1
SENI MEMAHAMI Hermeneutika dari Schleiermacher sampai Gadamer 1 F. Budi Hardiman 2
Sebe Sebelu lum m masu masuk k ke dala dalam m ulas ulasan an tent tentan ang g keemp eempat at tok tokoh her hermene meneut utik ika a modern, yaitu Schleiermacher, Dilthey, Heidegger dan Gadamer, dalam Kelas Fils ilsafa afatt Komuni omunitas tas Saliha Salihara ra ini saya saya akan akan lebih lebih dahulu dahulu menga menganta ntarr anda anda ke dalam hermeneutika pada umumnya. Hermeneutika atau hermeneutik bukan barang barang asing asing lagi lagi bagi bagi mere mereka ka yang yang menggu menggumu muli li ilmu-i ilmu-ilmu lmu sepert sepertii teolog teologi, i, kitab suci, lsafat dan ilmu-ilmu sosial. etode ini menurut se!arahnya telah dipakai di dalam penelitian teks-teks kuna yang otoritatif, misalnya, Kitab Suci, kemudian !uga diterapkan di dalam teologi dan dire"eksikan secara losos, sampai pada akhirnya !uga men!adi metode di dalam ilmu-ilmu sosial. #alu se!auh hermeneutika adalah penafsiran teks, ia !uga dipakai di dalam berbagai bidang lainnya, seperti ilmu se!arah, hukum, sastra, dan sebagainya. Hermen Hermeneut eutika ika teruta terutama ma berur berurusa usan n dengan dengan teks-t teks-teks eks.. anak anakala ala kita kita sedang membaca sebuah teks dari seorang pengarang yang kita kenal baik yang yang hidu hidup p se$a se$am man deng dengan an kit kita, kita kita tak tak akan akan mengh enghad adap apii kesul esulit itan an memaha memahami mi kalim kalimatat-ka kalim limat at dan kata kata-k -kata ata atau atau istilah istilah-is -istil tilah ah khusu khusus s yang yang termu termuat at di dalam dalam teks teks terseb tersebut. ut. Ketidak etidak!el !elasa asan n makna makna teks teks dapat dapat diatas diatasii secara lisan oleh pengarangnya, bila ia masih hidup, atau oleh pemahaman kata-kata, kata-kata, kalimat-kalimat dan terminologi khusus yang memang sudah dikenal pada $aman kita ini. %pa yang tertulis dalam teks itu dapat ditangkap secara kurang lebih &lurus' dari makna yang dimaksud pengarangnya. (ersoalannya men!adi lain bila teks yang kita baca berasal dari $aman dahulu. Kontak kita dengan pengarangnya terputus oleh sebuah rentang )aktu yang pan!ang sehingga kata-kata, kalimat-kalimat dan terminologi-terminologi khusus dalam teks itu sulit kita pahami atau akan kita salah pahami. Di sini kita berusa berusaha ha keras eras untuk untuk menan menangk gkap ap makn makna a sebaga sebagaim imana ana dimaks dimaksudk udkan an oleh oleh pengarangnya. Kita menghadapi problematik otentisitas makna teks. Dan di sinila sinilah h kita kita berhad berhadapa apan n dengan dengan &p &pro roble blemat matik ik hermen hermeneut eutik ika'* a'* bagaim bagaimana ana menafsirkan teks itu. (roblematik ini dihadapi dalam berbagai bidang se!auh menyangkut penafsiran, misalnya bidang kesusastraan, tradisi-tradisi religius +kitab-kitab suci, doktrin-doktrin, hukum-hukum, bidang hukum, ilmu se!arah +prasasti, dokumen-dokumen kuna dan seterusnya, musikologi, politikologi dan sebaga sebagainy inya. a. leh leh kare karena na itu, itu, memaha memahami mi apa itu hermen hermeneut eutik ika a teks teks akan akan sang sangat at ber bermanf manfaa aatt untu untuk k mena menamb mbah ah )a)a )a)asa san n atau atau cara cara pand pandan ang g kita kita terhadap produk-produk budaya masa lalu atau tradisi serta ilmu-ilmu yang berkenaan dengannya. 1
aka akala lah h untu untuk k kulia uliah h pert pertam ama a Kelas elas Filsa ilsafa fatt Seni Seni Mema Memaha hami mi:: Herm Hermen eneu euti tika ka dari dari Schleiermacher sampai Gadamer , Serambi Salihara, / Februari 01/, 12* 345. akalah ini telah disunting. 2 F. 5udi Hardiman adalah penga!ar di S6F Driyarkara, 7akarta. 4a mendapatkan gelar doktor lsafat dari Hochschule f8r (hilosophie, 8nchen. 4a menulis se!umlah buku tentang pemikiran 78rgen Habermas, di antaranya Menuju Menuju Masyaraka Masyarakatt Komunik Komunikatif atif +0 +02 2 dan Kritik Kritik Ideologi Ideologi +0/9 di samping Humanisme dan Sesudahnya +010 dan Demokrasi Deliberatif +02. +02 .
