IJPST [] IJPST []
Juni, 2016
Analisis Rhodamin dalam Sediaan Kosmetik Kosmetik Blush On Menggunakan Menggunakan Metode Standar Adisi dengan Spektrofotometri Spektrofotometri UV-Vis
Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang Abstrak Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang yang berbahaya biasa digunakan pada kosmetik. Tujuan dari praktikum ini adalah memahami cara penentuan kadar rhodamin dalam sediaan blush on on menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan metode standar adisi. Metode standar adisi merupakan teknik analisis kuantitatif dimana sejumlah analit dengan jumlah yang diketahui ditambahkan kedalam sampel dengan variasi volume dan diencerkan agar matriksnya sama. Didapatkan hasil kadar rhodamin b dalam sediaan blush on adalah 49,185%. Kadar dari Rhodamin B yang sangat besar dalam sediaan blush on sangat tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan menyebabkan iritasi pada kulit dan saluran pernafasan serta merupakan zat yang bersifat karsinogenik Kata kunci: rhodamin , standar adisi, spektrofotom spektrofotometri etri UV-Vis, kadar, iritasi, karsinogenik
Abstract
Rhodamine B is one of the dangerous synthetic coloring agents used in cosmetics. The purpose of the practicum is to understand how the determination of levels of rhodamine in the preparation blush using UV-Vis spectrophotometry with standard addition method. Standard addition method is quantitative analysis technique in which a number of analytes with a known quantity is added to the sample with a variation of volume and diluted so that the same matrix. The results obtained levels of rhodamine B in preparation blush is 49.185%. Content of Rhodamine B which is very large for preparations blush strictly not allowed because it can cause irritation to the skin and respiratory tract t ract and is a substance that is carcinogenic Keywords: rhodamine, standard addition, UV-Vis spectrophotometry, content, irritant, carcinogenic
1
IJPST []
I.
Juni, 2016
adalah C28H31 N2O3Cl dengan berat
Pendahuluan
molekul sebesar 479.000.
Tujuan dari praktikum kali ini adalah
mampu
memahami
cara
pennetuan kadar rhodamin dalam sediaan
blush
on
spektrofotometri
menggunakan
UV-Vis
dengan
metode standar adisi. Prinsip yang digunakan
dalam
praktikum
ini
adalah spektrofotometri UV-Vis dan metode standar adisi . Zat Rhodamin B adalah salah
ungu-kemerah – merahan, sangat
kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat
larut
yang dilarang penggunaannya pada
biruan
(Permenkes)
air
yang
akan
dan
berfluorensi
kuat.
Rhodamin B juga merupakan zat
No.239/Menkes/Per/V/85.
Namun
Rhodamine masih
yang larut dalam alkohol, HCl, dan
dalam
terdapat
NaOH, selain dalam air. Di dalam
di
laboratorium, zat tersebut digunakan
lapangan.. Rhodamin B ini juga
sebagai pereaksi untuk identifikasi
adalah bahan kimia yang digunakan
Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik
sebagai bahan pewarna dasar dalam
leburnya pada suhu 165ºC Dalam
tekstil dan kertas. Pada awalnya zat digunakan
untuk
analisis dengan metode destruksi dan
kegiatan
metode
histologi dan sekarang berkembang untuk
dalam
menghasilkan warna merah kebiru-
makanan melalui Menteri Kesehatan
ini
dilarang
berbentuk kristal hijau atau serbuk
digunakan pada industri tekstil dan
makanan
sangat
penggunaannya dalam makanan ini
satu zat pewarna sintetis yang biasa
penggunaan
yang
berbagai
keperluan
spektrofometri,
didapat
informasi bahwa sifat racun yang
yang
terdapat dalam Rhodamine B tidak
berhubungan dengan sifatnya dapat
hanya saja disebabkan oleh senyawa
berfluorensi dalam sinar matahari .
organiknya saja tetapi juga oleh
Rumus Molekul dari Rhodamin B
senyawa anorganik yang terdapat
2
IJPST []
Juni, 2016
dalam
Rhodamin
bahkan
jika
B
itu
sendiri,
Rhodamin
terkontaminasi
oleh
KLT konvensional : (15: 54). Karena
B
besarnya volume yang diaplikasikan
senyawa
pada
KLTP
bila
anorganik lain seperti timbaledan
dengan
arsen.Dengan
terkontaminasinya
penotolan seperti yang dibicarakan
Rhodamin B dengan kedua unsur
nanti diperlukan untuk keakuratan.
tersebut, menjadikan pewarna ini
Larutan
berbahaya
sepanjang
jika
digunakan
dalam
makanan. ¹
KLT,
dibandingkan
penggunaan
sampel
dapat
lempeng
alat
ditotolkan KLTP.
