PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
P E R S Y A R A TA N P E R A T U R A N BE01
Nilai Transfer Termal Keseluruhan (Overall Thermal Transfer Value - OTTV ) Maksimum
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
P E R S Y A R A TA N P E R A T U R A N BE01
Nilai Transfer Termal Keseluruhan (Overall Thermal Transfer Value - OTTV ) Maksimum
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
daftar isi 2 S E L U B U N G
B A N G U N A N
8 0 1
C A K U P A N
10 0 2
P E R S Y A R ATA N
P E R A T U R A N
12 0 3
P E N J E L A S A N
P E R AT U R A N
22 0 4
P R I N S I P - P R I N S I P
4 3 L A M P I R A N
D E S A I N
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
!"#$%$&' )*&'$&*&+ Pendahuluan
F U N G S I S E L U B U N G B A N G U N A N Selubung bangunan terdiri dari komponen tidak tembus cahaya (misalnya dinding) dan sistem fenestrasi atau komponen tembus cahaya (misalnya jendela) yang memisahkan interior bangunan dari lingkungan luar. Selubung bangunan memberikan perlindungan terhadap pengaruh lingkungan luar N A N
yang tidak dikehendaki seperti panas, radiasi, angin, hujan, kebisingan, polusi,
U G
dll.
N A B G N U B U L E S
Selubung bangunan bangunan memiliki peran penting dalam mengurangi konsumsi energi untuk pendinginan dan pencahayaan. Pada bangunan gedung bertingkat menengah dan tinggi, luas dinding jauh lebih besar daripada luas atap. Oleh karena itu, perancangan selubung bangunan vertikal,
2
terutama jendela, harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari masuknya panas ke dalam bangunan secara berlebihan. Pada bangunan bertingkat rendah dimana atap memiliki bidang yang lebih luas daripada dinding, panas yang masuk dari atap mungin menjadi faktor penentu beban pendinginan secara keseluruhan. Selain itu, jendela dan skylight ak an menentukan besarnya cahaya yang dapat masuk ke dalam bangunan. Dengan mengoptimalkan desain komponen tembus cahaya , konsumsi energi untuk pencahayaan buatan dapat dikurangi secara signi fikan dengan tetap menghindari masuknya panas yag berlebih ke dalam bangunan.
R I N C I A N
K O N S U M S I
E N E R G I
Sebagian besar energi pada bangunan di Inonesia digunakan oleh sistem HVAC, terlepas dari tipe bangunannya. Sebagaimana disajikan pada Gambar 1. HVAC berkontribus sekitar 37% hingga 54% dari total konsumsi energi bangunan. Pencahayaan buatan berkontribusi sebesar 20% hingga 39% dari total konsumsi energi. Oleh k arena itu, dengan mengurangi konsumsi energi untuk HVAC dan pencahayaan buatan melalui desain pasif dan aktif akan mengurangi konsumsi energi bangunan keseluruhan secara signi fikan.
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
G A M B A R
0 1
Rincian Konsumsi Energi untuk Berbagai Tipe Bangunan1 100
11.6% ) 80 % ( i g r e 60 n E n a i a 40 k a m e P 20
Pendingin Ruangan Pencahayaan Lainnya
31.5%
7.4% 30.7%
20.2% 39.2%
35.8% 19.6%
30.8%
20.2% 30.3%
30.3%
Rumah Sakit
Apartemen
0 Kantor Besar
Pusat Perbelanjaan
Hotel
Bangunan Pendidikan
Beban pendinginan udara di dalam bangunan secara umum dapat dikategorikan atas beban eksternal akibat perolehan dari luar bangunan (misalnya melalui dinding, jendela dll.) dan beban internal (misalnya penerangan, peralatan, orang dll). Pada bangunan dengan permukaan bidang kaca yang luas perolehan panas dari jendela kaca dan dinding tersebut menjadi bagian utama beban pendinginan. Sebagaimana disajikan pada Gambar 2, perolehan panas eksternal dari jendela dan dinding sebuah bangunan kantor tipikal di Bandung adalah sekitar 63%, sedangkan perolehan panas internal dari peralatan, penerangan dan hunian sekitar 37%. I ni menunjukkan peluang penghematan energi sangat besar melalui selubung bangunan yang dirancang secara seksama dan tepat untuk mengurangi beban pendinginan udara.
G A M B A R
0 2
Rincian Beban Pendinginan untuk Tipikal Bangunan Kantor di Bandung2
Orang 8% Peralatan 23% Penerangan 6%
Jendela 60%
Dinding 3%
1
2
International Finance Corporation (IFC). 2015. Bandung Building Energy Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis. International Finance Corporation (IFC). 2015. Bandung Building Energy Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
N A N U G N A B G N U B U L E S
3
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
T R E N
K O N S T R U K S I
Berdasarkan karakteristik termalnya, konstruksi selubung bangunan dapat dikelompokkan dalam dua kategori utama: konstruksi dinding tirai (curtain wall) dan konstruksi bata-jendela. Konstruksi dinding tirai, apakah sepenuhnya kaca atau kombinasi kaca dan panel (misalnya panel komposit aluminium) sangat umum diterapkan pada bangunan kantor dan apartemen. Jenis bangunan lainnya, terutama bangunan tingkat rendah, cenderung menggunakan konstruksi dinding bata-jendela.
N A N U G N A B G N U B U L E S
4
G A M B A R 0 3 Konstruksi Bata dan Jendela (Atas) dan Konstruksi Dinding Tirai Kaca (Curtain Glass Wall) 3
Alasan utama bagi arsitek dan pemilik bangunan untuk merancang bangunan dengan dinding tirai adalah daya tarik komersial. Jendela yang luas menampilkan pemandangan disekitar bangunan yang dapat meningkatkan nilai bangunan. Namun, dalam kenyataannya, banyak pengguna menutup dinding kaca tersebut dengan tirai atau gorden karena terlampau panas dan silau. Hal ini menghalangi pemandangan serta pencahayaan alami sehingga mengakibatkan naiknya konsumsi energi untuk HVAC dan penerangan yang sebenarnya bisa dihindari. 3
Jatmika Adi Suryabrata, 2016
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
G A M B A R
0 4
Kantor dengan Konstruksi Dinding Tirai Kaca dengan Tirai/Gorden yang Ditutup Sepenuhnya dan Lampu yang Menyala 4
P O T E N S I E N E R G I
P E N G H E M A T A N
Sebagaimana dinyatakan di atas, selubung bangunan dapat memiliki dampak besar terhadap total konsumsi energi karena dapat mempengaruhi beban pendinginan secara signifikan, terutama karena pengendalian perolehan radiasi panas melalui jendela, dan pemanfaatan pencahayaan alami. Gabungan strategi desain pasif memiliki potensi penghematan energi sekitar 18% pada bangunan kantor. Ini dapat dicapai melalui rancangan selubung bangunan yang mencakup penggunaan peneduh (shading), pengaturan luasan rasio bukaan jendela terhadap dinding ( Window to Wall Ratio – WWR), pemilihan kaca dengan koe fisien peneduh (shading coefficient - SC) yang rendah dan pemanfaatan cahaya alami untuk pencahayaan dalam ruang.
4
Jatmika Adi Suryabrata, 2016
N A N U G N A B G N U B U L E S
5
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
G A M B A R
0 5
Potensi Penghematan Energi dari HVAC dan Pencahayaan Tipikal Gedung Perkantoran di Bandung Melalui Strategi Desain Pasif 5
Rincian Konsumsi Energi K antor Tipikal Lainnya 30.8% Penerangan 31.5% Pendingin Ruangan 37.7%
Potensi Penghematan Energi WWR
2.26%
Sirip
3,0%
Kanopi
3,25%
Kaca - SHGC
4,45%
Eggcrate
5,47%
Cahaya Alami
8,0%
N A N U G N A B G N U B U L E S
6
Secara lebih rinci, hasil studi simulasi yang menunjukkan potensi penghematan energi melalui desain pasif yang mencakup pengurangan luas jendela, penggunaan peneduh eksternal, dan penggunaan kaca dengan koe fisien peneduh yang lebih baik (nilai SC rendah) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Potensi Penghematan Energi melalui Selubung Bangunan ST RAT EG I D E S A I N P A S I F
Kantor
Retail
Hotel
Rumah Sakit
Peneduh
3.25%
0.86%
10.57%
4.30%
5.15%
3.13%
WWR
2.26%
0.00%
14.81%
3.78%
10.43%
3.40%
Kaca
4.45%
1.36%
19.99%
9.81%
15.27%
9.26%
Sistem Penerangan terkait dengan Cahaya Siang
7.53%
NA
NA
NA
NA
3.5%
17.49%
2.22%
45.37%
17.90%
30.85%
15.79%
TOTAL
T A B E L
Apartemen
Bangunan Pendidikan
0 1
Potensi Penghematan Energi melalui Selubung Bangunan untuk Berbagai Tipe Bangunan6
5
6
International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis. International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Seperti dapat dilihat pada Tabel 1, strategi desain pasif yang menggabungkan penggunaan peneduh eksternal, pengurangan luas jendela dan penggunaan kaca dengan nilai SC rendah dapat menghasilkan sek itar 25% penghematan energi. Karena intensitas radiasi matahari berbeda untuk setiap orientasi, pengendalian perolehan panas eksternal melalui sistem rancangan jendela atau system fenestrasi juga bisa dicapai melalui orientasi bangunan yang tepat. Hasil studi ini menekankan peran penting arsitek dalam pengembangan rancangan yang tidak hanya atraktif tetapi juga hemat energy.
N A N U G N A B G N U B U L E S
7
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
cakupan
01
cakupan Kriteria Panas yang Masuk melalui Dinding (PMD) atau Overall Thermal Transfer Value (OTT V) dan Panas yang Masuk melalui Atap N A N
(PMA) atau Roof Thermal Transfer Value (RTTV) untuk evaluasi kinerja
U G
termal selubung bangunan telah ditetapkan didalam Peraturan
N A B
Walikota Bandung tentang Bangunan Gedung Hijau . Meskipun
G N U B U L E S
metoda ini cukup baik untuk mengukur kinerja termal selubung bangunan, PMD (OTTV) dan PMA (RTTV) memiliki beberapa keterbatasan. Konsep OTTV dan RTTV didasarkan pada asumsi bahwa bangunan
8
berada di dalam satu sistem selubung bangunan yang benar-benar tertutup dan dikondisikan. Pada kenyataannya, banyak bangunan di Bandung yang tidak sepenuhnya ber AC sebagian juga terbuka. Disamping itu, Perhitungan OTTV tidak memperhitungkan faktorfaktor berikut; 1.
Perangkat peneduh internal, seperti gorden dan tirai.
2.
Refleksi matahari atau bayangan dari bangunan yang
berdekatan. Persyaratan PMD (OTTV) dan PMA (RTTV) hanya berlaku untuk bangunan berpengkondisian udara (AC). Untuk bangunan yang hanya sebagian saja yang menggunakan AC, maka perhitungan OTTV dan RT TV hanya diberlakukan pada bagian bangunan yang menggunakan AC saja.
“Persyaratan PMD (OTTV) dan PMA (RTTV) tidak berlaku untuk bangunan rumah tinggal tapak dengan luasan total tidak lebih dari 5000 m2.”
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Penerapan ambang batas maksimal nilai OTTV dan RTTV (Watts/ m2) ini dibedakan dalam tiga kategori, yaitu kategori wajib (bintang satu), bintang dua, dan bintang tiga. Persyaratan bintang satu
N A N
wajib dipenuhi oleh semua bangunan yang terkena peraturan ini.
