Di dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari berbagai macam campuran yang digunakan baik dalam bentuk campuran secara umum maupun dalam wujud senyawa murni yang telah dipisahkan dari cam...
Full description
Full description
9Descrição completa
discursoDescripción completa
Marketing editorialDescripción completa
skripsiFull description
Full description
AAA
Full description
laporan praktikumDeskripsi lengkap
Klasifikasi Ukuran Agregat, Klassifikasi Tekstur dan Bentuk, Sifat-Sifat Mekanik Agregat, Sifat-sifat Fisik Agregat, Bahan-Bahan yang Merusak Beton, Gradasi Agregat, Gradasi Standar, dan Mod…Full description
Jurusan Teknik Sipil Universitas Sangga Buana YPKP 1
PERENCANAAN CAMPURAN BETON NORMAL
(Berda (Berdasark sarkan an ACI 211.1-93 211.1-93))
2
1
Background Data Sifat fisik (physical properties) material yang mesti ditentukan terlebih dahulu melalui uji lab : Gradasi agregat kasar dan halus melalui analisa saringan Bulk specific gravity dan absorpsi aggregat kasar dan halus kondisi SSD Berat jenis (rodded unit weight) agregat kasar Apparent specific gravities of portland cement
3
DESAIN
DATA
Mutu kuat tekan Beton (fc’) Slump Kondisi Struktur
Dia. Agg. Kasar Maks. Bulk Specific Gravity Dry Rodded Mass Penyerapan (%)
LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN
PERENCANAAN CAMPURAN (MIX DESIGN ) BETON NORMAL
AIR
W/C
Semen
MIX DESIGN
BETON RENCANA
Agregat Kasar
ESTIMASI BERAT
VOLUME ABSOLUT
Agregat Halus
4
2
Contoh Kasus
Rencanakan campuran beton dengan data-data berikut : – Kuat tekan karakteristik (fc’) – Dry rodded mass – Jenis semen
: K225 = 18.675 MPa : 1600 kg/m 3 : Semen Tipe I, specific gravity = 3.12
– Data agregat kasar : Bulk specific gravity Absorpsi Kadar air
: 2.68 : 0.5% : 2%
– Data agregat halus : Bulk specific gravity Absorpsi Kadar air Finenes modulus
: 2.64 : 0.7% : 6% : 2.8
5
Langkah-Langkah Perencanaan
Langkah 1: Pemilihan Slump Langkah 2: Pemilihan Ukuran Maksimum Agregat Kasar Langkah 3: Estimasi Kebutuhan Air Pencampur dan Kandungan Udara Langkah 4: Pemilihan nilai perbandingan air-semen (w/c) Langkah 5: Perhitungan Kandungan Semen Langkah 6: Estimasi kandungan agregat kasar Langkah 7: Estimasi kandungan agregat halus Langkah 8 : Koreksi kandungan air agregat Langkah 9 : Penyesuaian dengan Trial Batch
Langkah 2: Pemilihan Ukuran Maksimum Agregat Kasar – Ukuran maksimal aggregat kasar
: 37.5 mm
9
Langkah 3: Estimasi Kebutuhan Air Pencampur dan Kandungan Udara – Dari Tabel A1.5.3.3 berdasarkan hubungan slump dengan ukuran maksimum agregat untuk kondisi non-air-entrained concrete diperoleh : Air pencampur
= 181 kg/m3
Perkiraan udara terperangkap
= 1%
10
5
Langkah 4: Pemilihan nilai perbandingan air-semen (w/c) – Kuat tekan karakteristik (fc’) = K225
= 18.675 MPa
– Standar deviasi
= 3 MPa
– Kuat tekan rata-rata
= 18.675 MPa+ 1.64 x 3 MPa = 24 MPa
– Dari Tabel A1.5.3.4 Nilai Maksimum w/c yang ditentukan oleh kuat tekan vs jenis beton diperoleh : Ratio air-semen (w/c)
Langkah 6: Estimasi kandungan agregat kasar – Dari Tabel A1.5.3.6 Volume Agregat per satuan Volume Beton ditentukan oleh ukuran maksimum agregat (37.5mm) vs finenes modulus agregat halus (2.8) diperoleh : Volume agregat kasar kering (dry rodded) = 0.71 m3 persatuan vol. beton Massa agregat kasar kering = 0.71 x 1600 = 1136 kg
12
6
Langkah 7: Estimasi kandungan agregat halus – Dari Tabel A1.5.3.7 Estimasi Massa Beton ditentukan berdasarkan ukuran maksimum agregat untuk kondisi non air entrained diperoleh : Total massa beton = 2410 kg
– Kandungan agregat halus dapat dihitung dengan dua cara : Berdasarkan massa. Berdasarkan volume absolut
13
Langkah 7: Estimasi kandungan agregat halus (sambungan) Berdasarkan massa. – Air
= 181 kg
(dari Langkah 3)
– Semen
= 292 kg
(dari Langkah 5)
– Agregat kasar
= 1136 kg
(dari Langkah 6)
Total
= 1609 kg
Agregat halus = 2410 – 1609 kg = 801 kg Berdasarkan volume absolut – Volume air
= 181 / 1000
= 0.181 m3
– Volume semen padat = 292 /(3.12 x 1000)
= 0.093 m3
– Volume agregat kasar = 1136 /(2.68x1000)
= 0.424 m3
– Volume udara terperangkap = 0.01 x 1