Ini
memungkinkan jumlah maksimum
Absorbsi
dan
partisi
volume yang ditotolkan (volume
berdasarkan pada jumlah dan cara
hingga 500 ml larutan dapat dicapai
penotolan
yang
dengan
hasil
Bagaimanapun juga sangat penting
akhir membentuk pita. Kromatografi
untuk membiarkan sekitar 2 cm dari
lapis tipis preparative merupakan
ujung pita dengan tepi lempeng. Ini
metode isolasi dari suatu simplisia
dapat menghindarkan efek tepi yang
untuk mendapatkan senyawa tunggal.
dapat terjadi selama pengembangan
²
karena perbedaan ketebalan sorben
cuplikan
berkesinambungan
dengan
Lapisan preparatif normalnya
penggunaan
alat).
pada tepi lempeng. Ketebalan dari
adalah lapisan KLT yang lebih tebal
lapisan
dari 0,5. Seperti aturan umumnya
untuk melintasi jarak dari lempeng
dimana
menyebabkan miligram samapi satu
ketebalan
maksimumnya
dan
kemampuan
adalah 2 mm meskipun beberapa
berat
pengerjaan melibatkan penggunaan
diaplikasikan tetapi sayangnya waktu
lempeng yang tebalnya mencapai 10
pengembangan yang panjang tidak
mm.
KLTP
dapat dihindarkan dari penggunaan
haruslah resisten terhadap abrasi.
gaya kapilaritas normal. Biasanya
KLTP
beberapa
pemisahan yang memakan waktu 30-
literatur dimana metode ini masih
60 menit pada KLT akan memakan
menjadi metode yang populer. Ada
waktu beberapa jam pada KLTP
perbedaan utama antara KLTP dan
dengan lapisan setebal 2 mm. Ini
Pembuatan
dibahas
lempeng
dalam
3
yang sangat
rendah
sampel
dapat
IJPST []
Juni, 2016
tidak serta merta menjadi kerugian
2. Faktor yang tampak/kelihatan
dari KLTP karena pemisahan dapat
pada alat pendeteksi misalnya
dilakukan
warna atau kekeruhan sample
semalaman
dan
kromatografer tidak perlu melakukan
yang
banyak hal selama pengembangan.
menghamburkan
Biasanya pemilihan eluen ditentukan
panjang gelombang pengukuran.
berdasarkan
Faktor ini tidak berpengaruh
percobaan
KLT
sebelumnya. ³
menyerap
atau
cahaya
pada
terhadap slope kurva kalibrasi.
4
Ketika menggunakan kurva Jika
kalibrasi konvensional, maka harus diketahui
bahwa
perbandingan
respon/konsentrasi
perbandingan
antara
sampel
dan larutan standar tidak sama,
respon/konsentrasi adalah sama baik
misalnya disebabkan oleh matrik
di dalam sampel maupun didalam
atau komposisi yang berbeda antara
larutan standar. Ada dua keadaan
sample
yang dapat menyebabkan ketidak-
dan
standar,
maka
penggunakaan kurva kalibrasi untuk
akuratan ketika menggunakan kurva
menentukan
kalibrasi, yaitu:
konsentrasi
sampel
akan memberikan hasil yang tidak 1. Faktor-faktor
berada
akurat. Hal ini dapat diatasi dengan
didalam sample yang mengubah
menggunakan metode adisi standar.
perbandingan
Dengan menggunakan metode ini,
respon/konsentrasi, tetapi faktor
kedalam
tersebut
ditambahkan
tidak
larutan
yang
ada
standar
didalam
sejumlah
sampel
larutan
standar
(misalnya
(konsentrasi diketahui dengan pasti)
perubahan pH, kekuatan ion,
dengan volume yang bervariasi.
kekeruhan, viskositas, gangguan
Kemudian
kimia dan lain lain). Faktor-
volumenya sama. Dengan demikian
faktor tersebut akan mengubah
maka baik matrik sampel maupun
kemiringan
matrik standar adalah sama. Yang
(slope)
kurva
kalibrasi.
berbeda
4
diencerkan
hanyalah
hingga
konsentrasi
IJPST []
standar
II.
