangat tidak setuju (1) menuju sikap yang sangat setuju (6) di bagian bawah. Seorang responden cukup mencontreng satu saja dari deretan pernyataan di atas dan kita akan mudah mengetahui sikap dia secara keseluruhan, misalnya dia mencontreng pilihan kedua ('TI tidak diperlukan dalam administrasi kantor') , maka kita bisa simpulkan bahwa pernyataan dibawahnya (3, 4, 5 dan 6) pun dia tidak setujui.
3. Likert Rating
Rensis Likert menawarkan model peringkat yang lebih sederhana dibandingkan dengan Thurstone dan Guttman, yang menyebabkan ini sangat populer digunakan di berbagai cabang ilmu sosial. Responden cukup memberikan jawaban pada setiap butir pernyataan berdasar peringkat sikap yang diberikan. Respon yang diberikan pun bisa langsung didapatkan dalam bentuk angka, sehingga memudahkan untuk analisis di tahap berikutnya. Contoh seperti gambar di bawah:
–oo–
Berbagai studi yang dilakukan menunjukkan ketiga metode ini mengindikasikan hasil yang nyaris sama. Karena mudahnya prosedur teknik pengukuran dengan Likert rating ini, maka ini menjadi pilihan utama dibanding dengan model Thurstone yang harus melakukan proses penilaian maupun model Guttman yang susah untuk dibuat. Namun tentu saja hal ini berdampak lanjutan, dalam model Thurstone dan Guttman pernyataan berbeda membawa perbedaan sikap yang diukur, yang berimplikasi adanya nilai dari setiap butir. Sedangkan dalam model Likert, nilai pada butir menjadi tidak ada, terlebih lagi jenis data yang dihasilkan adalah skala ordinal, dimana proses analisis yang bisa dilakukannya pun sangat terbatas (yaitu: median dan modus, percentile rank, dan korelasi Spearman). Apalagi bila dimasukkan syarat sebagai riset yang bagus bahwa butir-butir pernyataan yang dijawab oleh responden harus dikalibrasi; maka hanya dengan pemodelan pengukuran Rasch (Rasch measurement model) lah yang dapat melakukannya.
. Teknik Pengukuran Sikap
Salah satu aspek penting guna memahami sikap manusia adalah masalah pengukuran sikap. Berikut ini beberapa metode pengukuran sikap yang biasa digunakan dalam penelitian antara lain sebagai berikut:
1. Observasi perilaku
o Perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu.
o Perilaku hanya akan konsisten dengan sikap apabila kondisi dan situasi memungkinkan.
o Interpretasi sikap harus sangat hati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh seseorang.
2. Penanyaan langsung
o Individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri.
o Manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya.
o Orang akan mengemukakan pendapat dan jawaban yang sebenarnya secara terbuka hanya apabila situasi dan kondisi memungkinkan.
o Sikap merupakan variabel yang terlalu kompleks untuk diungkap dengan pertanyaan tunggal. Sangat tergantung pada kalimat yang digunakan dalam pertanyaan, konteks pertanyaannya, cara menanyakannya, situasi dan kondisi yang merupakan faktor luar,dll.
3. Pengungkapan langsung
o Pengungkapan secara tertulis dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal atau item ganda.
o item tunggal: responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.
o item ganda: disajikan dengan menggunakan sepasang kata sifat yang bertentangan satu sama lain. Contoh: Cantik – Jelek, Suka - Benci
4. Skala sikap
o Berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap.
o Dapat berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurnya tapi juga bisa berupa pernyataan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurnya bagi responden.
o Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap paling dapat diandalkan.
5. Pengukuran terselubung
o Observasi perilaku berupa pengamatan thd reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari oleh yang bersangkutan. Contohh: reaksi wajah, nada suara, gerak tubuh.
o Reaksi-reaksi fisiologis dapat mencerminkan intensitas sikap seseorang terhadap suatu objek akan tetapi tidak menjelaskan arah sikapnya apakah positif atau negatif.
Untuk menggunakan konsep sikap dalam memahami dan memprediksi tindakan, kita perlu alat ukur yang reliabel dan valid. Pengukuran sikap itu harus dilakukan secara tak langsung. Sikap hanya dapat diukur berdasarkan inferensi yang ditarik dari respon-respon individu terhadap obyek, tindakan-tindakannya yang nyata dan pernyataan lisannya tentang keyakinannya, perasaannya, dan disposisinya untuk bertindak sekaitan dengan obyek tersebut.
Salah satu metode yang paling banyak dipergunakan untuk mengukur sikap itu adalah skala sikap, yang terdiri dari seperangkat pernyataan atau item, yang terhadapnya individu mengindikasikan kesetujuan atau ketidaksetujuannya. Pola respon individu terhadap item-item tersebut memberikan jalan bagi psikolog untuk menarik inferensi tentang sikapnya.