Nama Mahasiswa
: Rini Ramdhiani Muchtar
NIK
: 17/421944/PEK/23521 17/421944/PEK/235 21
Angkatan
: Reguler 43
Mata Kuliah
: Strategic Management
Dosen
: Herris B. Simandjuntak, M.M., Dr.
CASE : SOUTHWEST AIRLINES AIRLINES IN 2016: CULTURE, CULTURE, VALUES, AND OPERATING PRACTICES
Pada akhir 1966, Rollin King, seorang pengusaha yang berasal dari San Antonio yang memiliki layanan komuter udara kecil, berkunjung ke kantor hukum Herb Kelleher dengan rencana untuk membuat usaha penerbangan murah, maskapai bertarif rendah yang akan melayani penumpang antara San Antonio, Dallas , dan Houston. King mendengar banyak eksekutif bisnis dari Texas mengeluh tentang lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menempuh di antara tiga kota dan mahalnya biaya penerbangan dari maskapai saat ini untuk melayani kota-kota ini. Konsep bisnisnya untuk maskapai itu sederhana: Tarik penumpang dengan jadwal penerbangan yang nyaman, bawa penumpang ke tujuan tepat waktu, pastikan mereka memiliki pengalaman yang baik, dan kenakan harga tiket yang kompetitif dengan perjalanan menggunakan mobil. Kelleher, merasa skeptis bahwa ide bisnis King layak, menggali kemungkinan selama beberapa minggu ke depan dan menyimpulkan maskapai baru adalah layak; dia setuju untuk menangani yang diperlukan dari sisi legalitas hukum dan juga sekaligus ikut menginvestasikan $ 10.000 miliknya dalam usaha itu. Pada bulan Juni 1971, Southwest memulai penerbangan perdananya dengan jadwal yang padat termasuk 6 perjalanan antara Dallas dan San Antonio dan 12 perjalanan antara Houston dan Dallas. Menerapkan dengan tarif pengenalan $ 20 untuk sekali jalan pada terbang Segitiga Emas, jauh di bawah tarif yang dikenakan oleh saingan yaitu $ 27 dan $ 28, hasilnya sangat mengecewakan karena hanya menarik sejumlah kecil penumpang.
Di Southwest, manajemen diharapkan melakukan hal hal yang membuat karyawan bangga dengan perusahaannya. Manager diharapkan untuk menghabiskan sepertiga waktunya diluar kantor, berjalan jalan disekitar fasilitas yang mereka supervisi, mengobservasi secara langsung mengenai masalah apa yang sedang terjadi, mendengarkan karyawan dan memberikan repson terhadap keluh kesahnya. Petinggi perusahaan sangat ramah, mereka bersikeras untuk dipanggil berdasarkan nama depannya. Manager dan para eksekutif memiliki kebijakan open door, secara aktif mendengarkan kepada masalah karyawan, opini dan sugesti untuk mengurangi biaya dan menaikan efisensi. Hanya ada 4 lapis manajemen antara frontline supervisor dan CEO. Karyawan Southwest senang akan adanya otoritas yang substansial dan kekuatan untuk menentukan sesuatu. Dari waktu ke waktu, ada pertemuan mendadak antara karyawan frontline dan manajer yang dimana akan menyelesaikan masalah dan isu yang terjadi diantara karyawannya. Lalu didiskusikan secara terbuka dan akhirnya diselesaikan. Penghindaran masalah secara informal dan penyelesaian masalah yang cepat dilihat sebagai kebajikan manajemen. Dua nilai inti LUV dan Fun melekat pada lingkungan kerja Southwest. LUV menjadi lebih dari sekedar simbol dan iklan perusahaan. Seiring berjalannya waktu, LUV berkembang menjadi codeword untuk memperlakukan individu, sesama rekan kerja dan kustomer, dengan mulia dan hormat dan memperlihatkan kepedulian, sikap menyayangi. Semua karyawan diharapkan mempraktekan Golden Rule secara internal dan eksternal. Fun di Southwest berarti sama persis dengan apa maksud dari kata tersebut. Fun diterapkan dan terjadi disekitar perusahaan dalam bentuk sikap yang menghibur, keisengan dan bercanda. Pada hari libur, karyawan didorong untuk memakai kostum. Ada pesta Halloween, dedikasi kepada Ronald McDonald House dan lain-lain. Seorang manajer Southwest mengatakan “kamu adalah keluarga besar disini, dan anggota keluarga bergembira bersama” Eksekutif Southwest percaya bahwa perusahaan dapat bertumbuh
karena mereka dapat memperkerjakan dan melatih orang untuk cocok dengan kulturnya dan secara konsisten menampilkan sifat dan sikap sesuai Living the Southwest Way. Kelly mengatakan bahwa sebagian hal di Southwest tidak berubah. “Kami akan terus
mengharapkan karyawan kami untuk terus mempraktekan ‘Southwest Way’, yang dimana ada 3 yaitu Warrior Spirit, Servant’s Heart, dan Fun -Loving Attitute. Tiga hal tersebut mengdefinisikan kultur kami selama 36 tahun”
Dibawah Herb Kelleher dimana ia mengawali praktek, prosedur, dan support sistem yang unggul telah menjadi tradisi dan menjadi sumber kebangga perusahaan. Butuh waktu dan usaha selama bertahun tahun untuk menemukan cara yang paling efektif untuk melakukan maintenance persawat, beroperasi secara aman, dan memperbaiki persentase kedatangan dan keberangkatan tepat waktu. Dengn mempercayai apabila penerbangan dapat diandalkan dan tepat waktu, manajer Southwest selalu memonitor kedatangan dan keberangkatan yang tepat waktu, membuat pertanyaan ketika banyak penerbangan yang delay dan mencari cara untuk memperbaiki performa tepat waktu tersebut. CEO Southwest saat ini, Gary Kelly, telah mengikuti jejak Kelleher dengan mendorong untuk keunggulan. Salah satu tujuan strategi Kelly adalah “untuk menjadi
penerbangan yang paling aman, paling efisien, dan paling diandalkan didunia”. Manajer dan karyawan Southwest disemua posisi secara aktif memberikan ide mengenai baagaimana cara mengembangkan perusahaan. Ide yang memiliki nilai tambah dengan cepat diimplementasikan. Southwest dianggap menjadi salah satu perusahaan penerbangan yang paling kompeten dan teliti di industrinya. Pada Tahun 2016, Southwest Airlines merupakan maskapai terbesar dunia dalam hal total jumlah penumpang naik (144.600.000 pada tahun 2015), berada mendekati Delta Air Lines, yang tumbuh menjadi 180 juta penumpang pada tahun 2015 (total dari penumpang di penerbangan yang dioperasikan oleh mitra usaha patungan regional dan internasional Delta). Namun, berdasarkan data terbaru yang dikeluarkan oleh US Department of Transportation, jumlah penumpang domestik yang berasal dari penerbangan Southwest melebihi penumpang dari Delta dan dua rival terbesarnya yaitu Amerika Airlines dan United Airlines. Southwest juga memiliki perbedaan yang membuat iri maskapai lain,yaitu menjadi satu-satunya operator udara pertama di dunia yang telah mencatatkan selalu untung selama 43 tahun berturut-turut (1973-2015).