Juni, 2016
yang
ditambahkan
sampel. 5
pada
Metode
Alat
kali. Selanjutnya pisahkan sampel
Alat yang digunakan adalah Beaker
dari larutan n-heksan , jika larutan n-
glass, Cawan penguap, Chamber,
heksan masih berwarna, ekstraksi
Gelas ukur, Labu ukur, Pipet tetes,
kembali dengan menggunakan
Plat KLT, Spektrofotometri uv-vis,
pelarut campur sebanyak 5 ml.
Water bath.
Pisahkan larutan kemudian dikumpulkan dan di add sampai 25
Bahan
ml.
Bahan yang digunakan adalah Amonia, Aseton, Aquadest, Etanol
Pengujian KLT
70%, n- heksan, Rhodamin baku,
Diambil 5ml sampel untuk
Sampel blush on.
dipekatkan dalam cawan penguap hingga sekitar 1 ml dan digunakan
Preparasi Pelarut Campuran
untuk analisis KLT.
Dibuat larutan campur yang terdiri dari 2% Amonia dalam etanol 70%.
Analisis Rhodamin Dengan Spektrofotometri (Standar Adisi)
Preparasi Larutan Baku
Disiapkan 5 buah labu ukur dengan
Rhodamin
ukuran 10 ml kemudian dimasukkan
Dibuat 100 ml larutan baku
kedalam masing-masing labu ukur
rhodamin 50 ppm dengan
2ml sampel selanjutnya tambahkan
menggunakan pelarut campuran.
sebanyak 1, 2, 3, 4, dan 5 ml larutan
Preparasi Sampel
baku kedalam masing-masing labu
Sampel ditimbang 200-300mg ,
ukur, add hingga 10 ml, sampel siap
kemudian diekstraksi dengan
untuk dianalisis dengan
menggunakan n-heksan sebanyak
spektrofotometer.
5ml, ekstraksi dilakukan sebanyak 2
5
IJPST []
III.
Juni, 2016
Hasil
Pengujian KLT
Baku Rhodamin Tempuh
= 6,1 cm
Pj. Lintasan dari totolan
= 7,1 cm
Pj. Plat
= 10,1 cm
Rt
=
= 0,8591 cm
Sampel Tempuh
= 6,5 cm
Pj. Lintasan dari totolan
= 7 cm
Pj. Plat
= 10,1 cm
Rt
=
= 0,9285 cm
Analisis Rhodamin dengan Spektrofotometri (Metode Standar Adisi)
Volume
Absorbansi
1
0.2768
2
0.4421
3
0.6649
4
0.8652
6
IJPST []
Juni, 2016
I
II
III
IV
V
Cst 0 (ppm)
50
50
50
50
5-
Vst 0 (mL)
1
2
4
4
5
Vs 0 (mL)
5
5
5
5
5
add
10
10
10
10
10
Turunan Rumus Standar Adisi A total = A s + A st A total = ɛ . b . C sf + ɛ . b . C stf
A total = ɛ . b .
+ ɛ . b .
A total = k . Vs 0 . Cs0 + k . Vst 0 . Cst0
Perhitungan Konsentrasi Sampel A total = k . Vs 0 . Cs0 + k . Vst 0 . Cst0 dimana : A total
=y
k . Vs0 . Cs0 = b k . Cst 0
=a
Vst0
=x
x
= atau
x = atau Vst0 =
7
= 0,3279
IJPST []
Juni, 2016
Cs0 =
= =
= 3,279 ppm
Penentuan Kadar Rhodamin %=
=
=
x 100 %
x 100 %
= 49,185 %
IV.
serta merupakan zat yang bersifat
Pembahasan
karsinogenik
Praktikum ini bertujuan untuk
(dapat
menyebabkan
kanker), dan dalam konsentrasi tinggi
adalah memahami cara penentuan
dapat menyebabkan kerusakan hati .
kadar rhodamin dalam sediaan blush
Pengunaan rhodamin b dalam suatu
on menggunakan spektrofotometri
sediaan
UV-Vis dengan metode standar adisi.
dilarang
karena
dapat
menimbulkan dampak yang tidak
Rhodamin B merupakan salah satu
diharapkan
zat warna yang biasa dipergunakan
seperti
gangguan
kesehatan, oleh karena itu perlu
dalam bidang industri kosmetik. Zat
dilakukan analisis ini. Analisis yang
tersebut dapat menyebabkan iritasi
dilakukan yaitu analisis kualitatif
pada kulit dan saluran pernafasan
8
IJPST []
Juni, 2016
dengan uji kromatografi lapis tipis dan
analisis
kuantitatif
spektrofotometri Analisis
kuantitatif
Unutk
KLT
dilakukan
dengan
penyiapan fasa diam dan fasa gerak
UV-Visible.
dari sistem kromatografi lapis tipis
menggunakan
ini.
