MAKALAH PEMERIKSAAN RUMPLE LEED
DISUSUN OLEH :
PITIA NURANI SUKMA
1411C1026
SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT , karena atas berkat ramat dan kasihnya ,Sehinggga penyusun akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan Rumple LEED”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan hal-hal yang perludi tambahkan pada tugas malah ini , Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, olehnya itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari para pembaca. Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini dan besar harapan penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan tentang masalah kesehatan . Semoga Ridha Allah senantiasa bersama kita. Amin Ya Rabbil Alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................ii Daftar Isi ............................................................................................................iii BAB I - PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................5 1.3 Tujuan Masalah .............................................................................................5 BAB II – PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori ................................................. .............................................6 2.2 Tahapan Hemostatis ................................................. .....................................6 2.3 Percobaan Faal Hemostatis ...........................................................................8 2.4 Percobaan Pembendungan ( Rumple LEED Test ) ........................................10 2.5 Kelainan Vaskuler .........................................................................................12 BAB III – HASIL PENGAMATAN ................................................................13 BAB IV – PENUTUP
4.1 Kesimpulsan ..................................................................................................16 4.2 Saran .............................................. ................................................................16 Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah merupakan salah satu cairan yang sangat penting yang juga sebagai cairan terbesar yang dalam tubuh. Darah yang diedarkan melalui pembuluh darah, yang banyknya padsa orang dewasa kurang lebih 5 liter ini, dapat mengalir karena kinerja pompa jantung. Darah dialirkan keseleuruh tubuh karena fungsinya yang khusu yaitu sebagai sistem transportasi. Darahlah yang berjasa membawa oksigen nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain fungsi utamanya sebagai pembawa dan pengendar oksigen dan nutrisi tubuh, darah juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan didalam tubuh dengan menjaga PH tetap seimbang dan sebagai sebagaian sistem perlindungan tubuh karena didalam darah juga terdapat leukosit atau sel darah putih yang berperan dalam sistem imun tubuh, Darah agak sedikit kental dan lengket dibandingkan air. Suhu darah normal adalah 30 derajat celcius atau 1 derajat lebih tinggi dari suhu pengukuruan oral, maupun rektal, dan untuk menjaga keseimbangan PH dalam tubuh darah memiliki PH sebesar 7,35 – 7,45. Walaupun darah berupa caiaran plasma, didalamnya terkandung pula selsel darah dan trombosit. Darah yang berbentuk cair ini diakibatkan karena kandungan plasma darah yang banyaknya 55% dari total volume darah yang ada ditubuh, sedangkan 45% sisanya berupa sel darah yang terdiri dari eritrotsit(sel darah merah),leukosit(sel
darah
putih),
trombosit(kemping
darah).
Masing-masing
komponen di dalam darah ini memiliki tugas dan peran masing-masing yang spesifik. Misalnya Eritrosit berperan dalam transport oksigen ke seluruh tubuh, kemudian leukosit berperan dalam sistem pertahanan tubuh dalam melawan agen-agen yang masuk ke tubuh, sedangkan trombosit berperan dalam pembekuan darah. Tuhan menciptakan manusia dengan segala keistimewaannya, terkadang dengan melakukan pemeriksaan darah di dalam tubuh, dapat dicari suatu jenis kelainan
4
5
yang selanjutnya sangat berguna bagi penegakan diagnosis dan pengobatan selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa itu Pemeriksaan Rumple LEED ? b) Apa itu Hemostatis ? c) Bagaimana cara pemeriksaannya ? 1.3 Tujuan Masalah
Diharapkan pembaca mampu mengerti dan memahami penjabaran yang terdapat di makalah ini.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Landasan Teori
Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic thrombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular injury).(Rafsan,2012) Hemostasis terdiri dari enam komponen utama, yaitu: trombosit, endotel vaskuler, procoagulant plasma protein faktors, natural anticoagulant proteins, protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat menjalankan faal hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini dapat memacu terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik. Faal hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor prothrombotik dan faktor antithrombotik.(Rafsan,2012)
2.2 Tahap Hemostatis
A. Hemostatis Primer Hemostasis primer dan hemostasis sekunder. Pada hemostasis primer yang berperan adalah komponen vaskuler dan komponen trombosit. Disini terbentuk sumbat trombosit (trombosit plug) yang berfungsi segera menutup kerusakan dinding pembuluh darah.
