BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mikroorganisme adalah suatu kelompok jasad renik heterogen yang memiliki
ukuran yang mikroskopis antara 0,2-2 µm sehingga hanya dapat dilihat
melalui mikroskop.Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan
untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami
pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya.
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya
sebagian kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organisme atau
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada organisme lain. Kemampuan
patogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenitas.
Sebagaimana kita ketahui sebelumnya bahwa mikroorganisme adalah
organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang
memungkinkan terjadinya kehidupan. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan
akuatik,atmosfer (udara), makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme
tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap
dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme
ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga
menimbulkan penyakit.
Untuk itulah makalah ini disusun guna membahas mikroorganisme alami
penghuni tubuh manusia, sehingga kita dapat mengetahui hubungan antara
manusia dan flora normal tubuh manusia.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang ,rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana penjelasan mengenai flora normal ?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal
pada tubuh manusia ?
3. Bagaimana kekhususan flora normal pada tubuh manusia ?
4. Apa sajakah macam-macam flora normal berdasarkan tempatnya pada tubuh
manusia?
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada,tujuannya adalah :
1. Mengetahui penjelasan mengenai flora normal
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada
tubuh manusia
3. Mengetahui kekhususan flora normal pada tubuh manusia
4. Mengetahui macam-macam flora normal berdasarkan tempatnya pada tubuh
manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penjelasan mengenai flora normal
2.1.1 Pengertian Flora Normal
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme.
Mikroba tidak hanya terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh
manusia. Mikroba yang secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora
normal, atau mikrobiota. Selain itu juga disebutkan bahwa flora normal
adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh
manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh
manusia adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan
protozoa juga dapat ditemukan pada orang sehat.( Fardiaz S, 1992.)
Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus dapat
masuk ke tubuh inang, namun tidak semua pertumbuhan mikroorganisme dalam
tubuh inang dapat memyebabkan penyakit. Banyak mikroorganisme tumbuh pada
permukaan tubuh inang tanpa menyerang jaringan tubuh dan merusak fungsi
normal tubuh. Flora normal dalam tubuh umumnya tidak patogen, namun pada
kondisi tertentu dapat menjadi patogen oportunistik. Penyakit timbul bila
infeksi menghasilkan perubahan pada fisiologi normal tubuh.
Mikroorganisme tidak saja terdapat dan hidup di lingkungan, akan
tetapi juga di tubuh manusia. Tubuh manusia tidaklah steril atau bebas dari
mikroorganisme, begitu manusia dilahirkan ia langsung berhubungan dengan
mikroorganisme. Mikroorganisme yang secara alamiah terdapat di tubuh
manusia disebut flora normal atau mikrobiota.
2.1.2 Asal mula mikrobiota pada tubuh manusia
Pada keadaan alamiah, janin manusia mula-mula memperoleh
mikroorganisme ketika lewat sepanjang saluran lahir. Jasad-jasad renik itu
diperolehnya melalui kontak permukaan, penelanan atau penghisapan. Mikrobe-
mikrobe ini segera disertai oleh mikrobe-mikrobe lain dari banyak sumber
yang langsung berada di sekeliling bayi yang baru lahir tersebut.
Mikroorganisme yang menemukan lingkungan yang sesuai, pada permukaan luar
atau dalam tubuh, dengan cepat berbiak dan menetap. (Budiyanto, 2005)
Jadi di dalam waktu beberapa jam setelah lahir, bayi memperoleh flora
mikrobe yang akan menjadi mikrobiota yang asli. Setiap bagian tubuh
manusia, dengan kondisi lingkungan yang khusus, dihuni berbagai macam
mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh, di rongga mulut berkembang
populasi mikrobe alamiah yang berbeda dengan yang ada di usus. Dalam waktu
singkat, bergantung kepada faktor-faktor seperti berapa seringnya
dibersihkan, nutrisinya, penerapan prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi
hidup, maka anak tersebut akan mempunyai mikrobiota normal yang macamnya
sama seperti yang ada pada orang dewasa.