2
Kata hermeneutika atau hermeneutik adalah pengindonesiaan dari kata 4nggris hermeneutics. Kata terakhir ini berasal dari kata ker!a :unani hermeneuo yang berarti &mengungkapkan pikiran-pikiran seseorang dalam kata-kata'. Kata ker!a itu !uga berarti &mener!emahkan' dan &bertindak sebagai penafsir'. Ketiga pengertian ini sebenarnya mau mengungkapkan bah)a hermeneutika adalah usaha untuk beralih dari sesuatu yang relatif gelap ke sesuatu yang lebih terang. Dalam pengertian pertama, hermeneuein dapat dipahami sebagai semacam peralihan dari sesuatu yang relatif abstrak dan gelap, yakni pikiran-pikiran, ke dalam bentuk ungkapan-ungkapan yang !elas, yaitu dalam bentuk bahasa. (emadatan pikiran dalam bahasa sudah merupakan penafsiran. Dalam pengertian kedua &mener!emahkan', terdapat usaha mengalihkan diri dari bahasa asing yang maknanya gelap bagi kita ke dalam bahasa kita sendiri yang maknanya !elas. Dalam pengertian ketiga pada )aktu seseorang sedang menafsirkan sesuatu, ia mele)ati suatu ungkapan pikiran yang kurang !elas menu!u ke yang lebih !elas9 bentuk pemikiran yang kurang !elas diubah men!adi bentuk pemikiran yang lebih !elas9 itulah menafsirkan. Di dalam mitologi :unani ada tokoh yang namanya dikaitkan dengan &hermeneuein', yaitu* Hermes. enurut mitos itu, Hermes bertugas menafsirkan kehendak de)ata orakel! dengan bantuan kata-kata manusia. (engertian dari mitologi ini kerap dapat men!elaskan pengertian hermeneutika teks-teks kitab suci, yaitu menafsirkan kehendak 6uhan sebagaimana terkandung di dalam ayat-ayat kitab-kitab suci. Dalam pemakaiannya, hermeneutika di masa lampau memiliki arti yang luas, yaitu sebagai se!umlah pedoman untuk pemahaman teks-teks yang bersifat otoritatif, seperti dogma dan kitab suci. 6eknik pemahaman ini lebih merupakan sebuah &seni' pemahaman daripada suatu &teori' atau "science# tentang pemahaman. 5aru de)asa ini ada usaha memberi )u!ud metodologis dan teoretis atas teknik-teknik penafsiran men!adi sebuah ilmu pengetahun hermeneutika. ;ntuk memahami apa itu hermeneutika, kita !uga dapat menemukan !a)abnya dalam se!arah lsafat dan teologi, karena hermeneutika dikembangkan di dalam kedua disiplin ini. (ertama, se!arah perkembangan hermeneutika, khususnya hermeneutika atas teks-teks dapat ditelusuri dalam se!arah teologi, dan lebih umum lagi, se!arah pemikiran teologis :udeo-Kristiani. Dalam tradisi agama :ahudi, tafsir atas teks-teks 6aurat $ora! dilakukan oleh para ahli kitab, yaitu mereka yang membaktikan hidup mereka untuk bela!ar dan menafsirkan hukum-hukum agama. Selain para ahli kitab itu, dalam masyarakat :ahudi !uga muncul tokohtokoh tafsir lainnya, yaitu para nabi. ereka ini mendidik masyarakat sambil melontarkan kritik sosial atas praktik-praktik keagamaan yang tidak diikuti tindakan yang adil. Dalam men!alankan fungsinya ini mereka terus-menerus berupaya memberi tafsir tentang apa itu agama yang benar dan mana yang sesat dan palsu. Dasarnya adalah tradisi :ahudi dan pengalaman pribadi sang nabi. 6radisi Kristiani a)al !uga segera menerapkan hermeneutika pada teksteks (er!an!ian #ama. rang-orang Kristen purba menafsirkan teks-teks itu dengan )a)asan baru yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang beragama :ahudi, yaitu pengalaman iman akan :esus Kristus yang )afat dan bangkit.
