I.
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP i.
Tahap Operasional Rumah Susun A. Peningkatan volum sampah 1. Indikator dampak Peningkatan sampah dapat ditetapkan dengan melihat perubahan sifat dari komponen yang berhubungan langsung dengan sampah tersebut. Salah satu komponen lingkungan tersebut adalah udara. Adanya sampah yang menumpuk terlalu lama terutama sampah organik akan memberi dampak polusi udara berupa bau yang tidak sedap. Selain itu, adanya lalat juga mengindikasikan adanya pencemaran lingkungan karena lalat merupakan binatang penyebar penyakit yang secara mekanis membawa kuman penyakit pada kakinya. 2. Upaya pengelolaan lingkungan Sampah dipilah menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan anorganik. Pengumpulan sampah paling lama dua hari sekali atau tiga kali seminggu. Menerapkan teknik 3R yang bisa berupa pengolahan sampah skala masyarakat (komposting, daur ulang, dan pemanfaatan gas metan). 3. Tolak ukur efektifitas pengelolaan Masyarakat dapat beraktivitas sebagaimanamestinya tanpa terganggu pencemaran udara dan gas berbahaya lainnya. Beban biaya yang dikeluarkan sesuai dengan pengelolaan yang dibutuhkan untuk mencegah peningkatan volum sampah dan mengurangi dampak pencemaran udara dan terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh interaksi dengan lalat. B. Limbah septic tank 1. Indikator dampak Kebocoran septic tank dapat diketahui dari perubahan kualitas airtanah. Kualitas airtanah yang berubah menjadi buruk dapat dilihat dari munculnya bakteri E Coli dan coliform dalam jumlah besar serta serta secara fisik dapat dirasakan dirasakan dari rasa, warna, dan bau yang tidak sedap. 2. Upaya pengelolaan lingkungan
Septic tank dibuat dengan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system). Pengolahan dilakukan dengan instalasi pengolahan air tinja (IPLT) menggunakan reaktor aerobik, yaitu Rotating Biological Contactor . Rotating Biological Contactor (RBC) adalah suatu proses perngolahan air limbah secara biologis yang terdiri atas disc melingkar yang diputar oleh poros dengan kecepatan tertentu. Teknologi RBC dapat menghasilkan efisiensi penurunan teringgi 74,24% untuk COD, 61,82% untuk BOD, dan 92,31% untuk TSS. Pengurasan dan pengangkutan dilakukan dengan truk tinja dengan waktu yang terjadwal. Output dari IPLT dibuang ke badan air penerima, yaitu sungai atau saluran air. 3. Tolak ukur efektifitas pengelolaan Masyarakat dapat terus mengelola tanpa terhambat aktivitas sebagaimanamestinya dan truk tinja dapat datang sesuai waktu yang terjadwal. C. Kuantitas air limbah 1. Indikator dampak Kuantitas air limbah dapat dilihat dari meningkatnya konsentrasi TDS, TSS, lemah jenuh, dan bahan organik. Peningkatan konsentrasi pencemar dalam hal ini TDS dan TSS dalam badan sungai membuat sungai memiliki sifat fisik warna yang keruh. 2. Upaya pengelolaan lingkungan Pengolahan air limbah pemboran dilakukan secara fisika dan kimia. Air limbah lain yang berasal dari kamar mandi akan ditampung dalam septic tank, sedangkan air hujan disalurkan ke saluran umum melalui drainase. Sistem pembuangan limbah menggunakan sistem campuran, yaitu pembuangan dimana air limbah kamar mandi dan air kotor dikumpulkan dan dialirkan dalam satu saluran. Sistem Ven yang diterapkan adalah ven tegak tunggal dengan ukuran sama dengan pipa tegak air limbah. Sistem ini akan memberikan penghematan penggunaan pipa dan efisiensi pengaliran air dalam sistem plumbing. Pengolahan air limbah rumah tangga menggunakan sistem
