LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016/2017
MODUL
: Reverse osmosis
PEMBIMBING
: Dianty Rosirda Dewi Kurnia, S.T., M.T.
Tanggal Pelaksanaan Praktikum
:
10 Oktober 2016
Oleh: Kelompok
: 2 (Dua)
Nama
: 1. Ayu Nurpitriani
Kelas
(NIM. 141411005)
2. Citha Amelia
(NIM. 141411006)
3. Dida Anggiana
(NIM. 141411007)
4. Dita Apriani
(NIM. 141411008)
: 3A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan makluk hidup yang sifatnya sangat penting. Saat ini, air bersih yang layak digunakan baik untuk keperluan rumah tangga maupun keperluan industri jumlahnya semakin sedikit. Untuk menghasilkan air bersih yang layak pakai, air harus diolah terlebih dahulu salah satunya dengan menggunakan teknologi membrane atau Reverse Osmosis. Membran RO merupakan salah satu teknologi yang digunakan untuk desalinasi air payau dan air laut. Teknologi RO mampu memisahkan kompenen-komponen pada temperatur kamar, konsumsi energi dan bahan aditif cukup rendah, tidak menghasilkan produk samping berupa limbah, bersifat modular dan kompak, serta hanya membutuhkan ruangan yang kecil untuk instalasinya, mampu memisahkan garam-garaman sehingga teknologi ini cocok digunakan dalam pengolahan air lain menjadi air tawar (desalinasi). Oleh karena itu dilakukan percobaan “Reverse osmosis” di laboratorium Pengolahan Limbah Industri agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses reverse osmosis dengan baik dan benar.
1.2 Tujuan a. Membuat kurva/grafik hubungan antara DHL di aliran permeat dan konsentrat terhadap waktu. b. Membuat kurva/grafik hubungan antara total hardness di aliran permeat dan konsentrat terhadap waktu.
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Reverse Osmosis Reverse osmosis adalah kebalikan dari fenomena osmosis. Osmosis merupakan fenomena pencapaian kesetimbangan antara dua larutan yang memiliki perbedaan konsentrasi zat terlarut, dimana kedua larutan ini berada pada satu bejana dan dipisahkan oleh lapisan semipermeabel. Kesetimbangan terjadi akibat perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut rendah ke larutan yang memi-liki konsentrasi zat terlarut tinggi. Saat kesetim-bangan konsentrasi dicapai maka terdapat perbedaan tinggi larutan yang dapat didefinisikan sebagai tekanan osmosis Prinsip dasar reverse osmosis adalah memberi tekanan hidrostatik yang melebihi tekanan osmosis larutan sehingga pelarut dalam hal ini air dapat berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut rendah seperti yang terlihat pada. Prinsip reverse osmosis ini dapat memisahkan air dari komponen-komponen yang tidak diinginkan dan dengan demikian akan didapatkan air dengan tingkat kemurnian yang tinggi (Santoso.2009).
Gambar 2.1 Skema fenomena osmosis dan reverse osmosis
Reverse osmosis RO adalah suatu metode penyaringan yang untuk memisahkan molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya. Hasil proses reverse osmosis adalah air
yang tidak mengandung ion (kation) dengan kadar zat terlarut total (TDS) atau daya hantar listrik (DHL) relatif sangat rendah. Oleh karena itu, air murni yang dihasilkan dari proses reverse osmosis RO tidak sehat bagi tubuh.
Gambar 2.2 Skema peralatan reverse osmosis di Laboratorium PLI
2.2 Perbedaan Osmosis dengan Reverse Osmosis Pada proses reverse osmosis, sisi larutan dengan konsentrasi (TDS) tinggi diberikan tekanan untuk mendorong molekul air melewati membran menuju sisi larutan air dengan konsentrasi (TDS) rendah. Proses pemisahan ini akan memisahkan antara zat terlarut pada suatu sisi membran dan pelarut murni disisi yang lain. Pada proses osmosis, air tidak diberikan tekanan disalahsatu sisi. Karena air memiliki sifat berpindah dari larutan berkonsentrasi rendah menuju larutan berkonsentrasi lebih tinggi, maka air akan berpindah (berdifusi) melalui membran dari sisi konsentrasi rendah ke sisi konsentrasi yang lebih tinggi sehingga tekanan osmotik akan melawan proses difusi dan akan terbentuk kesetimbangan (Atomic.2013).