= 0.010 m3
Total
= 0.708 m3
Volume agregat halus
= 1 – 0.708 = 0.292 m3
Massa agregat halus
= 0.292 x 2.64 x 1000 = 771 kg
14
7
Langkah 7: Estimasi kandungan agregat halus (sambungan) Perbandingan komposisi kandungan material per satuan volume (m 3) beton
Material
Berdasarkan massa (kg)
Berdasarkan volume absolut (kg)
Air (net mixing)
181
181
Semen
292
292
Agregat kasar (kering)
1136
1136
Agregat halus (kering)
801
771
Total
2410
2380
15
Langkah 8 : Koreksi kandungan air agregat – Pada umumnya, stok agregat yang digunakan tidak dalam kondisi jenuh dan kering permukaan (SSD). – Agregat yang digunakan adalah agregat basah dengan nilai kadar air berdasarkan pengujian (soal) sbb : Agregat kasar
= 2%
Agregat halus
= 6%
– Perlu dilakukan koreksi kandungan air agregat – Jika komposisi yang dipilih berdasarkan perhitungan massa maka massa agregat menjadi: Agregat kasar (basah) = 1136 (1+0.02) = 1159 kg Agregat halus (basah) = 801 (1+0.06) = 849 kg Jumlah air yang merupakan kontribusi dari agregat dihitung sebagai selisih antara kadar air dengan absorpsi: – Agregat kasar = (2- 0.5)% = 1.5% – Agregat halus = (6 – 0.7)% = 5.3% – Dengan demikian massa air pencampur yang ditambahkan : 181 – 1136(0.015) – 801(0.053) = 122 kg 16
8
Langkah 8 : Koreksi kandungan air agregat (sambungan) – komposisi campuran untuk 1 m3 beton menjadi : Air (yang ditambahkan)
=
122 kg
Semen
=
292 kg
(dari Langkah 5)
Agregat kasar (basah)
=
1159 kg
(hasil koreksi)
Agregat halus (basah)
=
849 kg
(hasil koreksi)
Total
2422 kg
Langkah 9 : Penyesuaian dengan Trial Batch – Untuk trial batch di laboratorium dibuat 0.02 m 3 beton – komposisi campuran untuk 0.02 m 3 beton : Air (yang ditambahkan)
=
2.7 kg *
Semen
=
5.84 kg
Agregat kasar (basah)
=
23.18 kg
Agregat halus (basah)
=
16.98 kg
Total
48.70 kg
– Jumlah air yang ditambahkan berdasarkan hitungan seharusnya adalah 0.02x122=2.44 kg, tetapi dalam hal ini digunakan 2.7 kg air untuk memperoleh nilai slump yang lebih tinggi sesuai kondisi saat trial batch. 17
Langkah 9 : Penyesuaian dengan Trial Batch (sambungan) – Dari hasil pengujian didapatkan nilai slump 50 mm dan berat jenis beton 2390 kg/m3. – Untuk mendapatkan beton dengan workability dan properti akhir seperti rencana semula maka penyesuaian berdasarkan data trial batch dilakukan dengan cara berikut : Volume hasil trial batch = 48.70 / 2390 = 0.0204 m 3 Air pencampur trial batch terdiri atas : – Air yang ditambahkan
= 2.70 kg
– Air dari agregat kasar = 0.015 x 23.18
= 0.34 kg
– Air dari agregat halus = 0.053 x 16.98
= 0.89 kg
Total
3.93 kg
Massa air pencampur yang dibutuhkan untuk 1 m 3 beton agar nilai slump sama dengan trial batch adalah : 3.93 / 0.0204 = 193 kg
menghasilkan slump 50mm
18
9
Langkah 9 : Penyesuaian dengan Trial Batch (sambungan)
Dari hasil trial batch air pencampur sebesar : 3.93 / 0.0204 = 193 kg
baru menghasilkan slump 50mm
Berapa air pencampur yang dibutuhkan agar dicapai slump target 75 -100 mm ?
19
Langkah 9 : Penyesuaian dengan Trial Batch (sambungan) – Berdasarkan rekomendasi ACI, jika slump pada trial batch tidak tercapai maka penambahan atau pengurangan air sebesar 2 kg/m3 dapat menaikkan atau menurunkan nilai slump sebesar 10 mm. – Dengan demikian dilakukan penambahan air 8 kg untuk menaikkan slump dari 50 mm menjadi nilai yang diinginkan 75-100 mm, sehingga total massa air pencampur menjadi : 193 + 8 = 201 kg – Perubahan massa air pencampur total akan mempengaruhi massa semen. Agar nilai w/c tetap 0.62, massa semen menjadi : 201 / 0.62 = 324 kg – Massa agregat kasar per meter kubik beton menjadi : 23.18 / 0.0204 = 1136 kg
(kondisi basah)
atau
1136/1.02 = 1114 kg
(kondisi kering)
atau
1114 x 1.005 =1120 kg
(kondisi SSD) 20
10
Langkah 9 : Penyesuaian dengan Trial Batch (sambungan) – Massa total 1 m3 beton adalah 2390 kg, dengan demikian jumlah agregat halus : 2390 – (201 + 324 + 1120) = 745 kg (SSD) atau
745 / 1.007 = 740 kg
(kondisi kering)
– Dengan demikian komposisi 1 m3 beton setelah disesuaikan dengan trial batch menjadi : Bandingkan dengan hitungan sebelum dikoreksi dengan trial batch