6
7
B. Hemostatis Sekunder Hemostasis sekunder yang berperan adalah protein pembekuan darah, juga dibantu oleh trombosit. Disini terjadi deposisi fibrin pada sumbat trombosit sehingga sumbat ini menjadi lebih kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug. Proses koagulasi pada hemostasis sekunder merupakan suatu rangkaian reaksi dimana terjadi pengaktifan suatu prekursor protein (zymogen) menjadi bentuk aktif. Bentuk aktif ini sebagian besar merupakan serine protease yang memecah protein pada asam amino tertentu sehingga protein pembeku tersebut menjadi aktif. Sebagai hasil akhir adalah pemecahan fibrinogen menjadi fibrin yang akhirnya membentuk cross linked fibrin. Proses ini jika dilihat secara skematik tampak sebagai suatu air terjun (waterfall) atau sebagai suatu tangga(cascade).(Rafsan,2012) Jadi dalam proses hemosatasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vascular berupa vasokontriksi pembuluh darah, reaksi selular yaitu pembentukan sumbat trombosit, dan reaksi biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit, dan faktor pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi hemostasis adalah faktor ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh darah dan keadaan otot.(Anonim,2012) Pendarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit, ataupun sistem pembekuan darah. Bila gejala perdarahan merupakan kalainan bawaan, hampir selalu penyebabnya adalah salah satu dari ketiga faktor tersebut diatas kecuali penyakit Von Willebrand. Sedangkan pada kelainan perdarahan yang didapat, penyebabnya mungkin bersifat multipel. Oleh karena itu pemeriksaan penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan vasculer, treombosit, dan koagulasi. (Anonim,2012)
Proses koagulasi dapat dimulai melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik (extrinsic pathway) dan jalur intrinsik (intrinsic pathway). Jalur ekstrinsik dimulai jika terjadi
8
kerusakan vaskuler sehingga faktor jaringan (tissue factor) mengalami pemaparan terhadap komponen darah dalam sirkulasi. Faktor jaringan dengan bantuan kalsium menyebabkan aktivasi faktor VII menjadi FVIIa. Kompleks FVIIa, tissue factor dan kalsium (disebut sebagai extrinsic tenase complex) mengaktifkan faktor X menjadi FXa dan faktor IX menjadi FIXa. Jalur ekstrinsik berlangsung pendek karena dihambat oleh tissue factor pathway inhibitor (TFPI). Jadi ja lur ekstrinsik hanya memulai proses koagulasi, begitu terbentuk sedikit thrombin, maka thrombin akan mengaktifkan faktor IX menjadi FIXa lebih lanjut, sehingga proses koagulasi dilanjutkan oleh jalur intrinsik. Jalur intrinsik dimulai dengan adanya contact activation yang melibatkan faktor XII, prekalikrein dan high molecular weigth kinninogen (HMWK) yang kemudian mengaktifkan faktor IX menjadi FIXa. Akhir-akhir ini peran faktor XII, HMWK dan prekalikrein dalam proses koagulasi dipertanyakan. Proses selanjutnya adalah pembentukan intrinsic tenase complex yang melibatkan FIXa, FVIIIa, posfolipid dari PF3 (trombosit factor 3) dan kalsium. Intrinsic tenase complex akan mengaktifkan faktor X menjadi FXa. Langkah berikutnya adalah pembentukan kompleks yang terdiri dari FXa, FVa, posfolipid dari PF3 serta kalsium yang disebut sebagai prothrombinase complex yang mengubah prothrombin menjadi thrombin yang selanjutnya memecah fibrinogen menjadi fibrin. (Rafsan,2012)
2.3 Pemeriksaan Faal Hemostatis
