Nama : Fajar Adi Ramdhani
NIM : 15114004 / Teknik. Geodesi dan Geomatika
Kelas : K20
UTS AGAMA DAN ETIKA ISLAM
TAHUN AJARAN 2015-2016
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Dosen: Dr. Asep Zaenal Ausop, M.Ag
Khaliq dan makhluq dalam pandangan islam tidak bisa bertukar kedudukan, tetapi dalam agama lain terjadi pertukaran. Betulkah demikian? Berikan penjelasan!
Khaliq merupakan pencipta alam, sedangkan makhluq merupakan sesuatu yang diciptakan. Dalam hal ini, keduanya tidak dapat disamakan dan bertukar kedudukan karena keduanya memiliki sifat khusus tersendiri. Kelompok yang menukarkan kedudukan makhluq Allah sebagai Tuhan adalah kelompok orang yang musyrik karena mereka telah menyekutukan Allah, padahal alam itu sendiri diciptakan, bukan menciptakan. Yang bisa menciptakan alam adalah Allah semata. Dalilnya terdapat pada surah Al fatihah ayat 2 yang artinya "segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta alam" dan surah Az-Zukhruf ayat 15 mengenai menjadikan makhluk sebagai bagian dari tuhan adalah syirik. Syirik termasuk dosa besar.
Banyak agama lain yang melakukan pertukaran kedudukan antara khaliq dan makhluq. Contohnya adalah agama kristen yang menyembah sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT, yaitu yesus. Hal ini tidak sesuai dengan dalil yang telah disebutkan di atas karena yesus sebenarnya merupakan manusia yang Allah SWT ciptakan.
Alam bersifat profan. Islam melarang mensucikan alam. Sebab yang suci hanyalah Allah, berikan contohnya!
Alam pun tidak boleh dianggap sial sebab alam itu netral. Apa sebenarnya yang menyebabkan kesialan?
Alam bersifat profan artinya alam tidak suci, tidak sakral, dan tidak sial. Pernyataan ini benar, karena yang suci hanyalah Allah SWT semata (surah Ali Imran ayat 18). Dalam Islam, menisbahkan kesucian kepada yang profan adalah perbuatan yang paling tercela. Contohnya adalah Manusia zaman sekarang banyak yang menjadikan batu sebagai barang yang dapat mendatangkan keberuntungan kepada kehidupan mereka. Dengan kata lain, mereka telah mensakralkan batu tersebut dan mereka telah berbuat syirik.
Alam tidak dapat dianggap sial karena alam itu netral. Hal ini merupakan pernyataan yang tepat karena yang menyebabkan kesialan adalah manusia itu sendiri. Kesialan itu muncul dari sugesti-sugesti manusia yang dipikirkan secara terus menerus sehingga menjadi suatu kenyataan.
Hukum alam dipelajari lahirlah Science. Hukum agama dipelajari lahirlah ilmu dirasah islamiyah. Mungkinkah terjadi dikotomi antara science dan dirasah islamiyah? Beri contoh!
Science dan ilmu islam (dirasah islamiyah) merupakan 2 hal yang saling mengimbangi dan mendukung. Tidak ada dikotomi didalamnya. Kedua gugusan ilmu itu merupakan ilmu Allah yang terpadu karena baik ilmu science ataupun ilmu islam berasal atau dilahirkan dari hukum Allah. Apabila sesuatu diharamkan menurut ilmu Al-qur'an, maka menurut science pasti dianggap buruk pula, dan berlaku sebaliknya. Contohnya:
Islam melarang zina, yang terbukti zina dan berganti-ganti pasangan adalah media penyebaran penyakit menular dan mengerikan yakni HIV/AIDS.
Menurut Islam haram memakan babi, terbukti menurut sains babi tidak baik karena mengandung cacing pita yang parasit bagi tubuh. Selain itu babi banyak mengandung lemak jenuh yang dapat menyebabkan penyakit seperti tekanan darah tinggi, stroke, dan obesitas
Islam melarang untuk menikahi saudara sedarah, yang terbukti adalah apabila menikahi saudara sedarah kemungkinan menghasilkan keturunan yang cacat karena berasal dari gen yang sama
Manusia berkedudukan sebagai 'abid dan berperan sebagai khalifah. Apa tugas pokok khalifah?
Dan apa indikator keberhasilan manusia sebagai khalifah?
Kedudukan manusia di bumi adalah sebagai hamba Allah ('abid) dan perannya adalah sebagai penguasa pengganti di bumi (khalifah fil ardh). Allah berfirman dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya : "dan tidak semata-mata Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah" Maksudnya, sebagai hamba Allah tugas utama manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya, melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi semua larangan.
Indikator manusia dianggap sukses sebagai khalifah fil ardh adalah apakah manusia tersebut sudah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak atau malah menghasilkan kerusakan di muka bumi. Analogi sederhana dari peran manusia sebagai khalifah di bumi adalah manusia sebagai 'duta besar' yang dikirimkan oleh Allah untuk melakukan pemeliharaan, menebarkan manfaat bagi orang banyak di muka bumi. Yang suatu saat akan dimintai pertanggung jawabannya.
