110KELOMPOK 12 KELAS C
110
KELOMPOK 12 KELAS C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2017
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2017
2.3. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Disusun oleh :Nabilah Husna Bestari
Praktikan :Aditia Siringoringo
Alif Dino Baggio Nughroho
Dana Muhammad Iksan
Daniel Kristanto
Dinda Septari
Jessica Grace Maria Sinaga
M. Randy Ramadhan
Miftahul Khairi
Nabilah Husna Bestari
Rani Grace Tezalonika Pinem
Rianti Ratna Dewi
Standar Referensi
ASTM C 566-97 ;Standard Test Method for Total Evaporate Moisture Content of Aggregate by Drying
SNI 03-1971-2011 ; Metode Pengujian Kadar Air Agregat
Tujuan Pratikum
Adapun tujuan dari praktikum adalah menentukan kadar air agregat halus dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi takaran air dalam adukan beton yang sesuai dengan kondisi lapangan
Dasar Teori
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan agregat dalam keadaan yang kering. Kadar air agregat dipengaruhi oleh besar jumlah air yang terkandung pada pori-pori agregat, semakin besar selisih antara agregat semula dengan agregat setelah kering oven maka semakin besar kadar air agregat maka banyak pula air yang dikandung oleh pori-pori agregat tersebut dan sebaliknya sehingga dapat sesuai untuk campuran beton.
Dari perumusan pencarian kadar air dinyatakan bahwa kadar air berbanding lurus berat kandungan air suatu agregat dan berbanding terbalik terhadap berat agregat dalam kondisi semula atau kondisi kering tungku. Sehingga makin besar nilai dari berat kandungan air agregat maka semakin besar nilai dari kadar air. Sebaliknya, jika semakin kecil berat kandungan air dalam agregat maka semakin kecil juga kadar air yang diperolehnya. Nilai kadar air sangat penting untuk menentukan jumlah air dalam perancangan mix designbeton.
Keadaan kandungan air untuk menghitung jumlah air dalam agregat terbagi atas 4, yaitu:
Kering tungku ;adalah kondisi ageregat benar-benar tidak berair secara penuh akan menyerap air
Kering udara ;adalah kondisi agregat yang butir-butir kering permukaannya tetapi mengandung sedikit air dalam pori-pori sehinga sedikit menghisap jumlah air
Jenuh kering muka ; adalah kondisi agregat tidak ada air di pemukaan, tetapi butir-butirnya berisi sejumlah air yang diserap sehingga butiran agregat tidak menyerap dan menambah jumlah air dalam campuran beton
Basah ;adalah kondis agregat dengan butirannya banyak mengandung air baik di permukaan maupun didalam butirannya, jika dipakai dalam campuran akan menambah air
Agregat yang basah akan membuat campuran beton lebih basah. Kadar air yang dikandung agregat dapat mempengaruhi kuat tekan beton. Dalam rancangan campuran beton kondisi agregat harus dalam keadaan kering permukaan atau jenuh (Saturated Surface Dry Condition /SSD). Oleh karena itu, kadar air agregat harus diperiksa sebelum dipergunakan. Jika agregatnya tidak jenuh air, maka agregat akan menyerap air campuran beton lebih banyak sehingga kekurangan dalam pencampuran mortal pada beton.Begitupula dengan agregat yang terlalu basah menyebabkan pencampuran mortal pada beton banyak mengeluarkan air.
Menentukan kandungan kadarair yang terdapat di dalam agregat sangat penting karena berpengaruh dalam penggunaan air yang diperlukan pada campuran beton. Kadar air berguna untuk menghitung jumlah air pada campuran sehingga dapat mengetahui air yang dibutuhkan mengalami penambahan atau pengurangan. Dalam praktikum dianjurkan menggunakan agregat yang kondisi SSD karena memenuhi standard dan sangat banyak dijumpai dilapangan daripada menggunakan agregat yang dalam kondisi kering tungku.
Peralatan
Timbangan
Gambar 2.3.1
Timbangan ini memiliki ketelitian 0,1 gram dan biasanya digunakan untuk menimbang berat agregat. Merek timbangan ini adalah Excellent dengan Model-RX-301.Dalam hal ini penunjukkan timbangan digital lebih mudah dibaca karena terpampang langsung ditampilkan dalam bentuk digit angka. Cara penggunaannya cukup mudah, tinggal dinyalakan timbangannya, tunggu hingga penunjuk digit angka muncul, barulah menimbang apa yang perlu ditimbang.