2.1.3 Penggolongan flora normal pada tubuh manusia
Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya
dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous)
Mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian
tubuh tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan
selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali
seperti semula. Flora normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal
ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh
manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora
normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi
burukdarilingkungannya.
Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale,
Candida albicans.
2. Mikroorganisme sementara (transient flora)
yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang berada di
kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau
minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap)
dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan
tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih
utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan
kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.
Contohnya : Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp,
Clostridium perfringens, Giardia lamblia, virus Norwalk dan virus hepatitis
A.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran flora normal pada
tubuh manusia adalah sebagai berikut :
1. Nutrisi
2. Kebersihan seseorang
3. Kondisi hidup
4. Penerapan prinsip-prinsip kesehatan
2.3 Kekhususan flora normal pada tubuh manusia
Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh
bersifat komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada
faktor-faktor biologis seperti suhu, kelembapan dan tidak adanya nutrisi
tertentu serta zat-zat penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak
dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora
tersebut, tetap bisa hidup. (Dwijoseputro, 1990)
Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran
penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa
anggota flora tetap di saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan
penyerapan berbagai zat makanan. Flora yang menetap diselaput lendir
(mukosa) dan kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan
mencegah penyakit akibat gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak
jelas. Mungkin melalui kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan pada
sel penjamu, kompetisi untuk zat makanan, penghambatan oleh produk
metabolik atau racun, penghambatan oleh zat antibiotik atau
bakteriosin (bacteriocins). Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi
antigenik dilepaskan oleh flora adalah penting untuk perkembangan sistem
kekebalan tubuh normal.
Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi
tertentu. Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena
hambatan-hambatan yang diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari
lingkungan dihilangkan dan masuk le dalam aliran darah atau jaringan,
organisme ini mungkin menjadi patogen.
Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai
di usus besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika
masuk ke rongga peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan bakteri
lain akibat trauma, mereka menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat
banyak contoh tetapi yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan
dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak
ada kelainan yang menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika
berada pada lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-
faktor predisposisi.
Streptococcus viridians, bakteri yang tersering ditemukan di saluran
nafas atas, bila masuk ke aliran darah setelah ekstraksi gigi atau
tonsilektomi dapat sampai ke katup jantung yang abnormal dan mengakibat
kan subacute bacterial endocarditis. Bacteroides yang normal terdapat di
kolon dapat menyebabkan peritonitis mengikuti suatu trauma Spesies
Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus besar
dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga
peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat trauma,
mereka menyebabkan supurasi( proses pembentukan nanah akibat proses
radang.) dan bakterimia (terdapatnya bakteri di dalam aliran darah).
Terdapat banyak contoh tetapi yang penting adalah flora normal tidak
berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya
atau tidak ada kelainan yang menyertainya. Mereka dapat menimbulkan
penyakit jika berada pada lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika
terdapat faktor-faktor predisposisi.
Pada kenyataannya, tidak banyak yang diketahui tentang hubungan
antara manusia dan flora normal mereka, tetapi mereka dianggap sebagai
interaksi. Baik host dan bakteri sama-sama bertujuan untuk memperoleh
manfaat satu sama lain.Flora normal berasal dari host yang kaya akan
pasokan nutrisi, lingkungan yang stabil, dan lain-lain. Host memperoleh
manfaat tertentu dari flora normal seperti dalam proses pencernaan
makanan, stimulasi dari kegiatan pembangunan sel tubuh, sistem imun, dan
perlindungan diri untuk melawan kolonisasi dan infeksi oleh mikroba
patogen.
Sebagian dari flora normal adalah parasit (hidup menumpang pada
hostnya), dan beberapa bersifat patogen (mampu menghasilkan penyakit).
Penyakit yang dihasilkan oleh flora normal pada hospes mereka dapat disebut
penyakit endogen. Kebanyakan endogen bakteri penyakit infeksi oportunistik.
Contoh dari infeksi oportunistik adalah bronkitis kronis pada perokok
dimana bakteri flora normal dapat menyerang paru-paru yang melemah.