Biokontraktor. Sistem ini dapat menurunkan beberapa parameter yang dapat dijadikan indikator pencemaran. Setelah itu air limbah dapat ikut disalurkan ke saluran drainase. Dimensi saluran drainase yang ada di lingkungan rumah susun dapat menampung dan menyalurkan air hujan ke saluran drainase kota meskipun ditambah dengan air limbah sumber grey water . 3. Tolak ukur efektifitas pengelolaan Masyarakat dapat beraktivitas sebagaimanamestinya tanpa terjadinya degradasi kualitas badan air penampung secara signifikan dan tidak membahayakan biota lingkungan sungai. D. Pemenuhan air bersih 1. Indikator dampak Warga di sekitar rumah susun tidak dapat mengambil lagi airtanah dari sumur miliki mereka. 2. Upaya pengelolaan lingkungan Sistem plumbing air bersih yang diterapkan pada rumah susun sederhana adalah sistem pemompaan dan gravitasi. Air dari sumur dalam dipompa ke ground tank , untuk kemudian dipompa ke roof tank . Air dari roof tank didistribusikan ke tiap unit dengan sistem gravitasi. Setiap unit dilengkapi meteran air dan listrik untuk mencatat penggunaan air. 3. Tolak ukur efektifitas pengelolaan Menggali tingkat efektifitas waktu, dilakukan penelitian terhadap persepsi, pengetahuan, dan pengalaman dari pengelola program, yang terdiri dari fasilitator, perangkat desa, dan pengurus lembaga sektor air dan sanitasi dimasyarakat. II.
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN i.
Tahap Operasional Rumah Susun A. Peningkatan volum sampah Upaya pemantauan lingkungan dilakukan dengan mengawali sistem pembiayaan/ retribusi yang teratur dan langsung diperuntukkan bagi pengurus pengelola sampah rumah susun. Dengan begitu pelayanan dapat diberikan secara optimum oleh mereka. Ketegasan
dalam mengatur pemilahan sampah dan pembatasan jumlah sampah perlu diberlakukan dengan sistem denda dan ganti untung. Sistem tersebut diberlakukan kepada setiap penghuni rumah susun dengan cara ikut secara langsung mengelola sampah selama jangka waktu yang ditentukan. B. Limbah septic tank Upaya pemantauan lingkungan dilakukan dengan melakukan operasi dan perawatan terhadap IPLT RBC secara teratur. Variasi parameter dapat di kontrol seperti kecepatan putaran disc, resirkulasi, dan waktu detensi. Variabel yang paling efektif dalam meremoval BOD, COD, dan TSS adalah dengan memastikan kecepatan putaran disc relatif konstan 2 rpm dan luas area terendam disc 75% ketika operasi. C. Kuantitas air limbah Upaya pemantauan yang bisa dilakukan adalah melakukan penghematan dengan mendaur ulang air limbah khususnya yang bersumber dari mandi dan cuci ( grey water ) untuk keperluan non konsumsi seperti air penggelontoran, pembersihan rumah, siram tanaman, dan lain-lain. Dimensi saluran drainase yang ada di lingkungan rumah susun dapat menampung dan menyalurkan air hujan ke saluran drainase kota meskipun ditambah dengan membatasi air limbah sumber grey water yang masuk ke saluran drainase sehingga tidak terjadi genangan atau banjir di rumah susun. Selain itu di wilayah rumah susun terhubung dengan drainase kota (Kali Code) sehingga kemungkinan untuk terjadi genangan sangat kecil. D. Pemenuhan air bersih Upaya pemantauan lingkungan dilakukan dengan adanya perawatan dan pemeliharaan serta membatasi jumlah penghuni agar kebutuhan akan bertambahnya pemakaian air bersih tidak melebihi daya tampung reservoir. Setiap unit rumah dalamrumah susun memiliki meter air dan keran air sehingga dapat diketahui berapa kebutuhan air tiap unit satuan rumah dalam rumah susun sehingga pelayanan pemenuhan kebutuhan air bersih mencapai optimum.