Gambar 2.3 Perbedaan osmosis dengan reverse osmosis
2.3 Membran Reverse Osmosis Membran semipermeabel pada aplikasi reverse osmosis terdiri dari lapisan tipis polimer pada penyangga berpori (fabric support). Membran untuk kebutuhan komersial harus memiliki sifat perme-abilitas yang tinggi terhadap air. Selain itu, membran juga harus memiliki derajat semipermeabilitas yang tinggi dalam arti laju transportasi air melewati membran harus jauh lebih tinggi dibandingkan laju transportasi ion-ion yang terlarut dalam umpan. Membran juga harus memiliki ketahanan (stabil) terhadap variasi pH dan suhu. Kestabilan dari sifat-sifat tersebut dalam periode waktu dan kondisi tertentu dapat didefinisikan sebagai umur membran yang biasanya berkisar antara 3-5 tahun. Terdapat dua jenis polimer yang dapat digunakan sebagai membran reverse osmosis: selulosa asetat (CAB) dan komposit poliamida (CPA). Kedua jenis material membran ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan pada proses pembuatannya, kondisi operasi dan kinerjanya seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Batasan
Tabel 2.1 Jenis membran RO yang biasa digunakan Membran Selulosa Asetat Lapisan tipis mebran komposit
pH
pH 2-8
pH 2-11
50°C-300°C
50°C-500°C
Ketahanan terhadap serangan bakteri
Lemah
Sangat kuat
Ketahanan terhadap klorin
0-1 ppm
0-0,1 ppm
Rejeksi terhadap garam saat 60 psi
85-92%
94-98%
Rejeksi terhadap nitrat saat 60 psi
30-50%
70-90%
Cost relatif
Rendah
Tinggi
Temperatur
Pada aplikasi reverse osmosis, konfigurasi modul membran yang digunakan yaitu spiral wound. Konfigurasi yang lain yaitu hollow fiber, tubular dan plate and frame tidak terlalu banyak digunakan pada aplikasi reverse osmosis, hanya diaplikasikan pada industri makanan serta sistem khusus (Muchtadi.2010).
Material membran reverse osmosis yang digunakan umumnya bersifat hidrofilik, mempunyai permeabilitas yang tinggi terhadap air, dan kelarutan yang sangat rendah terhadap zat terlarut. Membran reverse osmosis terbuat dari bahan polimer permeator. Material yang digunakan antara lain dari golongan ester selulosa seperti selulosa diasetat dan selulosa triasetat, tetapi material ini tidak tahan terhadap zat kimia, bakteri, dan suhu yang ekstrim. Material lainnya adalah poliamida. Poliamida memiliki selektivitas yang tinggi terhadap garam tetapi material ini kurang begitu tahan terhadap klorin. Membran reverse osmosis memiliki ukuran pori persepuluh ribu mikron dan dapat menghilangkan zat organik, bakteri, pirogen, juga koloid yang tertahan oleh struktur pori yang berfungsi sebagai penyaring. Membran reverse osmosis tidak membunuh mikroorganisme melainkan hanya menghambat dan membuangnya. Konfigurasi modul membran RO umumnya adalah spiral wound. Beberapa aspek yang menjadi pertimbangan pemakaian konfigurasi modul ini antara lain tekanan operasi, kemudahan pencucian, kemudahan pemeliharaan, kemudahan pengoperasian, dan kemungkinan penggantian membran. Modul spiral wound terdiri dari beberapa membran seperti membran datar, spacer, dan material berpori yang dililitkan mengelilingi suatu saluran pengumpul permeat (permeate collecting tube). Larutan umpan mengalir aksial sepanjang modul dalam celah yang terbentuk antara spacer dan membran atau masuk pada permukaan silindris dari elemen dan keluar secara aksial seperti gambar.