Fasa
diam
yang
digunakan
spektrofotometri UV-Visible karena
adalah silica gel. Dalam fase diam
metode ini menghasilkan sensitifitas
terdapat plat tipis aluminium yang
yang
berfungsinya
tinggi,
digunakan
sehingga untuk
dapat
mengetahui
berjalannya
untuk
tempat
adsorbens
sehingga
kandungan rhodamin dalam produk
proses migrasi analit oleh solventnya
pangan dan kosmetik yang umumnya
bisa berjalan. Dalam KLT adsorbens
ditambahkan dalam jumlah sedikit.
yang digunakan berupa silika gel (SiO2) yang tidak mengikat molekul
Analisis kualitatif berfungsi
air, sehingga noda yang tercipta lebih
untuk mengidentifikasi keberadaan
terfokus dan tajam. Fase diam ini
rhodamin b dalam sampel blush on, yaitu
menggunakan
bersifat polar. Sedangkan fase gerak
Kromatografi
yang digunakan adalah campuran
Lapis Tipis yang merupakan salah satu
teknik
dengan
pemisahan
prinsip
aseton:
senyawa
adsorpsi
pengujian
100 ml. Eluent yang digunakan
menggunakan
bersifat lebih polar dari fase diamnya agar sampel yang polar tidak terikat
murah. Prinsip kromatografi lapis
kuat pada fase diamnya. Penggunaan
tipis yaitu perbedaan kepolaran ‘like like’
dimana
dengan
4 dengan total volume eluent yaitu
metode ini mudah dilakukan dan
dissolve
aquades
masing-masing perbandingan 45: 1:
dan
koefisien partisi. KLT dilakukan karena
amonia:
eluent ini disesuaikan dengan sifar
pelarut
polar Rhodamin b karena memiliki
yang bersifat polar akan berikatan
gugus karboksil dengan pasangan
dengan senyawa yang bersifat polar
elektron bebas dan gugus amina pada
juga dan sebaliknya. Semakin dekat
struktur
kepolaran antara senyawa dengan
karboksil
eluent maka senyawa akan semakin
membentuk
terbawa oleh fase gerak tersebut.
molekulnya. dan
amina ikatan
Gugus ini
akan
hidrogen
intermolekular dengan pelarut polar
9
IJPST []
Juni, 2016
sehingga mudah larut dalam pelarut
rhodamin
polar seperti alkohol. Oleh karena
dengan mengesktraksi sampel dalam
itu, digunakan campuran eluen polar
n-heksana sebanyak 2x sampai warna
agar dapat mengeluasi Rhodamin b
dari larutan tidak berwarna. Jika
dengan baik.
larutan
agar
adalah untuk memastikan partikel
dari
juga
diatas
bagian
Larutan baku ini digunakan sebagai pembanding nilai Rf dalam KLT. Plat tersebut diberi batas atas
Tahap selanjutnya dilakukan
dan bawah masing-masing 0,5 dan 1
preparasi sampel untuk analisis KLT.
kemudian
dilakukan
blush
kemudian
70% dengan konsentrasi 50 ppm.
lebabnya kertas saring.
mg
filtrat
campur 2% amonia dalam etanol
dalam
suhu di dalam chamber hangat serta
200
dianalisis.
pelarut yang sama yaitu pelarut
yang
chamber. Kejenuhan ditandai dengan
Ditimbang
didapat
aka
larutan rhodamin-B BPFI dengan
mengetahui kejenuhan tersebut maka
disimpan
yang
dibuat larutan sampel, maka dibuat
Untuk
saring
analit
Setelah
berfungsi untuk menghindari hasil
kertas
n-heksan
non polar agar dapat menarik matriks
digunakan untuk mengoptimalkan
digunakan
Digunakan
secara
harus digunakan pelarut yang bersifat
optimal, dengan kata lain penjenuhan
KLT.
terjadi
on adalah bersifat non polar sehingga
diam oleh fasa gerak berlangsung
plat
Ini dilakukan
yang dipakai dalam pembuatan blush
proses pergerakan spot di atas fasa
pada
maka
untuk ekstraksi awal karena matriks
seluruh bagian chamber sehingga
tailing
pemisahan
sempurna.
fasa gerak terdistribusi merata pada
itu
berwarna
dalam etanol 70%.
terlebih dahulu. Tujuan penjenuhan
Selain
masih
dilakukan
campur, yaitu campuran amonia 2%
larutan eluent tersebut dijenuhkan
eluent.
