Via Fitria Fit ria : Formulasi Dan Evaluasi Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam Bayam (Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur Hancur
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN KAPSUL EKSTRAK DAUN BAYAM ( AMARANTHUS HYBRIDUS L.) BERDASARKAN KESERAGAMAN BOBOT DAN WAKTU HANCUR HANCUR VIA FITRIA, FITRIA, Davit Nugraha, Nugraha, Ririn Risnanita Risnanita
Prodi DIII Farmasi Stikes Muhammadiyah Ciamis Email:
[email protected] ABSTRAK
Metode ekstraksi yang digunakan diguna kan yaitu ekstraksi maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Setelah didapat ekstrak kemudian dilakukan pembuatan serbuk ekstrak daun bayam ( Amaranthus hybridus L.). Untuk membuat formulasi dan optimasi bahan tambahan menggunakan Vivapur 101 dalam formulasi sediaan kapsul ekstrak daun bayam ( Amaranthus hybridus L.). Setelah didapat serbuk ekstrak kering dibuat granul dengan cara granulasi basah. Setelah granul kering kemudian formula dimasukkan ke dalam cangkang kapsul. Sediaan kapsul ekstrak daun bayam ( Amaranthus hybridus L.) di evaluasi meliputi ; uji keseragaman bobot dan uji waktu hancur. Tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk mengetahui sediaan kapsul yang sesuai dengan persyaratan yang ada di farmakope Indonesia edisi III. Dari hasil evaluasi uji keseragaman bobot diperoleh rata r ata – rata rata berat tiap isi kapsul 267,07 mg. Pada hasil uji waktu hancur untuk kontrol replikasi I rata – rata rata 9 menit, replikasi II rata – rata rata 10 menit 33 detik, replikasi III rata – rata 10 menit 51 detik. d etik. Sedangakan untuk kapsul replikasi I rata – rata 4 menit menit 56 detik, kapsul replikasi replikasi II rata – rata rata 9 menit 27 detik, kapsul replikasi III rata – rata 4 menit 14 detik. Dari hasil evaluasi formulasi kapsul dengan uji keseragaman bobot dan waktu hancur telah memenuhi persyaratan. Kata Kunci : ekstrak daun bayam ( Amaranthus hybridus L.), formulasi kapsul
FORMULATION AND AND EVALUATION EVALUATION OF SUPPLIES OF LEAF EXTRACT CALCULATIONS (Amaranthus Hybridus L.) BASED ON WEIGHT AND DURABILITY DESCRIPTION DESCRIPTION Via Fitria, Davit Davit Nugraha, Nugraha, Ririn Risnanita Risnanita Prodi DIII Farmasi Stikes Muhammadiyah Ciamis ABSTRAC ABSTRACT T Extraction method used is the extraction of maceration maceration by using 70% ethanol solvent. After extract obtained then made the powder of spinach leaf extract (Amaranthus hybridus L.). To prepare the formulation and optimization of additives using Vivapur 101 in a formulation of spinach leaf extract capsules (Amaranthus hybridus L.). After obtained powder extract of dried granules made by granulation wet. After the granules are dry then the formula is put into the capsule shell. Spinach leaf extract capsules (Amaranthus hybridus L.) in the evaluation include; weight uniformity test and time test destroyed. The purpose of the evaluation is to find out the capsule preparations in accordance with the requirements in pharmacopoeia Indonesia edition III. From the evaluation result of weight uniformity test, the average weight of each capsule content is 267,07 mg. In the crushed timing test for replication control I average 9 minutes, replication II averaged 10 minutes 33 seconds, replication III averaged averaged 10 minutes 51 seconds. seconds. While for replication capsule I average 4 minutes 56 second, capsule replication II average 9 minute 27 second, replication cap III average 4 minute 14 second. From the evaluation of capsule formulation with weight uniformity test and crushed time have fulfilled the requirement. Keywords: spinach leaf extract (Amaranthus hybridus L.), capsule formulation
Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906
64
Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Rossidy (2008) menyatakan bahwa ayat 99 surat Al - An’am menggambarkan tentang bentuk luar dari tumbuhan yang merupakan obyek kajian morfologi tumbuhan. Kami keluarkan dari tumbuhan – tumbuhan itu tanaman yang menghijau menggambarkan tentang tanaman yang memiliki daun berwarna hijau. Mayang kurma yang mengurai dan tangkai yang menjulai adalah ciri – ciri morfologi tumbuhan kurma. Setiap tumbuhan memiliki ciri – ciri morfologi tersendiri yang berbeda antara tumbuhan satu dengan yang lainnya. Bayam merupakan tanaman yang memiliki morfologi yang berbeda – beda antar jenisnya. Menurut Rukmana (2006) bayam merupakan tanaman perdu dan tinggi kurang lebih 1,5 meter. Sistem perakarannya menyebar pada kedalaman antara 20 – 40 cm dan berakar tunggang karena termasuk tanaman berbiji keping dua Bayam ( Amaranthus hybridus L.) telah terbukti secara empiris dapat digunakan untuk penderita anemia. Banyak makan bayam akan meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. Peningkatan ini dipengaruhi oleh zat besi yang sangat besar jumlahnya pada bayam. Bayam adalah sayuran yang memiliki gizi lengkap bagi penderita anemia. Bayam mengandung vitamin C yang cukup tinggi. Vitamin C memiliki peran penting dalam penyerapan zat besi, sehingga zat besi yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Ada beberapa jenis tanaman obat yang juga bisa dimanfaatkan untuk mengatasi anemia. Tanaman tersebut terutama yang mengandung vitamin B12,
misalnya jagung, bunga matahari, kedelai, dan kacang tanah. Sedangkan tanaman yang digunakan secara empiris untuk menangani anemia adalah bayam duri, tapak liman, lempuyang wangi, daun kacang panjang, dan kacang hijau. Di Indonesia prevalensi anemia pada ibu hamil menurut SKRT tahun (2001) masih cukup tinggi yaitu 40,1%. Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas (2010) menunjukkan 80,7% perempuan usia 10 – 59 tahun telah mendapatkan tablet tambah darah yang mengandung besi – asam folat tetapi anemia ibu hamil mencapai 40 – 50%, artinya 5 dari 10 ibu hamil di Indonesia mengalami anemia. Resiko anemia akan meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Fatimah (2009) membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun bayam jenis Amaranthus hybridus L. pada tikus putih anemia mampu meningkatkan jumlah eritrosit sebesar 6,46 juta. Berdasarkan kadar klorofil dan zat besi menunjukan bahwa bayam Amaranthus hybridus L. lebih dapat memberikan pengaruh yang nyata, hal ini disebabkan kadar klorofil Amaranthus hybridus L. lebih tinggi dan zat besi yang seimbang dengan kadar klorofilnya. Dalam memenuhi kebutuhan zat besi, seseorang biasanya mengkonsumsi suplemen, akan tetapi suplemen memiliki beberapa efek samping, misalnya kegagalan hati. Permasalahan ekstrak atau bahan alam adalah cenderung memiliki rasa yang tidak enak dan bau yang khas. Oleh karena itu, untuk menutupi kekurangan bahan alam tersebut sediaan dibuat dalam bentuk kapsul. Isi
Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906
65
Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur
kapsul dapat berupa serbuk atau granul. Formulasi serbuk sering membutuhkan penambahan zat pengisi, lubrikan, dan glidan pada bahan aktif untuk mempermudah proses pengisian kapsul (Ditjen POM, 1979). Formulasi kapsul yang mengandung ekstrak kental dengan kadar air cukup tinggi memerlukan perlakuan khusus untuk menghasilkan kapsul yang baik. Oleh karena itu perlu adanya eksipien yang mampu mengadsorpsi serta eksipien yang dapat meningkatkan sifat alirnya. Vivapur 101 adalah eksipien yang dapat digunakan sebagai adsorbent. Penambahan aerosil pada formulasi diharapkan dapat menjaga higroskopisitas sediaan kapsul (Agoes,
2007). Untuk mendapatkan massa kapsul dengan laju alir yang baik maka dapat ditambahkan pengisi yang sesuai dan dapat meningkatkan laju alirnya, seperti Vivapur 102. Vivapur luas digunakan dalam farmasetik terutama sebagai pengisi pada formulasi kapsul dan tablet. Vivapur juga memiliki sifat lubrikan dan disintegran (Wade, 1994). Vivapur 102 memiliki ukuran partikel yang lebih besar sehingga berguna untuk meningkatkan sifat aliran (Agoes, 2008). Maka dari itu, peneliti ingin membuat sediaan kapsul dari ekstrak daun bayam ( Amaranthus hybridus L.) untuk memberikan pilihan terapi kepada pasien anemia. Karena penggunaan suplemen zat besi lebih beresiko terkena efek samping.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat : Timbangan Analitik, Desintegrator tester, Beker gelas, Stopwatch, Lemari Pengering, Waterbath, Kompor Listrik, Pipet Tetes, Ayakan, Loyang, Batang Pengaduk, Spatel, Mortir dan stamper.
