8
Laporan Praktikum Limnologi Uji Oksigen Terlarut (DO)
Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian Oksigen Terlarut
Oksigen yang kita bicarakan dalam konteks Limnologi ini tentu saja oksigen yang terlarut, selanjutnya disingkat OT. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobic. Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor, yaitu kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa airr, dan udara seperti arus, gelombang, dan pasang surut. Bila kita cermati, ternyata atmosfir bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml/L. Kadar OT dalam perairan alami tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfi. Semakin besar suhu dan ketinggian dari permukaan laut (altituda) serta semakin kecil tekanan atmosfir, maka kadar OT semakin kecil (Hidayat, 2015:63).
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen telarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh makhluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen) makan kualitas air semakin baik, jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Hanifah, 2013).
Sumber utama oksigen dalam perairan menurut Agustyar (2015), berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arcs, gelombang dan pasang surut. Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD, semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada lems, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ikan pada saar bergerak. Kadungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun. Idealnya, kandungan oksigen terlarut dan tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70%.
Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut diperairan alamibervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (anaerob). Hubungan antara kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu ditunjukkan dalam Tabel 1.1 yang menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu, kelarutan oksigen semakin berkurang. Kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen dilarut cenderung lebih rendah aripada kadar oksigen diperairan tawar (Hanifah, 2013).
Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara diurnal dan musiman tergantung pada percampuran dan tubulensi massa ai, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah yang masuk ke dalam air. Peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%. Penguraian bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat menguragi kadar OT hingga mencapai nol (kondisi anaerob). Hubungan antara OT jenuh dan suhu dapat dilihat pada Tabel 1.2, yang menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu. Maka kelarutan oksigen semakin berkurang. Kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas (lihat Tabel 1.2), sehingga kadar oksigen di laur cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar (Hidayat, 2015:65).
Tabel 1.1 Hubungan antara Kadar Oksigen Terlarut (OT) Jenuh dan Suhu
pada Tekanan Udara 760 mmHg
Suhu (oC)
Kadar Oksigen Telarut (mg/L)
Suhu (oC)
Kadar Oksigen Terlarut (mg/L)
Suhu (oC)
Kadar Oksigen Terlarut (mg/L)
0
14,62
14
10,31
28
7,83
1
14,22
15
10,08
29
7,69
2
13,83
16
9,87
30
7,56
3
13,46
17
9,66
31
7,43
4
13,11
18
9,47
32
7,30
5
12,77
19
9,28
33
7,18
6
12,45
20
9,09
34
7,06
7
12,14
21
8,91
35
6,95
8
11,84
22
8,74
36
6,84
9
11,56
23
8,58
37
6,73
10
11,29
24
8,42
38
6,62
11
11,03
25
8,26
29
6,51
12
10,78
26
8,11
40
6,41
13
10,54
27
7,97
(Cole, 1983 dalam Hidayat, 2015:64)
Tabel 1.2 Hubungan antara Kadar Oksigen Terlarut (OT) Jenuh dan Salinitas
pada Tekanan Udara 760 mmHg
Suhu (oC)
Salinitas (%)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
20
8,9
8,6
8,4
8,1
7.9
7,7
7,4
7,2
6,9
6,8
22
8,6
8,4
8,1
7,9
7,6
7,4
7,2
6,9
6,7
6,6
24
8,3
8,1
7,8
7,6
7,4
7,2
6,9
6,7
6,5
6,4
26
8,1
7,8
7,6
7,4
7,2
7,0
6,7
6,5
6,3
6,1
28
7,8
7,6
7,4
7,2
7,0
6,8
6,5
6,3
6,1
6,0
30
7,6
7,4
7,1
6,9
6,7
6,5
6,3
6,1
5,9
5,8
32
7,3
7,1
6,9
6,7
6,5
6,3
6,1
5,9
5,7
5,5
(Weber, 1991 dalam Hidayat, 2015:65)
Menurut Hidayat (2015:65), kadar oksigen jenuh akan tercapai bila kadar OT di perairan sama dengan kadar OT secara teoritis. Kadar oksigen tidak jenuh terjadi jika kadar OT lebih kecil daripada kadar oksigen secara teoritis. Kejenuhan oksigen di periaran dinyatakan dengan pesen saturasi. Contoh perhitungan persen saturasi oksigen adalah sebagai berikut :
Pada suhu 5oC. Kadar oksigen yang terukur adalah 6,1 mg/L sedangkan kadar oksigen secara teoritis adalah 12,77 mg/L, maka persen sarurasi adalah 6,1 : 12,37 = 47,77% (tidak jenuh).