U G
Sedangkan persyaratan bintang dua dan bintang tiga merupakan
N A B
persyaratan tambahan – sukarela, jika bangunan tersebut ingin mendapatkan insentif.
G N U B U L E S
9
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
02
persyaratan peraturan N A N U G N A B G N U B U L E S
P E R S Y A R A T A N P E R A T U R A N 1 Persyaratan Wajib (Bintang Satu) Panas yang Masuk melalui Dinding (PMD) atau O verall Thermal
10
Transfer Value (OTTV ) untuk bangunan tidak boleh melebihi 45 Watts/m2. Perhitungan PMD (OTTV) harus menggunakan spreadsheet calculator atau metoda grafik yang disediakan oleh SKPD terkait (Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya) Kota Bandung. Persyaratan Bintang Dua Panas yang Masuk melalui Dinding (PMD) atau O verall Thermal Transfer Value (OTTV ) untuk bangunan tidak boleh melebihi 35 Watts/m2. Persyaratan Bintang Tiga Panas yang Masuk melalui Dinding (PMD) atau O verall Thermal Transfer Value (OTTV ) untuk bangunan tidak boleh melebihi 30 Watts/m2.
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
N A N
P E R S Y A R A T A N P E R A T U R A N 2 Persyaratan Wajib (Bintang Satu)
U G N A B G N U B U L E S
Panas yang Masuk melalui Atap (PMA) Roof Thermal Transfer Value (RTTV) untuk bangunan tidak boleh melebihi 45 Watts/m2. Perhitungan PMA (RTTV) harus menggunakan spreadsheet calculator yang disediakan oleh SKPD terkait Kota Bandung. Persyaratan Bintang Dua Panas yang Masuk melalui Atap (PMA) Roof Thermal Transfer Value (RTTV) untuk bangunan tidak boleh melebihi 35 Watts/m2. Persyaratan Bintang Tiga Panas yang Masuk melalui Atap (PMA) Roof Thermal Transfer Value (RTTV) untuk bangunan tidak boleh melebihi 30 Watts/m2.
P E R S Y A R A T A N P E R A T U R A N 3 Perhitungan PMD (OTTV) dan PMA (RTTV) harus menggunakan spreadsheet calculator atau grafik yang disediakan oleh SKPD (Dinas Penataan Ruang dan Cipta Karya).
11
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
03
penjelasan peraturan N A N
P A N A S Y A N G M A S U K M E L A L U I D I N D I N G P M D A T A U O T T V
U G N A B G N U B U L E S
Panas yang Masuk melalui Dinding (PMD) atau O verall Thermal Transfer Value (OTTV ) adalah ukuran perolehan panas eksternal
12
yang ditransmisikan melalui satuan luas selubung bangunan ( W/ m2). Transmisi radiasi matahari melalui jendela umumnya jauh lebih besar daripada melalui dinding. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan jendela harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari perolehan panas yang berlebihan melalui pengaturan orientasi, luas bukaan jendela, penentuan spesi fikasi kaca (nilai shading coefficient - SC) dan penggunaan peneduh e ksternal. PERHITUNGAN
Meskipun PMD (OTTV ) dapat dihitung dengan menggunakan formula
OTT V DENGA N
yang dijelaskan secara rinci di dalam SNI 03-6389, namun demikian,
MENGGUNAKAN SPREADSHEET
perhitungan PMD (OTTV) dengan menggunakan formula tersebut tidak mudah untuk dilakukan dan diperiksa untuk pembuktian nantinya. Oleh karena itu, dua metode alternatif telah tersedia untuk menghitung PMD (OTTV) secara lebih mudah. Alternatif pertama adalah dengan menggunakan “Kalkulator PMD (OTT V)” dalam bentuk spreadsheet yang tersedia pada website Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Bandung. Kalkulator PMD (OTTV) ini harus dilengkapi
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
dan diserahkan untuk memenuhi salah satu syarat permohonan ijin bangunan.
N A N U G N A B
G A M B A R
0 6
Contoh Tampilan Layar Kalkulator PMD (OTTV)
Kalkultor PMD (OTTV ) ini dikembangkan berdasarka rumus SNI dengan menggunakan Solar Factor Bandung. Penyederhanaan dengan menggunakan dropdown menu dan simplifikasi spesifikasi material dan geometri dilakukan agar Kalkulator PMD (OTTV ) ini bisa digunakan dengan mudah, tanpa harus memahami sepenuhnya persamaan yang ada dalam SNI. Tata cara penggunaan Kalkulator ini dapat dilihat pada Lampiran 3. PERHITUNGAN OTT V SECAR A
Alternatif kedua adalah penggunaan “metoda grafis” seperti disajikan pada Gambar 7 di bawah ini, yang menunjukkan nilai-nilai
G R A F I K kombinasi SHGC, OTTV dan WWR untuk berbagai orientasi selubung bangunan7. Dengan menggunakan metoda grafik ini, nilai WWR dari jendela dengan SHGC tertentu dapat dengan mudah ditentukan untuk memenuhi aturan OTTV ≤ 45 W/m2. Grafik ini berlaku untuk konstruksi dinding bata dengan Nilai-U 1.039 W/m2-K dan panel jendela kaca tunggal 8 mm tanpa peneduh eksternal. Karena
7
Ibnu Saud, 2012. Unpublished Thesis. Department of Architecture and Planning, Gadjah Mada University
G N U B U L E S
13
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
transmisi panas melalui dinding tidak signifikan, metoda ini juga dapat diterapkan untuk konstruksi dinding lainnya dengan Nilai-U (U-Value) serupa. Metoda grafis ini sangat berguna dalam tahap awal pegembangan rancangan untuk mengetahui dengan mudah dan cepat apakah konsep rancangan selubung bangunan yang dikembangkan sudah memenuhi persyaratan OTTV yang berlaku.
WWR Dinding Utara (0o)
WWR Dinding Timur Laut (45o)
160
160
140
140
) 100 m / W ( 80 V T T 60 O
70% 65% 60% 55% 50% 45% 40% 35% 30% 25%
40
20
2
N A N U G
0
0,3
0,4
0,6
0,7
0,8
) 100 m / W ( 80 V T T 60 O
60% 55% 50% 45% 40% 35%
20% 15%
40
20%
10%
20
2
0
0,9
WWR Dinding Tenggara (135o)
30% 25%
) 100 m / W ( 80 V T T 60 O
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0
0,9
WWR Dinding Selatan (180o)
120
120
WWR
) 100 m / W ( 80 V T T 60 O 2
70% 65% 60% 55% 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
40
20
0,7
0,8
0,9
) 100 m / W ( 80 V T T 60 O 2
WWR 70% 65% 60% 55% 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
40
20
0
0,2
0,3
0,4
SHGC
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,5
0,6
0,7
0,7
0,8
0,9
70% 65% 60% 55% 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
40
20
0
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
SHGC
160
140
WWR 70% 65%
120
) 2 100 m / W ( 80 V T T 60 O
60% 55% 50% 45%
40
20% 15%
40% 35% 30% 25%
10%
20
5% 0% 0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
SHGC
0,7
0,8
0,9
140
WWR 70%
120
65%
) 2 100 m / W ( 80 V T T 60 O
60% 55% 50% 45% 40% 35% 30% 25%
40
20% 15% 10%
20
0
5% 0% 0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
SHGC
0,9
WWR
) 100 m / W ( 80 V T T 60 O
WWR Dinding Barat Laut (315o)
160
0,8
2
SHGC
WWR Dinding Barat (270o)
0
5% 0%
WWR Dinding Barat Daya (225o)
140
0,6
10%
SHGC
140
0,5
25% 20% 15%
140
0,4
35% 30%
20
160
0,3
55% 50% 45% 40%
40
160
0,2
60%
2
15% 10% 5% 0% 0,2
70% 65%
120
160
0
WWR
SHGC
120
14
70% 65%
SHGC
N A B G N U B U L E S
0,5
140
120
5% 0% 0,2
160
WWR
WWR
120
WWR Dinding Timur (90o)
0,7
0,8
0,9
G A M B A R
0 7
Nilai OTTV untuk Berbagai WWR dan SHGC dan Delapan Orientasi Utama
0,8
0,9
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Untuk memberikan gambaran penerapan metoda gra fis guna memenuhi peraturan yang ada, contoh perhitungan WWR untuk s etiap orientasi dengan menggunakan ilustrasi bangunan sederhana persegi panjang 20 m x 40 m diuraikan di bawah ini: WWR Utara? Jendela WWR Barat 0%
WWR Timur 10%
m SHGC 0 2 Nilai U
Dinding Masif Nilai U Tinggi
WWR Selatan?
= 8 mm kaca tunggal = 0,7 = 5,2 = bata = 1,039 W/m 2-K = dari lantai 4 m
40 m
Berapa maksimal WWR jendela Utara dan jendela Selatan untuk memenuhi OTTV maksimal 45 W/m 2?
L A N G K A H
1
Dengan menggunakan grafik dinding timur di atas, tentukan OTT V untuk dinding timur dan dinding barat. Hasil: OTTV dinding Timur dan dinding Barat adalah masing-masing 18 W/m2 dan 5 W/m2. WWR Dinding Timur (90o)
N A N
160
U G
140
N A B
WWR 70% 65%
120
) 2 100 m / W ( 80 V T T 60 O
G N U B U L E S
60% 55% 50% 45% 40% 35% 30%
15
25% 20%
40
15% 10%
20
0
5% 0% 0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
SHGC
L A N G K A H
2
(1) SHGC 0,7 (2) OTTV 18 W/m 2 (3) WWR 10%
Menghitung OTTV untuk dinding Utara dan dinding Selatan. OR IE NTA SI P E R M U K A A N
O T T V (w/m2)
Luas Permukaan (m2)
Total Kenaikan Panas Eksternal (W )
O T T V
A
O T T V x A
Timur (T)
18
80
1440
Barat (B)
5
80
400
Utara (U)
?
160
?
Selatan (S)
?
160
?
45
480
21600
TOTAL
Untuk menghitung OTTV dinding Utara dan dinding Selatan dapat digunakan formula berikut:
OTTV Total =
(OTTV1 x A 1) + (OTTV 2 x A 2) + ... + (OTTVi x A i) A1 + A 2 + ... + A i
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
OR IE NTA SI P E R M U K A A N
O T T V (w/m2)
Luas Permukaan (m2)
Total Kenaikan Panas Eksternal (W)
O T T V
A
O T T V x A
Timur (T)
18
80
1440
Barat (B)
5
80
400
Utara (U)
61.75
160
9880
Selatan (S)
61.75
160
9880
45
480
21600
TOTAL
L A N G K A H .