Pemeriksaan faal hemostatis adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui faal hemostatis serta kelainan yang terjadi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari riwayat perdarahan abnormal, mencari kelainan yang mengganggu faal hemostatis, riwayat pemakaian obat, riwayat perdarahan dalam keluarga. Pemeriksaan faal hemostatis sangat penting dalam mendiagnosis diatesis hemoragik. Biasanya pemeriksaan hemostasis dilakukan sebelum operasi. Beberapa klinisi membutuhkan pemerikasaan hemostasis untuk semua penderita pre operasi, tetapi ada juga membatasi hanya pada penderita dengan gangguan hemostasis. Yang paling penting adalah
9
anamnesis riwayat perdarahan. Walaupun hasil pemeriksaan penyaring normal, pemeriksaan hemostasis yang lengkap perlu dikerjakan jika ada riwayat perdarahan. (Anonim,2012) Pemeriksaan ini terdiri atas: A. Tes penyaring meliputi :
Percobaan pembendungan
Masa perdarahan
Hitung trombosit
Masa protombin plasma (Prothrombin Time, PT)
Masa tromboplastin partial teraktivasi (Activated partial thromboplastin time, APTT)
Masa trombin (Thrombin time, TT)
B. Tes khusus meliputi :
Tes faal trombosit
Tes Ristocetin
Pengukuran faktor spesifik (faktor pembekuan)
Pengukuran alpha-2 antiplasmin
Manifestasi perdarahan yang paling sering ditemukan pada DBD ialah perdarahan kulit, uji Tourniquet positif, memar dan perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. Uji Tourniquet merupakan tes yang sederhana untuk melihat gangguan pada vaskuler maupun trombosit. Tes ini akan positif bila ada gangguan pada vaskuler maupun trombosit. (Umy Polpoke, 2011.) Uji Tourniquet sebagai manifestasi perdarahan kulit paling ringan dapat dinilai sebagai uji presumtif, oleh karena tes ini positif pada hari-hari pertama demam pada 53% penderita DBD tanpa renjatan yang dirawat di Bagian Anak Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dalam tahun 1985-1986. Petekie merupakan manifestasi
10
perdarahan yang paling sering dijumpai, yaitu pada 51% penderita. (Umy Polpoke, 2011.) Di daerah endemis DBD, uji Tourniquet merupakan pemeriksaan penunjang presumtif bagi diagnosis DBD apabila dilakukan pada anak yang menderita demam lebih dari 2 hari tanpa sebab yang jelas. (Umy Polpoke, 2011.) Sebagian orang mungkin menunjukkan hasil positif tergantung pada tekstur, ketipisan, dan suhu kulit, sehingga uji Tourniquet ini bukan merupakan satu-satunya pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan diagnosis DBD. Untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah. (Umy Polpoke, 2011.)
2.4 Percobaan Pembendungan ( Rumple Leed Test )
Rumple LEED test (percobaan pembendungan) dimaksudkan untuk menguji ketahanan kapiler darah menggunakan pembendungan pada vena sehingga darah akan menekan dinding kapiler. Jika dinding kapiler kurang kuat ,maka darah dari kapiler keluar dan merembes dalam jaringan sekitarnya sehingga tampak bercak petechiae. (Gandosoebrata,1969). Prinsip yang digunakan dalam uji Torniquet adalah dimana terhadap kapiler diciptakan suasana anoksia dengan jalan membendung aliran darah vena. Anoksia merupakan ketiadaan penyediaan oksigen ke jaringan meskipun perfusi darah ke jaringan adekuat. Suasana anoksia dan penambahan tekanan internal akan memperlihatkan kemampuan ketahanan kapiler. Jika ketahan k apiler turun akan timbul petekie di kulit. (Umy Polpoke, 2011.) Petechiae adalah bintik-bintik merah akibat perdarahan didalam kulit,warna terkadang bervariasi dari merah menjadi biru/ungu. Petechiae umumnya muncul pada kaki bagian bawah tetapi bisa muncul diseluruh tubuh. Petechiae mungkin terlihat pada pasien-pasien dengan jumlah platelet yang sangat rendah. Petechiae terjadi kerena perdarahan keluar dan pembuluh – pembuluh darah yang kecil sekali di bawah kulit atau selaput lendir,petechiae umumnya tidak jelas dan menyakitkan. (Arifin,2012)