Sebagian besar anggota flora bakteri normal lebih memilih untuk
menjajah jaringan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan
kecocokan tempatnya .Kekhususan jaringan biasanya disebabkan oleh sifat-
sifat baik dari tuan rumah dan bakteri.Berikut ini adalah mekanisme bakteri
dalam menentukan kekhususan pada hostnya (Dwijoseputro, 1990):
1. Tropisme jaringan
Tissue tropism adalah bakteri preferensi atau kesukaan bakteri pada
jaringan tertentu untuk pertumbuhannya. Salah satu penjelasan untuk
jaringan tropism ini adalah bahwa tuan rumah (host) menyediakan nutrisi
penting untuk faktor pertumbuhan bakteri, selain itu kesesuaian akan
oksigen, pH, dan suhu juga merupakan faktor penting yang untuk pertumbuhan
juga dapat dijadikan faktor kekhususan . Contoh : Lactobacillus
acidophilus, atau yang dikenal sebagai "Doderlein's bacillus" adalah
bakteri yang hidup berkoloni di vagina karena dihasilkan glikogen yang
menyediakan bakteri sumber gula yang dapat mereka memfermentasi untuk
asam laktat.
2. Spesifik kepatuhan
Kebanyakan bakteri dapat menjajah suatu jaringan tertentu karena
mereka dapat mematuhi cara tertentu yang melibatkan interaksi kimia yang
saling melengkapi antara dua permukaan. Pada biokimia, kepatuhan melibatkan
interaksi antara komponen permukaan bakteri (ligan atau adhesins) dan
molekul reseptor sel inang. Komponen bakteri yang menyediakan molekul
adhesins adalah bagian dari kapsul, fimbriae, atau dinding sel mereka.
Reseptor pada sel manusia atau jaringan molekul glikoprotein biasanya
terletak pada host permukaan sel atau jaringan. Khusus kepatuhan melibatkan
interaksi kimia yang saling
melengkapi antara sel inang dan permukaan
bakteri.
2. Pembentukan Biofilm
2.3 Gambar Pembentukan Biofilm
Biofilm adalah kumpulan sel mikroorganisme, khususnya bakteri, yang
melekat di suatu permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat yang
dikeluarkan oleh bakteri. Biofilm terbentuk karena mikroorganisme cenderung
menciptakan lingkungan mikro dan relung (niche) mereka sendiri. Biofilm
memerangkap nutrisi untuk pertumbuhan populasi mikroorganisme dan membantu
mencegah lepasnya sel-sel dari permukaan pada sistem yang
mengalir.Permukaan sendiri adalah habitat yang penting bagi mikroorganisme
karena nutrisi dapat terjerap pada permukaan sehingga kandungan nutrisinya
dapat lebih tinggi daripada di dalam larutan.Konsekuensinya, jumlah dan
aktivitas mikroba pada permukaan biasanya lebih tinggi daripada di air.
Pembentukan biofilm dimulai dengan menempelnya mikroorganisme yang
mengambang bebas ke suatu permukaan. Koloni pertama ini melekat secara
lemah pada permukaan. Adhesi reversibel melalui gaya van der Waals . Jika
koloni ini tidak segera lepas dari permukaan, mereka dapat membuat jangkar
sendiri lebih permanen menggunakan sel adhesi, yaitu suatu struktur seperti
pili.
Koloni pertama memfasilitasi kedatangan sel lain dengan menyediakan lebih
beragam tempat untuk adhesi dan memulai untuk membangun matrik yang dapat
berpegangan bersama-sama di dalam biofilm. Beberapa spesies tidak dapat
melekat permukaan sendiri tetapi seringkali mampu mengkait diri dengan
suatu matrik atau langsung ke koloni sebelumnya. Selama kolonisasi ini, sel
mampu berkomunikasi melalui quorum sensing(mekanisme untuk memastikan
jumlah sel mencukupi sebelum suatu spesies melakukan respon biologi
khusus). Setelah kolonialisai dimulai, biofilm tumbuh melalui kombinasi
dari pembelahan sel dan pengambilan. Tahap akhir pada pembentukan biofilm
dikenal sebagai perkembangan dan merupakan tahap di mana biofilm dibangun
untuk dapat berubah dalam bentuk dan ukurannya. Perkembangan biofilm
memungkinkan untuk pembentukan koloni agregat sel (koloni) yang akan
semakin tahan terhadap antibiotik.