3
Tentukan WWR untuk dinding Utara dan dinding Selatan dengan menggunakan grafik pada Gambar 7 di atas. Gambar di bawah menunjukkan bahwa untuk memenuhi persyaratan PMD (OTTV ) 45 W/m2, NJD (WWR) untuk dinding Utara dan dinding Selatan harus lebih kecil dari 47% dan 62%. WWR Dinding Utara (0o)
WWR Dinding Selatan (180o)
160
160
140
140
WWR
120
N A N U G N A B
120
) 2 100 m / W ( 80 V T T 60 O
70% 65% 60% 55% 50% 45% 40% 35% 30% 25%
) 2 100 m / W ( 80 V T T 60 O
40
20% 15%
40
20
10%
20
G N U B U L E S
0
5% 0% 0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0
0,9
WWR 70% 65% 60% 55% 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 0,2
0,3
0,4
SHGC
0,6
0,7
0,8
0,9
SHGC
(1) SHGC 0,7 (2) OTTV 61,75 W/m2 (3) WWR 47%
16
0,5
(1) SHGC 0,7 (2) OTTV 61,75 W/m2 (3) WWR 62%
Memiliki peneduh eksternal (external sh ading) dapat meningkatkan kinerja jendela secara signi fikan dengan menghalangi radiasi matahari yang berakibat pada penurunan nilai SHGC. Nilai SHGC atau SC dari sistem jendela (fenestration) yang menggabungkan efek material kaca dan peneduh eksternal dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut (SNI 03-6389):
SC = SC k x SC eff
Nilai SCeff untuk berbagai konfigurasi peneduh eksternal dan orientasi
SC
= koefisien peneduh jendela (sistem fenestrasi)
SCk
= koefisien peneduh material kaca
SCeff
= koefisien peneduh efektif dari peralatan peneduh luar
diuraikan di Lampiran 2
(external shading devices) SHGC
= 0,86 SC
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Untuk memudahkan perhitungan dan pemeriksaan, perhitungan PMD (OTTV ) harus dilengkapi dengan tabel yang berisi luas total selubung bangunan, dinding masif, jendela dan nilai Nisbah Jendela terhadap Dinding (NJD) atau Window to Wall Ratio (WWR), untuk masing-masing orientasi yang berbeda. Nilai luasan yang dimasukkan dalam tabel tersebut harus sesuai dengan gambar.
UTARA Tipe Jendela
Luas Total (m2)
Luas Dinding Masif (m2)
Luas Jendela (m2)
NJD / WWR (%)
SHGC
PMD / OTTV (W/m2)
1 2 SELATAN 1 2 BARAT 1 2 T I M U R N A N
1 2
U G N A B
T O T A L
T A B E L
G N U B U L E S
0 2
Tabel Perhitungan Luas Jendela dan Façade.
17
Catatan: 1.
Masukkan tipe jendela dengan jenis kaca dengan SHGC yang berbeda. Setiap baris untuk satu jenis kaca jendela.
2.
Luas total jendela dibagi dengan Luas total selubung bangunan pada orientasi tertentu.
3.
Masukkan nilai SHGC yang diperoleh dari produk kaca yang digunakan. SHGC = 0.86 SC.
4.
Masukkan nilai PMD/OTTV untuk orientasi tertentu dengan menggunakan grafik kalkulator PMD/OTTV.
5.
Masukkan nilai PMD/TOTAL selubung bangunan dengan menggunakan persamaan:
OTTV Total =
(OTTV1 x A 1) + (OTTV 2 x A 2) + ... + (OTTVi x A i) A1 + A 2 + ... + A i
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
P A N A S Y A N G M A S U K M E L A L U I A T A P P M A A T A U R T T V Panas yang Masuk melalui Atap (PMA) atau Roof Thermal Transfer Value (RTTV) adalah ukuran perolehan panas eksternal yang ditransmisikan melalui satuan luas komponen atap bangunan (W/m 2). RTTV bisanya bukan merupakan masalah kritikal pada bangunan dengan ketinggian sedang dan tinggi, karena luasan atap yang relatif kecil dibandingkan dengan luas total lantai. Disamping itu, bangunan dengan ketinggian sedang dan tinggi biasanya menggunakan atap beton dengan performa thermal (U-value) yang cukup baik. Namun demikian, RTT V biasanya menyumbang beban pendinginan total (cooling load) yang cukup besar pada bangunan mall, warehouse, terminal bandara atau bangunan sejenis dengan luas atap yang relatif besar dibandingkan dengan total luas bangunan. Disamping itu, bangunan bangunan tersebut biasanya menggunakan atap metal (dengan thermal performance/U-value yang jelek) guna mengurangi beban konstruksi N A N U G N A B G N U B U L E S
atap. Oleh karena itu, penggunaan insulasi pada atap metal dapat mengurangi transmisi panas kedalam ruangan secara signi fikan. Skylight atau clerestories pada atap bangunan untuk memasukkan cahaya alam, juga dapat menambah beban pendinginan total (menaikkan nilai RTTV) secara signifikan.
18
G A M B A R
0 8
Atap Metal dan Skylight akan Meningkatkan Transimisi Termal Nilai PMA (RTTV) secara Signifikan8
8
Jatmika Adi Suryabrata, 2016
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
PERHITUNGAN RTTV
Perhitungan PMA (RTTV) wajib menggunakan kalkulator PMA (RTTV) dalam bentuk spreadsheet yang telah disiapkan oleh Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Bandung. Kalkulator PMA (RTTV) ini dikembangkn berdasarkan persamaan yang ada di SNI, denxgan penyerdahanaan agar mudah untuk digunakan. Tata cara penggunaan Kalkulator RTT V dapat dilihat pada Lampiran 5. Kalkulator PMA (RTTV) ini harus dilengkapi dan diserahkan untuk memenuhi salah satu syarat permohonan ijin bangunan.
N A N U G N A B G N U B U L E S
19
G A M B A R
0 9
Contoh Tampilan Layar Kalkulator RTTV
PERHITUNGAN LUAS SELUBUNG BANGUNAN
Nilai PMD (OTTV) dan PMA (RTTV) sangat tergantung dari perhitungan luas selubung bangunan (dinding dan atap), spesi fikasi termal material selubung bangunan, serta orientasi bangunan tersebut. Material kaca, seperti pada jendela atau skylight, akan meneruskan panas jauh lebih besar dibandingk an dengan material masif. Demikian juga material metal (tanpa insulasi) memiliki transmisi panas jauh lebih besar daripada beton. Oleh karena itu, sangat penting untuk menghitung luas masing-masing material yang memiliki properti termal yang berbeda secara akurat.
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
DOKUMEN PENDUKUNG
Perhitungan PMD (OTTV) dan PMA (RTTV) dilakukan apakah desain yang diusulkan sudah memenuhi persyaratan peraturan. Namun demikian, pelaksanaan konstruksi maupun pemeriksaan dilapangan akan tetap menggunakan gambar yang telah telah disetujui oleh pemerintah kota sebagai syarat untuk mendapatkan IMB. Oleh karena itu, nilai luas façade, jendela, serta spesifikasi teknis yang digunakan dalam perhitungan PMD (OTTV) dan PMA (RTTV) harus sesuai dengan gambar kerja dan sebaliknya. Untuk itu, gambar kerja harus memuat spesi fikasi teknis seperti yang digunakan dalam perhitungan. Contoh pencantuman spesifikasi pada tampak dan potongan gambar arsitektural dapat dilihat pada G ambar 11 di bawah. Detail potongan floor to floor selubung bangunan lengkap dengan ukuran dan spesifikasi teknis untuk t iap tipe selubung bangunan juga harus dimasukkan dalam dokumen gambar teknis pengajuan IMB. Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan gambar pengajuan IMB. Jika terjadi perubahan desain atau spesifikasi selubung bangunan selama pelaksanaan konstrukisi, maka perhitungan PMD (OTTV) maupun PMA (RTTV) harus diulang dan merupakan tanggung jawab kontraktor atau konsultan Manajemen Konstruksi (MK) untuk mendapatkan persetujuan kembali dari Pemerintah Kota, melalui SKPD yang membidangi.
N A N U G N A B G N U B U L E S
21
G A M B A R
1 1
Contoh dokumen gambar detail potongan floor to floor yang menunjukkan ukuran dan spesifikasi material selubung bangunan, termasuk SC/SHGC k aca atau tipe kaca yang digunakan 9
9
Contoh gambar untuk pengurusan IMB, BPTSP 2016
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
04
prinsip-prinsip desain P E R P I N D A H A N P A N A S M E L A L U I S E L U B U N G B A N G U N A N Dalam bangunan yang didominasi beban pendinginan eksternal, konsumsi energi untuk sistem HVAC terutama ditentukan oleh perpindahan panas melalui komponen selubung bangunan termasuk: •
Perpindahan panas melalui jendela,
•
Perpindahan panas melalui dinding,
•
Perpindahan panas melalui atap,
•
Laju infiltrasi dan eksfiltrasi melalui retak-retak, bukaan pintu dan jendela
Ada sejumlah prinsip desain yang dapat diterapkan untuk mengurangi perolehan panas melalui selubung bangunan: •
Merancang bentuk dan orientasi bangunan untuk meminimalkan paparan selubung bangunan dari radiasi matahari timur dan barat.
•
Mengurangi transmisi panas melalui jendela dengan mengurangi luas jendela, menyediakan peneduh eksternal yang dirancang secara tepat dan memilih material kaca dengan nilai SHGC atau SC yang rendah.
•
Mengurangi transmisi panas melalui dinding dengan menggunakan insulasi yang memadai.
•
Mengurangi transmisi panas melalui atap dengan memiliki nilai reflektifitas, emisivitas dan insulasi yang lebih tinggi.
•
Mengurangi infiltrasi dan eksfiltrasi dengan menyekat bangunan secara rapat dan mengendalikan bukaan pintu dan jendela.
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
G A M B A R
1 3
700
Rerata tahunan radiasi matahari pada atap horizontal dan dinding vertical Bandung (W/m2)
600 500
) 2 m / W ( 400 i r a h a t 300 a M i s a i d 200 a R
Barat Selatan Timur Utara Horisontal
100 0 1 2 3
4
5 6
7
8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 jam
Untuk menghindari perolehan panas radiasi matahari yang berlebihan, permukaan utama selubung bangunan dengan jendela sedapat mungkin diorientasikan ke Utara dan Selatan. Ini memungkinkan jendela mendapatkan pencahayaan alami dari kubah langit dengan tetap meminimalkan perolehan panas dari radiasi matahari secara langsung. N A N U G N A B
Ruang-ruang servis dan tangga dengan dinding masif dapat diletakk an di sisi Barat dan Timur, sehingga dapat berfungsi se bagai thermal buff er zones.
G N U B U L E S
Dinding dengan masa termal tinggi
24
Sirkulasi
U Tangga Ruang-ruang servis
G A M B A R
1 4
Bentuk bangunan memanjang dari barat ke timur untuk meminimalkan perolehan panas matahari dan memaksimalkan pencahayaan alami pada sisi utara dan selatan. Kiri: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN, Jakarta. Kanan: Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kantor Pusat, Jakarta 10
10
Jatmika Adi Suryabrata, 2016
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Penggunaan material selubung bangunan yang ringan dengan ins ulasi untuk mendapatkan thermal resistance yang baik (mis: aerated concrete) pada arah Barat dan Timur, juga dapat dilakukan untuk mengurangi transmisi panas melalui dinding masif. Bila memungkinkan, pada arah barat dan timur dapat digunakan façade ganda (double façade) dengan menggunakan vertical fins atau tanaman. Façade ganda secara efektif akan mengurangi transmisi panas kedalam bangunan, k arena radiasi matahari akan ditahan sebelum mengenai selubung bangunan. Untuk bangunan rendah, pohon pelindung dapat ditempatkan disisi barat dan timur untuk melindungi selubung bangunan dari radiasi matahari langsung.
N A N U G N A B G N U B U L E S
25 G A M B A R
1 5
Double facade dengan vertical fins (kiri)11 dan vertical greenery (kanan)12
Karena radiasi matahari dari arah Barat dan Timur yang jauh lebih tinggi dari pada dari arah Utara dan selatan, bentuk dan proporsi bangunan akan secara signifikan mempengaruhi perolehan panas dari luar, yang sering disebut dengan OTTV (Overall Thermal Transfer Value). Semakin tinggi OTTV, semakin besar radiasi panas yang ditransmisikan melalui selubung bangunan. Perbandingan perolehan radiasi panas matahari yang direpresentasikan dengan nilai OTTV untuk berbagai bentuk dan orientasi bangunan disajikan pada Gambar 16. Nilai OTTV tersebut adalah untuk bangunan persegi panjang sederhana dengan jendela menerus (SHGC 0.4) dan luas lantai yang sama.
