Dialog Role Play Rujukan Asfiksis Disebuah rumah sederhana hiduplah sepasang suami istri yang baru saja setahun yang lalu menikah. Kini sang istri sebut saja Ibu Mawar sedang hamil, menurut Bidan Desa tempat Ibu Mawar memeriksakan kehamilannya, taksiran persalinan Ibu Mawar sudah dekat, Kira-kira 3 hari lagi. Suami Ibu Mawar, sebut saja Bapak Bondet sehari harinya bekerja sebagai tukang bangunan, merasa sangat senang dengan kehamilan istrinya. Terbukti dia tidak pernah absen mengantar istrinya untuk memeriksakan kandungannya. Disuatu senja, Ibu Mawar dan Bapak Bondet berbincang ringan di teras depan rumah sederhana mereka. Bondet : Mami Mawar : Iya pi Bondet : terima kasih ya mi, mami udah mau nemenin papi sampe saat ini. Susah seneng ditanggung bareng. Mawar : harusnya mami yang minta maaf pi. Gara-gara mami, mami, papi jadi diusir keluarga papi dan hidup sederhana seperti ini dengan mami. Maafin m ami pi. Bondet : itu udah jadi keputusan papi, meskipun keluarga papi menentang hubungan kita. Karena papi sangat sayang sama mami, papi rela ninggalin keluarga demi hidup bareng mami. Mawar : Aduh pi, aduh. (sambil (sambil memegangi perutnya) perutnya) Bondet : Mami kenapa ? Apanya yang sakit mi. Mi Mawar : perut mami mami mules pi. Bondet : Mi, Ayo ke Bu Bidan mi. Ayoo. Dengan sigap, Pak Bondet menghentikan sebuah becak yang sedang melaju di depan rumahnya. Kader : Pak Bondet ada apa pak? Bondet : istri saya sepertinya akan melahirkan bu. Kader : ini saya baru akan kunjungan pak. Sebentar saya hubungi hubungi mobil desa desa untuk mengantar ke bidan desa pak. Halo, pak. Modes : iya bu. Kader : pak, segera ke rumahnya bu Mawar ya. Darurat. Bu mawar mau melahirkan. Modes : aduh, sebentar bu. Ini mobilnya masih buat belanja. Kader : Pakkkk, gimana sih. Kok bisa bisa buat belanja. belanja. Pokoknya cepet kerumah bu mawar pak. Cept, cepet, cepet.
Beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di rumah Bu Bidan Surti. Dengan cepat, kader keluar dari rumah dan memanggil Bu Bidan Surti. Kader
: Bu Surti, ini ada yang mau melahirkan.
Bidan
: Sumiiiii, ini tolong dibantu ini ada yang melahirkan.
Sumi
: iya bu. Mari pak, saya bantu ke ruang bersalin. Bu Bidan Surti, Asisten Bidan Sumi, Pak Bondet, dan Kader membantu Ibu Mawar masuk ke
dalam ruang bersalin. Setelah mengantar istrinya ke dalam ruangan, Pak Bondet keluar dan duduk di sebuah kursi didepan ruang bersalin bu Mawar. Kader
: Pak, saya mengerti posisimu. Lebih baik kamu sekarang menghubungi keluarga bapak.
Entah mereka akan datang atau tidak, yang penting bapak sudah mau memberitahu bahwa cucunya akan lahir. Bondet : baik bu. (mengambil handphone disakunya) Halo, assalammualaikum ma. Ini Bondet. Ma, mawar sudah mau melahirkan, mohon bantuan doanya ya ma. Sekarang bondet sedang di rumah Bu Bidan Desa. Assalammualaikum. Didalam ruang bersalin Bu Bidan dan asisten bidan sedang membantu kelahiran bayi ibu Mawar. Pak Bondet menunggu di luar karena Pak Bondet memiliki trauma tersendiri ketika melihat darah. Setelah menunggu, bayi yang dinantikan akhirnya lahir juga. Tetapi bayi tersebut tidak menangis. Mawar : Bu, anak saya kok tidak menangis. Sumi
: begini bu di saluran pernafasan bayi ibu terdapat lendir sehingga menghalangi
pernafasannya. Sekarang bu bidan sedang berusaha mengeluarkan lendirnya bu. Bu Bidan Surti melakukan penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksi dan asisten bidan sumi melanjutkan kala 3. Surti
: Sumi, kamu lanjutkan penatalaksaan kala 3 ya.