Ada lima tahap perkembangan biofilm (gambar 2).
2.3.1 Gambar Tahapan Biofilm
1. Penempelan awal
2. Perlekatan irreversibel
3. Pematangan I
4. pematangan II
5. Penyebaran
Penyebaran sel dari koloni suatu biofilm merupakan tahap penting dari
siklus hidup biofilm. Penyebaran memungkinkan biofilm untuk tersebar dan
mengkoloni permukaan yang baru. Enzim yang dapat mendegradasi matriks
ekstraselular biofilm, seperti B dispersin dan deoxyribonuclease mungkin
memainkan peran dalam penyebaran biofilm
2.4 Macam-macam flora normal berdasarkan tempatnya pada tubuh manusia
2.4 Gambar Flora Normal Pada Tubuh Manusia
Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang
kontak langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus,
saluran urogenital, mata, dan telinga.
1. Kulit
2.4.1 Gambar Flora Normal Kulit (Propionibacterium acnes)
" "
" "
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari
benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena
kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S
Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi,2008). Kulit manusia terlihat lebih mudah
pecah atau rusak bila dibandingkan dengan kulit hewan, seperti badak,
gajah, dan kura -kura. Namun kulit manusia memiliki sifat sebagai
pertahanan (barier) yang sangat efektif terhadap infeksi. Dalam
kenyataanya, tidak ada bakteri yang dapat menembus kulit utuh yang
telanjang tanpa pelindung.
Kulit bersifat sedikit asam dengan pH 5 % dan memiliki temperatur
kurang dari 37°C. Lapisan sel-sel yang mati akan membuat permukaan kulit
secara konstan berganti sehingga bakteri yang berada dibawah permukaan
kulit tersebut akan juga dengan konstan terbuang dengan sel mati. Lubang
-lubang alami yang terdapat di kulit, seperti pori-pori, folikel rambut,
atau kelenjar keringat memberikan suatu lingkungan yang mendukung
pertumbuhan bakteri. Namun lubang -lubang tersebut secara alami dilindungi
oleh lisozim (enzim yang dapat merusak peptidoglikan bakteri yang merupakan
unsur utama pembentuk dinding sel bakteri gram positif) dan lipida toksik.
Pelindung lain terhadap kolonialisasi kulit oleh bakteri patogen
adalah mikroflora normal kulit. Mikroflora tersebut merupakan suatu
kumpulan dari bakteri nonpatogen yang normal berkolonisasi pada setiap area
kulit yang mampu mendukung pertumbuhan bakteri. Bakteri patogen yang akan
menginfeksi kulit harus mampu bersaing dengan mikroflora normal yang ada
untuk mendapatkan tempat kolonisasi serta nutrien untuk tumbuh dan
berkembang. Mikroflora normal kulit terutama terdiri dari bakteri gram
positif. Tetapi bakteri gram negatif seperti Escherichia coli
yang habitatnya ada di dalam usus manusia, juga bisa terdapat pada kulit
manusia karena adanya kontaminasi kotoran manusia.
Walaupun ada pertahanan tersebut di atas, beberapa bakteri patogen
dapat berkolonisasi sementara pada kulit dan dapat mengambil manfaat dari
luka yang ada pada permukaan kulit untuk memperoleh jalan masuk ke jaringan
yang ada di bawah kulit. Di bawah kulit, mereka akan menghadapi sejumlah
sel yang telah terspesifikasi yang disebut dengan skin -associated lymphoid
tissue (SALT). Fungsi SALT adalah mencegah bakteri patogen tidak sampai ke
area yang lebih jauh di bawah kulit dan mencegah mereka tidak sampai ke
aliran darah. Relatif sedikit yang diketahui tentang sel -sel yang menyusun
SALT. Salah satu tipe selnya adalah sel yang memaparkan antigen yang
terspesialisasi yang membantu tipe sel yang lain, specialized skin- seeking
lymphocyte, untuk memproduksi antibodi. Sel -sel limfosit tersebut juga
memproduksi sitokin, protein yang merangsang sel -sel dari sistem imun dan
memiliki sejumlah efek lain. Komponen SALT yang lain adalah keratinosit
yang banyak terdapat pada lapisan epidemis dan bertanggung jawab untuk
memelihara lingkungan mikrokulit yang bersifat asam. Keratinosit
memproduksi sitokin dan juga mampu untuk ingesti dan membunuh bakteri.