11
Pemeriksaan dilakukan dengan menahan tekanan manset atau tensi sebesar setengah dari jumlah tekanan sistol dan tekanan diastol. Sistole adalah bunyi yang pertama terdengar, diastole adalah bunyi yang menghilang diantara bunyi yang berdetak cepat, atau dapat pula dikatakan bunyi yang terakhir didengar. Kemudian tekanan manset tersebut dipertahankan selama sepuluh menit. (Anonim,2011) Pembendungan dilakukan pada lengan atas dengan memasang tensimeter pada pertengahan antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan itu dipertahankan selama 10 menit. Jika percobaan ini dilakukan sebagai lanjutan masa perdarahan, cukup dipertahankan selama 5 menit. Setelah waktunya tercapai
bendungan
dilepaskan dan ditunggu sampai tanda-tanda stasis darah lenyap. Kemudian diperiksa adanya petekia di kulit lengan bawah bagian voler, pada daerah garis tengah 5 cm kirakira 4 cm dari lipat siku.(Anonim,2012) Pemeriksaan dinyatakan positif bila ditemukan perdarahan atau petechiae sebanyak 10 buah dalam waktu 10 menit. Pemerikssan dinyatakan negatif bila dalam waktu 10 menit tidak timbul petechiae pada area pembacaan, atau timbul petechiae kurang dari 10 buah.(Anonim,2012) Jika pada waktu dilakukan pemeriksaan masa perdarahan sudah terjadi petekie, berarti percobaan pembendungan sudah positif hasilnya dan tidak perlu dilakukan sendiri. Pada penderita yang telah terjadi purpura secara spontan, percobaan ini juga tidak perlu dilakukan. (Anonim,2012) Kesalahan sering terjadi saat pemeriksaan, kesalahan tersebut antara lain saat membuat daerah pengamatan. lingkaran ini harus dibuat, diukur dengan benar, sekian jari dari fossa cubiti, dengan diameter penampang sebesar 5 cm menggunakan penggaris. Selain itu, bila dalam waktu kurang dari 10 menit sudah tampak lebih dari 10 buah petechiae, maka percobaan dihentikan. Bila setelah 10 menit tidak timbul peteciae, percobaan dihentikan dan tunggu selama 5 menit. Bila tak ada perubahan penilaiaannya negatif. Sebelum percobaan dihentikan apakah ada bekas gigitan nyamuk pada daerah pembacaan, yang mungkin menyebabkan hasil menjadi positif palsu. (Anonim,2011)
12
Bila hasil pemeriksaan dinyatakan positif, orang yang diperiksa kemungkinan terjadi gangguan vaskuler maupun trombolik. Adanya gangguan ini dapat menimbulkan penyakit atau keluhan tertentu, antara lain penyakit arteri koroner yang berat, gumpalan kecil dari trombosit bisa menyumbat arteri yang sebelumnya telah menyempit dan memutuskan aliran darah ke jantung, sehingga terjadi serangan jantung. Keluhan lain yaitu, mudahnya timbul memar pada kulit. Seseorang bisa mudah memar karena kapiler yang rapuh di dalam kulit. Setiap pembuluh darah kecil ini robek maka sejumlah kecil darah akan merembes dan menimbulkan bintik-bintik merah di kulit (peteki) atau cemar ungu kebiruan (purpura). (Anonim,2011) Faktor yang mempengaruhi Rumple leede test (Arifin,2012) : 1. Perempuan yang menstruasi 2. Post menstrual dengan sedikit hormone 3. Kulit rusak karena akan meningkatkan kerapuhan kapiler.