11 12
Gran Rubina Building, Jakarta. PDW Architects http://global.kyocera.com/news/2011/images/0604_hglo.jpg
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Dampak WWR pada penghematan energi (%) untuk berbagai jenis bangunan W W R
Kantor
Retail
Hotel
Rumah Sakit
Apartemen
Bangunan Pendidikan
69% 60%
0.0%
(0.0%)
(0.0%)
50%
1.1%
5.1%
3.1%
40%
2.3%
9.6%
(0.0%)
6.8%
(0.0%)
30%
3.3%
(0.0%)
14.8%
3.8%
10.4%
3.4%
20%
4.4%
0.2%
19.9%
8.0%
13.7%
6.8%
T A B E L
0 3
Dampak WWR pada Penghematan Energi (%) untuk Berbagai Jenis Bangunan (penghematan 0,0% merupakan nilai acuan (base case)) 14
M A T E R I A L
K A C A
Berdasarkan sifat termalnya, material kaca memiliki berbagai karateristik yang berbeda, tergantung dari sifat t ransmisi radiasi matahari (solar transmittance), daya serap radiasi matahari (solar absorptance), daya pantulan radiasi matahari (solar re flectance) dan transmisi cahaya (visible transmittance). Karateristik transmisi termal material kaca diukur dari Nilai-U, untuk konduksi, dan Koefisien Perolehan Panas Matahari (Solar Heat Gain Coeefficient, SHGC) atau Koe fisien Peneduh (Shading Coefficient, SC) untuk radiasi. Dalam hal ini, nilai SHGC = 0.86 SC. Representasi Nilai-U, transmisi cahaya (Visible Transmittance – VT) dan SHGC untuk berbagai tipikal material kaca yang diproduksi secara lokal disajikan pada Tabel 3. Material kaca dengan kinerja lebih baik dengan nilai SHGC rendah yang dapat mencapai 0.2 tersedia secara global. Namun, saat ini, aplikasi tersebut masih sangat terbatas karena tingginya biaya. Sebagai alternatif, lapisan tambahan (offline coatings) yang dapat diaplikasikan oleh industri lokal juga tersedia. Lapisan tambahan yang secara relatif tidak mahal ini dapat menurunkan nilai SHGC hingga mencapai 0.2. Namun perlu diingat bahwa penggunaan kaca reflektif dengan nilai SHGC yang sangat rendah dapat menyebabkan orang tidak dapat melihat pemandangan diluar pada waktu malam hari, saat penerangan dalam ruangan dinyalakan. Oleh karena itu, kaca reflektif dengan SHGC yang sangat rendah mungkin tidak sesuai untuk bangunan yang beroperasi 24 jam (misal apartmen), tetapi masih mungkin untuk digunakan pada bangunan yang beroperasi siang hari (misal kantor).
14
International Finance Corporation (IFC), 2011. Jakarta Building Energy Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
N A N U G N A B G N U B U L E S
27
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Nilai U, Transmisi Cahaya dan Nilai SHGC dari Tipikal Material Kaca KAC A 8mm
TUNG GAL
Nilai-U
Transmisi Visual (%)
SC
SHGC
Bening
4.94
89
0.95
0.82
Berwarna
5.18
55
0.51 – 0.57
0.44 – 0.49
Reflektif
5.18
42 – 48
0.42 – 0.53
0.36 – 0.46
Low-E
4.54
35 – 67
0.40 – 0.69
0.34 – 0.59
T A B E L
0 4
Nilai U, Transmisi Cahaya dan Nilai SHGC dari Tipikal Material Kaca yang Tersedia Secara Lokal di Indonesia.
Untuk iklim Indonesia dengan perbedaan suhu antara ruang dalam dan ruang luar yang relatif kecil, memperbaiki nilai SHGC akan lebih efektif daripada meningkatkan Nilai-U. Dengan kata lain, memiliki kaca ganda untuk mengurangi perolehan panas konduksi melalui jendela biasanya tidak e fisien. Misalnya, mengurangi SHGC dari 0.67 menjadi 0.38 akan mengurangi total konsumsi energi sebesar 8%. Sedangkan menambahkan kaca bening untuk membentuk kaca ganda dengan SHGC yang sama serta menurunkan Nilai-U dari 5.8 menjadi 3.4 hanya akan N A N U G N A B G N U B U L E S
mengurangi total konsumsi energi sekitar 1%. Untuk menunjukan secara jelas dampak signifikan SHGC pada total konsumsi energi, hasil studi simulasi untuk berbagai jenis bangunan dirangkum pada Tabel 4. Untuk semua kasus, Nilai-U dan transmisi visual masing-masing adalah konstan pada nilai 5.8 W/m2 dan 0.7%. Dalam hal ini, SHGC 0.6 adalah kasus dasar (base case).
28
Dampak SHGC pada Penghematan Energi (%) untuk Tipikal Bangunan di Bandung S H G C
Apartemen
Bangunan Pendidikan
Retail
0,8
-4.3%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0,6
0.0%
1.2%
9.9%
4.4%
7.6%
4.6%
0,4
4.5%
1.4%
20.0%
9.8%
15.3%
9.3%
0,2
9.0%
1.7%
30.1%
15.8%
23.2%
13.7%
T A B E L
Hotel
Rumah Sakit
Kantor
0 5
Dampak SHGC pada Penghematan Energi (%) untuk Tipikal Bangunan di Bandung (nilai U 5,8W/m2/k, transmisi visual 0.57).15
15
International Finance Corporation (IFC), 2011. Jakarta Building Energy Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
P E N E D U H
E K S T E R N A L
Peneduh eksternal lebih efektif dalam mengurangi perolehan panas matahari dibandingkan dengan peneduh internal karena dapat menghalangi radiasi matahari sebelum mencapai selubung bangunan. Peneduh eksternal perlu dirancang secara hati-hati agar tidak hanya untuk mengurangi beban pendinginan, tetapi juga untuk menciptakan arsitektur yang estetis, dengan tetap memperhitungkan kinerja pencahayaan alami. Geometri perangkat peneduh harus dirancang sesuai dengan jalur pergerakan matahari, yang meyebabkan rancangan bentuk dan ukuran yang berbeda untuk orientasi yang berbeda. Secara umum, perangkat peneduh horisontal lebih sesuai untuk jendela dengan orientasi Selatan dan Utara di mana sudut datang sinar matahari relatif tinggi. Sirip vertikal dapat efektif mengahalau radiasi matahari dengan sudut datang rendah pada jendela yang berorientasi kearah Timur dan Barat. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, diagram jalur matahari (sun path diagram) sebaiknya digunakan untuk pengembangan rancangan perangkat peneduh. N A N U G N A B G N U B U L E S
29
G A M B A R
1 7
Contoh Aplikasi Sirip Vertikal (kiri atas)16, Peneduh Horisontal (kanan atas) 17, dan Fasade Ganda Eggcrate (bawah)18
16,17,18
Jatmika Adi Suryabrata, 2016
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Pengaruh perangkat peneduh eksternal pada potensi penghematan energi untuk berbagai jenis bangunan telah dipelajari dengan menggunakan simulasi komputer. Sebagai kasus dasar (base case) adalah jendela tanpa peneduh untuk kantor, retail, hotel dan rumah sakit; dan peneduh horisontal 300 mm untuk apartemen dan sekolah. Selain itu, kasus dasar WWR untuk hospital dan bangunan pendidikan adalah 40%, untuk retail adalah 30%, sedangkan untuk tipe bangunan lainnya adalah 60%. Perbedaan karateristik kasus dasar untuk tipe bangunan yang berbeda ini sesuai dengan karateristik bangunan eksisting di Bandung. Oleh karena itu, penghematan energi melalui penggunaan perangkat peneduh eksternal untuk apartemen dan sekolah menjadi lebih kecil karena luasan jendela yang lebih kecil pada kedua tipe bangunan tersebut. Keefektifan perangkat peneduh horizontal tidak ditentukan oleh bentuk peneduh tersebut, tetapi oleh sudut bayangan vertikal ( Vertical Shadow Angle – VSA). Ada banyak cara untuk mendapatkan VSA yang sama, misalnya dengan menggunakan overhang horisontal tunggal, pergola, overhang horisontal ganda dengan ukuran kedalaman yang lebih kecil, N A N U G N A B G N U B U L E S
30
seperti ditunjukkan pada Gambar 18.
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
G A M B A R
1 8
Jenis Peneduh Eksternal Generik: Overhang dan Potensi Penghematan Energi 19
VSA o
Bangunan Pendidikan
N A N
Apartemen
N A B
U G
Rumah Sakit
G N U B U L E S
Hotel Retail
31
Kantor 0
5
10
15
20
Penghematan Energi (%) 70 o VSA
19
50 o VSA
International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
G A M B A R
1 9
Jenis Peneduh Eksternal Generik: Sirip Vertikal (atas) dan Eggcrate (bawah) dan Potensi Penghematan Energi 20
HSA o
HSA o
Bangunan Pendidikan Apartemen Rumah Sakit N A N
Hotel
U G
Retail
N A B
Kantor
G N U B U L E S
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Penghematan Energi (%) 70 o HSA
50 o HSA
32
Bangunan Pendidikan Apartemen Rumah Sakit Hotel Retail Kantor 0
5
10
15
20
25
30
Penghematan Energi (%) 70 o HSA & VSA
20
50 o HSA & VSA
International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Seperti digambarkan oleh hasil simulasi di atas, perangkat peneduh eksternal sangat efektif mengurangi beban pendinginan dari jendela, di mana sekitar 10% penghematan energi bisa didapatkan melalui penggunaan shading peneduh horisontal. Efektivitas peneduh bervariasi tergantung pada WWR, orientasi dan pemilihan material kaca. Secara umum, penghematan energi yang lebih tinggi melalui peneduh dapat dicapai untuk kasus bangunan yang memiliki WWR dan SHGC yang tinggi. Oleh karena itu, perancangan sistem fenestrasi atau jendela harus dilakukan secara komprehensif untuk mencakup semua kemungkinan strategi agar mendapatkan hasil yang terbaik.