3
leh karena itu teks-teks (er!an!ian #ama itu dipahami &secara Kristiani'. Hasil tafsir tersebut termuat di dalam (er!an!ian 5aru. asalah hermeneutika teks-teks kitab suci mulai !elas dalam abad-abad pertama asehi. 6erhadap teks-teks kitab suci itu, orang-orang Kristen mencoba memberi dua macam penafsiran* penafsiran simbolis dan penafsiran harah. Kedua macam hermeneutika ini tampil dalam kontro
4
Kita harus mencoba membuat rekonstruksi ima!inatif atas situasi $aman dan kondisi batin pengarangnya dan berempati dengannya. Dengan kata lain, kita harus membuat penafsiran psikologis atas teks itu sehingga dapat mereproduksi pengalaman pengarang. (andangan Schleiermacher ini di kemudian hari dikritik, karena terlalu psikologistis dan kita mengalami kesulitan yang berarti pada saat kita berusaha mengatasi kesen!angan )aktu yang memisahkan cakra)ala budaya kita dan cakra)ala budaya pengarang. Filsuf lain yang memperkenalkan gagasan losos mengenai hermeneutika adalah 3ilhelm Dilthey. engatasai psikologisme Schleiermacher, ia berpendapat bah)a peristi)a-peristi)a yang termuat dalam teks-teks kuna itu harus dipahami sebagai suatu ekspresi kehidupan se!arah, maka yang direproduksi bukanlah keadaan-keadaan psikis pengarang, melainkan makna peristi)a-peristi)a se!arah itu. eskipun demikian, Dilthey tetap berada pada garis yang sama dengan Schleiermacher* keduanya samasama memahami hermeneutika sebagai penafsiran reproduktif. akna hermeneutika yang radikal diberikan oleh lsuf artin Heidegger. 5aginya, hermeneutika atau &pemahaman' adalah bagian dari eksistensi manusia sendiri, melekat pada manusia. Dalam memahami dunianya dan se!arahnya, manusia adalah cakra)ala bagi pemahaman dirinya. Suatu obyek menampakkan dirinya hanya dalam suatu keseluruhan makna dan setiap pengertian tentang obyek baru ter!adi karena adanya pemahaman yang mendahuluinya +prapaham sebagai the conditions of possibility '(nya. Gagasan ini disebut &lingkaran hermeneutis'. Gagasan tentang &lingkaran hermeneutis' diterima oleh Hans-Georg Gadamer, seorang lsuf yang mencoba membuat sebuah teori losos mengenai pemahaman, sehingga men!adi hermeneutika losos. 4a melontarkan kritiknya terhadap hermeneutika =omantik yang dirintis oleh Schleiermacher dan Dilthey. 5aginya, kesen!angan )aktu antara kita dan pengarang tidak harus diatasi seolah-olah sebagai suatu yang negatif, melainkan !ustru harus dipikirkan sebagai per!umpaan cakra)ala-cakra)ala pemahaman. Kita memperkaya cakra)ala pemahaman kita dengan membandingkannya dengan cakra)ala-cakra)ala pengarang. leh karena itu, suatu penafsiran tidak bersifat reproduktif belaka, melainkan !uga produktif. aksudnya, makna teks tidak harus makna bagi pengarangnya, melainkan makna bagi kita yang hidup di $aman ini, maka menafsirkan adalah proses kreatif.
Schleiermacher dan Hermeneutika Romantik 6okoh pertama yang akan kita bahas dalam kuliah ini adalah Friedrich Daniel >rnst Schleiermacher +1?@A-1AB/. Dia lahir di 5reslau +sekarang di (olandia pada 01 Co
lbe. Di sana 3
&6he conditions of possibillity' +syarat-syarat kemungkinan adalah istilah yang berasal dari 4mmanuel Kant. 4stilah ini mengacu pada sesuatu yang harus dipenuhi lebih dahulu agar suatu bentuk pengetahuan sahih.
5
Schleiermacher berkenalan dengan kepustakaan ilmiah dan losos serta roman-roman non-religius, antara lain yang ditulis oleh Goethe, sehingga ia mulai bimbang untuk men!adi pengkotbah atau ilmu)an./ Dia pun memutuskan untuk bela!ar lsafat, teologi dan lologi di ;niropa saat itu sebagai bahaya dan kemerosotan bagi manusia, maka alih-alih gandrung dengan industri, sains dan teknologi, mereka mencoba menggali kembali kebi!aksanaan kuna dalam tradisi, agama, mitos untuk menemukan maknanya bagi masa kini, dan terutama menemukan perasaan-perasaan sebagai kekuatan manusia)i yang amat penting. Schleiermacher secara mendalam dipengaruhi =omantisme. (andangannya yang sangat diperhitungkan dalam lsafat agama dapat dikembalikan kepada pengaruh aliran ini. Di masa itu itu cukup dominan pandangan Kant yang menyempitkan agama pada moralitas dan Hegel yang menyaring agama men!adi rasionalitas belaka. 5erbeda dari kedua tokoh ini, Schleiermacher berpandangan bah)a hakikat agama adalah &perasaan ketergantungan mutlak' di hadapan alam semesta +Met)ler *hilosophen+ ?/. 4man religius tak lain daripada memandang dan merasakan alam semesta. Simbol-simbol atau ritus-ritus dalam agama tak lain adalah ungkapan &perasaan religius' tersebut. Schleiermacher lebih dikenal sebagai teolog dan pengkotbah daripada sebagai lsuf. eski demikian, kesibukannya dengan hermeneutika me)arnai karier intelektualnya se!ak dia menga!ar di Halle pada 1A sampai pada hari kematiannya.@ 6ulisan-tulisannya tentang hermeneutika tersebar dalam sketsasketsa, aforisme-aforisme dan catatan-cacatan kuliah. rang bahkan dapat menilai bah)a Schleiermacher sebenarnya sangat enggan menerbitkan karyakaryanya, karena dia seorang hermeneutikus se!ati yang tidak pernah puas dengan isi tulisan-tulisannya sendiri +,inf ű hrung, A2. 5egitu sebuah tulisan dihasilkan, ia tidak lagi mencerminkan maksud penulisnya. &enurut asas terakhirnya,'demikian tulisnya suatu kali, &memahami adalah sebuah tugas yang tidak pernah berkesudahan +Met)ler *hilosophen, ?. 6ulisan-tulisan pendiri hermeneutika =omantik ini dikumpulkannya dalam apa yang disebut Kompendium %on --/ yang digunakannya sebagai dasar kuliah-kuliahnya ketika menga!ar teologi (rotestan di ;ni
5aca 7.5. et$ler, Met)ler *hilosophen 2e3ikon +Stuttgart* 7.5. et$lersche Eerlagsbuchhandlung, 12A2, ?0. Selan!utnya ditulis Met)ler *hilosophen. 5 5andingkan 7ohannes Hirschberger, Geschichte der *hilosophie. 0and II. 1eu)eit und Gegen4art +Freiburg i.5.* Herder, 01, B22. 6 rung 5aca 7ean Grondin, ,inf űh in die philosophische Hermeneutik +Darmstadt* 3issenschaftliche 5uchgesellschaft, 1221, AA. Selan!utnya ditulis ,inf űh rung.