Pentingnya pertahanan kulit ini diilustrasikan paling baik dengan
pengaruh luka bakar yang parah, yang akan mengeliminasi semua bentuk
pertahanan kulit termasuk SALT. Seseorang yang mengalami luka bakar tingkat
dua dan tiga yang ekstensif dan orang yang bertahan hidup dari trauma
inisial yang berhubungan dengan luka bakar masih belum terbebas dari
bahaya. Banyak korban luka bakar mati karena infeksi bakterial yang terjadi
sebelum kulit terbakar mengalami penyembuhan. Hilangnya pertahanan kulit
dan tereksposnya lapisan jaringan di bawah kulit yang basah dan kaya
nutrien merupakan hal yang ideal untuk kolonisasi bakteri pada area yang
terbakar. Penyebab yang paling umum pada infeksi kulit yang terbakar
adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus, dua spesies
bakteri yang terdapat di mana-mana pada lingkungan rumah sakit.
Kedua spesies juga dikenal resisten terhadap antibiotik. Antibiotik paling
efektif bila aksi antibakterial mereka didukung dengan aktivitas pembunuhan
oleh sistem imun. Efek kombinasi dari kerusakan SALT dan resistensi alami
bakteri telah membuat infeksi luka bakar sulit untuk ditangani dengan
efektif. Infeksi tersebut merupakan suatu penyebab utama kematian di antara
penderita luka bakar. Bahkan, bila tidak bersifat fatal, infeksi bakterial
pada jaringan yang terbakar meningkatkan jumlah kerusakan jaringan dan
mencegah penyembuhan area kulit yang terbakar.
Pada umumnya beberapa bakteri yang ada pada kulit tidak mampu bertahan
hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi bakterisida. Sebagai contoh,
kelenjar keringat mengekskresikan lisozim, suatu enzim yang dapat
menghancurkan dinding sel bakteri. Kelenjar lemak mengekskresikan lipid
yang kompleks, yang mungkin diuraikan sebagian oleh beberapa bakteri; asam-
asam lemak yang dihasilkannya sangat beracun bagi bakteri-bakteri lain.
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan
bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel -sel
mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcus dan sianobakteri
aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-
bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes, penyebab
jerawat. Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian. Staphylococcus
epidermidis yang bersifat nonpatogen pada kulit namun dapat menimbulkan
penyakit saat mencapai tempat -tempat tertentu seperti katup jantung buatan
dan sendi prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada
kulit dibandingkan dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaitu
Staphylococcus aureus. Secara keseluruhan ada sekitar 103-104
mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum (lapisan) korneum.
Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit
adalah pH rendah, asam lemak pada sekresi sebasea dan adanya lisozim.
Berkeringat yang berlebihan atau pencucian dan mandi tidak menghilangkan
atau mengubah secara signifikan flora tetap. Jumlah mikroorganisme
permukaan mungkin berkurang dengan menggosok secara kuat setiap hari dengan
sabun yang mengandung heksakloforen atau desinfektan lain, namun flora
secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea dan keringat, meskipun
tidak ada hubungan secara total terhadap kulit bagian lain maupun
lingkungan. Penggunaan tutup rapat pada kulit cenderung menyebabkan
populasi mikrobiota secara keseluruhan sangat menin gkat dan dapat
menimbulkan perubahan kualitatif flora kulit.
2. Hidung dan Nasofaring (nasopharynx)
" " "
" " "
2.4.2 Gambar Flora Normal Hidung (Staphylococcus aureus)
Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus dan
streptokokus (Jawetz, Melnick, dan
Adelbergs, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology), 2005: 280).
