UJI SKRINING NARKOTIKA/PSIKOTROPIKA PADA PLASMA DARAH PECANDU NARKOBA DENGAN TEKNIK IMMUNOASSAY
Oleh : (Kelompok 7) 1. Dewa Ayu Yuni Dewantari
(P07134013026)
2. A A Ayu Trisna Pradnyandari
(P07134013028)
3. A A Inten Pradnya Suamami
(P07134013030)
4. Christian Naftalli Ranni
(P07134013032)
5. Ni Gusti Ayu Pradnya Dewi
((P07134013034)
6. Dewa Gd. Aditya Satria D P.
(P07134013036)
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2015
BAB I PENDAHULUAN 1
Tujuan 1.1.1 Tujuan Umum -
Mahasiswa mampu melakukan uji skrining senyawa golongan narkotika atau psikotropika pada darah atau urine pecandu narkoba dengan teknik immunoassay
1.1.2 Tujuan Khusus -
Mampu menggunakan striptest untuk uji skrining senyawa golongan narkotika atau psikotropika pada darah atau urine pecandu narkoba dengan immunoassay
-
Mampu
menginterpretasikan
hasil
uji
skrining
dengan
teknik
immunoassay 2 Latar Belakang Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Narkotika dan psikotropika dewasa ini merupakan suatu ancaman bagi generasi muda penerus bangsa. Pengguna narkotika dan psikotropika tidak memandang kelas sosial, umur, keadaan ekonomi dan gender. Sesuatu yang menjadi ancaman adalah penyebaran NAPZA ini sangat berkembang dikalangan remaja yang sedang mengalami masa mencari jati diri dan memiliki sifat yang labil. Pergaulan bebas, kurangnya kontrol dari orang tua, dan kurang kuatnya ilmu agama adalah beberapa factor yang dapat menyebabkan generasi muda bangsa mudah terjerumus ke dalam lubang hitam narkoba. Bahkan , di media masa baik
dalam media cetak maupun media elektronik diberitakan bahwa tidak sedikit remaja selain menjadi pecandu narkoba juga menjadi pengedar narkoba. Hal ini menyebabkan dirasa perlu tindakan preventif atau pencegahan agar tidak banyak terjadi penyalahgunaan narkotika. Pencegahan penyalahgunaaan NARKOBA adalah seluruh usaha yang ditujukan untuk mengurangi permintaan dan kebutuhan gelap NARKOBA. Selama permintaan itu ada, persediaan akan selalu ada, dan apabila permintaan itu berhenti atau berkurang, persediaan akan berkurang termasuk pasarnya. Ada banyak pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui seseorang tersebut terjerat NAPZA atau tidak. Salah satunya adalah dilakukannya ujiscreening dan apabila mendapatkan hasil yang positif perlu dilakukan suatu pemeriksaan lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat karena hasil yang dikeluarkan sudah definitif menunjukkan jenis zat narkotika atau psikotropika yang dikonsumsi
oleh seseorang tersebut yang disebut dengan
pemeriksaan konfirmasi. Pemeriksaan pendahuluan
(Screening
test)
adalah
pemeriksaan
laboratorium sebagai upaya penyaring untuk mengetahui ada/tidaknya golongan narkotika dan psikotropika yang menimbulkan efek toksik atau efek gangguan kesehatan. Salah satu metode analisis toksikologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya obat-obatan narkotika dan psikotropika, pada serum , plasma, serta urine dengan menggunakan teknik immunoassay .
BAB II
DASAR TEORI 2.1.