dipilih daun bayam yang masih segar dan berwarna hijau muda. Setelah disortir cuci bersih 50 kg daun bayam yang masih segar dikeringkan dengan cara dioven dalam suhu 50ºC selama 1 jam hingga mendapatkan simplisia kering sebanyak 1 kg. Setelah itu di blender hingga menjadi serbuk.
Bahan :
2.
Vivapur 101, Amillum Jagung, Aerosil, Talk, Magnesium Stearat, Simplisia Daun Bayam, Etanol 70%, Aquadest, kertas perkamen, Kertas Saring.
Proses ektraksi dengan menggunakan etanol 70% dengan perendaman sebanyak 1000 gr serbuk dengan 10 Liter etanol 70% selama 3 x 24 jam dengan beberapa kali pengadukan, simpan dalam suhu kamar. Selama melakukan perendaman pelarut diganti untuk mendapatkan zat yang masih tertinggal diperendaman sebelumnya. Setelah 3 x 24 jam saring filtrat dengan kertas saring, kemudian filtrat dipekatkan dengan waterbath. Ekstrak hasil maserasi dikentalkan menggunakan waterbath kemudia
Prosedur Penelitian 1.
Pembuatan Serbuk Simplisia
Daun Bayam (Amaranthus hybridus L.) diambil dari UD Juragan Jamu Yogyakarta. Prosedur pembuatan simplisia telah terstandarisasi dan memiliki sertifikat. Pada proses sortir
Ekstraksi
Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906
66
Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur
ekstrak dikentalkan kembali didalam oven dengan suhu 80ºC sampai diperoleh ekstrak yang kental. 3.
Pembuatan granul
Formulasi kapsul ekstrak daun bayam dengan bahan pengisi vivapur 101 serta bahan tambahan lainnya. Untuk formulasi dibuat 70 sediaan kapsul. Formulasi Sediaan Kapsul : Serbuk Ekstrak Daun Bayam 150 mg, Amilum Jagung 132 mg, Aerosil 9 mg, Talk 6 mg, Magnesium Stearat 3 mg, Bobot Kapsul 300mg, Komposisi dalam satu kapsul terdiri dari serbuk ekstrak daun bayam sebanyak 150 mg, amilum jagung 132 mg, aerosil 9 mg, talk 6 mg dan magnesium stearat 3 mg. Timbang masing - masing bahan. Buat larutan pengikat dengan cara melarutkan amilum jagung dalam 23 ml aquadest yang telah dipanaskan. Campurkan serbuk ekstrak daun bayam aduk sampai homogen. Tambahkan aerosil, aduk sampai homogen. Setelah homogen tambahkan sedikit demi sedikit larutan pengikat hingga kalis. Ayak adonan menggunakan ayakan nomor mesh 18. Keringkan dalam lemari pengering dengan suhu 50ºC selama 1 jam. Setelah kering keluarkan granul dari lemari pengering. Campurkan granul dengan talk dan magnesium stearat hingga homogen. Lalu ayak kembali menggunakan ayakan dengan nomor mesh 20. 1. Pengisian Cangkang Kapsul Cara pengisian kapsul ekstrak bayam dilakukan tanpa bantuan alat lain atau dengan tangan. Siapkan cangkang kapsul sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Serbuk dibagi menjadi dua bagian besar kemudian bagi lagi menjadi beberapa bagian kecil. Masukkan serbuk dalam cangkang
kapsul lalu tutup. Bersihkan kapsul dengan tisu. 2. Evaluasi sediaan Kapsul meliputi : a. Uji keseragaman bobot Timbang saksama 20 kapsul, satu per satu beri identitas tiap kapsul, keluarkan isi tiap kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang saksama tiap cangkang kapsul kosong dan hitung bobot netto dari isi tiap kapsul dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masing-masing bobot kapsul. Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing – masing monografi, hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul, dengan anggapan bahwa zat aktif terdistribusi secara homogen. Untuk kriterianya kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman bobot dipenuhi jika tidak kurang dari 9 dari 10 satuan sediaan seperti ditetapkan dari cara keseragaman bobot terletak dalam rentang 85% hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak di luar rentang 75% hingga 125% yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 10 satuan sediaan kurang dari atau sama dengan 6% (Ditjen POM, 1995). b. Uji waktu hancur Sejumlah 6 kapsul, dimasukkan pada masing – masing tabung pada keranjang, yang dibawahnya terdapat kasa baja berukuran 10 mesh. Digunakan media air bersuhu 37 ± 2ºC. Dilakukan pengamatan terhadap
Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906
67
Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur
kapsul, semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul. Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, pengujian diulangi dengan 12 kapsul lainnya, tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul yang diuji hancur sempurna. Dicatat waktu yang diperlukan kapsul untuk hancur sempurna (Ditjen POM, 1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak Etanol Daun Bayam
Metode maserasi dipilih karena merupakan metode ekstraksi yang sederhana. Kelebihan dari metode ini adalah alat yang digunakan sederhana dan dapat digunakan untuk zat yang tidak tahan terhadap pemanasan sehingga dapat menghindari kerusakan kandungan kimia dari simplisia. Maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam, dengan cara serbuk simplisia sebanyak 1000 gram, direndam dengan 5 liter etanol 70% dalam bejana maserasi selama 1 hari. Kemudian diaduk dengan menggunakan batang pengaduk searah jarum jam dengan kecepatan 1 putaran per detik selama 1 menit. Tujuan dilakukan pengadukan untuk memaksimalkan kontak antara sampel dengan pelarut. bejana tersebut ditutup dengan menggunakan alumunium foil agar tidak ada kotoran yang masuk selama proses ekstraksi berlangsung dan disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari. B. Evaluasi Sediaan Kapsul
1. Uji Keragaman Bobot Uji keseragaman bobot, dilakukan pada 20 kapsul, Uji keragaman bobot dilakukan untuk memastikan bahwa bobot yang terdapat didalam kapsul pada suatu formula memiliki jumlah yang sama dan zat aktif yang sama dengan anggapan serbuk formula terdistribusi
Warna sampel setelah ditambahkan etanol 70% adalah hijau pekat. Filtrat yang didapat sebanyak 3 liter 250 ml dan berwarna hijau pekat. Remaserasi sebanyak 3 liter dengan perlakuan yang sama. Filrat yang didapat sebanyak 2 liter 658 ml dan berwarna hijau pekat. Remaserasi sebanyak 2 liter dengan perlakuan yang sama. Filtrat yang didapat sebanyak 1 liter 640 ml dan berwarna hijau pekat. Ekstrak cair yang didapat sebanyak 7548 ml. Hasil ekstraksi lalu dipekatkan di atas waterbath pada suhu 80ºC sampai didapat ekstrak sebanyak 168,204 gram. Dengan rendemen sebesar 16,8% A. Formulasi Sediaan Kapsul
Berdasarkan hasil pengeringan serbuk ekstrak diperoleh hasil sebanyak 58,8 gram. Setelah didapat serbuk ekstrak daun bayam kemudian dibuat granul dengan cara granulasi basah. Formula akan ditambahkan aerosil sebagai adsorben, talkum dan magnesium stearat sebagai glidan. Komposisi dalam satu kapsul terdiri dari serbuk ekstrak daun bayam sebanyak 150 mg, amilum jagung 132 mg, aerosil 9 mg, talcum 6 mg dan magnesium stearat 3 mg. Kemudian dibuat sediaan kapsul sebanyak 70 kapsul, menggunakan kapsul no 2 (dipilih karena dapat menampung isi kapsul sebanyak 0,296 mg). homogen. Untuk kriterianya kecuali dinyatakan lain dalam masing – masing monografi, persyaratan keseragaman bobot dipenuhi jika tidak kurang dari 9 dari 10 satuan sediaan seperti ditetapkan dari cara keseragaman bobot terletak dalam rentang 85% hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak diluar rentang 75%
Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906
68
Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur
hingga 125% yang tertera pada etiket dan simpangan baku relative dari 10 satuan sediaan kurang dari atau sama dengan 6%. Berdasarkan persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV bahwa kapsul dengan bobot rata – rata 120 mg tidak boleh memiliki perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata – rata isi kapsul lebih dari 85% – 115%. Berdasarkan penimbangan kapsul pada formula untuk uji keseragaman bobot menunjukkan tidak ada yang hancur sediaan tablet atau kapsul. Untuk memberikan efek terapi, tablet harus hancur terlebih dahulu hancur menjadi partikel yang lebih kecil, begitu pula untuk kapsul agar isi kapsul dapat terabsorpsi pada saluran cerna menggambarkan tingkat penyebaran data dari nilai rata – rata. 2.uji waktu hancur Uji waktu hancur penting dilakukan untuk mengetahui waktu Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan, yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima kapsul tidak boleh lebih dari 15 menit. Berdasarkan sediaan kapsul yang dibuat telah memenuhi persyaratan evaluasi waktu hancur. Karena keseluruhan kapsul yang di uji mempunyai rentang waktu 15 menit. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Formulasi yang dibuat telah memenuhi persyaratan sediaan kapsul.
menyimpang lebih dari persyaratan. Untuk makna dari adalah untuk mengetahui nilai rata – rata dari hasil evaluasi uji keseragaman bobot kapsul yang dibuat. Sedangkan makna dari SD adalah untuk menggambarkan tingkat penyebaran data dari nilai rata – rata. Berdasarkan sediaan kapsul yang dibuat telah memenuhi persyaratan evaluasi waktu hancur. Karena keseluruhan kapsul yang di uji mempunyai rentang waktu 15 menit. 2. Berdasarkan hasil uji keseragaman bobot dan uji waktu hancur telah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 85% hingga 115%. Waktu hancur kapsul tidak lebih dari 15 menit. Saran
Hasil penelitian yang telah dilakukan, perlu dilakukan pengembangan metode evaluasi sediaan kapsul meliputi evaluasi terhadap massa kapsul dan evaluasi terhadap sediaan jadi serta uji higroskopitas DAFTAR PUSTAKA
Arief,
A., (1990), Hortikultura. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset.
Agoes, G., (2007), Teknologi Bahan Alam. Bandung : Penerbit ITB. Agoes, G., (2008), Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung : Penerbit ITB.
Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906
69
Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur
Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta :
Pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus rvegicus)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Lachman, L. (1994) Teori dan Praktek
Anonim,
(1995),.
Farmasi Industri Ed. 3, jilid 2.
Ansel, H. C. (1989) Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed.4 Jakarta : UI Press. Augsburger, L. L. (2000) Modern Pharmaceutics : Hard and Soft Gelatin Capsules. Ed. 2 . New
Depok : UI Press. Lailis,
S.
(2010)
Isolasi dan Identifikasi Senyawa Tanin dari Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa Billimbi Malang : UIN.
L.
).
York : Mercel Dekker. Ditjen
POM.
(1979)
Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ditjen
POM.
(1995)
Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ditjen
POM.
Lieberman, H. A., Lachman, L. & Schwartz, J. B. (1989). Pharmaceutical Dosage Forms (volume 1). New York : Marcel
Dekker, Inc. Roselyndiar. (2012) Formulasi Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Seledri (Apium Graveolens L.) Dan Daun Tempuyung (Sonchus Arvensisl.)
(2000)
Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat . Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Fatimah, Siti. (2009) Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi (Fe) Anemia. Malang : Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Kementerian Kesehatan RI, (2010) Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2010-2014. Jakarta.
Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906
70