Dalam hulu kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai
bakteri Branhamellacatarrhalis (suatu kokus gram negatif) dan Haemophilus
influenzae(suatu batang gram negatif).
Pemusnahan flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi dapat
menyebabkan over growth: bakteria negatif Gram seperti Escherichia coli,
Klebsiella, Proteus, Pseudomonas atau jamur.
3. Mulut
" "
" "
" "
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan
dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan
ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat
beragam; banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing -masing individu.
(Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008:
549).
Diperolehnya mikrobiota mulut. Pada waktu lahir, rongga mulut pada
hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang
mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam
amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi,
air liur merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan
sebagai sumber nutrien bagi mikrobe pada berbagai situs di dalam mulut.
(Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549-
550).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme
sedemikian sehingga di dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas
bagi rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam
genus Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces,dan
Lactobacillus. (Michael J.Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan,Dasar-Dasar
Mirobiologi, 2008: 551).
Jumlah dan macam spesies ada hubungannya dengan nutrisi bayi serta
hubungan antara bayi tersebut dengan bayinya, pengasuhnya, dan benda-benda
seperti handuk serta botol-botol susunya. Spesies satu-satunya yang selalu
diperoleh dari rongga mulut, bahkan sedini hari kedua setelah air,
ialah Streptococcus.
Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam mulut adalah
aerob atau anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat
seperti Bacteroides dan bakteri fusiform (Fusiobacterium sp.), menjadi
lebih jelas karena jaringan di sekitar gigi menyediakan lingkungan anae
robik. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar
Mirobiologi, 2008: 552)
Gigi itu sendiri merupakan tempat bagi menempelnya mikrobe. Ada dua
spesies bakteri yang dijumpai berasosiasi dengan permukaan
gigi: Streptococcus sanguis dan S. mutans (penyebab) utama kerusakan gigi,
atau pembusuk gigi. Tertahannya kedua spesies ini pada permukaan gigi
merupakan akibat sifat adhesif baik dari glikoprotein liur maupun
polisakaride bakteri. Sifat menempel ini sangat penting bagi
kolonialisasi bakteri di dalam mulut. Glikoprotein liur mampu menyatukan
bakteri -bakteri tertentu dan mengikat mereka pada permukaan gigi.
Plak adalah sebuah film/lapisan sel bakteri, yang berlabuh di sebuah
matriks polisakarida disekresi oleh mikroorganisme. Apabila gigi tidak
dibersihkan secara teratur, plak dapat terbentuk dengan cepat dan aktivitas
bakteri tertentu, terutama Streptococcus mutans, dapat menyebabkan
kerusakan gigi (rongga).
Karies merupakan suatu kerusakan gigi yang dimulai dari permukaan dan
berkembang ke arah dalam. Terjadinya karies juga tergantung pada faktor-
faktor genetik, hormonal, gizi, dan faktor lainnya. Pengendali karies gigi
meliputi pembuangan plak, pembatasan ma kanan yang mengandung sukrosa, gizi
yang baik mengandung cukup protein dan pengurangan pembentukan asam dalam
mulut dengan cara membatasi keberadaan karbohidrat dan pembersihan mulut
yang sering. Pemakaian flourida pada gigi atau peningkatan jumlah fluor
pada air mengakibatkan peningkatan resistensi email terhadap asam.
Pengendalian penyakit periodontal memerlukan pembuangan karang gigi dan
kebersihan mulut.
4. Orofaring (oropharinx)
2.4.4 Gambar Flora Normal Orofaring (Staphylococcus epidermidis)
Orofaring (bagian belakang mulut) juga dihuni sejumlah besar
bakteri Staphylococcus aureus dan S. epidermidis dan juga difteroid. Tetapi
kelompok bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah
streptokokus hemolitik, yang juga dinamakan Streptokokus viridans. Biakan
yang ditumbuhkan dari orofaring juga akan memperlihatkan
adanya Branchamella catarrhalis, spesies Haemophilus, serta gular-galur
pneumokokus avirulen (Streptococcus pneumonia)
Bagian terdalam saluran pernapasan (ranting tenggorok atau bronkiole
yang lebih halus serta alveoli atau gelembung paru -paru) tidak mengandung
mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena saluran pernapasan berlapiskan
silia, yaitu embel-embel seperti rambut, yang menyapu mikroorganisme dan
bahan -bahan lain dari bagian sebelah dalam saluran ke bagian sebelah atas
untuk dibuang. Rambut bersama dengan lendir di dalam lubang hidung itulah
yang pertama-tama membantu melindungi saluran pernapasan dengan cara
menyaring bakteri dari udara yang dihirup.