Visi hidup manusia adalah rabbana atina fi dunya khassannah wa fil akhirati khasanah wa kinna adza bannar. Mengapa pencapaian visi dan tujuan itu sering gagal? Apa faktor penyebabnya dan bagaimana standing position setan dalam rangka?
Pencapaian visi dan tujuan manusia sering gagal karena kelalaian manusia itu sendiiri. Manusia cenderung memiliki keimanan yang tidak stabil atau dalam kata lain naik turun. Manusia dengan mudahnya dapat terhasut dalam godaan setan, sehingga tanpa sadar manusia terjerumus dan merasa apa yang dilakukannya baik-baik saja. Setan akan selalu berusaha agar manusia mau mengikuti jejak buruknya agar pada akhirnya setan memiliki banyak 'teman' di neraka.
Sejak Nabi Adam, Allah hanya menurunkan satu agama, yakni agama tauhid/hanif/islam. Dan Allah hanya menerima agama itu (surat 3:16&85). Bagaimana dengan agama nasrani dan yahudi? Betulkah dibawa nabi isa dan musa? Jelaskan hubungan dengan surat 2:62!
Agama Islam, Yahudi, dan Nashrani dikenal dengan nama Agama Samawi yaitu agama dari langit. Ketiga agama ini dikenal juga dengan agama Abrahamik atau agama Ibrahimiah. Karena hakikatnya ketiga agama ini berasal-muasal dari agama Hanif yaitu agama yang mengajak menyembah tuhan yang satu. Begitupun dengan Yahudi, agama Yahudi sebenarnya adalah agama Hanif yang dibawa oleh Nabi Musa dan Daud. Namun karena keturunan dari bani Isra'il ini menyimpang dari bani Yahuda maka disebutlah Yahudi. Berbeda dengan Kristen atau Nashrani. Agama ini sebenarnya juga agama Hanif, yaitu agama mengajak pada ketauhidan yang dibawakan oleh Nabi Isa a.s. Namun karena pemikiran-pemikiran manusia yang menyimpang maka berubahlah ajaran Hanif yang tauhid itu menjadi agama musyrik yang kita kenal sekarang dengan Kristen.
Dalam surat Al-Baqarah:62, Allah berfirman bahwa orang mukmin, yahudi, nasrani, shabiin, dan siapa saja yang benar-benar beriman kepada Allah dan pada kemudian hari beramal shaleh maka mereka akan menerima pahala dari Allah SWT. Maksudnya, orang-orang tersebut akan mendapatkan pahala apabila mereka tetap berada pada jalan yang lurus dan tidak menyimpang dari ajaran yang ada. Namun, pada kenyataannya banyak orang yang sudah menyimpang dari ajaran yang murni yang turun dari Allah SWT.
Hubungan fungsional Aqidah, syariah, akhlaq dalam rangka bangun karakter muslim yang khafah!
Baik akidah maupun syariah kedua-duanya adalah aturan Allah, bedanya akidah merupakan aturan tentang keyakinan (sistema credo) sedangkan syariah ibadah merupakan aturan tentang tata beramal (sistema ritus). Dari sisi fungsi, akidah sebagai fondasi sedangkan syari'ah adalah bangunannya. Supaya bangunan syariah ibadah bisa tegak berdiri, maka fondasi akidah harus benar-benar kokoh. Sangat mustahil seseorang mau melaksanakan ibadah dengan sepenuh hati apabila fondasi akidahnya lemah. Dengan demikian hubungan antara akidah dengan syarah sangat erat.
Apabila seseorang memiliki akidah yang benar dan kokoh, akan mudah melaksanakan syariah secara konsisten, yang selanjutnya dapat membuahkan akhlaq. Jika diibaratkan pohon, akidah adalah akar, syariah adalah batang dan cabang-cabangnya, sedangkan akhlak adalah buah.
Hubungan Al-qur'an, Assunah, Ijtihad dalam menentukan nilai dan hukum Islam
Sumber hukum pertama yang akan digunakan untuk memecahkan masalah atau sengketa ketika ada suatu kondisi adalah Al Qur'an. Jika tidak ada pedoman khusus tentang masalah dalam Alquran , maka digunakan Sunnah Nabi. Jika tidak ada solusi yang ditemukan petunjuk dalam Sunnah Nabi kemudian mencari solusi denganIjtihad.
Contoh: Dalam Al-qur'an terdapat perintah untuk melakukan shalat. Tanpa adanya Sunnah, manusia tidak akan tahu bagaimana melakukan shalat. Kemudian, apabila harus melakukan shalat pada kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan, seperti contohnya di dalam kendaraan, maka para ulama melakukan ijtihad terlebih dahulu untuk menuntukan hukumnya.
Dalam memahami Al-qur'an dan hadist, ulama membalagi 5 topologi; ulama sufistik, sinkretik, tekstualis, kontekstual, rasional liberal. Jelaskan ke-5 ulama tersebut dan berikan contohnya!