Gambar 2.4 Modul membran spiral wound
Membran semipermeabel yang digunakan pada reserve osmosis disebut membran memiliki ukuran pori < 1 nm. Karena ukuran porinya yang sangat kecil. membran RO disebut juga membran tidak berpori. Membran RO biasanya digunakan untuk pengolahan air seperti pengolahan air minum, desalinasi air laut, dan pengolahan limbah cair. Saat ini membran RO juga banyak digunakan pada proses pengolahan air isi ulang untuk melewatkan molekulmolekul air dan menahan solid yang terkandung serta ion-ion garam, memisahkan dan
menyisihkan zat terlarut dan zat organik, pirogen, koloid, virus dan bakteri dari air tersebut (Muchtadi.2010). Karakteristik cairan hasil pengolahan membran RO adalah sebagai berikut:
Gambar 2.5 Karakteristik air hasil pengolahan membrane reverse osmosis
Pada pengolahan air minum, seperti pengolahan air isi ulang, membran RO didesain untuk dapat melewatkan molekul-molekul air dan menahan solid, seperti ion-ion garam. Membran RO dapat memisahkan dan menyisihkan zat terlarut, zat organik, pirogen, koloid, virus, dan bakteri dari air baku. Efisiensi penyisisihan membran RO untuk zat terlarut total (TDS) dan bakteri masing-masing adalah 95-99% dan 99%. Sehingga pada akhir proses akan dihasilkan air yang murni Membran reverse osmosis dapat mengalami perubahan karena terjadi penyumbatan dimana penyumbatan diakibatkan oleh zat padat yang terlarut dalam air. Membran yang mengalami penyumbatan ditandai oleh tingginya aliran yang masuk dan meningkatnya tekanan. Penyumbatan dapat terjadi karena adanya kerak (scale) pada membran, pengendapan oksida logam, atau penyumbatan koloid (Ananto.2013). Membran RO memiliki keterbatasan dalam pengoperasiannya, di antaranya tekanan air baku antara 2-80 bar.
2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja membran reverse osmosis a. Laju umpan
Laju permeat meningkat dengan semakin tingginya laju alir umpan. Selain itu laju alir yang besar juga akan mencegah terjadinya fouling pada membran. Namun energi yang dibutuhkan untuk mengalirkan umpan akan semakin besar. b. Tekanan operasi Laju permeat secara lansung sebanding dengan tekanan operasi yang digunakan terhadap permukaan membran. Semakin tinggi tekanan operasi, maka permeat juga akan semakin tinggi c. Temperatur operasi Laju permeat akan meningkat seiring dengan peningkatan temperatur. Namun temperatur bukanlah variabel yang dikontrol. Hal ini perlu diketahui untuk dapat mencegah terjadinya penurunan fluks yang dihasilkan karena penurunan temperatur operasi.
2.4 Prinsip Kerja Reverse Osmosis Proses Reverse osmosis menggerakkan air dari konsentrasi kontaminan yang tinggi (sebagai air baku) menuju penampungan air yang memiliki konsentrasi kontaminan sangat rendah. Dengan menggunakan tekanan tinggi di sisi air baku, maka terjadi proses yang berlawanan (reverse) dari proses osmosis. Dengan menggunakan membran semipermeabel maka hanya molekul air yang melaluinya dan memisahkan berbagai kontaminan terlarut. Proses spesifik yang terjadi dinamakan ion eksklusi, dimana sejumlah ion pada permukaan membran sebagai sebuah pembatas mengijinkan molekulmolekul air untuk melaluinya seiring melepas substansi-substansi lain (Ariyanti.2009).
Gambar 2.6. Prinsip kerja reverse osmosis
2.4.1 Faktor- faktor yang mempengaruhi proses reverse osmosis a) Kepadatan /kerapatan membrane Semakin rapat membran maka akan semakin baik air olahan yang dihasilkan b) Fluks, gerakan air yang terus menerus c) Tekanan
Tekanan mempengaruhi laju alir bahan pelarut yang melalui membran. Laju alir permeat akan semakin meningkat dengan meningkatnya tekanan dan mutu air hasil olahan (permeat) juga akan semakin meningkat (Heitmann, 1990). d) Recovery factor Dalam pengolahan air payau, semakin tinggi faktor perolehan maka akan semakin baik konsentrasi garam yang didapat dari pengolahan air payau. e) Ketahan membran. Membran hanya dapat bertahan sebentar. Apabila terlalu banyak komponen komponen yang tidak diinginkan ikut masuk di dalam air umpan. f) Pembersihan (cleaning) Pembersihan pada membran tergantung dari jenis membran yang digunakan dan proses penggunaannya.