Tinjauan Umum Narkotika dan Psikotropika Menurut
Soerdjono
Dirjosisworo
mengatakan
bahwa
pengertian
narkotikaadalah “Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia di bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain-lain. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (UndangUndang No. 5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang tersebut, namun setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika. Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut psikotropika golongan III dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang termasuk psikotropika antara lain ;Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax,
Amfetamine,
Fensiklidin,
Metakualon,
Metifenidat,
Fenobarbital,
Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya. 2.2Uji Skrining Terhadap Narkotika dan Psikotropika dengan Teknik Immunoassay. Scrrening test adalah pemeriksaan laboratorium sebagai upaya penyaring untuk mengetahui ada/tidaknya golongan narkotika dan psikotropika yang menimbulkan efek toksik atau efek gangguan kesehatan (Gelgel Wirasuta. 2013)
Immunoassay adalah suatu uji untuk mengidentifikasi keberadaan suatu obat maupun metabolitnya dalam sampel biologis. Tujuannya untuk memonitor penyalahgunaan obat maupun terapu suatu obat pada pasien (Kenny. 2011). Immunoassay lebih sering menggunakan sampel urin karena dibutuhkan sampel bebas protein. Pada sampel lain yang masih mengandung protein pelrlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu karena protein dapat mengganggu pembacaan absorbansi. Immunoassay mudah dilakukan, relatif murah untuk pengujian tiap sampel, dan dapat mengidentifikasi suatu golongan obat. Namun perlu diperhatikan adanya senyawa yang mirip dengan target dapat mengganggu pebgukuran atau hasil positif yang salah (Kenny. 2011) Salah satu analisis toksikologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya obatobatan narkotika dan psikotropika pada serum, plasma, serta urine dengan menggunakan teknik immunoassay yaitu salah satunya enzyme multiplied immunoassay technique (EMIT) yang disebut dengan rapid test. Pengujian dengan menggunakan metode EMIT merupakan salah satu cara pengujian secara immunoassayyang menggunakan suatu enzim yang sama untuk menguju beberapa senyawa. EMIT sendiri merupakan teknik immunoassay untuk beberapa jenis obat yang reseptornya berupa enzim. Pengujian dengan metode ini didasarkan dari adanya kompetisi antara obat pada sampel dan obat yang telah dilabeli dengan enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6P-DH) dengan sisi aktif dari suatu antibody (immunoassay competitive). Enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6P-DH) diperoleh dari Leuconostoc mesenteroides yang digunakan dalam pengujian ini. Pereaksi EMIT tersedia dalam bentuk kit siap pakai. Kit pereaksi tersebut dilengkapi dengan larutan kalibrator, yaitu obat dalam serum dengan berbagai konsentrasi , dan larutan control serta larutan dapar dalam bentuk serbuk kering (Sukasediati dan Matta, 1987)
EMIT dapat digunakan untuk mengidentifikasi antara lain : 1. Pengujian untuk benzodiazepine dan metabolitnya pada urin manusia. Pengujian ini menggunakan larutan oxazepam dengan konsentrasi 200 ng/ml untuk mengidentifikasi hasil positif/negative. 2. Pengujian untuk amfetamin monoclonal/metamfetamin pada urin manusia. Pengujian ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya d-amfetamin , metilendioksi-amfetamin (MDA) pada urine manusia. Pengujian inni menggunakan larutan d-metamfetamin dengan konsentrasi 1000 ng/ml untuk mengidentifikasi hasil positif /negative. 2.3 Pengumpulan Sampel, Pengiriman, dan Penyimpanan Analisis toksikologi bukan hanya terbatas pada seberapa rumit peralatan dan seberapa teliti analisis, hasil yang diperoleh tidak akan berarti jika pengumpulan, pengiriman, dan penyimpanan tidak memenuhi standar analisis. Analisis harus mengetahui stabilitas analit, matriks sampel serta kondisi lingkungan saat analisis dilakukan. Sehingga pengumpulan, pengiriman, dan penyimpanan sampel sangat penting dalam analisis (Flannagen. 2007). Spesimen urin yang harus diuji harus dikumpulkan dalam wadah bersih, kering, dan bisa dipecahkan tanpa kebocoran. Sampel urin harus ditangani dengan hati-hati, karena ada risiko tertular infeksi dari urin. Sebuah wadah baru harus digunakan setiap waktu untuk spesimen urin baru untuk menghindari kontaminasi spesimen. Untuk sampel darah dan urine, jika pengujian harus dilakukan nanti, sampel urin dapat disimpan pada suhu 2-8 0C selama 48 jam atau di bawah -20 0C untuk jangka waktu lama. Jika ada partikel padat terlihat dalam sampel urin, maka harus disentrifugasi, disaring, dan memungkinkan untuk menetap untuk mendapatkan spesimen yang jelas untuk pengujian (Anonim, 2009).