6
(er!an!ian 5aru. #e)at terbitan #űcke itulah hermeneutika Schleiermacher dikenal luas. anuskrip-manuskrip tersebut mencerminkan bagaimana Schleiermacher memusatkan diri pada subyekti
Seni Memahami! 4stilah &seni memahami' saya ter!emahkan dari istilah 7erman yang berasal dari Schleiermacher, yaitu &Kunstslehre des &erstehens'. %pa yang dimaksud dengan &memahami' di sini, dan mengapa memahami dipandang sebagai sebuah &seni' 4stilah memahami +&erstehen dalam hermeneutika mengacu pada proses menangkap makna dalam bahasa atau, dikatakan lebih luas, yang men!adi target pemahaman adalah struktur-struktur simbol atau teks. Di dalam kehidupan sehari-hari kita berbicara dengan orang-orang lain. emahami adalah proses menangkap maksud atau makna kata-kata yang diucapkan pembicara. byek pemahaman tidak lain daripada bahasa, tetapi bahasa tidak dapat dilepaskan dari pikiran penuturnya. (erlu ditambahkan bah)a manusia tidak berpikir tentang hal sama, meski memakai kata yang sama. Karena itu kita perlu membedakan dua hal, yaitu antara &memahami apa yang dikatakan dalam konteks bahasa dengan kemungkinankemungkinannya' dan &memahami +apa yang dikatakan itu sebagai sebuah fakta di dalam pemikiran si penuturnya'.A Kedua hal itu sen!ang satu sama lain. Kita lalu dapat mengatakan bah)a dalam percakapan kerap ter!adi kesen!angan antara teks yang diucapkan dan isi pikiran penuturnya, antara teks dan maksudnya, antara kata dan maknanya, dan antara simbol dan acuannya. 5ila tidak ada kesen!angan seperti itu tentu tidak akan ter!adi kesalahpahaman, melainkan saling pemahaman. Dikatakan sebaliknya, proses pemahaman didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi kesen!angan tersebut. %pakah kesen!angan itu sungguh dapat diatasi atau tidak adalah soal lain yang nanti masih harus kita bahas. Hermeneutika dapat disebut sebagai sebuah &seni', karena dua hal* pertama, karena bertolak dari situasi tanpa pemahaman bersama atau bahkan kesalahpahaman umum, sehingga pemahaman memerlukan upaya &canggih' dan tidak dapat secara spontan sa!a9 kedua, karena praktik untuk mengatasi kesalahpahaman umum itu dilakukan menurut kaidah-kaidah tertentu
7
5andingkan =ichard >. (almer, Hermeneutics: Interpretation $heory in Schleiermacher+ Dilthey+ Heidegger and Gadamer +>. Scleiermacher, &Foundations* General 6heory and %rt of 4nterpretation', dalam Kurt ueller-Eollmer, ed., $he Hermeneutics 5eader. $e3ts of the German $radition from the ,nlightenment to the *resent , ontinuum, Ce) :ork, 0@, h. ?/. Keterangan dalam kurung dari penulis. Selan!utnya ditulis $he Hermeneutics 5eader.
7
+,inf ű hrung, 21-20. Kata &seni' di sini dimengerti sebagai &kepia)aian' seperti yang dapat kita temukan pada seniman yang menghasilkan 6ne art .2 Schleiermacher membatasi tugas hermeneutika pada seni memahami sa!a. Hal itu perlu dilakukan karena masih ada hal lain yang kerap dianggap sama dengannya, yaitu seni berbicara dan seni menulis. Kedua hal terakhir ini adalah &presentasi atas apa yang telah dikatakan' +$he Hermeneutics 5eader , ?/, sementara hermeneutika memusatkan diri pada kesen!angan antara apa yang dikatakan dan apa yang dipikirkan. Seni berbicara dan seni menulis bersangkutan dengan sisi luar pemikiran, yaitu ungkapannya dalam bahasa. Dalam berbicara ter!adi gerakan dari dalam pikiran ke luar, yakni ke dalam ungkapannya, tetapi dalam memahami ter!adi gerak sebaliknya, yaitu gerak dari luar, yakni ungkapannya dalam bahasa, menu!u ke pemikiran. :ang dicari adalah pemikiran di belakang sebuah ungkapan. &Hermeneutika,' demikian tulis Schleiermacher &adalah sebuah bagian dari seni berpikir, dan karena itu bersifat losos' +$he Hermeneutics 5eader , ?/. Kesen!angan antara kata dan pikiran diatasi dengan upaya rasional yang disebut &interpretasi'. Dalam arti ini hermeneutika harus lebih dimengerti sebagai seni mendengarkan daripada seni berbicara, seni membaca daripada seni menulis.