5. Perut
2.4.5 Gambar Flora Normal Perut
Isi perut yang sehat pada praktisnya steril karena adanya asam
hidroklorat di dalam sekresi lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah
bakteri bertambah tetapi segera menurun kembali dengan disekresikannya
getah lambung dan pH zat alir perut pun menurun.
6. Usus Kecil
2.4.6 Gambar Flora Normal Usus Kecil (Lactobacillus sp)
Usus kecil bagian atas (atau usus dua belas jari) mengandung beberapa
bakteri. Di antara yang ada, sebagian besar adalah kokus dan basilus gram
positif. Di dalam jejunum atau usus halus kosong (bagian kedua usus kecil,
di antara usus dua belas jari dan ileum atau usus halus gelung) kadang kala
dijumpai spesies-spesies enterokokus, laktobasilus, dan difteroid.
Khamir Candida albicans dapat juga dijumpai pada bagian usus kecil ini.
Pada bagian usus kecil yang jatuh (ileum), mikrobiota mulai menyerupai yang
dijumpai pada usus besar. Bakteri anaerobik dan enterobakteri mulai nampak
dalam jumlah besar.
7. Usus Besar
" "
" "
" "
" "
" "
" "
" "
" "
2.4.7 Gambar Flora Normal Usus Besar (Bacteroides fragilis)
Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi
mikrobe yang terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di
dalam spesimen tinja adalah kurang lebih 1012 organisme per gram. Basilus
gram negatif anaerobik yang ada meliputi spesies Bacteroides (B. fragilis,
B. melaninogenicus, B. oralis) dan Fusobacterium.Basilus gram positif
diwakili oleh spesies-spesies Clostridium serta spesies-
spesies Lactobacillus.
Flora saluran pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K, konversi
pigmen empedu dan asam empedu, absorpsi zat makanan serta antagonis
mikroba patogen.
8. Uretra
8. Gambar Flora Normal Uretra (Mycobacterium sp)
Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung
kemih), dan kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada
umunya dijumpai pada uretra (saluran dari kandung kemih ke luar) bagian
bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di dekat
kandung kemih, agaknya disebabkan efek antibakterial yang dilancarkan oleh
selaput lendir uretra dan seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri
populasi ini berubah menurut variasi daur haid. Penghuni utama vagina
dewasa adalah laktobasilus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah
glikogen yang dihasilkan epi telium vagina, da n di dalam proses tesebut
menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebakan oleh
kegiatan indung telur; hal ini tidak dijumpai sebelum masa akil
balig ataupun setelah menopause (mati haid). Sebagai akibat perombakan
glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4.4 sampai 4,6.
Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai
di dalam vagina dan mencakup enterokokus, Candida albicans , dan sejumlah
besar bakteri anaerobik. Sistem urinari dan genital secara anatomis
terletak berdekatan, suatu penyakit yang menginfeksi satu sistem akan
mempengaruhi siste m yang lain khususnya pada laki-laki. Saluran urin
bagian atas dan kantong urine steril dalam keadaan normal. Saluran uretra
mengandung mikroorganisme seperti Streptococcus, Bacteriodes,
Mycobacterium, Neisseria dan enterik. Sebagian besar mikroorganisme yang
ditemukan pada urin merupakan kontaminasi dari flora normal yang terdapat
pada kulit. Keberadaan bakteri dalam urine belum dapat disimpulkan sebagai
penyakit saluran urine kecuali jumlah mikroorganisme di dalam urine
melebihi 105 sel/ml (universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
9. Mata (Konjungtiva) dan Telinga
2.4.9 Gambar Flora Normal Mata (Corynebacterium xerosis)
" "
" "
Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Corynebacterium
xerosis), S.epidermidis dan streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil
gram negatif yang menyerupai spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali
juga ada. Flora konjungtiva dalam keadaan normal dikendalikan oleh aliran
air mata, yang mengandung lisozim.