BAB III PROSEDUR KERJA 3.1 Alat dan Bahan A. Alat 1. Pipet tetes 2. Botol vial 3. Aluminuim foil 4. Pipet ukur 5. Gelas beaker 6. Tabung reaksi 7. Ball filler 8. Tabung effedorf 9. Oven 10. Pemanas dari coarning PC-420D B. Bahan 1. Benzodiazepin 2. THC 3. Metamfetamin 4. Opiat dari Bio-rad 5. Stip pH dari macherey 6. Metanol
3.2Langkah Kerja 3.2.1 Preparasi Sampel Darah EDTA Dicentrifugasi kecepatan 1500 rpm selama 15 menit Fase cair
Fase padat
Disebut Plasma
Strip disiapkan
3.2.2Uji Skrining Narkotika dan Psikotropika dengan Teknik Immunoassy Strip test Dikondisikan pada suhu ruang Strip test dikeluarkan dari bungkusnya Stri test dicelupkan ke dalam sampel urine atau plasma
Strip test diletakkan pada meja datar
Dengan arah panah menunjuk tegak lurus pada sampel. Tinggi sampel yang tercelup tidak melewati batas strip
Dibiarkan hingga muncul warna merah keunguan pada area test (± 30 detik) Hasil dibaca antara 10-30 menit setelah penambahan sampel. 3.3 Interpretasi Hasil -
Hasil negatif (-) bila tampak 2 garis pada C dan T
-
Hasil positif (+) bila tampak 1 garis pada huruf C
-
Tidak valid bila tidak muncul garis pada huruf C
3.4. Hasil Pengamatan Gambar di samping merupakan strip untuk methampetamin yang menunjukan hasil positif (muncul garis pada “C” dan “T”) . Dimana garis yang muncul pada T line samar-samar
karena
terjadinya
cross
reaction.
Gambar di samping merupakan strip untuk pemeriksaan Opiat yang menunjukan hasil positif (muncul garis pada “C”).
Gambar di samping merupakan strip untuk pemeriksaan BZO yang menunjukan hasil negatif (muncul garis pada “C” dan “T” yang terlihat jelas). BAB IV PEMBAHASAN Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri. dan dapat menimbulkan ketergantungan. Sedangkan Psikotropika merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika ,yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku . Dalam Pemeriksaan Narkoba ada beberapa uji yang dapat dilakukan antara lain uji penyaring (skrining) dan uji konfirmasi. Uji skrining adalah uji pemeriksaan pendahuluan
laboratorium
sebagai
upaya
penyaring
untuk mengetahui
ada/tidaknya golongan narkotika dan psikotropika dalam sampel uji yang diperiksa, sedangkan untuk memastikan apakah orang tersebut penggunanarkoba atau bukan maka harus dilakukan tes konfirmasi. Terdapat beberapa parameter yang umumnya dapat diuji di laboratoriumuntuk pemeriksaan narkotika/psikotropika antara lain : Golongan Amfetamin(sabu-sabu), Benzodiazepin, Kokain, Opiat (morphin) dan Ganja (Kanabis /Marijuana). Sebelum bahan/ sampel dilakukan pengujian, dilakukan preparasi sampel terlebih dahulu.
Preparasi sampel ini dilakukan untuk menyiapkan sampel agar siap dianalisis dan untuk menghilangkan zat atau kotoran yang dapat mengganggu analisa. Dalam praktikum kali ini , telah dilakukan pemeriksaan uji skrining narkotika dan psikotropika pada sampel plasma. Dimana plasma merupakan cairan darah yang masih mengandung protein fibrinogen. Plasma didapatkan dengan menampung darah pada tabung vacuum tutup ungu(mengandung EDTA) dan lalu di centrifuge dengan kecepatan 1500rpm selama 15 menit. Maka akan terpisah fase cair dan fase padatnya. Fase cait tersebutlah yang kita gunakan sebagai sampel yang disebut dengan plasma. Namun pada praktikum ini, proses pemisahan plasma dan sel darah tidak dilakukan karena sampel plasma sudah disediakan oleh dosen pembimbing. Pada pemeriksaan yang telah dilakukan, digunakan 3 strip Test yang tiap tiap strip memiliki parameter pemeriksaan yang berbeda. Adapun parameter dari tiap tiap stip adalah stip untuk menguji golongan opiate, strip untuk benzo dan juga strip untuk menguji adanya kandungan methamphetamine pada sampel tersebut. Adapun dalam proses pembacaan interprestasi hasilnya, hasil negative ditandakan dengan adanya 2 garis pada C dan T. hasil positif adanya zat zat berbahaya tersebut ditandai dengan tampak 1 garis pada kolom C. dan hasil tidak valid jika hanya terdapat 1 garis pada colom C, Prinsip pembacaaan dengan metode skrining ini adalah, pada saat spesimen mengandung narkotika ataupun psikotropika di zona S spesimen akan langsung berikatan dan menjenuhi IgG anti-narkotika dan psikotropika-substrat, sehingga wakti didifusikan ke zona T tidak dapat mengikat narkotika/psikotropika-enzimnya (KNE), maka tidak terjadi reaksi antara enzim dengan substratnya dan tidak muncul reaksi warna. Sebaliknya di zona C tetap terjadi reaksi warna (pita merah muda) sebab narkotika/psikotropika spesimen tidak spesifik untuk dapat berikatan dengan IgG goat. (suwarso.2012)