Preparasi
diekstraksi kembali dengan pelarut
Setelah dibuat eluent, maka
naiknya
b.
cm. Fungsinya sebagai penanda jarak
on
tempuh eluent. Batas bawah plat
pemisahan
dibuat 1 cm agar tidak terendam oleh
matrik sampel dengan analit yang
eluent. Jarak penotolan disesuaikan
akan dianalisis dalam hal ini adalah
10
IJPST []
Juni, 2016
dengan lebar plat yang tersedia. Jarak
gerak berada di bawah garis pada
penotolan
plat. Metode KLT yang digunakan
tidak
berdekatan
boleh
untuk
terlalu
menghindari
dalam
percobaan
kali
yaitu
bergabungnya spot masing-masing
menggunakan
larutan dan tidak boleh terlalu pekat
(naik). Fase gerak dibiarkan naik
untuk menghindari adanya tailing
sampai hampir mendekati batas atas
saat spot naik bersama fasa gerak
plat. Eluent dapat naik walaupun
Larutan standar disini digunakan
melawan gravitasi karena adanya
sebagai
untuk
afinitas. Pada proses naiknya fase
mengetahui apakah terdapat ekstrak
gerak, komponen-komponen yang
Rhodamin B dalam sampel yang
berbeda
dianalisi
berjalan melewati fasa diam yang
pembanding
melalui
dan
spot
yang
dalam
terdistribusi. Penotolan larutan baku
telah
dan
pipa
kepolarannya.
yaitu
batas atas,
sampel
kapiler
menggunakan
dengan
tujuannya
metode
ini
ascending
campuran
dijenuhkan
sesuai
Setelah
akan
dengan mencapai
plat KLT diangkat dan
supaya penotolan kecil karena dalam
dibiarkan kering diudara. Hal ini
KLT,
dilakukan
penotolan
yang
baik
berfungsi
untuk
diusahakan sekecil mungkin untuk
menguapkan sisa pelarut yang masih
menghindari
dan
terdapat pada plat untuk menjamin
tidak menurunkan resolusi. Pelebaran
penguapan telah sempurna dan agar
spot dapat mengganggu nilai Rf
spot jelas terlihat. Kemudian diamati
karena
terjadinya
dibawah sinar UV pada panjang
Penotolan
gelomang 254 nm. UV 254 tersebut
menggunakan bantuan hair dryer
merupakan deteksi universal yang
untuk
bisa digunakan untuk senyawa yang
pelebaran
memungkinkan
himpitan
puncak.
spot
mempercepat
proses
pengeringan.
berfluorsensi seperti rhodamin b.
Langkah dimasukkan
selanjutnya,
dengan
hati-hati
Kemudian ditentukang nilai Rf nya .
plat
Nilai Rf menyatakan ukuran daya
ke
pisah suatu zat dengan kromatografi
dalam chamber tertutup yang berisi
planar (KLT), dimana jika nilai Rf-
fasa gerak (eluent) dengan posisi fasa
nya besar berarti daya pisah zat yang
11
IJPST []
Juni, 2016
dilakukan
solvent
(eluenya)
berinteraksi dengan fasa gerak yang
maksimum sedangkan jika nilai Rf-
bersifat polar.
nya kecil berarti daya pisah zat yang dilakukan
solvent
Kemudian dilakukan analisis
(eluenya)
kuantitatif untuk mengetahui kadar
minimum.
rhodamin
Berdasarkan
b
dalam
blush
on
hasil
mengggunakan spektrofotometri UV-
pengukuran, diperoleh jarak spot
Vis dengan metode standar adisi.
sampel
dengan batas bawah yaitu
Alasan
menggunakan
metode
6,5 cm sedangkan jarak tempuh
analisis
spektrofotometri
UV-Vis
pelarut
adalah karena senyawa rhodamin B
yaitu
7
cm.