Sumi
: iya bu
Persiapan Penilaian Bayi Baru lahir
1. Lakukan penilaian (sepintas):
Apakah bayi cukup bulan?
Apakah ketuban jernih, tidak bercampur meconium kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
Apakah bayi bergerak dengan aktif? Bila salah satu jawaban adalah “tidak”, lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksi bayi baru
lahir
2. Bila air ketuban bercampur meconium, l akukan penilaian apakah bayi menangis/bernapas normal/ megap-megap/tal bernapas
Jika menangis atau bernapas normal, potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat, tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan langkah awal.
Jika megap-megap atau tidak bernapas, buka mulut lebar, usap mulut dan isap lendir, potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan langkah awal.
Langkah awal
3. Selimuti bayi dengan handuk/kain yang diletakkan diatas perut ibu, bagina dada dan muka bayi tetap terbuka. 4. Letakkan bayi di tempat resusitasi 5. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu, yaitu kepal sedikit ekstensi dengan mengatur tebal bantal handuk ganjal bahu yang telah disiapkan. 6. Bersihkan jalan napas dengan mengisap lender pada mulut sedalam <5cm dan kmudian hidung bayi sedalam <3cm. 7. Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok-gosok dada/punggung/perut bayi sebagai rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan. Ganti kan kain yang basah dengan kain bersih da kering. Selimuti bayi dengan kain kering. Biarkan muka dan dada tebuka. 8. Mereposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha napas.
Bila menangis kuat atau bernapas spontan, lakukan asuhan bayi baru lahir.
Bila tetap tidak bernapas atau megap-megap, maka lakukan ventilasi.
Ventilasi
9. Mulai ventilasi Beritahu ibu dan keluarga bahwa bayi engalami masalah (seperti telah diprediksi sebelumnya) sehingga perlu dilakukan tindakan resusitasi
10. Ventilasi dapat dilakukan dengan tabung dan sungkup, atau dengan balon dan sungkup. Langkah-langkahnya adalah sama. Perbedaannya hanya dengan hal berikut. Dengan tabung dan sungkup:
Udara sekitar harus dihirup ke dalam mulut dan hidung penolong, kemudian dihembuskan lagi ke jalan napas bayi melalui mulut – tabung – sungkup
Untuk memasukkan udara baru, penolong haruus meepaskan mulut dari pangkal tabung unutk menghirup udara baru dan memasukkan nya kembali ke jalan napas bayi (bila penolong tidak melepas mulutnya dari pangkal tabung, mengambil napas dari hidung dan langsung meniupkan udara, mka yang masuk adalah udara ekspirasi dari paru penolong).
Pemenuhan frekuaensi 20x dalam 30 detik menjadi sulit karena pengisapan udara.
11. Sisihkan kain yang menutup bagian dada agara penolng dapat menilai pengambangan dada bayi saat dilakukan peniupan udara. 12. Uji fungsi tabung dan sungkup atau balon dengan jalan meniup pangkal tabung atau menekan balon sambil menhan corong sungkup.
13. Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut, dan dagu (perhatikan perlekatan sungkup dan daerah mulut bayi) Ventilasi percobaan
14. Tiup pangkal tabung atau tekan balon unutk mengalirkan udara (20cm H2O) ke jalan napas byi.
Perhatikan gerakan dinding dada o
Naiknya dinding dada mencerminkan mengembangnya paru dan udara masuk dengan baik
o
Bila dinding dada tidak naik/mengembang periksa kembali
Kemungkinan kebocoran perlekatan sungkup dan hidung
Posisi kepala dan jalan napas.