2.4.2 Jenis-jenis membrane RO 1. CTA membrane (Celulosa Triacetate) a. Harga lebih murah b. Tahan terhadap chlorine c. Rejection rate/ daya saring lebih rendah d. Digunakan pada air yang mengandung chlorine e. Tidak dapat digunakan pada air dengan Ph tinggi (basa) 2. TFC Membrane (Thin Film Composite) a. Rejection rate/ daya saring lebih tinggi b. Dapat digunakan pada air dengan ph asam dan basa tinggi c. Harga lebih mahal d. Tidak tahan terhadap chlorine e. Dapat digunakan pada air dengan TDS tinggi
2.5 Aplikasi Penggunaan Reverse Osmosis Berapa aplikasi penggunaan reverse osmosis dalam industri : - Desalinasi (desalination) air payau (brackish) dan air laut (sea water). - Demineralisasi untuk air umpan boiler (Boiler Feed Water/BFW) - Pemisahan protein dari whey. - Treatment khusus untuk industri kimia, makanan, tekstil dan kertas. - Pervaporasi (perparporation), misalnya permisahan alkohol-air
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Reverse Osmosis 2.6.1 Kelebihan reverse osmosis 1. Proses yang tergolong rendah 2. Biaya instalasi rendah 3. Dapat digunakan untuk menghilangkan kontaminan-kontaminan organik atau inorganic 4. Tidak menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan
2.6.2 Kekurangan reverse osmosis 1. Air umpan harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk menghilangkan partikulapartikulat 2. Operasi reverse osmosis memerlukan biaya yang tinggi baik dari segi material maupun alat.
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum Alat Bahan 1. Seperangkat alat RO
1. Air keran
2. Gelas kimia 250 mL (4 buah)
2. Larutan EDTA (45 mL)
3. Gelas kimia 1000 mL (1
3. Indikator EBT (± 2 gram)
buah) 4. Gelas ukur 50 mL
4. Larutan buffer pH 10 (26 mL)
5. Konduktimeter 6. Buret 25 mL 7. Erlenmeyer 250 mL (2 buah)
Gambar 3.1 Alat reverse osmosis yang digunakan pada saat praktikum
3.2 Skema Kerja Menyalakan peralatan reverse osmosis
Membuka semua valve di aliran influen secara penuh
Mencatat tekanan operasi
Mengukur total hardness dan DHL pada influen Mengukur total hardness dan DHL setiap 15 menit pada aliran permeat dan konsentrat Mengukur laju alir volume permeat dan konsentrat setiap 15 menit dengan waktu penampungan sebesar 15 detik
Mematikan alat RO dan menutup semua valve aliran influen
Gambar 3.1 Skema kerja yang dilakukan pada saat praktikum
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Data Pengamatan
4.1.1 Data DHL (Daya Hantar Listrik) Setiap Waktu •
Laju alir =
127
15 s
×
60 s
1 menit
= 508 ml/menit
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran DHL di Aliran Permeat-Konsentrat pada Keran Bukaan Penuh
Konsentrasi di aliran Waktu (menit)
Permeat DHL (mS)
0 15 30 45 60 75 90 4.1.2 5
0.288 0.014 0.015 0.016 0.016 0.018 0.017
Volume (ml) 82 82 82 82 82 82 82
Konsentrat DHL Volume (mS) (ml) 0.288 127 0.430 127 0.429 127 0.430 127 0.428 127 0.438 127 0.438 127
Tekanan Operasi (MPa) 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Nilai Total Hardness Setiap Waktu
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Total Hardness di Aliran Permeat-Konsentrat pada Keran Bukaan Penuh
Waktu (menit) 15 30 45 60 75 90
Volume EDTA (ml) 0.50 0.55 0.40 0.50 0.60 0.35
Permeat Total Hardness (mg/L CaCO3) 0.1250 0.1375 0.1000 0.1250 0.1500 0.0875
Konsentrat Volume EDTA (ml) 5.20 5.70 5.10 5.00 5.15 5.10
Total Hardness (mg/L CaCO3) 1.3000 1.4250 1.2750 1.2500 1.2875 1.2750
4.2
Pengolahan Data
4.2.1
Kurva hubungan DHL (daya hantar listrik) terhadap waktu 0.5 0.45 0.4
DHL (mS)
0.35 0.3 0.25
Permeat
0.2
Konsentrat
0.15 0.1 0.05 0
0
20
40
60
80
100
Waktu (menit)
Gambar 4.1 Kurva hubungan antara DHL vs waktu pada permeat dan konsentrat
4.2.2
Kurva hubungan total hardness terhadap waktu
Permeat Konsentrat