Oven
Gambar 2.3.2
Oven ini digunakan sebagai alat mengeringkan agregat selama 24 jam hingga menjadi konstan. Tetapi, biasanya digunakan untuk memanggang roti, kue, pizza, dan berbagai macam makanan yang menggunakan untuk memanggang.Penggunaan oven pemanas harus berhati-hati seperti contoh saat memasukan benda uji kedalam oven haruslah menggunakan sarung tangan untuk mengurangi risiko kecelakan disaat praktikum kerja.
Wadah
Gambar 2.3.3.
Pada umumnya untukwadah ini bernama mangkuk yang biasanya digunakan untuk menampung air, makanan, dan sebagainya. Bentuk wadah ini berbentuk lingkaran.Dalam praktikum ini digunakan sebagai tempat untuk menampung butiran agregat.Talam sama halnya fungsi wadah pada umumnya, untuk menampung agregat dan mengurangi risiko benda uji yang akan tergabung dengan benda uji yang tidak sesuai.
Bahan Uji
Gambar 2.3.4.
Bahan uji yang digunakan adalah agregat halus.Agregat halus adalah butiran halus yang memiliki kehalusan sebesar 2 mm sampai 5 mm. Menurut SNI 02-6820-2002, agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,75 mm. Bahan uji yang digunakan adalah dalam kondisi lapangan bukan dalam kondisi SSD.
Tabel 2.3.1.Berat Benda Uji Minimum Berdasarkan Ukuran Maksimum Agregat.
No
Ukuran maksimum Agregat
Berat minimum Agregat yang diuji (kg)
1
6,30 mm (1/4 inci)
0,50
2
9,50 mm (3/8 inci)
1,50
3
12,70 mm (0,5inci)
2,00
4
19,10 mm (3/4 inci)
3,00
5
25,40 mm (1,0 inci)
4,00
6
38,10 mm (1,5 inci)
6,00
7
50,80 mm (2,0 inci)
8,00
8
63,50 mm (2,5 inci)
10,00
9
76,20 mm (3,0 inci)
13,00
10
88,90 mm (3,5 inci)
16,00
Prosedur Pratikum
Adapun prosedur dalam menentukan kadar air agregat halus sebagai berikut:
Timbang dan catatlah berat talam (W1).
Masukkan benda uji kedalam talam dengan berat benda uji kira-kira sebesar 500 gram, dan kemudian timbanglah kembali berat keseluruhannya (W2).
Hitunglah benda berat uji (W3=W2-W1).
Setelah itu, keringkan contoh benda uji bersama talam kedalam oven pada suhu (110°±5)°C sampai mendapatkan berat benda uji yang tetap.
Setelah kering, benda contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4).
Hitunglah berat benda uji kering (W5=W4-W1).
Perhitungan
Kadar air agregat = (W3-W5)W5x 100%
W3 = berat benda uji semula (gram)
W5 = berat benda uji kering (gram)
Perhitungan kadar air adalah sebagai berikut:
Berat Talam (W1)
Penelitian 1 = 52 gram
Penelitian 2 = 49 gram
Rata-rata = a-b2
=52+492
=50,5 gram
Berat Talam + Berat Uji (W2)
Penelitian 1 = 552 gram
Penelitian 2 = 549 gram
Rata-rata = a-b2
=552+5492
=549,5 gram
Berat Benda Uji (W3)
Penelitian 1 = 500 gram
Penelitian 2 = 500 gram
Rata-rata = a-b2
=500+5002
=500 gram
Berat Benda Uji Kering + Berat Talam (W4)
Penelitian 1 = 538 gram
Penelitian 2 = 537 gram
Rata-rata =a-b2
=538+5372
=537,5 gram
Berat Benda Uji Kering (W5)
Penelitian 1 = 486 gram
Penelitian 2 = 488 gram
Rata-rata =a-b2
=486+4882
=487 gram
Kadar Air Agregat Halus(W3-W5)W5x 100%
Penelitian 1 =(W3-W5)W5x 100%
=500-486486x 100%
=2,881%
Penelitian 2 =W3-W5W5x 100%
=500-488488x 100%
=2,459%
Rata-rata Kadar Air Agregat Halus = a-b2
= 2,881-2,4592
=2,670%
Pengamatan
Pada saat pelaksanaan praktikum, agregat yang diambil untuk pengujian praktikum adalah agregat yang berasal diluar laboratorium yang dibawa masuk ke dalam lalu diuji sebagai sampel penelitian. Dikarenakan agregat yang diluar merupakan perwakilan dari agregat yang biasa digunakan lapangan.Dalam pelaksanaan praktikum perbandingan antara nilai kadar air menggunakan agregat SSD dengan kondisi lapang memiliki perbedaan tidak terlalu jauh. Biasanya dilapangan,jika agregat akan mengalami kekurangnya kadar air apabila kondisi cuaca dilapangan sangat terik dan tidak mengalami curah hujan ataupun sebaliknya akan mengalami kelebihanapabila kondisi lapangan bercuaca mendung dan mengalami curah hujan yang cukup sering. Dengan kondisi tersebut membutuhkan koreksi air yanglebih teliti terhadap campuran beton dikarenakan kadar air akan mempengaruhi jumlah air campuran pada beton.