Pada suhu 26oC, kadar oksigen yang terukur adalah 12,4 mg/L sedangkan kadar oksigen secara teoritis adalah 8,11 mg/L, maka persen saturasi adalah 12,4 : 8,11 = 152,90% (lewat jenuh/super saturasi).
Didalam air, oksigen memerankan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak meembahayakan. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandunga dalam air. Reaksi yang terjadi dalam penguraian tersebut adalah :
Komponen Organik+O2 +nutrien mikroorganisme CO2+H2O+Sel baru+nutrien+energi
Jika reaksi pengurai komponen kimia dalam air terus belaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian merupakan pencemaran berat pada air (Anonim, 2014).
Penanggulangan Kelebihan/Kekurangan Kadar Oksigen Terlarut
Menurut Agustyar (2015) Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara :
Menaikkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur akan menurun.
Menambahkan kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar oksigen terlarut akan menurun karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik.
Cara untuk menangguangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut menurut Agustyar (2015) adalah dengan cara :
Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun maka kadar oksigen terlarut akan naik.
Mengurangi kedalam air, dimana semakin dalam air tersebut maka akan semakin kadar oksigen terlarut akan naik karena proses fotosintesis semakin meningkat.
Mengurangi bahan-bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat bahan organik dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah.
Diusahakan agar air tersebut mengalir.
Pengaruh Keberadaan Ikan Terhadap Kadar Oksigen Terlarut
Keadaan perairan dengan kadar OT sangat rendah, berbahaya bagi organisme akuatik. Semakin rendah kadar OT, semakin tinggi toksisitas (daya racun) Zn (zinc, seng), Cu (copper, tembaga), Pb (lead, timbal, timah hitam), HCN (sianida), hidrogen sulfida, dan NH4 (amonia). Kadar OT <2 mg/L dapat mengakibatkan kematian ikan. Hubungan antara OT dengan kelangsungan hidup ikan di kolam (lihat tabel 1.3). Kepekatan kadar oksigen terlarut di suatu perairan dipengaruhi oleh tanaman yang berfotosintesis di air, kederasan arus air, cahaya yang masuk ke dalam air dan jumlah bahan organik yang diuraikan oleh organisme air. Kadar oksigen terlarut yang tinggi pada suatu perairan dapat menguntungkan organsime yang hidup di dalamnya karena oksigen terlarut yang tinggi dalam suatu perairan dapat menunjukkan bahwa air pada perairan tersebut berkualitas baik (Hidayat, 2015:68-69).
Tabel. 1.3 Kadar Oksigen Terlarut (OT) dan Pengaruhnya terhadap
Kelangsungan Hidup Ikan
Kadar OT (mg/L)
Pengaruh terhadap Kelangsungan Hidup Ikan
<0,3
Hanya sedikit jenis ikan yang dapat bertahan pada masa pemaparan singkat (short exposure)
0,3-1,0
Pemaparan lama (prolonged expusure) dapat mengakibatkan kematian ikan
1,0-5,0
Ikan dapat bertahan hidup, tetapi pertumbuhannya terganggu
>5,0
Hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi ini
(Swingle, 1969 dalam Hidayat, 2015:68)
Analisis Oksigen Terlarut
Menurut Agustyar (2015), analisis oksigen terlarut dapat ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu :
Metode titrasi dengan cara WINKLER
Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH- Kl, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atau HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya ditritasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan :
MnCl2 + NaOH Mn(OH)2 + 2 NaCl
2 Mn(OH)2 + O2 2 MnO2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 Nal
Metode elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metode elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalam larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeabel terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah :
Katoda : O2 + 2 H2O +4e 4 HO-
Anoda : Pb + 2 HO- PbO + H2O + 2e
Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metode WINKLER lebih analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri adalah penetuan larutan standar kaliumbikarbonat yang tepat. Dengan mengikuti prosedur penimbangan kaliumbikarbonat dan standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan menggunakan DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran (Hidayat, 2015:70).
BAB II
METODOLOGI
Hari, Tanggal, Tempat, dan Judul Praktikum
Praktikum dilakukan pada hari Selasa, Tanggal 19 April 2016, dilakukan di Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang, yang berjudul "Pengukuran Oksigen Telarut di dalam Air".
Tujuan Praktikum
Dapat menentukan kadar oksigen terlarut dalam air
Dapat mengetahui dan menggolongkan air yang baik untuk di konsumsi
Dapat mengetahui optimal untuk pertumbuhan biota air
Alat dan Bahan
Alat :
Unit DO-meter
Gelas beker 1 liter
Tissue
Pipet tetes
Aquades
Bahan :
Air sumur
Air sungai
Air got/comberan
Cara Kerja
Masing-masing iar yang diambil dari sumber berbeda disimpan di dalam boto, tutup rapat, kemudian botol dilapisi kertas karbon/kertas manggis berwarna hitam, dan dilapisi lagi menggunakan kantong plastik hitam.