Tokoh Sufistik : sufistik adalah ulama yang menggali isi kandungan Al-Qur'an dan hadits dari sisi kesufian. Dalam batas-batas tertentu, mereka hanya mengambil nilai-nilai Al-Qur'an dan hadits dari sisi akhlak yang luhur. Akan tetapi pada perkembangan berikutnya, ketika memasuki wilayah tarekat, mereka akan menggunakan semua hadits termasuk hadits dhaif, alasannya karena menggunakan hadits dhaif untuk keutaman beramal (li fadlai alamal) dinilai halal. Bahkan para ahli tarekat menggunakan semacam wangsit hasil yaqadzah wa musyafahah tokoh sentral sufi mereka untuk dijadikan pelengkap dalam bersyari ah setelah wafatnya Rasulullah Saw, terutama dalam amal wirid dan shaum. Di sini seakan-akan ada lagi sumber hukum lain setelah al-Qur an hadits, yakni wangsit.
Tokoh Sinkretik : Sinkretik adalah percampuran antara budaya lokal dengan agama. Tokoh ini sering tidak peduli kepada dalil naqli maupun dalil aqli / ratio. Pemikiran mereka lebih didominasi oleh sikap sosiologis, yakni bersikap akomodatif terhadap tradisi keagamaan di daerah setempat. Bagi kelompok ini, apapun bisa menjadi boleh termasuk upacara sesajen untuk acara ruwatan rumah, sajian untuk dewi Nyi Roro Kidul, upacara adat pernikahan yang menyerempet syirik, upacara tolak bala buta ijo, dll. Apabila percampurannya sangat kuat, dapat melahirkan agama baru, sebagaimana agama Sikh di India, yang merupakan sinkretik antara Islam Tarekat dengan nilai dan tradisi Hindu.
Tokoh Tekstualis : atau disebut tokoh scripturalis adalah tokoh Islam yang telah berusaha menyeleksi hadits sesuai kaidah ulum al-hadits, tetapi dalam penafsirannya sangat terikat dengan teks, kurang memperhatikan konteks. Para tokoh scripturalis bukan tidak menggunakan ratio tetapi lebih terikat dengan teks Al-qur'an dan hadits apa adanya. Aplikasi di lapangan antara lain, mereka makan dengan tiga jari, menjilati jari-jari sehabis makan, memelihara jenggot, dan memakai celana ngatung.
Tokoh Rasional Kontekstual : Ialah tokoh-tokoh Islam yang dalam mengistinbath hukum selalu memperhatikan dua aspek yakni teks dan konteks. Tokoh ini banyak menggunakan argumentasi rasio di samping melihat teks Al-Qur'an dan hadits. Contoh : hadits menyatakan bahwa nabi saw makan dengan tiga jari. Mereka bertanya, makan apa ketika itu ? makan kurma, ya benar, tetapi kalau makan nasi tentu memakai lima jari sedangkan makan bubur memakai sendok. Demikian juga soal memelihara jenggot dan persoalan isbal yakni memakai sarung, kain, serban, atau celana panjang yang melewati mata kaki.
Tokoh Rasional Liberal : Ialah tokoh-tokoh Islam yang didominasi oleh rasio ketika melakukan istinbath hukum. Mereka bukan hanya menolak hadits Ahad yang bertentangan dengan rasio, tetapi sering mengabaikan hadits Ahad dalam menetapkan hukum yang telah dipersiapkannya, bahkan menolak teks Al-Qur'an yang dianggapnya irrasional. Beberapa metode pendekatan yang digunakan oleh kelompok pemikir Islam rasional liberal adalah tafsir Metaforis, tafsir Hermeunetika dan pendekatan sosial kesejarahan.
10. Ibadah terdiri dari simbol-simbol, makna, dan esensi. Apa maksudnya? Berikan contoh sehingga jelas kedudukannya masing-masing!
Simbol merupakan suatu hal yang dijadikan pola dalam beribadah. Contoh simbol adalah gerakan-gerakan sholat yang biasa dilakukan. Misalnya, ketika sholat, kita melakukan rukuk dan sujud. Di balik simbol ada makna yang terkandung di dalamnya. Contohnya ketika kita mengangkat tangan dalam posisi hormat,hal itu bermakna kita menghormati orang yang ada di depan kita. Tentara melakukan posisi hormat kepada atasan mereka tanpa kata, tetapi semua orang paham maknanya adalah menghormati atasan. Begitu pula shalat. Ketika kita mengangkat tangan untuk takbiratul ihram (simbol), bermakna kita mengagungkan Allah SWT dengan ucapan Allahu Akbar. Begitu pula setiap gerakan yang terdapat dalam shalat. Semuanya untuk menunjukkan bahwa kita (manusia) hanyalah makhluk rendah di hadapan ke-Agung-an Allah SWT.
Esensi dalam ibadah adalah sesuatu yang melatarbelakangi mengapa ibadah itu harus kita laksanakan. Dengan kata lain, esensi merupakan Inti dari sebuah ibadah. Contohnya, Esensi dalam shalat adalah mengingat Allah, doa, dan yang paling penting mencegah perbuatan keji dan mungkar. Namun, pada kenyataannya banyak umat muslim yang sudah tidak mengetahui esensi dari ibadah itu sendiri. Mereka tetap menjalankan ibadah, tetapi tidak berdasarkan esensinya.