Pada spesimen yang tidak mengandung narkotika/psikotropika , maka jika spesimen ini diteteskan pada zona S, spesimen hanya mendifusikan IgG anti narkorika/psikotropika-substrat dan IgG goat-substratdari zona S ke zona T dan zona C. Di zona T, IgG anti narkotika dan psikotropika akan berikatan dengan narkotika/psikotropika enzimnya (KNE), sementara di zona C IgG goat akan berikatan dengan IgG anti-IgG goat-enzim (KAGE), sehingga baik di zona T maupun zona C terjadi reaksi enzim-substrat berupa pita warna berwarna merah. (suwarso.2012). Sesui dengan hasil pemeriksaan, sampel plasma dengan kode sampel 2B secara makroskopis dapat diamati warnanya kuning dan memiliki pH adalah 8, dan setelah dilakukan pengujian dengan stip test, menunjukkan hasil positif pada strip dengan parameter pemeriksaan Opiat dan Methaphetamine dengan ditunjukkan adanya 1 garis warna saja yang muncul, pada Strip Methaphetamine walaupun garis yang ditunjukkan terdapat 2, namun pada garis test, warnanya samar samar dan masih bisa dikatakan positif . sedangkan pada strip benzo sangat jelas menunjukkan hasil negative, karena warna garis yang ditimbulkan sangat jelas terdapat 2. Opiat merupakan golongan Narkotika alami yang sering digunakan dengan cara dihisap (inhalasi). Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation), Menimbulkan semangat, Merasa waktu berjalan lambat., Pusing, kehilangan keseimbangan/mabuk, Merasa rangsang birahi meningkat (hambatan seksual hilang), Timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung. Dan Methampethamine adalah obat psikostimulant dari golongan phenethylaminedan amfetamine. Obat ini meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi, dan stamina, dan jika digunakan dengan dosis yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan euforia,meningkatkan percaya diri, dan libido. Menurut UU No.5 Tahun 1997,methampethamine termasuk dalam obat psikotropika golongan II yaitu ³obat psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi danatau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkansindrom ketergantungan´. Methemphetamine
bekerja pada sistem saraf pusat denganmengaktifkan pelepasan neurotransmitter dopamin, norepinefrin, dan serotonin.
BAB V KESIMPULAN 1. Scrrening test merupakan upaya penyaring untuk mengetahui ada/tidaknya
golongan narkotika dan psikotropika yang menimbulkan efek toksik atau efek gangguan kesehatan 2. Dalam praktikum kali ini , telah dilakukan pemeriksaan uji skrining narkotika dan psikotropika pada sampel plasma. Dimana plasma merupakan cairan darah yang masih mengandung protein fibrinogen. 3. Sesui dengan hasil pemeriksaan, sampel plasma dengan kode sampel 2B secara makroskopis dapat diamati warnanya kuning dan memiliki pH adalah 8, dan setelah dilakukan pengujian dengan stip test, menunjukkan hasil positif pada strip dengan parameter pemeriksaan Opiat dan Methaphetamine dengan ditunjukkan adanya 1 garis warna saja yang muncul, pada Strip Methaphetamine walaupun garis yang ditunjukkan terdapat 2, namun pada garis test, warnanya samar
samar dan masih bisa dikatakan positif .
sedangkan pada strip benzo sangat jelas menunjukkan hasil negative, karena warna garis yang ditimbulkan sangat jelas terdapat 2 serta sampel plasma juga positif dekstro.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Farmakokinetik Obat. Diakses dari :http://ebie-biebie.blogspot.com/2009/12/farmako-kinetik-obat.html. Diakses pada : 6 Mei 2015 Inar. 2013. Narkotika dan Psikotropika. Online. http://anakessandikarsa011008.blogspot.com/2013/07/napza-narkotikapsikotropika-dan-zat.html. Diakses pada : 6 Mei 2015 Kenny. 2011. Analisis Kualitatif Amfetamin dan Benzodiazepin Secara EMIT. Online. http://www.scribd.com/doc/74127001/Bioanalisis-EMIT-KualitatifAmfetamin-dan-Benzodiazepin. Diakses pada : 6 Mei 2015 Flanagan, R. J., A. Taylor, I.D. Watson, R. Whelpton. 2007. Fundamental of Analytical Toxicology. West Sussex : John Willey and Sonds Ltd. Wirasuta, Gelgel. 2013. Penuntun Praktikum Toksikologi. Denpasar : Universitas Udayana Anonim. 2015. Methamphetamine :http://id.scribd.com/doc/77003747/BAB-II. 11 Mei 2015