"endasaran Hermeneutika #ni$ersal %gar dapat mengerti kebaruan yang disumbangkan oleh Schleiermacher untuk hermeneutika, kita perlu lebih dahulu membicarakan dua pendahulunya. Keduanya adalah lolog, yakni peneliti teks-teks kuna yang dalam konteks >ropa adalah )arisan :unani- =oma)i kuna. Dari mereka kebanyakan orang pada $aman itu memahami hermeneutika secara spesial sebagai interpretasi atas teks-teks kuna. 6okoh pertama, Friedrich %st +1??A-1A/1, berpendapat bah)a tugas lologi adalah adalah &roh' atauIdalam kosakata HerderI &olkgeist +roh rakyat dalam kebudayaan :unani dan =oma)i kuna. 4stilah &roh' di sini memadatkan berbagai aspek mental-intelektual kebudayaan, seperti tata nilai, moralitas, alam pikir dan seterusnya. engerti mentalitas suatu kebudayaan yang tercermin dalam teks-teks tentu bukan peker!aan yang mudah. ;ntuk melaksanakan tugas yang sulit itu itu penafsir memang perlu mempela!ari gramatika, tetapi gramatika hanyalah alat bantu sa!a bagi hermeneutika untuk menarik keluar makna spiritual dari teks. Seperti kebanyakan pemikir di $aman (encerahan, %st mengandaikan adanya akal budi bersama umat manusia, dan pemikiran keseluruhan ini tercermin di dalam akal indi
5aca. #a)rence K. Schmidt, 8nderstanding Hermeneutics +Durham* %cumen, 0@, 1. Selan!utnya ditulis 8nderstanding Hermeneutics.
8
perlu menempatkan diri dalam situasi penulis atauIdalam istilah 3olfI memiliki &keringanan !i)a' yang &lekas menyelaraskan diri dengan pikiranpikiran asing' +Hermeneutics+ A1. Dengan ungkapan lain, penafsir harus mampu memasuki dunia mental penulis. Semua yang dian!urkan oleh 3olf ini nanti akan dilan!utkan oleh Schleiermacher dengan konsep "9ieder(,rleben# +mengalami kembali. 3olf !uga memperkenalkan distingsi penting yang nanti dikembangkan oleh Dilthey, yaitu antara memahami +&erstehen dan men!elaskan +,rklren, namun distingsi ini memiliki arti yang berbeda. enurutnya memahami adalah untuk diri kita sendiri, sedangkan men!elaskan adalah untuk orang lain +Hermeneutics+ A0. Kita memahami dengan membaca, tetapi kita men!elaskan dengan mengungkapkan hasil pemahaman kita atas bacaan. Sebagaimana dikembangkan oleh %st dan 3olf, hermeneutika mengkhususkan diri pada teks-teks kuna. Kita tahu ada banyak macam teks yang membutuhkan pemahaman atas maknanya, seperti dokumen-dokumen hukum, kitab-kitab suci, atau karya-karya sastra. Dalam praktik ter!adi keanekaragaman cara untuk memahami tergantung pada !enis-!enis teks, sehingga berkembang macam-macam disiplin khusus dalam interpretasi. &Hermeneutika sebagai seni memahami,' demikian tulis Schleiermacher, &tidak ada sebagai sebuah bidang umum, yang ada hanyalah berbagai macam hermeneutika khusus' +$he Hermeneutics 5eader+ ?B. Schleiermacher meyakini adanya hakikat yang sama dan menyatukan berbagai hermeneutika tersebut. isalnya, semua teks, entah teks keagamaan, hukum atau sastra, adalah !alinan kata menurut kaidah-kaidah gramatis tertentu. ;ntuk memahami makna mereka, kita perlu menghubungkannya dengan gramatika. Hubungan antara makna dan gramatika ini berlaku untuk semua !enis teks. 7ika hubungan itu dapat di!elaskan, kita akan mendapatkan basis untuk segala hermeneutika khusus. Hal itulah yang diupayakan oleh Schleiermacher, maka dia dapat disebut sebagai bapak hermeneutika modern +Hermeneutics+ 2?. Hermeneutika itulah seni memahami yang dibutuhkan untuk menangkap makna teks, tidak terbatas pada teks dari disiplin tertentu, melainkan semua !enis teks. Dengan ungkapan lain, Schleiermacher berhasil melepaskan hermeneutika dari disiplin spesik, seperti teologi, hukum atau lologi, dan men!adikannya sebuah cara untuk memahami segala ungkapan dalam bahasa, entah tuturan atau tulisan. Di sini hermeneutika bahkan men!adi kemampuan umum manusia untuk memahami makna, seperti kata Schleiermacher &7edes Kind kommt nur durch Hermeneutik $ur 3ortbedeutung' +6iap anak memahami makna kata hanya le)at hermeneutika, $he Hermeneutics 5eader , 2/, sehingga terbukalah !alan menu!u hermeneutika losos.