1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara Total Hardness vs waktu pada permeat dan konsentrat
4.3 Pembahasan • Pembahasan oleh Ayu Nurpitriani (141411005) Pada praktikum kali ini akan dilakukan proses reverse osmosis dengan umpan air keran. Dari data hasil pengamatan, dibuat grafik hubungan antara nilai total hardness (kesadahan) dan DHL terhadap waktu di aliran permeat dan konsentrat. Berdasarkan kurva, terlihat bahwa nilai total hardness (kesadahan) dan DHL akan mengalami penurunan dan cenderung konstan pada aliran permeat karena padatan terlarut yang mengandung mineral-mineral akan tertahan oleh membran sehingga tidak ikut terbawa ke aliran permeat. Pada aliran konsentrat, nilai total hardness (kesadahan) dan DHL akan mengalami peningkatan dan cenderung konstan karena padatan terlarut yang tertahan oleh membran akan mengalir ke aliran konsentrat. Sehingga membuat nilai DHL dan total hardness (kesadahan) di aliran konsentrat lebih tinggi dibandingkan dengan nilai DHL dan total hardness (kesadahan) di aliran permeat. Tekanan operasi dibuat konstan yaitu pada tekanan 7 bar. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengharuskan bahwa tekanan operasi untuk proses reverse osmosis harus ada diantara 2-80 bar. Dengan nilai tekanan operasi konstan, membuat nilai DHL maupun total hardness (kesadahan) cenderung konstan baik di aliran permeat maupun konsentrat. Ini menunjukkan bahwa alat masih masih dapat beroperasi atau membran tidak mengalami kejenuhan.
•
Pembahasan oleh Citha Amelia (141411006) Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu Reverse Osmosis, air umpan yang
digunakan yaitu air yang dialirkan dari keran dengan bukaan penuh. Praktikum dilakukan dengan tekanan konstan 7 bar. Sesuai dengan literature bahwa tekanan operasi untuk proses reverse osmosis harus berada diantara 2-80 bar. Dengan nilai tekanan operasi konstan, membuat nilai DHL maupun total hardness cenderung konstan baik di aliran permeat maupun konsentrat. Hal ini menunjukkan bahwa alat reverse osmosis di laboratorium PLI memiliki kinerja yang baik atau tidak mengalami kejenuhan. Dari grafik hubungan antara nilai total hardness dan DHL terhadap waktu di aliran permeat dan konsentrat selama 90 menit terlihat bahwa nilai total hardness yang ada di aliran permeat lebih kecil dibandingkan dengan nilai total hardness yang ada di aliran
konsentrat karena membrane dari reverse osmosis telah menahan ion-ion dan zat terlarut yang ada dalam air umpan. Sedangkan pada aliran konsentrat, nilai total hardness lebih besar dibandingkan dengan nilai total hardness di aliran permeat. Hal ini menunjukkan bahwa kadar zat terlarut yang berada di dalam aliran influen dapat disaring oleh membrane reverse osmosis dan terbawa oleh aliran konsentrat sehingga membuat nilai DHL dan total hardness di aliran konsentrat lebih tinggi dibandingkan di aliran permeat. •
Pembahasan oleh Dida Anggiana (141411007)
Reverse Osmosis merupakan proses pemisahan zat-zat terlarut yang ada didalam suatu larutan dengan cara mengalirkan larutan tersebut melewati membran yang memiliki karakteristik khusus sehingga kation dan zat lain dalam larutan tersebut akan tertahan didalam membran dan akan menghasilkan air yang lebih murni dengan kadar kation dan zat terlarut yang rendah. Alat ini dirancang dengan memberikan tekanan hidrostatik yang melebihi tekanan osmosis larutan sehingga pelarut dalam hal ini air dapat berpindah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah dengan melewati membran. Pada praktikum ini praktikan hanya menggunakan 1 variasi laju alir dalam waktu 90 menit dan pemeriksan DHL dilakukan setiap 15 menit sekali dengan tekanan konstan 0,7 kg/cm2. Pada praktikum ini, laju alir yang yang ditentukan yaitu bukaan valve penuh, 508 ml/menit.