Sumbatan jalan napas oleh lender pada mulut dan hidung
Lakukan koreksi dan ulangi fentilasi percobaan.
Ventilasi definitive
15. Setelah ventilasi percobaan berhasil, maka lakukan ventilasi definitive dengan jalan meniupkan udara dengan frekuanesi 20x dalam waktu 30 detik
Nilai hasil ventilasi (pernapasan setiap 30 detik)
16. Lakukan peilaian ventilasi dan lanjutan tindakan:
Jika setelah 30 detik pertama bayi menangis kuat dan bergerak aktif, maka selimuti bayi dan serahkan pada ibunya unutk menjaga kehangatan tubuh dan inisisasi menyusui dini.
Jika setelah 30 detik pertama bayi belum bernapas spontan atau megap-megap, maka lanjutkan tindakan ventilasi.
Jika mulai bernapas tetap idisertai dengan tarikan atau retraksi dinsing dada bawah, maka segera rujuk kefasilitas rujukan sambil tetap diberikan ventilasi.
17. Jika bayi belum bernapas spontan atau megap-megap, lanjutkan vetilasi 20x dalam 30 detik selanjutnya dan lakukan penilain ulang (lihat nomor 16)
Bayi tidak bernapas dan telah divnetilasi lebih dari 2 menit -> siapkan rujukan
Hentikan resusitasi sesudah 10 menit bayi unutk bernapas dan tidak ada denyut jantung
Tindakan pascaresusitasi
18. Bila resusitasi berhasil: lanjutkan penatalaksanaan aktif persalinan kala 3 sesuai penunutun persalinan normal bila perlu rujukan:
lakukan konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga
lanjutkan resusitasi
pantau tanda bahaya
cegah hipotermi
berikan vitamin K1
cegah infeksi
buat surat rujukan
Lakukan pencacatan dan pelaporan kasus
19. Bila resusitasi tidak berhasil
Melkukan konseling pada ibu dan keluarga
Memberikan petunjuk perawatan payudara
Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
20. Lakukan dekontaminasi seluruh peralatan yang telah dilakukan
Pengisap lender direndam setelah dibilas dengan larutan klorin 0,5% dengan semprit
Seka sungkup dengan larutan klorin 0,5%
Rendam kain ganjal dan pengering tubuh bayi Setelah beberapa saat mencoba, bayi belum juga menangis.
Bidan
: Resek, tolong siapkan rujukan dan siapkan ambulans.
Resek : baik bu. Asisten Bidan Resek keluar untuk menemui Pak Bondet dan menjelaskan keadaan Ibu Mawar dan bayinya. Setelah menjelaskan kepada Pak B ondet. Bondet : Tapi saya tidak menyiapkan uang untuk keadaan darurat ini. Mertua : lakukan saja yang terbaik bu bidan, tidak usah memikirkan biaya. Semuanya saya yang akan tanggung. Bondet : Mamaaaaa.... Asisten bidan tersebut langsung menyiapkan berkas-berkas rujukan dan segera merujuk bayi bu mawar ke rumah sakit terbaik dengan menggunakan mobil desa. Mobil desa ini merupakan hasil kerja sama dari masyarakat, bidan dan kader untuk menfasilitasi rujukan bagi warga desa yang dalam keadaan darurat. Selama perjalanan ke rumah sakit, Bidan Surti tetap melakukan ventilasi. Sesampainya di Rumah Sakit. Resek : Permisi bu, ini ada rujukan darurat bayi dengan asfiksi. Resepsionis
: iya bu, silahkan lewat sini.
Dokter : bapak, ibu sekalian mohon tenang. Saya akan berusaha melakukan yang terbaik. Setelah menunggu, akhirnya Dokter Pelangi keluar. Dokter : alhamdulillah, bayinya selamat.