Masuk ke dalam %ulit! "enulis Di atas sudah saya singgung bagaimana %st dan 3olf memahami tugas hermeneutika sebagai upaya menangkap dunia mental yang tercermin di dalam teks dengan cara menempatkan diri dalam situasi penulis. Schleiermacher setu!u dengan kedua pendahulunya itu. ;ntuk memudahkan, marilah kita mengambil sebuah teks yang kita kenal sebagai contoh, yaitu
9
Door Duisternis tot 2icht +1211, kumpulan surat-surat =aden %!eng Kartini yang diterbitkan 7.H. %bendanon. Kita kenal buku itu dalam ter!emahamannya oleh %rmi!n (ane dengan !udul Habis Gelap $erbitlah $erang. %da beberapa kesulitan untuk memahami teks ini saat kita membacanya, seperti kesen!angan )aktu antara kita dan penulisnya, bahasa yang dipakai penulis, konteks kebudayaan penulis, dan terutama pengalaman-pengalaman subyektifnya. Kalimat-kalimat yang tertulis di sana tidak secara transparan mengungkap isi penghayatan batin penulisnya atau apa yang kita sebut &dunia mental' penulis. 5agaimana lalu proses memahami makna berlangsung Dari Schleiermacher kita mendapat gambaran bah)a proses hermeneutis sebagai pembalikan dari proses penulisan teks +Hermeneutics, A@. Sementara penulis bergerak dari pikirannya ke ungkapannya dalam susunan kalimatkalimat, pembaca bergerak sebaliknya* dari susunan kalimat-kalimat itu dia memasuki dunia mental, yaitu pikiran penulisnya. 7ika Kartini, misalnya, mengungkapkan pikiran-pikirannya ke dalam susunan kalimat-kalimat dalam surat-suratnya, kita sebagai pembaca mencoba memasuki isi pikiran Kartini le)at pintu kalimat-kalimat itu. Di sini Schleiermacher lalu membedakan antara &interpretasi gramatis' dan &interpretasi psikologis'. :ang dimaksud dengan interpretasi gramatis atau teknis adalah proses memahami sebuah teks bertolak dari bahasa, struktur kalimat-kalimat, dan !uga hubungan antara teks itu dan karya-karya lainnya dengan !enis yang sama +Hermeneutics, A2. Suratsurat Kartini, misalnya, ditulis dalam bahasa 5elanda dari abad lalu dan berhubungan dengan tulisan-tulisan lain yang se!enis, misalnya, buku-buku yang dibaca Kartini atau korespondensinya dengan teman-temannya. 5ila interpretasi gramatis menempatkan teks dalam kerangka obyektif, interpretasi psikologis memusatkan diri pada sisi subyektif teks itu, yaitu dunia mental penulisnya. :ang dicari di sini adalahIseperti disebut (almer &indi
&in'karan Hermeneutis
10
;lasan saya baru sa!a memperlihatkan bah)a seni memahami yang dirintis oleh Schleiermacher bukan sebuah upaya yang mudah. (rinsipnya memang sederhana, yakni untuk memahami teks kita perlu memasuki dunia mental penulisnya le)at susunan kalimat-kalimat yang ditulisnya atau masuk ke dalam kulit penulis. Camun rinciannya men!adi cukup rumit, khususnya bila kita memikirkannya lebih dalam lagi. Di sini kita menghadapi pertanyaan penting. anakah yang lebih utama* kalimat-kalimat yang dinyatakan oleh penulis atau isi pikiran penulis Sekilas tampak bah)a Schleiermacher mengandaikan dualitas bahasa dan pemakainya, sehingga bahasa tidak lain daripada )ahana bagi pikiran pemakainya. %kan tetapi !ika kita membaca karyanya secara teliti, kita akan menemukan sesuatu yang berbeda dari kesan itu. Hal itu perlu kita bahas di sini karena Schleiermacher merinci lebih !auh bagaimana proses memahami berlangsung. (ilihan prioritas antara bahasa dan pemakainya akan menghasilkan konsekuensi berbeda. 7ika isi pikiran lebih utama daripada bahasa yang dipakai untuk menyampaikannya, interpretasi psikologis tentu akan mendapat prioritas atas interpretasi gramatis, karena &orang menganggap bahasa secara khusus sebagai sarana orang mengomunikasikan pikiran-pikirannya'. Kita !uga dapat berpendapat yang sebaliknya, yaitu mengutamakan interpretasi gramatis, !ika kita &menganggap orang dan tuturannya secara khusus sebagai kesempatan bagi bahasa untuk menyatakan dirinya'. (endirian Schleiermacher atas persoalan adalah &bah)a kedua tugas itu sama sekali setara'+ $he Hermeneutics 5eader+ ?. Kita memahami bahasa le)at pemakainya, tetapi pemakai bahasa dapat dipahami le)at bahasa yang dipakainya. Dalam contoh kita, pikiran Kartini dan surat-surat yang mengungkapkannya memiliki kedudukan setara dalam interpretasi. Kita memahami pribadinya le)at teks yang ditulisnya, dan teks itu dipahami le)at pribadinya. 