G A M B A R
2 0
Pengurangan Transmisi Panas dengan Peneduh Horisontal21
38,07
25,34
U 3 5 , 1 5
B
21,24
U T
2 2 , 8 4
8 5 , 8 3
B
U T
1 5 , 6 3
8 7 , 3 3
B
T
S
S
S
27,51
20,07
18,81
4 1 , 2 3
N A N U G N A B
Tanpa Peneduh Total Transmis i Panas = 41,33 W/m 2
Peneduh 60 cm Total Transmis i Panas = 30,13 W/m 2
Peneduh 90 cm Total Transmis i Panas = 26,50 W/m 2
R E F L E K T O R C A H A Y A L I G H T S H E L F Re flektor cahaya (lightshelf ) adalah elemen horisontal yang membagi jendela menjadi dua bagian. Jendela bagian atas untuk pencahayaan alami dan jendela bagian bawah untuk pandangan (vision) Selain berfungsi sebagai peneduh jendela bagian bawah, reflektor cahaya tersebut juga berfungsi untuk memantulkan cahaya matahari yang datang dari bagian atas jendela untuk membantu penetrasi pencahayaan alami kedalam ruangan yang jauh dari jendela. Kaca di atas reflektor perlu memiliki VT ( Visible Transmittance) yang lebih tinggi, sedangkan kaca di bawah reflektor bisa memiliki SGHC dan VT yang lebih rendah. Ini akan mengoptimalkan penetrasi cahaya tanpa menyebabkan panas yang berlebihan. Guna mendapatkan distribusi pencahayaan alami yang lebih baik, permukaan atas re flektor serta langit-langit ruangan harus memiliki daya pantul (reflectance) yang tinggi. Diskusi lebih lanjut mengenai reflektor cahaya disajikan di Bagian Pencahayaan. 21
Rachmat Syahrullah, 2012. Unpublished thesis, Department of architecture and Planning, Gadjah Mada University
G N U B U L E S
33
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
G A M B A R
2 1
Contoh Kinerja Tipikal Reflektor Cahaya (Lightshelf) 22
6.00 m
6.00 m
350 lux Tanpa Peneduh Total Transmis i Panas = 47,44 W/m 2
350 lux Overhang Total Transmis i Panas = 31,93 W/m 2
6.00 m
350 lux Reflektor Cahaya Total Transmis i Panas = 33,01 W/m 2
Gambar 22 menunjukkan kinerja reflektor cahaya yang dapat mendistribusikan pencahayaan alami secara lebih merata dan lebih dalam dengan memantulkan cahaya dari langit-langit ruangan. Langitlangit dekat jendela yang lebih terang juga bisa mengurangi sensasi silau karena berkurangnya kontras antara permukaan interior/langit-langit dan lingkungan luar. N A N U G N A B G N U B U L E S
34
G A M B A R
2 2
Aplikasi Reflektor Cahaya (Lightshelf) 23
22
23
Rachmat Syahrullah, 2012. Unpublished thesis, Department of architecture and Planning, Gadjah Mada University Jatmika Adi Suryabrata, 2016
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
P E N E D U H
I N T E R N A L
Peneduh internal (tirai, gorden) menahan radiasi matahari setelah melewati jendela kaca dan mencegah terjadinya radiasi matahari yang langsung mengenai penghuni dan bagian interior yang lebih dalam. Namun, peneduh internal tidak seefektif peneduh eksternal dalam mengurangi beban pendinginan. Hal ini disebabkan radiasi panas tersebut sudah terlanjur masuk ke dalam ruangan melalui kaca jendela serta diradiasikan dan dikonveksikan di dalam ruang, yang akhirnya menjadi beban pendinginan bagi sistem HVAC. Warna terang dari peneduh internal dengan lapisan reflektif lebih efektif daripada warna gelap, karena lebih banyak panas dapat dipantulkan kembali keluar melalui kaca jendela.
G A M B A R
2 3
Kinerja Termal Sistem Fenestrasi
N A N U G
Tanpa Peneduh Panas yang diserap diradiasi ulang dan dikonveksi ke interior dan menjadi sumber utama beban pendinginan dan ketidaknyamanan termal Total Transmis i Panas = 47,44 W/m 2
Peneduh Internal Panas radiasi ulang terjebak dan akhirnya dikonveksikan di interior dapat meningkatkan kenyamanan termal
Peneduh Eksternal Panas radiasi ulang dikonveksikan keluar; meningkatkan kenyamanan termal dan mengurangi beban pendinginan
Total Transmis i Panas = 24,14 W/m 2
Total Transmis i Panas = 20,08 W/m 2
Peneduh internal pada umumnya bisa diatur sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan individual dari penghuni dan tersedia dengan berbagai desain dan warna sehin gga dapat dipadupadankan dengan rancangan elemen interior lainnya. Dari segi desain, peneduh internal dapat dibedakan sebagai peneduh rol (roller shades), tirai horisontal (horizontal blinds), tirai vertikal (vertical blinds) dan gorden. Di antara semua itu, tirai horisontal memiliki kinerja yang lebih baik dengan memantulkan cahaya matahari ke langit-langit untuk meningkatkan kinerja pencahayaan alami ke bagian interior yang letaknya jauh dari jendela. Masalah utama peneduh internal yang dioperasikan secara manual adalah bahwa pengguna jarang mengatur bukaan tirai se suai dengan pergerakan matahari (misalnya membuka kembali tirai ketika tidak silau atau panas). Karena tirai yang ditutup juga mengurangi kinerja pencahayaan alami, hal ini dapat menyebabkan konsumsi energi yang jauh lebih tinggi untuk sistem pencahayaan.
N A B G N U B U L E S
35
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Untuk menghindari masalah tersebut, penghuni bangunan perlu diberi pengertian untuk menutup dan membuka tirai sesuai dengan kebutuhan penghuni serta intensitas radiasi matahari. Alternatif lainnya adalah dengan menggunakan tirai otomatis yang dapat beroperasi sesuai dengan intensitas cahaya dan radiasi matahari. Pengoperasiannya, dapat diatur dengan sensor atau kendali jarak jauh.
D I N D I N G Dinding bangunan umumnya terdiri atas beberapa lapisan material dengan ketebalan dan sifat termal yang berbeda. Gabungan nilai konduktansi (k) dan nilai resistensi (R) dari setiap lapisan bahan menentukan sifat termal keseluruhan dari dinding tersebut yang dapat direpresentasikan dengan Nilai-U. Semakin rendah Nilai-U semakin baik karena transfer termal yang lebih rendah. Korelasi antara konduktansi (k), resistensi (R) dan Nilai-U dapat dilihat pada persamaan berikut: Korelasi antara konduktansi (k), resistensi (R) dan
R=
Nilai-U dapat dilihat pada persamaan berikut: N A N U G N A B G N U B U L E S
36
t k
; NilaiU =
1 R1 + R2 +... Rn
Konstruksi bata dari tanah liat atau blok beton aerasi (Autoclaved Aerated Concrete – AAC) dengan plester di kedua sisi adalah aplikasi yang umum diterapkan untuk konstruksi dinding di Indonesia. Ini banyak digunakan, terutama untuk bangunan bertingkat rendah, karena harga konstruksi yang relatif murah. Belakangan ini, panel beton pracetak (precast) juga banyak digunakan untuk menggantikan konstruksi bata, terutama untuk bangunan tinggi. Dalam hal perpindahan panas, penggunaan dinding bata atau panel beton umumnya sudah cukup karena perbedaan suhu luar ruangan – dalam ruangan yang relatif kecil. Oleh karena itu, menambahkan lapisan insulasi pada dinding bata untuk menahan panas menjadi tidak efektif dari sisi biaya. Konstruksi selubung bangunan lain yang umum diterapkan adalah dinding tirai (curtain wall) dengan panel kaca dan panel masif yang ringan (misalnya panel komposit aluminium). Dari sisi k arakteristik termalnya, dinding tirai sangat rentan terhadap perpindahan panas. Oleh karena itu, penambahan lapisan insulasi sangat penting untuk meningkatkan kinerja termal selubung bangunan tersebut. Penerapan selubung masif dengan Nilai-U yang lebih rendah adalah lebih baik dibandingkan dengan dinding kaca tirai. Selubung masif tidak hanya secara signifikan mengurangi transmisi panas dan beban pendinginan, tetapi juga menurunkan Mean Radiant Temperature (MRT ) di dalam ruang. MRT adalah suhu rata-rata permukaan material yang melingkupi suatu ruangan (misal: dinding, lantai, langit-langit, meja dll). Semakin rendah nilai MRT, semakin baik. Bersama-sama dengan suhu udara, MRT mempengaruhi tingkat kenyamanan termal dalam bentuk “suhu operatif ” (Operative Temperature), yang merupakan nilai rata-rata suhu udara dan MRT.
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Seperti ditunjukan pada Gambar 24, permukaan bagian dalam dari kaca jendela dapat mencapai suhu jauh lebih tinggi diban dingkan dengan suhu permukaan dinding bata. Oleh karena itu, meskipun suhu udara pada sebuah ruangan berada dalam zona nyaman (misalnya 25 C), suhu operatif yang dihasilkan bisa lebih tinggi (misalnya 28C) jika selubung bangunan didominasi jendela kaca. Dengan kata lain, meskipun pengukuran suhu udara menunjukkan 25 C, orang akan merasa seperti 28C. Dalam kasus ini, suhu udara harus diatur lebih rendah (misalnya 22-23C) untuk mencapai standar tingkat kenyamanan termal. Hal ini berakibat pada konsumsi energi yang lebih tinggi.
G A M B A R
2 4
Perbandingan Suhu Permukaan untuk Material Kaca dan Dinding Bata
Orientasi Tanggal
Luar Ruang
Dalam Ruang
Luar Ruang
Dalam Ruang
Luar Ruang
Dalam Ruang
33 oC
25 oC
33 oC
25 oC
33 oC
25 oC
: Dinding Barat : 09/2 3 16:00: 00
46,1oC di Permukaan Dalam
1 Kaca SHGC 0,4 2 Plester + Bata +
1
3
42,2oC di Permukaan Dalam
36,6oC di Permukaan Dalam
1
U G
Plester 3 Peneduh 90 cm
2
N A N
2
2
N A B G N U B U L E S
Barat
46,1oC
42,2oC
36,6oC
Utara
35,6oC
33,9oC
32,1oC
Timur
47,4oC
40,8oC
35,8oC
Selatan
34,1oC
34,1oC
32,2oC
A T A P Pada bangunan berlantai tunggal atau rendah dengan bidang atap yang luas, atap dapat menjadi sumber utama perolehan panas sebuah bangunan. Untuk meminimalkan kenaikan panas melalui atap, bahan dengan reflektifitas dan emisivitas tinggi harus dipilih. Karena bahan atap biasanya memiliki Nilai-U tinggi (transmisi panas tinggi), penambahan lapisan insulasi dapat mengurangi beban pendinginan secara signifikan. Memiliki atap dengan re flektifitas dan emisivitas tinggi juga akan mengurangi fenomena urban heat island.
37
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Sebagai alternatif, “atap hijau” (green roof ) bisa diterapkan untuk mengurangi transmisi panas melalui atap. Meskipun Nilai-U atap hijau sulit untuk ditentukan, atap hijau tetap memiliki sifat termal yang sangat baik karena lapisan konstruksinya yang tebal. Nilai-U atap hijau sangat bervariasi tergantung pada lapisan konstruksi, kadar air, dan jenis tanaman. Atap hijau juga mengurangi fenomena urban heat island karena sebagian besar radiasi matahari yang jatuh ke atap akan diserap oleh tanaman untuk penguapan dan transpirasi. Perpindahan panas melalui atap, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Panas yang Masuk melalui Atap PMA), atau Roof Thermal Transfer Value (R TTV), seperti dijelaskan di SNI 03-6389 tentang Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung.
G A M B A R
2 5
Atap Hijau (kiri) dan Atap Logam dengan Lapisan Insulasi (kanan)
Tanaman
Media untuk tumbuh
N A N
Filter bulu
U G N A B
Lapisan drainase
G N U B U L E S
Membran yang cocok untuk waterpooling Lempengan beton
38
Lempengan metal Profield Lembaran Earthwool Factory Clad Lapisan pengontrol uap air Lempengan metal Profield Rel dan braket
Secara umum kinerja termal bahan bangunan dinyatakan dalam Nilai-U. Nilai-U (atau Faktor-U) adalah koefisien perpindahan panas keseluruhan yang menggambarkan seberapa baik suatu bahan bangunan bahan dapat menahan panas. Nilai-U mengukur laju perpindahan panas melalui elemen bahan bangunan dalam luasan tertentu, di bawah kondisi standar. Semakin kecil Nilai-U, semakin baik bahan bangunan tersebut mengurangi transmisi panas.