Dengan laju alir yang besar ini, didapatkan nilai DHL(Daya Hantar Listrik) yang tinggi.
Hal ini dikarena kan laju alir yang terlalu besar dan tekanan yang konstan akan mengakibatkan proses pemisahan kurang baik karena akan banyak ion-ion atau partikel terlarut yang lolos . tekanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses reverse osmosis karena semakin besar tekanan maka semakin banyak ion-ion atau partikel terlarut yang tertahan, selain itu juga laju alir yang semakin kecil menunjukan semakin baik pula proses pemisahan nya. Pada praktikum ini nilai DHL pada aliran permeat lebih kecil dibandingkan nilai yang ada pada aliran konsentrat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 Grafik hubungan antara DHL vs waktu pada permeat dan konsentrat. Hal ini membuktikan bahwa ion-ion dan partikel terlarut telah tertahan oleh membran akan keluar bersama aliran konsentrat. Pada praktikum ini nilai Total Hardness pada aliran permeat lebih kecil dibandingkan nilai yang ada pada aliran konsentrat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2 Grafik hubungan antara Total Hardness vs waktu pada permeat dan konsentrat Hal ini membuktikan bahwa ion-ion dan partikel terlarut telah tertahan oleh membran akan keluar bersama aliran konsentrat, sehingga nilai total kesadahan pada aliran konsentrat lebih tinggi dari aliran permeat.
•
Pembahasan oleh Dita Apriani (141411008)
Parameter yang dicari untuk menentukan keberhasilan proses Reverse Osmosis ini adalah nilai DHL (Daya Hantar Listrik), TDS (Total Disolved Solid), TH (Total Hardness) dan pH. Tetapi pada praktikum kali ini parameter yang dicari hanyalah nilai DHL dan TH. Sampel diambil setiap 15 menit selama 90 menit dengan tekanan 7 bar. Hal tersebut sesuai dengan literatur bahwa tekanan operasi untuk prose reverse osmosis harus berada diantara 2-80 bar. Nilai tekanan operasi yang konstan akan membuat nilai DHL maupun TH akan cenderung konstan. Hal tersebut menunjukkan bahwa alat tidak mengalami kejenuhan. Dari hasil yang didapat nilai DHL maupun TH di aliran permeat lebih kecil dibanding dengan di aliran konsentrat. Hal itu menunjukkan bahwa ion-ion telah tersaring oleh membran dan akan mengalir keluar yang disebut aliran permeat yang memiliki kandungan ion-ion yang bnyak, sedangkan hasil saringan akan mengalir keluar yang disebut aliran permeat dimana aliran ini memiliki sedikit ion-ion terlarutnya. Berdasarkan gambar 4.1, dapat dilihat bahwa nilai DHL maupun TH permeat cenderung konstan, hanya sedikit titik yang mengalami penurunan. Selain itu, nilai DHL maupun TH pada permeat lebih kecil dibanding konsentrat. Sedangkan, nilai DHL maupun TH konsentrat naik sedikit demi sedikit setiap waktunya, karena pada konsentrat cenderung lebih didominasi oleh kandungan mineral dan zat terlarut.
BAB V SIMPULAN
Berdasarkan grafik 4.1-4.2 hubungan antara total hardness (kesadahan) dan DHL terhadap waktu di aliran permeat dan konsentrat dapat disimpulkan bahwa: 1) Nilai total hardness dan DHL di aliran permeat mengalami penurunan dan cenderung konstan pada aliran permeat karena padatan terlarut yang mengandung mineralmineral akan tertahan oleh membran sehingga tidak ikut terbawa ke aliran permeat. 2) Pada aliran konsentrat, nilai total hardness (kesadahan) dan DHL akan mengalami peningkatan dan cenderung konstan karena padatan terlarut yang tertahan oleh membran akan mengalir ke aliran konsentrat.
DAFTAR PUSTAKA Ananto, Ilham. 2013. MEMBRAN REVERSE OSMOSIS REVERSE OSMOSIS. Banjarbaru: Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
Ariyanti, Dessy. 2009. Pengendalian Scaling Pada Sistem Membran Reverse Osmosis: Universitas Diponegoro
Atomic,
Stie.