kemudian
dilakukan perhitungan Rf dengan
memiliki
menggunakan rumus.Rf yang didapat
gugus dalam senyawa organik yang
dari hasil pengamatan yaitu 0.92. Rf
mampu menyerap sinar ultraviolet
yang optimum yaitu berada pada
dan sinar tampak seperti gugus
rentang 0.5 – 0.8.
karboksil, senyawa aromatik dan
Rf
sampel
dibandingkan Dalam
dengan
larutan
juga
kemudian
baku,
Rf
memiliki
kromofor
gugus
yaitu
auksokrom
yaitu gugus yang memiliki pasangan
baku.
jarak
gugus
elektron bebas seperti NR 2.
spot
dengan batas bawah yaitu 6,1 cm dan
Analisis
kuantitatif
ini
jarak tempuh pelarut yaitu 7,1 cm
menggunakan metode standar adisi
sehingga diperoleh Rf yaitu 0,85.
karena standar adisi biasa digunakan
Dengan demikian dapat dikatakan
untuk
bahwa Rf sampel yang dianalisis
konsentrasinya
berdekatan dengan Rf baku. Hal ini
percobaan, senyawa yang dianalisis
mengindikasikan
adalah rhodamin b dalam sediaan
bahwa
sampel
mengukur
kecil.
Pada
kosmetik
Namun, rhodamin b dalam sampel
rhodamin b dalam sampel blush on
memiliki
sifat
polar
diperkirakan kecil karena seharusnya
karena
sampel
besar
rhodamin b tidak digunakan untuk
lebih lebih
pewarna
12
sediaan
on.
yang
blush on mengandung Rhodamin b.
yang
blush
sampel
Konsentrasi
kosmetik.
Oleh
IJPST []
Juni, 2016
karena itu, untuk bisa mengukur
karena
konsentrasinya
merupakan
standar
adisi.
dipilih Alasan
metode lain
larutan
rhodamin
larutan
b
berwarna
yaitu
sehingga dipilih sinar tampak yang
karena metode standar adisi lebih
mempunyai panjang gelombang 400-
akurat. Digunakan metode standar
750
adisi
dengan
dilakukan
larutan
karena
dilakukan
menambahkan standar
sejumlah
dengan
volume
yang
nm.
Selain pada
pengukuran
rentang
hukum
tersebut
Lambert-Beer
terpenuhi. Hasil penentuan panjang
bervariasi ke dalam sejumlah sampel.
gelombang
Kemudian
maksimum
diencerkan
itu
hingga
dengan
serapan
larutan
rhodamin
volumenya sama. Dengan demikian
b diperoleh l pada 548 nm. Panjang
matrik sampel dan matrik standar
gelombang ini mendekati panjang
sama, yang berbeda yaitu konsentrasi
gelombang yang seharusnya, yaitu
standar
544 nm.
yang
ditambahkan
pada
sampel. prosedur yang dilakukan
Sebelum pengukuran sampel
yaitu ke 5 labu ukur masing-masing
dibuat terlebih dahulu larutan blanko
dimasukkan larutan sampel dengan
bertujuan
volume yang sama yaitu 2 ml.
pelarut sebagai pengotor Absorbansi
Kemudian dimasukkan larutan baku
dari
dengan volume berbeda yaitu 1 ml, 2
digunakan,
add ke dalam labu tersebut pelarut
dikocok
tersebut
yaitu
dinolkan.
pelarut yang
pelarut
campur
amonia dalam etanol 70%.. Dengan
campur hingga tanda batas. Semua tersebut
pelarut
Blanku hanya berisi
ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml. Kemudian
larutan
supaya alat mengenali
demikian,
supaya
sampel
larutan homogen.
pengukuran
rhodamin
dipengaruhi
Sebelum mengukur sampel
pelarutnya.
b
oleh Kemudian
absorbansi tidak
akan
absorbansi masing-
ditetntukan terlebih dahulu panjang
masing labu dimasukkan ke dalam
gelombang maksimun dari rhodamin
kuvet. Kuvet yang digunakan harus
b pada rentang panjang gelombang
bersih
400-800 nm. Hal ini dilakukan
dimasukkan ke dalam alat spektro
13
dan
kering
sebelum
IJPST []
Juni, 2016
dan sisi kuvet yang bening tidak
nilai regresi linear 0,9968. Nilai
boleh disentuh untuk meminimalisir
regresi mendekati 1 sehingga cukup
kontaminasi dari jari tangan karena
baik
bagian
konsentrasi
sisi
kuvet
tersebut
akan
untuk
dipakai sampel
menentukan menggunakan
terkena sumber sinar. Hal tersebut
persamaan ini. Konsentrasi rhodamin
dilakukan untuk mencegah kesalahan
yang didapatkan adalah sebanyak
pembacaan
3,279 ppm dengan kadar 49,185%.
absorbansi.