7ika demikian &baik interpretasi gramatis maupun psikologis harus diperlakukan seolah-olah keduanya dapat saling dipertukarkan' +$he Hermeneutics 5eader , ?@. Kedudukan setara antara interpretasi gramatis dan psikologis dalam memahami makna teks itulah yang kemudian dikenal dengan istilah lingkaran hermeneutis +hermeneutische ;irkel, yang intinya adalah bah)a &setiap bagian dapat dipahami hanya dari keseluruhan yang mencakupnya, dan sebaliknya' +$he Hermeneutics 5eader , A/. emasuki dunia mental si penulis, yakni mengalami kembali pengalamannya, adalah men!alani lingkaran hermeneutis ini dalam interpretasi. Di sini kita men!umpai kesulitan. 7ika untuk memahami bagian-bagian, kita harus lebih dahulu memahami keseluruhan, lalu bagaimana memahami keseluruhan 5ukankah kita tidak dapat bertolak begitu sa!a dari keseluruhan tanpa bagian-bagian Kalau begitu, bukankah lingkaran hermeneutis sebuah lingkaran yang memusingkan kepala atauI sebut sa!aIsebuah lingkaran setan (almer memberi sebuah pen!elasan yang menarik tentang bagaimana Schleiermacher men!a)ab masalah ini. &6erkadang,' ia menulis, &semacam Jlompatan ke dalam lingkaran hermeneutis ter!adi dan kita memahami keseluruhan dan bagian-bagian bersama-sama' +Hermeneutics, A?. (en!elasan (almer, meski cocok dengan maksud Schleiermacher +$he Hermeneutics 5eader , 2, dapat menimbulkan pertanyaan baru. Kekuatan apakah yang memampukan lompatan itu %mbil contoh berikut. ;ntuk
11
memahami kata kita harus lebih dahulu memahami kalimat. Hal ini mudah dimengerti. ;ntuk memahami kalimat kita harus lebih dahulu memahami kata. Hal ini !uga terang benderang. Camun di dalam praktik pemahaman makna, kita tidak bisa mulai dari satu titik tolak belaka, entah bagian atau keseluruhan, melainkan bagian-bagian dan keseluruhan secara serentak saling men!elaskan sehingga makna itu ditangkap. %da kekuatan dalam akal kita sebagai penafsir yang memungkinkan keserentakan proses itu. 4tulah apa yang disebut Schleiermacher kekuatan &di
Memahami (eks &e)ih Baik daripada "enulisn*a Saya akan melangkah lebih !auh untuk men!elaskan hermeneutika Schleiermacher sebagai sebuah seni memahami. Di dalam salah satu bagian tulisannya dia menulis pernyataan tentang tugas interpretasi yang kerap dikutip, yakni &emahami teks pertama-tama dan !uga kemudian bahkan lebih baik daripada pengarang teks itu' +$he Hermeneutics 5eader , AB. (ernyataan ini tentu membingungkan. 5agaimana mungkin kita sebagai pembaca dapat memahami teks lebih baik daripada penulisnya %mbil contoh lain, yaitu suratsurat (aulus. =asul (aulus yang surat-suratnya masuk ke dalam (er!an!ian 5aru tentu lebih memahami maksud isi surat-suratnya itu daripada kita, pembaca dari dua milenium sesudah dia. 5agaimanapun penulis adalah asal muasal dari maksud atau makna teks yang dihasilkannya, maka ia lebih tahu daripada pembaca. (ernyataan Schleiermacher itu membutuhkan pen!elasan sedikit pan!ang di sini. (ernyataan itu tidak dimaksudkan bah)a pembaca lebih benar memahami teks daripada penulisnya. Sebaliknya, pembaca tidak memiliki akses langsung ke dalam dunia mental penulis, maka ia perlu mengerti banyak hal lain yang terkait dengan teks itu agar dapat memasuki isi pikiran penulis. Hal-hal lain yang diketahui oleh pembaca itu sebenarnya tidak diketahui atau tidak disadari oleh penulisnya. ;ntuk memahami isi surat (aulus kepada umat di Korintus, misalnya, kita perlu mengetahui tidak hanya siapa (aulus dan latar belakang pendidikan dan kisah hidupnya, melainkan !uga keadaan sosial, ekonomis, politis serta adat istiadat masyarakat Korintus pada umumnya dan !emaat Korintus yang men!adi alamat surat itu pada khususnya. Data demogras, pemakaian simbol-simbol, gaya bahasa, kaitan dengan kelompokkelompok Kristiani purba lainnya adalah hal-hal lain yang perlu diketahui agar dapat mengakses makna, yaitu isi pikiran (aulus, penulis surat itu. &Kita mesti menyadari banyak hal yang tidak disadari oleh si penulis sendiri' +$he Hermeneutics 5eader , A?, demikian kata Schleiermacher. 5anyaknya buku tafsir atas surat-surat (aulus bukan hanya berarti bah)a ada banyak interpretasi atas surat-surat itu, melainkan !uga bah)a ada banyak hal lain yang tidak diketahui oleh (aulus sendiri, tetapi diketahui oleh para penafsirnya. Dalam arti ini para penafsir (aulus memahami (aulus lebih baik daripada (aulus sendiri.