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Gambar 26 menunjukkan hasil studi simulasi yang mengungkapkan dampak signi fikan penggunaan lapisan insulasi pada atap beton dan metal untuk menurunkan transmisi panas. Perlu diingat, bahwa atap (permukaan horisontal) menerima radiasi matahari jauh lebih tinggi daripada dinding (permukaan vertikal). Oleh karena itu, konstruksi atap dengan k inerja termal yang lebih baik (nilai U lebih rendah) sebaiknya digunakan, karena keefektifannya dalam mengurangi beban pendinginan udara. Seperti diilustrasikan pada Gambar 26, menambahkan 40 mm lapisan insulasi di bawah atap beton mengurangi transmisi panas secara signifikan dari 23.58 W/m2 menjadi hanya 4.10 W/m2 . Lapisan insulasi memiliki efek jauh lebih besar untuk lembaran atap logam, di mana transmisi panas berkurang dari 88.75 W/m2 menjadi 13.94 W/m2. Demikian pula, penambahan lapisan insulasi pada konstruksi dinding tirai pada panel komposit Aluminium dengan panel gipsum, akan mengurangi transmisi panas lebih dari 50%.
G A M B A R
2 6
Contoh Bahan Selubung Bangunan dan Transmisi Panasnya ( W/m2)
Atap Beton 120 mm
N A N U G
Nilai-U Transmisi panas rata-rata
Tanpa insulasi 2,410
Insulasi 40 mm 0,557
23,58 W/m 2
4,10 W/m 2
N A B G N U B U L E S
Atap Logam
Nilai-U Transmisi panas rata-rata
Nilai-U Transmisi panas rata-rata
39
Tanpa insulasi 5,306
Insulasi 40 mm 0,638
Insulasi 100 mm 0,275
88,75 W/m 2
13,94 W/m 2
5,72 W/m 2
Panel Komposit Alumunium (ACP)
ACP + ruang kosong + papan gipsum
ACP + ruang Plester + bata + kosong + papan beton aerated gipsum + insulasi + plester + papan gipsum
6,674
2,779
0,529
1,039
43,70 W/m 2
24,74 W/m 2
11.70 W/m 2
11.83 W/m 2
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
I N F I L T R A S I In filtrasi adalah bocornya udara eksternal ke dalam gedung secara tidak disengaja. Hal ini bisa terjadi melalui retak-retak yang terjadi pada dinding, atap, atau pintu dan jendela. Hal ini juga bisa terjadi melalui pintu dan jendela luar yang dibiarkan terbuka. Kebocoran udara ini dapat diperburuk oleh angin, tekanan udara negatif dari bangunan, dll. Infiltrasi dapat meningkatkan konsumsi energi beban pendinginan di Bandung, karena udara yang masuk harus didinginkan dan kelembabannya dikurangi. Jika interior bangunan bertekanan positif, udara interior bisa mulai bocor keluar. Hal ini dikenal sebagai eksfiltrasi. In filtrasi dan eksfiltrasi tidak hanya terjadi melalui selubung bangunan yang memisahkan ruang dalam dan ruang luar, tetapi juga antara ruangan ber-AC dan ruangan tidak ber-AC (misalnya tangga) didalam gedung. Di Indonesia, pelaksanaan konstruksi belum memperhatikan “kerapatan” selubung bagunan untuk menghindari kebocoran udara. Oleh karena itu, selain memastikan semua keretakan dapat tertutup N A N U G
rapat, penghuni bangunan juga harus dilatih untuk menutup semua jendela dan pintu luar jik a tidak digunakan.
N A B G N U B U L E S
40
G A M B A R
2 7
Infiltrasi dan eksfiltrasi melalui bukaan jendela dan retak-retak 24
24
Jatmika Adi Suryabrata, 2016
PANDUAN PENGGU NA BANGUNA N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
S T U D I
K A S U S
Salah satu contoh aplikasi desain pasif yang secara komprehensif diterapkan guna penghematan energi adalah rancangan desain pasif pada Gedung Utama Kemeterian Pekerjaan Umum, di Jakarta. Selubung bangunan gedung ini dirancang untuk mengurangi radiasi matahari dan mengoptimalkan pencahayaan alami. Penghematan energi secara signifikan tercapai melalui konfigurasi bentuk dan orientasi bangunan serta desain selubung bangunan (rasio Jendela-Dinding – WWR 45%, penggunaan kaca reflektif serta peneduh eksterior) untuk menghindari radiasi panas matahari dari timur dan barat, namun tetap memungkinkan masuknya pencahayaan alami melalui jendela yang terletak disisi utara dan selatan bangunan. Kinerja pencahayaan alami ditingkatkan dengan dengan penggunaan reflektor (lightshelves) dan sensor cahaya yang diintegrasikan dengan pencahayaan buatan. Disamping itu, water cooled chiller dengan performa (Coefficient of Performance) yang tin ggi dan dilengkapi den gan VSD dan VAV dipilih untuk lebih menghemat energi. Dengan Indeks Konsumsi Energi (IKE) kurang dari 140 kWh/m2/ th, bangunan ini mampu menghasilkan penghematan energi lebih dari 40% dibandingkan dengan gedung kantor di Jakar ta pada umumnya. Bangunan ini menerima sertifikasi Platinum dari Green Building Council
N A N U G N A B
Indonesia.
G N U B U L E S
41
G A M B A R
2 8
Penerapan desain pasif pada Gedung Utama, Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
GEDUNG HIJAU BANDUNG
Bentuk Bangunan dan Orientasi Rencana blok semula: Bidang lebih luas dari bangunan berorientasikan timur dan barat
Bentuk bangunan modifikasi: 1. Bentuk bangunan tipis 2. Mengurangi paparan permukaan dari ruang kerja terhadap matahari timur dan barat 3. Mengorientasikan jendela jendela ke utara dan selatan
Selubung Bangunan, Peneduh dan Cahaya Siang
1. Stopsol dark blue + insulasi 2. Reflektor cahaya untuk distribusi cahaya siang lebih baik 3. Bentangan bangunan yang sempit 4. Partisi interior yang bening
N A N U G N A B G N U B U L E S
OTTV = 28,1 W/m2
42
Udara kembali
Re flektor cahaya
Insulasi termal
G A M B A R (lanjutan)
2 8
Penerapan Desain Pasif pada Gedung Utama, Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta
L A M P I R A N
VOL 1 SELUBUNG BANGUNAN
lampiran N A N U G N A B G N U B U L E S
43
L A M P I R A N
A PM LL A M I R P A NI
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Solar Kota Bandung R1 A N Tabel Tabel Solar FactorFactor Kota Bandung 1
Orientasi
Utara
Timur Laut
Timur
Tenggara
Selatan
Barat Daya
Barat
SF BANDUNG *
132.69
146.03
150.18
119.90
98.00
122.83
154.88
Barat Laut 149.67
Atap 303.69
* Faktor Matahari (Solar factor) ini didapat dari data sintesis iklim Bandung.
Nilai Solar Factor pada tabel di atas digunakan utuk menghitung PMD (OTTV ) dan PMA (RTTV) dengan menggunakan persamaan yang ada dalam SNI 036389
A PM LL A M I R P A NI
N A N U G N A B G N U B U L E S
44
r ) e m p q s a t / h a r - W a ( t a m a R J r ) e m p q l / s a h m i s W k ( a m a M J l / a h t o W T ( ) a t i r m a a q r - H s a t r a e R p a t m a a ) r x - J u a l t r ( a e p R r e ) p C o a t ( a n r a - l a u t B a R
degrees (o)
R1 A N 2
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Radiasi Horisontal Global
372
344
418
461
461
459
489
509
462
429
381
332
Radiasi Normal Langsung
244
220
276
299
307
340
402
350
296
251
243
154
Radiasi Difusi
203
183
212
235
240
227
212
253
233
236
197
219
Radiasi Horisontal Global
1145
1114
1164
1159
1017
954
970
970
1084
1146
1138
1160
Radiasi Normal Langsung
1069
995
1051
1031
990
973
962
964
994
1044
1051
1055
Radiasi Difusi
1069
995
1051
1031
990
973
962
964
994
1044
1051
1055
Radiasi Horisontal Global
4180
3831
4485
4499
4426
4386
4640
4884
4726
4849
4321
3752
Radiasi Normal Langsung
2892
2539
3142
3267
3176
3400
3874
3515
3275
2919
2845
1785
Radiasi Difusi
2289
2053
2281
2288
2326
2191
2066
2459
2387
2690
2259
2482
Pencahayaan Horisontal Global
424
393
477
526
523
519
549
570
520
485
434
380
Pencahayaan Normal Langsung
231
215
269
297
285
316
390
317
274
238
235
143
Suhu Bohlam Kering
26
26
26
26
26
26
25
26
26
27
26
26
Suhu Titik Embun
22
22
22
23
22
22
21
21
21
22
22
22
Kelembapan Relatif (%)
81
80
79
82
81
81
77
75
77
75
78
78
Arah Angin (Moda per Bulan)
260
270
250
180
60
60
80
180
180
160
250
270
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
Kecepatan Angin m/s
(oC)
DataSolar Iklim Bandung Tabel Factor Kota Bandung
(Rata-rata per Bulan) Suhu Permukaan (Rata-rata per Bulan 1 Kedalaman)
L A M P I R A N
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Diagram Suhu Kisaran
D I A G R A M 1
30
25
LEGENDA 20
Tercatat tinggi Rancangan tinggi Rata-rata tinggi Menengah Rata-rata rendah Rancangan rendah
15
Tercatat rendah 10
Zona Nyaman
D I A G R A M 2
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Ags
Sep
Okt
Nov Des
Tahunan
N A N
Diagram Kelembapan Rata-Rata
U G N A B
0 a.m 2 a.m 4 a.m Matahari Terbit
6 a.m 8 a.m 10 a.m 12 siang
LEGENDA
2 p.m
0%
<20
4 p.m
0%
20-40
3%
40-60
15%
60-80
81%
>80
Matahari Tenggelam
6 p.m 8 p.m 10 p.m Jan
Feb Mar
Apr Mei Juni Juli
Ags Sep Okt
Nov Des
12 p.m
G N U B U L E S
45
L A M P I R A N
D I A G R A M 3
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Diagram Kisaran Radiasi
16000 15000 14000 13000 12000
Total harian Hanya pada siang hari LEGENDA Tercatat tinggi Menengah Tercatat rendah
11000 10000 9000 8000 7000 6000
N A N
5000 TERCATAT
U G N A B G N U B U L E S
46
Normal langsung Horizontal Global Total Permukaan
4000 3000 2000 1000 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Tahunan
L A M P I R A N
L A M P I R A N 3
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Kalkulator Grafis PMD (OTTV) Nilai OTTV untuk WWR Dinding Utara
OTTV (W/m2)
WWR
160 150 140 130 120 110
70%
100 60% 90 80
50%
N A N U G N A B
70 40% 60 50
30%
40 20% 30 20
10%
10 0% 0 0,2
0,3
0,4
0,5
0,6 SHGC
SHGC = 0.86 x SC
0,7
0,8
0,9
G N U B U L E S
47
L A M P I R A N
L A M P I R A N 3
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Kalkulator Grafis PMD (OTTV) Nilai OTTV untuk WWR Dinding Barat
OTTV (W/m2)
WWR
160 150 140 130
70%
120 60%
110 100 N A N U G N A B G N U B U L E S
50%
90 80
40% 70 60
30%
48
50 40
20%
30 10%
20 10
0% 0 0,2
0,3
0,4
0,5
0,6 SHGC
SHGC = 0.86 x SC
0,7
0,8
0,9
L A M P I R A N
L A M P I R A N 3
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Kalkulator Grafis PMD (OTTV) Nilai OTTV untuk WWR Dinding Selatan
OTTV (W/m2)
WWR
160 150 140 130 120 110 100 90 70% 80 60% 70 50%
60 50
40%
40
30%
30
20%
20 10% 10 0% 0 0,2
0,3
0,4
0,5
0,6 SHGC
SHGC = 0.86 x SC
0,7
0,8
0,9
N A N U G N A B G N U B U L E S
49
L A M P I R A N
L A M P I R A N 3
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Kalkulator Grafis PMD (OTTV) Nilai OTTV untuk WWR Dinding Timur
OTTV (W/m2)
WWR
160 150 140 130 70% 120 110
60%
100 N A N U G N A B G N U B U L E S
50
90
50%
80 40%
70 60
30%
50 40
20%
30 10%
20 10
0% 0 0,2
0,3
0,4
0,5
0,6 SHGC
SHGC = 0.86 x SC
0,7
0,8
0,9
L A M P I R A N
L A M P I R A N 3
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Kalkulator Grafis PMD (OTTV) Nilai OTTV untuk WWR Dinding Timur Laut
OTTV (W/m2)
WWR
160 150 140 130 120
70%
110 60%
100 90
50%
N A N U G
80
N A B
40%
70 60
30%
G N U B U L E S
51
50 40
20%
30 10%
20 10
0% 0 0,2
0,3
0,4
0,5
0,6 SHGC
SHGC = 0.86 x SC
0,7
0,8
0,9
L A M P I R A N
L A M P I R A N 3
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Kalkulator Grafis PMD (OTTV) Nilai OTTV untuk WWR Dinding Barat Laut
OTTV (W/m2)
WWR
160 150 140 130 70% 120 110 60% 100 N A N U G N A B G N U B U L E S
90
50%
80 40%
70 60
30%
52
50 40
20%
30 10%
20 10
0% 0 0,2
0,3
0,4
0,5
0,6 SHGC
SHGC = 0.86 x SC
0,7
0,8
0,9
L A M P I R A N
L A M P I R A N 3
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Kalkulator Gra fis PMD (OTTV) Nilai OTTV untuk WWR Dinding Barat Daya
OTTV (W/m2)
WWR
160 150 140 130 120 110 70%
100 90
60%
N A N U G N A B
80 50% 70 40%
60
G N U B U L E S
53
50
30%
40 20% 30 20
10%
10 0% 0 0,2
0,3
0,4
0,5
0,6 SHGC
SHGC = 0.86 x SC
0,7
0,8
0,9
L A M P I R A N
L A M P I R A N 3
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Kalkulator Grafis PMD (OTTV) Nilai OTT V untuk WWR Dinding Tenggara
OTTV (W/m 2)
WWR
160 150 140 130 120 110 70%
100 N A N U G N A B G N U B U L E S
54
90 60% 80 50%
70
40%
60 50
30% 40 20%
30 20
10%
10 0% 0 0,2
0,3
0,4
0,5
0,6 SHGC
SHGC = 0.86 x SC
0,7
0,8
0,9
L A M P I R A N
L A M P I R A N 4
PETUNJUK UMUM
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Petunjuk Penggunaan Kalkulator Spreadsheet PMD (OTTV)
1.