Tes ini tidak memiliki spesifisitas tinggi. Karena faktor- faktor menggagu diatas, semua akan mengalami peningkatan kerapuhan kapiler. Walaupun percobaan pembendungan ini dimaksudkan untuk mengukur ketahanan kapiler, hasil tes ini ikut dipengaruhi juga oleh jumlah dan fungsi trombosit. Trombositopenia sendiri dapat menyebabkan percobaan ini berhasil positif. 2.5 Kelainan Vaskuler
Berbagai kelainan biasanya dapat terjadi pada tiap tingkat mekanisme hemostatik. Pasien dengan kelainan pada sistem vaskuler biasanya datang dengan perdarahan kulit, dan sering mengenai membran mukosa. Perdarahan dapat diklasifikasikan menjadi purpura alergik dan purpura nonalergik. Pada kedua keadaan ini, fungsi trombosit dan faktor koagulasi adalah normal. (Anonim, 2014)
13
Terdapat banyak puepura nonalergik, yaitu pada penyait-penyakit ini tidak terdapat alergi sejati tetapi terjadi berbagai bentuk vaskulitis. Yang paling sering ditemukan adalah lupus eritematosus sistemik. Kelainan ini merupakan penyakit vaskuler-kolagen, yaitu pasien membentuk autoantibodi. Vaskulitis atau peradangan pembuluh darah, terjadi dan merusak integritas pembuluh darah, mengakibatkan purpura. Jaringan penyokong pembuluh darah yang mengalami perburukan, dan tidak efektif yang terjadi seiring proses penuaan, mengakibatkan purpura senilis. (Anonim, 2014) Bentuk purpura vaskuler yang dominan autosomal, telangiektasia hemoragik herediter (penyakit Osler-Weer-Rendu), terdapat pada epistaksis dan perdarahan saluran cerna yang intermiten dan hebat. Sindrom Ehlers-Danlos, suatu penyakit herediter lain, meliputi penurunan daya pengembangan (compliance) jaringan perivaskkuler yang menyebabkan perdarahan berat. Purpura alergik atau purpura anafilaktoid, diduga karena disebabkan kerusakan imunologik pada pembuluh darah, ditandai dengan perdarahan petekie pada bagian tubuh yang tergantung dan juga mengenai bokong. Purpura Henoch-Schonlein, suatu trias purpura dan perdarahan mukosa, gejala-gejala saluran cerna, dan artritis merupakan bentuk purpura alergik yang terutama mengenai anak-anak. Mekanisme penyakit ini tidak diketahui dengan baik, gejala-gejalanya sering didahului dengan keadaan infeksi. Pasien-pasien mengalami peradangan pada cabang-cabang pembuluh darah, kapiler dan vena, mengakibatkan
pecahnya
pembuluh,
hilangnya
sel-sel
darah
merah,
dan
perdarahan.(Anonim, 2014)
Hambatan dan kesalahan yang sering terjadi pada uji Torniquet adalah seb agai berikut: 1.
Tensimeter yang tidak baik. Kebocoran tensimeter akan menyebabkan tekanan yang diberikan selama 5 menit tidak memenuhi sasaran sehingga hasilnya
14
negative. Tindakan yang salah dan sering terjadi untuk mengatasi kejadian tersebut adalah mengadakan pengikatan dengan menggunakan karet gelang. 2.
Manset terlalu lebar. Pada umumnya di ruang periksa hanya ada satu macam manset dewasa sehingga untuk lengan anak terlalu lebar. Kesalahan umum yang dikerjakan adalah terus menggunakan manset itu atau dengan melipat manset yang tentu hasilnya sulit dipercaya.
3.
Anak yang sedang mendapat perlakuan tes Torniquet rewel sekali karena merasa kesakitan sehingga pemeriksa enggan melakukan atau mengurangi waktu tes, dengan demikian hasilnya tidak seperti yang seharusnya terjadi.
4.
Timbulnya petekie tidak segera setelah manset dilepas, sehingga perlu ditunggu 2 sampai 5 menit.
5.
Penilaian yang salah. Petekie di fossa cubiti dihitung.
6.
Penilaian jumlah lebih dari 20 petekie per inci persegi tidak dipatuhi, sehingga asal ada titik petekie dianggap positif.
7.
Uji Torniquet dikerjakan pada lengan yang masih ada sisa petekie hasil uji yang telah lalu sehingga menimbulkan jumlah petekie yang lebih banyak.
8.
Uji Torniquet akan negative kalau pasien dalam keadaan syok. Uji harus diulang setelah tensi dan nadi terukur dengan baik.
9.