12
Dua !enis interpretasi yang disarankan oleh Schleiermacher kiranya dapat men!elaskan lebih !auh apa yang dimaksud dengan memahami teks lebih baik daripada penulisnya. Saya akan mengulas keduanya lebih rinci. Kita mulai dengan interpretasi gramatis atau interpretasi teknis. Kanon pertama Schleiermacher berbunyi* &Segala hal dalam sebuah tuturan yang memerlukan sebuah penentuan yang lebih tepat hanya dapat ditentukan dari area bahasa yang sama bagi si pengarang dan pendengar langsungnya' +$he Hermeneutics 5eader+ A@. asalah dalam setiap tugas interpretasi adalah kesen!angan )aktu antara penulis dan pembacanya. (enulis berasal dari $aman yang berbeda dari pembacanya, dan hal itu melibatkan banyak hal, seperti misalnya, pengartian yang berbeda dari bahasa yang sama atau perubahan arti le)at )aktu. Kata #atin hostis, misalnya, berarti &orang asing', tetapi semula artinya adalah &musuh', karena dulu semua orang asing adalah musuh. #e)at )aktu orang mulai berhubungan dengan orang asing, maka kata itu perlahan mengalami perubahan arti yang lalu berbeda dari musuh +$he Hermeneutics 5eader , A2. Kanon pertama menyarankan agar pembaca men!angkau makna asli sebelum kata mengalami perubahan arti le)at )aktu, yakni artinya sebagaimana dipahami oleh penulis dan pembaca a)alnya. Schleiermacher menggunakan istilah &lingkup' +Sphre untuk konteks hidup penulis, seperti* perkembangannya, keterlibatannya, cara bicaranya. Kita sebagai pembaca harus memahami lingkup itu le)at interpretasi gramatis, misalnya, dengan menempatkan kata yang dipakainya dalam konteks lebih luas, membandingkan pemakaian kata yang satu dengan yang lainnya, membedakan arti literal dan guratif, dan seterusnya karena &sebuah kata tidak pernah terisolasi, bahkan ketika berada sendiri, karena pengertiannya tidak berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari konteksnya' +$he Hermeneutics 5eader , A2. Kanon kedua berbunyi* &akna tiap kata sebuah kalimat harus ditentukan dengan konteks kata itu berasal' +$he Hermeneutics 5eader , 2. Sebuah kata bisa memiliki berbagai arti, maka arti yang dimaksudkan oleh penulis dapat dipahami dengan memeriksa konteks munculnya kata itu. enurut Schleiermacher kita tidak dapat sepenuhnya men!elaskan arti suatu kata sebagaimana dipakai penulis di masa lalu. 5ahasa bisa mati, sehingga maknanya sulit ditangkap seluruhnya, sementara makna bahasa yang masih hidup !uga sulit ditangkap sepenuhnya karena masih berubah. eski demikian, pembaca dapat mengakses lingkup penulis untuk memahami apa yang ia maksud. Dalam rangka mengakses lingkup penulis itulah diperoleh banyak data yang tidak diketahui si penulis sendiri. Seperti sudah saya singgung di atas, Schleiermacher menganggap, interpretasi gramatis itu harus dilengkapi interpretasi psikologis, dan kedua macam interpretasi ini ter!adi serentak dalam lingkaran hermeneutis, karena &bahasa dan pikiran-pikiran berkelindan' +$he Hermeneutics 5eader , 2. 7uga dalam interpretasi psikologis bagian-bagian diterangi oleh keseluruhan dan sebaliknya. Kita baru memahami makna bahasa khusus yang dipakai si pengarang, !ika kita telah memahami bahasa yang dipakai oleh masyarakatnya pada )aktu itu. 5egitu !uga dalam interpretasi psikologis, kita baru dapat memahami indi
13
misalnya, penafsir harus membaca biogra-biogra o$art dan tokoh-tokoh se$amannya untuk mendapatkan terang mengenai &lingkup' atau konteks kepribadian dan singularitas sang !enius. #a)rence K. Schmidt mencoba menskemakan interpretasi psikologis Schleiermacher men!adi empat tahap* (ertama, menangkap keutuhan dan arah tulisan itu untuk menemukan &ide sentral' yang menggerakkan penulis. Kedua, mengidentikasi tulisan itu dalam konteks obyektif, yakni misalnya, termasuk dalam genre mana. Ketiga, menemukan cara bagaimana si penulis menata isi pikirannya. Keempat, menemukan pikiran-pikiran sekunder yang berkesinambungan dengan kehidupan penulis. Keempat tahap ini dilakukan untuk merekonstruksi &genesis karya' itu +8nderstanding Hermeneutics, 120. Sebagaimana telah diulas, kita merekonstruksi genesis sebuah karya tulis tidak cukup dengan memahami kalimat-kalimat yang tertulis di sana, melainkan !uga dengan mengambilalih posisi si penulis atau apa yang lalu disebut &empati' psikologis. ;ntuk itu kita sebagai pembaca harus keluar dari teks itu untuk menemukan konteks penciptaannya. Seluruh proses pengenalan konteks dan penciptaan karya itu adalah sebuah keahlian atau apa yang disebut Schleiermacher &seni', dan keahlian men!alankan seni itulah yang membuat seorang penafsir memahami karya itu lebih baik daripada penulisnya.