Setiap form hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) bangunan.
2.
Form memiliki format .xlsx dimana format tersebut dapat dioperasionalkan menggunakan Microsoft Excel (direkomendasikan untuk menggunakan versi 2010 keatas.
1 Set Form terdiri dari 9 sheet excel. •
Sheet 1-8 : Detil perhitungan OTTV untuk setiap orientasi (8 Orientasi)Setiap sheet mewakili satu orientasi fasad sesuai dengan nama yang tertulis pada label sheet tersebut. Contohnya, sheet “utara” digunakan hanya untuk mendefinisikan fasad yang berorientasi ke arah utara.
•
Sheet 9 : Summary Sheet ini berisikan kesimpulan dari perhitungan OTTV 8 orientasi selubung bangunan (sheet 1-8). Pada sheet inilah OTT V akan dinilai apakah memenuhi persyaratan atau tidak. (bukan OTTV dari disetiap orientasi)
Note: Perhitungan OTTV hanya diberlakukan untuk area selubung bangunan dari ruang yang dikondisikan (AC).
N A N U G N A B
PETUNJUK PENGISIAN
ISILAH KOLOM-KOLOM YANG TERSEDIA (HANYA WARNA PUTIH DAN ORANGE), BERDASARKAN PETUNJUK BERIKUT: •
•
Untuk kolom dengan warna Putih, isilah secara spesifik (diketik) sesuai dengan spesifikasi desain bangunan (gunakan titik sebagai “koma” untuk menunjukan nilai dalam bentuk desimal) Untuk kolom dengan warna Orange, isilah dengan cara memilih salah satu pilihan yang disediakan melalui dropdown menu yang ada pada kolom tersebut.
G N U B U L E S
55
L A M P I R A N
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
1. SHEET 1 8. PERHITUNGAN OTTV UNTUK SE TIAP ORIENTASI Data selubung bangunan (dinding dan jendela/kaca) harus dimasukkan untuk setiap orientasi yang berbeda. Pilihlah “sheet” orientasi yang paling dekat dengan orientasi (arah hadap) selubung bangunan yang ak an dihitung. Setiap “sheet” mewakili satu orientasi selubung bangunan.
G A M B A R
0 1
Tampilan layar untuk setiap orientasi selubung bangunan
N A N U G N A B G N U B U L E S
Bagian I
56
Identifikasi Spesifikasi Dinding Exterior 1.
Jumlah Tipe Konstruksi Dinding Pilih jumlah tipe kontruksi dinding yang digunakan (minimum 1, maximum 4)
G A M B A R
0 2
Tampilan layar isian 1: Jumlah Tipe Konstruksi Dinding
L A M P I R A N
2.
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Tabel 1 : Tipe Konstruksi Dinding Tipe Konstruksi Dinding •
Pilih tipe konstruksi dinding yang digunakan, pada kolom yang disediakan. Jumlah tipe konstruksi dinding tersebut harus sesuai dengan angka yang dipilih pada kolom “jumlah tipe konstruksi dinding”. Apabila ada dua tipe konstruksi dinding yang digunakan pada façade tersebut: concrete wall dan curtain glass wall dengan back panel, maka pilihlah “2”.
•
Apabila desain bangunan tidak menggunakan salah satu dari tipe konstruksi yang disediakan, maka pilihlah salah satu konstruksi dengan karakteristik yang paling mendekati. Misal untuk Glass Block, bisa digunakan brick wall, karena sifat thermal yang mirip.
•
Finishing dinding tidak berpengaruh banyak pada OTTV, sehingga bisa diabaikan.
G A M B A R
0 3
Tampilan layar isian 2 - Tabel 1: Tipe Konstruksi Dinding
N A N U G N A B G N U B U L E S
57
Bagian II
Identifikasi Spesifikasi Sistem Fenestrasi Exterior 1.
Tabel 2 : Tipe Konstruksi Sistem Fenestrasi Pada tabel ini, tipe konstruksi fenestrasi diidentifikasikan berdasarkan spesifikasi termal material kaca dan spesi fikasi elemen peneduh luar. •
Nama Isilah dengan nama konstruksi sistem fenestrasi Contoh : “Single Glass Clear 8mm”
•
SHGC Isilah dengan angka yang menunjukan nilai SHGC dari konstruksi bukaan yang digunakan Contoh : “0.8”
•
U Value (W/m 2-K) Isilah dengan angka yang menunjukan nilai U Value dari konstruksi bukaan yang digunakan Contoh : “5.8”
L A M P I R A N
•
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Peneduh Luar Pilih salah satu dari 2(dua) pilihan yang tersedia ; “yes” atau “no” -
Pilih “Yes”jika mengunakan elemen peneduh luar.
-
Pilih “No” jika tidak menggunakan elemen peneduh luar.
•
Nama bisa dimasukkan sesuai dengan kode/spesifikasi dalam gambar kerja untuk mudah diingat.
•
Apabila pada façade bangunan hanya menggunakan satu jenis kaca, maka cukup satu tipe konstruksi fenestrasi yang dimasukkan, meskipun memiliki luasan (ukuran) yang berbeda.
•
Apabila pada satu façade bangunan menggunakan lebih dari satu tipe kaca, maka masing-masing tipe kaca dengan spesifikasi yang berbeda harus dimasukkan.
•
Apabila pada satu façade bangunan menggunakan satu jenis/ spesifkasi kaca, tetapi satu menggunakan peneduh dan satu tidak, maka masing-masing konstruksi sistem fenestrasi tersebut bersifat unik dan harus dimasukkan secara terpisah.
N A N U G N A B
G A M B A R
0 4
Tampilan layar isian 3 - Tabel 2: Tipe Konstruksi Sistem Fenestrasi
G N U B U L E S
58
•
Kode Spesifikasi Peneduh Luar Kolom ini diisi hanya jika tipe konstruksi bukaan menggunakan elemen peneduh luar. Pilih Kode Tipe Peneduh Luar berdasarkan input spesifikasi pada tabel 3 (untuk peneduh horisontal) , tabel 4 (untuk peneduh vertikal), dan tabel 5 (untuk peneduh eggcrate). -
“SH” menunjukan elemen peneduh horizontal
-
“SV” menunjukan elemen peneduh vertical
-
“SE” menunjukan elemen peneduh eggcrate (kombinasi)
Contoh : “SH1” mengacu pada Tabel 3, peneduh horizontal nomor urut 1 (tipe SH1) Apabila elemen peneduh luar tidak digunakan, maka cukup kosongkan kolom ini.
L A M P I R A N
2.
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Tabel 3: Peneduh Horisontal Isilah tabel ini hanya apabila bangunan menggunakan elemen peneduh tipe horizontal Sebelum mengisi tabel ini, mohon perhatikan ilustrasi yang terdapat diantara tabel 5 dan 6. atau perhatikan ilustrasi berikut ini sebagai petunjuk pengisian spesifikasi elemen peneduh luar tipe horizontal, dimana; -
“P” menunjukan panjang elemen peneduh horisontal
-
“H” menunjukan jarak elemen peneduh horizontal terhadap batas bawah bukaan
P 01 H
N A N U G
•
Panjang (P1) Isilah dengan angka yang menunjukan panjang elemen peneduh horizontal (dalam meter) Contoh : “1.2” è menunjukan panjang elemen peneduh 1.2 meter
N A B G N U B U L E S
59
•
Tinggi (H) Isilah dengan angka yang menunjukan jarak elemen peneduh horizontal terhadap batas bawah bukaan (dalam meter) Contoh : “2.5” è menunjukan tinggi elemen peneduh 2.5 meter dari batas bawah bukaan
•
Kemiringan (Ø) Pilih nilai derajat kemiringan yang paling dekat dengan nilai derajat kemiringan elemen peneduh horizontal pada rancangan anda, yang mana sudut kemiringan tersebut diukur terhadap bidang yang tegak lurus dengan bidang bukaan Contoh : “0” è menunjukan derajat kemiringan elemen peneduh 0o terhadap bidang datar yang tegak lurus terhadap bukaan (peneduh horizontal dipasang tegak lurus terhadap dinding bangunan).
L A M P I R A N
G A M B A R
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
0 5
Tampilan layar isian 4 - Tabel 3: Peneduh Vertikal
3.