Pada dokter yang terlalu banyak pasien enggan melakukan uji ini karena memakan waktu yang lama, minimal 5-10 menit
BAB III HASIL PENGAMATAN
3.1 Hari/Tanggal Praktikum
: Kamis, 23 Maret 2017
3.2 Judul
: Pemeriksaan Rumple Leed
3.3 Prinsip
:Dengan pembendungan apabila darah kapiler pecah akan timbul bintik merah ( ptechiae)
3.4 Tujuan
: - Untuk mengetahui ketahanan pembuluh kapiler - Untuk mengetahu kelainan vaskuler
3.5 Metode
: -
3.6 Bahan Pemeriksaan
: Darah Vena
3.7 Nilai Normal
: <10 ptechiae
3.8 Alat dan Bahan
:
Alat
Spignometer
Stopwatch
Stetoscop
Bahan
15
Darah vena
16
3.9 Cara Kerja
:
1) Siapkan alat dan bahan yang digunakan 2) Tentukan tekanan darah sitol dan diastole, pertekan = (sitol+diastole/2) 3) Dibuat lingkaran diameter 5cm pada fasa cubitu jarak dari siku 4cm 4) Diamkan selama 10menit 5) Lihat hasil adanya ptechiae.
3.11
Hasil Praktikum
:
Nama Pasien : Ressa Marvalosa Dik :
Sitol
= 120
Diastol = 70 Rample leed
= Tidak ditemukan ptechiae
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Darah merupakan salah satu cairan yang sangat penting yang juga sebagai cairan terbesar yang dalam tubuh. Darah yang diedarkan melalui pembuluh darah, yang banyknya padsa orang dewasa kurang lebih 5 liter ini, dapat mengalir karena kinerja pompa jantung. Darah dialirkan keseleuruh tubuh karena fungsinya yang khusu yaitu sebagai sistem transportasi. Darahlah yang berjasa membawa oksigen nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain fungsi utamanya sebagai pembawa dan pengendar oksigen dan nutrisi tubuh, darah juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan didalam tubuh dengan menjaga PH tetap seimbang dan sebagai sebagaian sistem perlindungan tubuh karena didalam darah juga terdapat leukosit atau sel darah putih yang berperan dalam sistem imun tubuh. Rumple LEED test (percobaan pembendungan) dimaksudkan untuk menguji ketahanan kapiler darah menggunakan pembendungan pada vena sehingga darah akan menekan dinding kapiler. Jika dinding kapiler kurang kuat ,maka darah dari kapiler keluar dan merembes dalam jaringan sekitarnya sehingga tampak bercak petechiae. (Gandosoebrata,1969).
B. Saran
Sebagai saran dari penulis semoga setelah membaca makalah ini kita semua dapat mengerti tentang apa yang telah penuldan dapat melakukan berbagai tindak pencegahan, karna ini merupakan kewajiban kita semua untuk mengurangi tingkat kejadian pada penyakit mematikan tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Laporan Praktikum Pemeriksaan Koagulasi. Tersedia pada : http://dicerahkan.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-pemeriksaankoagulasi.html
Anonim. 2012. Hemostasis. Tersedia pada: http://rockapolka.blogspot.com/2012/03/bab-i-pendahuluanhemostasisadalah.html
Arifin,Fury. 2012. Pemeriksaan Rumple Leede Test. Tersedia pada : http://nonasandha.blogspot.com/2012/02/pemeriksaan-rumple-leede-test.html
Gandosoebrata. 1969. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat : Jakarta
Rafsan. 2012. Homeostasis. Tersedia pada : http://laboratorium-analisysrafsan.blogspot. com/2012/07/homeostatis.html
Umy Polpoke, 2011. Uji Tournique. Online. Available : http://id.scribd.com/doc/55370784/Uji-Tourniquet#download
Anonim, 2014 http://id.scribd.com/doc/211453952/Dasar-Teori
Hadisaputra, 2011. Uji tourniquet. Online. Available : http://hadisaputrazmedical.blogspot.com/2011/06/uji-tourniquet-percobaan-ini-bermaksud.html
FRANS IRAPANUSSA, 2012. http://irapanussa.blogspot.com/2012/06/testourniquet.html