Dengan adanya koreksi air yang berlaku pada campuran beton dilihat dari besar atau kecilnya nilai kadar air agregat sehingga jika mengalami kekurangan atau kelebihan kita dapat menggurangi atau menambahkan jumlah air 5% dari nilai jumlah air yang dibutuhkan.
Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan nilai rata-ratakadar air yang diperoleh adalah 2,670%. Menurut SNI untuk pasir yang digunakan sebagai campuran dalam adukan beton adalah 2% - 8%. Jadi, pada agregat ini memenuhi standard dan layak untuk dipakai dalam campuran beton. Sehingga tidak perlu menambah atau mengurangi dari nilai jumlah air yang dibutuhkan.
Apabila agregat mengalami penambahan atau pengurangan air yang dibutuhkan dalam pembuatan beton diharapkan dapat sama dengan beton yang memiliki kadar air yang normal sehingga menghasilkan kuat tekan yang sesuai direncanakan. Dengan mengetahui kadar airmaka nilai dari kadar air memiliki hubung dalam perencanaan mix design beton dan uji slump yang dilakukan dalam pelaksanaan pengujian slump.
BAGAN ALIR PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS
Menimbang dan mencatat hasil timbangan berat talamMemasukkan benda uji ke dalam talam dan menimbang kembali berat talam dan benda uji. Kemudian hitung berat benda uji
Menimbang dan mencatat hasil timbangan berat talam
Memasukkan benda uji ke dalam talam dan menimbang kembali berat talam dan benda uji. Kemudian hitung berat benda uji
3. Mengeringkan benda uji beserta talam ke dalam oven pada suhu (110°±5)°C untuk mendapatkan bobot yang tetap4. Mengeluarkan benda uji dari oven setelah 24 jam. Lalu menimbang dan mencatat hasil timbangan. Kemudian menghitung berat benda uji
3. Mengeringkan benda uji beserta talam ke dalam oven pada suhu (110°±5)°C untuk mendapatkan bobot yang tetap
4. Mengeluarkan benda uji dari oven setelah 24 jam. Lalu menimbang dan mencatat hasil timbangan. Kemudian menghitung berat benda uji
Tabel 2.3.2. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS
No. Contoh:1
Sumber Contoh:Laboraturium
Tgl terima: 20 oktober 2017
Jenis Contoh:Pasir
Pelaksana :Kelompok 12
Untuk: Pratikum
PENELITIAN 1
PENELITIAN 2
Ukuran Agregat
Mm
mm
Berat Talam
W1
52 gram
49 gram
Berat Talam + Benda uji
W2
552 gram
549 gram
Benda uji
W3=W2-W1
500 gram
500 gram
Benda Benda Uji Kering + Berat Talam
W4
538 gram
537gram
Benda Benda Uji Kering
W5=W4-W1
486 gram
488 gram
Kadar Air Agregat
(W3-W5)W5x 100%
2,881%
2,459%
Rata-rata Kadar Air Agregat
a-b2x 100%
2,670%
DAFTAR PUSTAKA
ASTM C 566-97. Standar Test Method for Total Evaporate Moisture Content of Aggregate by Drying
Badan Standardisasi Nasional Indonesi (BSNI). (2006). Diperoleh 18 Oktober 2017.
http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/11101/ dan http://ssni.bsn.go.id/index.php/sni_main/snirev/
Laboraturium Teknologi Bahan dan Pedoman Pelaksanaan Pratikum Teknologi Bahan, Pekanbaru : Universitas Riau, Fakultas Teknik, Teknik Sipil (2017)
NotoPrasetio. (2013). Januari 28, 2013. Diperoleh 20 Oktober 2017 Materi Pengertian Agregat Halus. http://notoprasetio.blogspot.in/2013/01/pengertian-agregat-halus.html?m=1
Olivia, Monita. 2017.Materi Teknologi Beton Pertemuan keempat. Pekanbaru: Universitas Riau, Fakultas Teknik, Teknik Sipil
SNI 03-1971-2011. (2011) Metode Pengujian Kadar Air Agregat