" "
" "
" "
" "
2.4.10 Gambar Flora Normal Telinga (Pseudomonas aeruginosa)
Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit.
Dapat dijumpai Streptococcus pneumonia, batang gram negatif
termasuk Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan kadang-
kadang Mycobacterias aprofit. Telinga bagian tengah dan dalam biasanya
steril.
10. Bakteri di Darah dan jaringan
2.4.11 Gambar Flora Normal Darah
Pada keadaan normal darah dan jaringan adalah steril. Kadang-kadang
karena manipulasi sederhana seperti mengunyah, menyikat gigi, ekstraksi
gigi, flora komensal dari mulut dapat masuk ke jaringan atau darah. Dalam
keadaan normal mikroorganisme tersebut segera dimusnahkan oleh sistem
kekebalan tubuh. Hal seperti itu dapat terjadi pula dengan flora faring,
saluran cerna dan saluran kemih. Pada keadaan abnormal seperti adanya katup
jantung abnormal, atau protesa lain, bakteremia di atas dapat mengarah pada
pembentukan koloni dan infeksi.
11. Vagina
2.4.12 Gambar Flora Normal Vagina (Doderlein bacillus)
Vagina tidak memiliki mekanisme pembersihan alami (cleansing
mechanism). Kehidupan mikroorganisme di lokasi ini tidak ada hambatan dan
merupakan area yang subur bagi pertumbuhan mikroorganisme komensal. Selama
masa reproduksi, sejak masa pubertas sampai menupouse, epitel vagina
mengandung glikogen karena aktivitas estrogen. Doderlein bacillus
(laktobasillus) berkoloni di vagina, memetabolisasi glikogen tersebut
dengan hasil disamping berupa asam laktat. Asam laktat menimbulkan suasana
asam di vagina (sekitar 5), dan bersama produk lain akan menyebabkan
hambatan bagi kolonisasi bakteri selain Doderlein basilus. Keadaan tersebut
menyebabkan seleksi sejumlah bakteri streptococcus dan difteroid. Vagina
normal mengandung 108 per ml. Mikroorganisme tidak akan mampu bertahan
hidup pada keadaan tersebut kecuali penyebab penyakit STD (sexual
transmitted diseases).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami
terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora normal
yang terdapat pada tubuh manusia adalah dari jenis bakteri. Namun
beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat ditemukan pada orang
sehat.
2. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran flora normal pada
tubuh manusia adalah sebagai berikut :
Nutrisi
Kebersihan seseorang
Kondisi hidup
Penerapan prinsip-prinsip kesehatan
3. Kekhususan Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan
tubuh bersifat komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu
bergantung pada faktor-faktor biologis seperti suhu,pH, kelembapan
dan ada tidaknya nutrisi tertentu serta zat-zat penghambat.
Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan
karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa
hidup. Mekanisme bakteri dalam menentukan kekhususan pada hostnya
yaitu :
Tropisme jaringan
Spesifik kepatuhan
Pembentukan Biofilm
4. Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang
kontak langsung dengan lingkungan beberapa diantaranya :
Flora Normal Orofaring (Staphylococcus epidermidis)
Flora Normal Usus Kecil (Lactobacillus sp)
Flora Normal Usus Besar (Bacteroides fragilis)
Flora Normal Uretra (Mycobacterium sp)
Flora Normal Mata (Corynebacterium xerosis)
DAFTAR RUJUKAN
Budiyanto, 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Press.
Dwijoseputro, 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fardiaz S, 1992. Mikrobiologi . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan,2008. Dasar-Dasar
Mikrobiologi.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jawetz, Melnick, dan Adelbergs,2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Microbiology).Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
-----------------------
2.4.3 Gambar Flora Normal Mulut (Streptococccus sp.)