Absorbansinya diukur pada panjang
Kadar
gelombang maksimum yaitu 548 nm. Setelah
kuvet
ini,
dimasukkan,
menembakkan
alat
spektro
energi
dengan
sediaan kosmetik karena seharusnya rhodamin b tidak digunakan sebagai pewarna blush on
menyebabkan gangguan kesehatan.
Hal ini membuat elektron senyawa
Dengan demikian dapat diketahui
akan tereksitasi ke orbital yang lebih
bahwa sampel blush on tidak baik
tinggi. Setelah mengalami eksitasi,
digunakan
elektron tersebut akan turun kembali
dan linearitas dari kurva yang kurang ideal.
diperoleh
pengukuran.
semakin tinggi absorbansinya. Dalam
dihitung
tidak
Hal
ini
dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor
hal ini, absorbansi berbanding lurus
seperti
konsentrasi.Didapatkan kalibrasi
yang
kemungkinan
sebanding dengan absorbansi hasil
setiap labu. Semakin tinggi volume,
kurva
Artinya
konsentrasi
absorbansi yang berbeda-beda pada
persamaan
tidak
akurat karena banyaknya pengotor
dihasilkan berupa absorbansi. Dari
dengan
mengandung
cukup tinggi . Namun ini
terukur oleh detektor. Output yang
pengukuran
karena
rhodamin b dengan kadar yang
dasar),
sambil melepaskan emisi yang akan
hasil
apalagi dengan
kadar yang tinggi. Hal itu dapat
senyawa rhodamin b yang dianalisis.
state (keadaan
yang
tersebut cukup besar untuk suatu
panjang gelombang tertentu pada
ke ground
b
diperoleh berdasarkan perhitungan
dipilih start measurement. Dalam proses
rhodamin
kurang
yang,
proses
pengenceran
kuantitatif
atau
yang adanya
kontaminan seperti basis lipstick
yaitu y = 0,1988x + 0,0652 dengan
14
IJPST []
Juni, 2016
kemungkinan
V.
masih
ada
karena
preparasi sampel yang kurang baik.
rhodamin b dalam sampel adalah
Kesimpulan
49,185 %. Kadar ini merupakan
Penentuan kadar rhodamin b dalam
sampel
blush
on
kadar yang sangat besar. Rhodamin b
dapat
penggunaanya sudah dilarang untuk
dilakukan dengan metode adisi pada
kadar berapapun tidak ada toleransi
spektrofotometi uv-vis dimana pada sampel
ditambahkan
untuk
standar
spektrofotometri
yang
diketahui.
kecil
dan
Didapatkan
dan
berbagai iritasi pada kulit dan saluran
uv-vis
pernafasan serta merupakan zat yang
dikarenakan kadar rhodamin b dalam sampel
kosmetik
makanan karena dapat menyebabkan
rhodamin b untuk menaikkan sinyal pada
pembuatan
bersifat karsinogenik.
tidak kadar
3. Sastrohamidjojo. Kromatografi.
1985. Yogyakarta.
Penerbit Liberty DAFTAR PUSTAKA
4. Wiryawan, Adam . 2011. Available
Online
at
http://www.chem-is1. Hamdani.
2013.
Available
try.org/materi_kimia/instrum
at
en_analisis/spektrofotometri-
online
http://catatankimia.com/catat
serapan-atom/metode-adisi-
an/rhodamin-b.html (Diakses
standar/
pada 05 mei 2016).
mei 2016).
2. Gritter
J.R,
Pengantar
dkk.
1991.
(Diakses pada 05
5. Roth, H.J., Blaaschke, G.
Kromatografi.
1988.
Bandung. Penerbit ITB
Analisis
Farmasi.
Penerjemah Sarjono Kisman. Yogyakarta.
Universitas
Gadjah Mada Press
15
IJPST []
Juni, 2016
.
16
IJPST []
Juni, 2016
17