Tabel 4: Peneduh Vertikal Isilah tabel ini hanya apabila bangunan menggunakan elemen peneduh tipe vertikal Sebelum mengisi tabel ini, mohon perhatikan ilustrasi yang terdapat
N A N U G N A B G N U B U L E S
diantara tabel 5 dan 6. atau perhatikan ilustrasi berikut ini sebagai petunjuk pengisian spesifikasi elemen peneduh luar tipe vertikal, dimana; -
“P” menunjukan panjang elemen peneduh vertikal
-
“W” menunjukan jarak antar elemen peneduh vertikal
P
60
02
W
•
Panjang (P1) Isilah dengan angka yang menunjukan panjang elemen peneduh vertikal (dalam meter)
•
Width (W) Isilah dengan angka yang menunjukan jarak antar elemen peneduh vertical (dalam meter)
•
Kemiringan (Ø) Pilih nilai derajat kemiringan yang paling dekat dengan nilai derajat kemiringan elemen peneduh vertical desain, yang mana sudut kemiringan tersebut diukur terhadap bidang yang tegak lurus dengan bidang bukaan
L A M P I R A N
G A M B A R
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
0 6
Tampilan layar isian 5 - Tabel 4: Peneduh Horisontal
4.
Tabel 5: Peneduh Eggcrate Isilah tabel ini hanya apabila bangunan menggunakan elemen peneduh tipe eggcrate Sebelum mengisi tabel ini, mohon perhatikan ilustrasi yang terdapat diantara tabel 5 dan 6. atau perhatikan ilustrasi berikut ini sebagai petunjuk pengisian spesifikasi elemen peneduh luar tipe eggcrate dimana; -
“P1” menunjukan panjang elemen peneduh horisontal.
-
“H” menunjukan jarak elemen peneduh horizontal terhadap batas bawah bukaan atau jarak antar elemen peneduh horisontal
-
“P2” menunjukan panjang elemen peneduh vertikal.
-
“W” menunjukan jarak antar elemen peneduh vertikal.
P
W
H
P
H
N A N U G N A B G N U B U L E S
61
L A M P I R A N
•
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Panjang (P1) Isilah dengan angka yang menunjukan panjang elemen peneduh horizontal (dalam meter)
•
Tinggi (H) Isilah dengan angka yang menunjukan jarak elemen peneduh horizontal terhadap batas bawah bukaan atau jarak antar elemen peneduh horizontal (dalam meter)
•
Panjang (P2) Isilah dengan angka yang menunjukan panjang elemen peneduh vertikal (dalam meter)
•
Lebar (W) Isilah dengan angka yang menunjukan jarak antar elemen peneduh vertical (dalam meter)
•
Kemiringan (Ø) Pilih nilai derajat kemiringan yang paling dekat dengan nilai derajat kemiringan elemen peneduh desain, yang mana sudut kemiringan
N A N
tersebut diukur terhadap bidang yang tegak lurus dengan bidang
U G
bukaan
N A B G N U B U L E S
Apabila nilai SC kaca (SCk) dan SC sistem peneduh (SCeff ) sudah dimasukan, maka nilai SC total dari sistem fenestrasi tersebut akan dikalkulasi secara otomatis SC = SCk x SCeff )
62
Dari kalkulasi ini dapat dipelajari keefektifan sistem fenestrasi yang dipilih. Dalam contoh dibawah, untuk façade yang menghadap utara penggunaan shading pada kaca clear hanya menurunkan SC sistem fenestrasi dari 0.93 ke 0.7 (semakin rendah nilai SC semakin baik). Sedangkan mengganti kaca clear dengan kaca reflective akan menurunkan SC dari 0.93 ke 0.46.
G A M B A R
0 7
Tampilan layar isian 4 - Tabel 3: Peneduh Vertikal
L A M P I R A N
Bagian III
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Identifikasi Fasad 1.
Tabel 6 : Identi fikasi Fasad Pada tabel ini, setiap fasad diidentifikasikan berdasarkan tipe konstruksi dinding dan tipe konstruksi sistem fenestrasi, yang telah dispesifikasikan pada tabel 1 dan 2. Sehingga, fasad pada orientasi yang sama apabila memiliki karakteristik tipe konstuksi dinding dan tipe konstruksi sistem fenestrasi yang berbeda, maka akan dibedakan tipenya menjadi S1, S2, dst. Untuk fasad dengan kontruksi dinding dan kontruksi bukaan yang sama, terdapat (2) dua metode dalam pengisian tabel identifikasi fasad. METODE 1: Pengelompokan dilakukan secara menyeluruh. Fasad dengan tipe kontruksi dinding dan kontruksi bukaan yang sama cukup dikelompokam menjadi 1 (satu) tipe fasad. Contoh: apabila bangunan terdiri dari 4 lantai, dengan 3 lantai tipikal dan 1 lantai dasar yang berbeda, akan tetapi memiliki karakteristik tipe konstruksi bukaan dan dinding yang sama, maka tipe fasad dapat dikelompokan menjadi 1 tipe fasad (S1) METODE 2: Pengelompokan dilakukan untuk setiap lantai yang memiliki karakteristik desain (luas dan konfigurasi bukaan, panjang fasad, dan tinggi lantai) yang berbeda. Contoh: apabila bangunan terdiri dari 4 lantai, dengan 3 lantai tipikal (dengan karakteristik luas, kon figurasi bukaan, panjang fasad, dan tinggi lantai yang sama) dan 1 lantai dasar yang berbeda, maka tipe fasad dapat dikelompokan menjadi 2 tipe fasad (S1 = fasad lantai tipikal dan S2 = fasad lantai dasar). Menekankan kembali, bahwa identifikasi fasad di setiap “sheet orientasi” mencangkup keseluruhan fasad pada orientasi yang sama. Oleh karena itu, pengisiannya harus dilakukan secara seksama dan menyeluruh. Untuk setiap tipe fasad akan dispesi fikasikan sebagai berikut, •
Tinggi (Jarak Antar Lantai) Isilah dengan angka yang menunjukan tinggi fasad pada tipe fasad yang sedang diidentifikasikan (dalam meter).
METODE 1: yang mana keseluruhan fasad digabungkan menjadi satu tipe fasad (hanya apabila karakteristik tipe konstruksi dinding dan tipe konstruksi bukaan sama), Pada kolom ini diisi dengan tinggi fasad secara keseluruhan. Contoh : “16.8” menunjukan tinggi fasad bangunan dari lantai dasar hingga atap (4 lantai x 4.2 meter), yang mana fasad ini memiliki konstruksi dinding dan bukaan yang sama. Lihat penjelasan gambar di bawah.
N A N U G N A B G N U B U L E S
63
L A M P I R A N
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
METODE 2: kolom diisi berdasarkan jarak antar lain. Untuk tipe fasad yang mencangkup beberapa lantai (tipe fasad tipikal), maka cukup isikan dengan tinggi 1 (satu) lantai saja. Jumlah lantai yang dicangkup akan didefinisikan pada kolom “total jumlah lantai”. Contoh : “4.2” menunjukan jarak antar lantai tipikal 4.2 meter. •
Panjang Isilah dengan angka yang menunjukan panjang dari fasad yang sedang diidentifikasikan (dalam meter) baik untuk metode pengisian 1 maupun ke 2. Contoh : “40” menunjukan panjang fasad adalah 40 meter.
•
Tipe Konstruksi Sistem Fenestrasi Pilih tipe konstruksi sistem fenestrasi yang digunakan pada tipe fasad yang sedang diidentifikaskan yang mengacu pada tabel 2, Identifikasi Spesifikasi Sistem Fenestrasi Exterior. Apabila tidak terdapat bukaan, maka cukup pilih “none”.
•
Area Bukaan Kolom ini diisi hanya apabila fasad memiliki bukaan. Isilah dengan
N A N
angka yang menunjukan luas area bukaan pada fasad yang sedang
U G
diidentifikasikan (dalam meter persegi).
N A B G N U B U L E S
64
Apabila menggunakan METODE 1, yang mana keseluruhan f asad digabungkan menjadi satu tipe fasad (dengan karakteristik tipe konstruksi dinding dan tipe konstruksi bukaan sama), Pada kolom ini diisi dengan area bukaan pada fasad secara keseluruhan. Contoh : “384” menunjukan keseluruhan luas area bukaan pada fasad sebesar 384 m2 yang mana luas bukaan lantai tipikal (3 lantai x 88 m2) dan lantai dasar sebesar 120 m2. Apabila menggunakan METODE 2, kolom diisi dengan luas bukaan tiap lantainya. Untuk tipe fasad yang mencangkup beberapa lantai (tipe fasad tipikal), maka cukup isikan dengan luas bukaan pada 1 (satu) lantai saja. Jumlah lantai yang dicangkup akan dide finisikan pada kolom “total jumlah lantai”. Contoh : “88” menunjukan luas bukaan pada lantai tipikal sebesar 88 m2 , dan 120 m2 untuk lantai dasar
L A M P I R A N
L A M P I R A N 6
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
Shading Coefficient Table – SNI 6389-2011
Lampiran ini digunakan untuk menghitung koefisien peneduh. Nilai koefisien peneduh ini (SCEff ) digunakan sebagai factor pengali nilai SC k aca (SCk) untuk mendapatkan nilai SC total sistem bukaan ( jendela) tersebut.
SC = SC k x SC eff SGHC = 0.86 x SC
Kunci-kunci untuk tabel SC efektif pada peralatan peneduh luar
P 01
Kunci 1 - Proyeksi Proyeksi Mendatar (Tabel 11 - 15)
N A N
H
U G
R1 = P / H
N A B
Ø1 = Sudut Kemiringan
G N U B U L E S
71
Kunci 1 - Proyeksi Vertikal (Tabel 16 - 19)
P 02
R2 = P / W Ø2 = Sudut Kemiringan W
P
W
Kunci 1 - Louver Egg-Crate (Tabel 20 -23)
H
R1 = P / H R2 = P / W Ø1 = Sudut Kemiringan P
H
L A M P I R A N
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
N A N
T A B E L
0 5
Koefisien Peneduh Efektif untuk Proyeksi Horizontal pada Berbagai Kemiringan. Orientasi: Utara dan Selatan5
T A B E L
0 6
Koefisien Peneduh Efektif untuk Proyeksi Horizontal pada Berbagai Kemiringan. Orientasi: Timur dan Barat6
U G N A B G N U B U L E S
73
T A B E L
0 7
Koefisien Peneduh Efektif untuk Proyeksi Horizontal pada Berbagai Kemiringan. Orientasi: Timur Laut dan Barat Laut7
T A B E L
0 8
Koefisien Peneduh Efektif untuk Proyeksi Horizontal pada Berbagai Kemiringan. Orientasi: Tenggara dan Barat Daya8
L A M P I R A N
N A N U G N A B G N U B U L E S
74
T A B E L
0 9
Koefisien Peneduh Efektif untuk Peneduh berbentuk Kotak (Egg-Crate Louvers) dengan berbagai Sudut Kemiringan Peneduh Sirip Horizontal. Orientasi : Utara - Selatan 9
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
L A M P I R A N
VOL 1 S ELUBUNG BANGUNAN
N A N U G N A B G N U B U L E S
75
T A B E L
1 0
Koefisien Peneduh Efektif untuk Peneduh berbentuk Kotak (Egg-Crate Louvers) dengan berbagai Sudut Kemiringan Peneduh Sirip Horizontal. Orientasi : Timur - Barat1 0 1-10
SNI 6389 : 2011