2013.
Reverse
Osmosis.
Tersedia
pada
http://stieatomic.blogspot.com/2011/05/reverse-osmosis.html. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015.
Muchtadi,
Tien
R.
2010.
Membrane
Technology.
http://www.bali-
water.com/2012/05/tentang-reverse-osmosis.html (diakses pada tanggal 13 April 2014)
Juliardi, Naniek Ratni. -. Peningkatan Kualitas Air Minum Menggunakan Membran Reverse osmosis (Ro). Tersedia pada http://eprints.upnjatim.ac.id/2547/1/NANIK_RATNI.pdf . Diakses tanggal 25 Oktober 2016.
Maulana, Abdul Malik dan Ariyanto S.Widodo . - . Pengolahan Air Produk Reverse osmosis sebagai Umpan Boiler dengan Menggunakan Ion Exchange. Tersedia pada http://eprints.undip.ac.id/3372/1/MAKALAH_PENELITIAN_pdf-.pdf. Diakses tanggal 24 Oktober 2015.
Santoso, Rio. 2009. Apa Itu Reverse osmosis « Semua Tentang Air Reverse Osmosis.Tersedia pada http://airreverseosmosis.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2015.
Tim
Penyusun
Modul
Proses
Pemurnian.
Tersedia
pada
http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2010/08/modulprosespemurnian.pdf. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015.
Anonim. 2012. Air. https://jujubandung.wordpress.com/tag/air/ (diakses pada tanggal 13 April 2014)
Anonim.
2013.
Reverse
Osmosis.
http://www.yukiwaterfilter.com/in/ourproduct-129-
reverseosmosis.html (diakses pada tanggal 13 April 2014
LAMPIRAN
1) Perhitungan total hardness umpan Volume air umpan yang dititrasi
= 25 mL
Komsentrasi EDTA
= 0,01 M
Volume EDTA
= 3,77 mL
Total hardness umpan = (volume sampel/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 3,77 mL x 100 = 0,9425 mg/L CaCO3
2) Perhitungan total hardness sampel dari data titrasi •
Larutan Permeat Volume Larutan Permeat
= 25 mL
Komsentrasi EDTA
= 0,01 M
Indikator EBT
= ± 1 mg
Debit air umpan
= 508 ml/menit
a. Total hardness pada t = 15 menit = (volume larutan/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 0.5 mL x 100 = 0,125 mg/L CaCO3
b. Total hardness pada t = 30 menit = (volume larutan/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 0.55 mL x 100 = 0,1375 mg/L CaCO3
c. Total hardness pada t = 45 menit = (volume larutan/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 0.4 mL x 100
= 0,1 mg/L CaCO3
d. Total hardness pada t = 60 menit = (volume larutan/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 0.5 mL x 100 = 0,125 mg/L CaCO3 e. Total hardness pada t = 75 menit = (volume larutan/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 0.6 mL x 100 = 0,15 mg/L CaCO3
f. Total hardness pada t = 90 menit = (volume larutan/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 0.3sd5 mL x 100 = 0,0875 mg/L CaCO3
•
Larutan Konsentrat Volume Larutan Konsentrat
= 25 mL
Komsentrasi EDTA
= 0,01 M
Indikator EBT
= ± 1 mg
Debit air umpan
= 508 ml/menit
a. Total hardness pada t = 15 menit = (volume sampel/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 5.2 mL x 100 = 1.3 mg/L CaCO3
b. Total hardness pada t = 30 menit = (volume sampel/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 5.7 mL x 100 = 1.425 mg/L CaCO3 g. Total hardness pada t = 45 menit
= (volume larutan/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 5.1 mL x 100 = 1.275 mg/L CaCO3
h. Total hardness pada t = 60 menit = (volume larutan/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 5 mL x 100 = 1.25 mg/L CaCO3 i. Total hardness pada t = 75 menit = (volume larutan/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 5.15 mL x 100 = 1.2875 mg/L CaCO3
j. Total hardness pada t = 90 menit = (volume larutan/ 100) x konsentrasi EDTA x volume EDTA x faktor CaCO3 = (25/100)mL × 0,01 M × 5.1 mL x 100 = 1.275 mg/L CaCO3