Kemudian masing-masing sampel air dituangkan kedalam gelas beker.
Masing-masing sampel air tersebut diukur DO-nya dengan menggunakan DO-meter dengan satuan %, mbar, dan mg/L. Lalu dicatat.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Praktikum
Data hasil pengamatan oksigen terlarut diambil dari 6 kelompok, berikut tabel pengamatan dari berbagai kelompok.
Tabel 3.1 Data Hasil Pengamatan Oksigen Terlarut Kelompok 1
No
Sampel Air
Oksigen Terlarut
1
Air Sungai Musi 7 Ulu
4,9 mg/L
2
Air Tampungan Bawah Tanah
7,3 mg/L
3
Air Sumur
5,7 mg/L
4
Air PAM
7,6 mg/L
Tabel 3.2 Data Hasil Pengamatan Oksigen Terlarut Kelompok 2
No
Sampel Air
Oksigen Terlarut
1
Air Sumur
7,2 mg/L
2
Air Got Cempaka
7,4 mg/L
3
Air Sungai 7 Ulu
7,7 mg/L
Tabel 3.3 Data Hasil Pengamatan Oksigen Terlarut Kelompok 3
No
Sampel Air
Oksigen Terlarut
1
Air Sungai Jakabaring
7,5 mg/L
2
Air Sumur KM 5
7,1 mg/L
3
Air Got Flamboyan
7,3 mg/L
Tabel 3.4 Data Hasil Pengamatan Oksigen Terlarut Kelompok 4
No
Sampel Air
Oksigen Terlarut
1
Air Sungai Musi
7,6 mg/L
2
Air Bak Mandi
7,6 mg/L
3
Air Got Demang
7,4 mg/L
Tabel 3.5 Data Hasil Pengamatan Oksigen Terlarut Kelompok 5
No
Sampel Air
Oksigen Terlarut
1
Air Sungai Lingkis OKI
6,1 mg/L
2
Air Got KM 7
7,1 mg/L
3
Air PDAM Jaya Indah
7,6 mg/L
Tabel 3.6 Data Hasil Pengamatan Oksigen Terlarut Kelompok 6
No
Sampel Air
Oksigen Terlarut
1
Air Sungai Jakabaring Pasar Induk
7,7 mg/L
2
Air Sumur Sumbawa
7,7 mg/L
3
Air Got FKIP UMP
7,6 mg/L
Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti pada tabel-tabel dihasil. Pada tabel 3.1 menunjukkan bahwa air Sungai Musi 7 Ulu lebih rendah yaitu 4,9 mg/L, ini disebabkan karena pada saat pengambilan sampel air dilakukan pada sore hari yaitu sekitar pukul 15.30 WIB. Pada waktu berikut, di perairan tidak lagi terjadi fotosintesis, sehingga kadar oksigen terlarut sudah terpakai oleh biota yang ada di perairan tersebut. Menurut Maulida (2015), pada siang hari ketika terjadi fotosintesis, jumlah oksigen terlarut cukup banyak, sebaliknya pada malam hari ketika tidak terjadi fotosintesis, oksigen yang terbentuk selama siang hari akan dipergunakan oleh ikan dan tumbuhan air, sehingga sering terjadi penurunan konsetrasi oksigen secara drastis. Kelarutan oksigen didalam air jugaa terkait dengan suhu, antara oksigen dengan suhu adalah berbanding terbalik. Pada temperatur yang tinggi juga dapat meningkatkan kehilangan oksigen terlarut karena penguapan, jika suhu sangat tinggi, maka kelarutan oksigen menurun, begitu juga sebaliknya. Pada air tampungan bawah tanah oksigen terlarut yang terkandung yaitu 7,3 mg/L. Pada air sumur kadar oksigen terlarut yaitu sebesar 5,7 mg/L. Pada air PAM oksigen terlarut yaitu sebesar 7,6 mg/L.
Pada tabel 3.2 menunjukkan bahwa air Sungai 7 Ulu yang diambil pada pukul 16.00 WIB, oksigen yang terlarut sebesar 7,7 mg/L, ini berbanding terbalik dengan hasil yang didapatkan oleh kelompok 1, besar kemungkinan bahwa kelompok 2 mengambil air sampel sungai 7 Ulu ini pada lokasi dengan suhu yang normal dan penguapannya tidak terlalu besar, sehingga kadar oksigen terlarut masih terjaga. Pada air Sumur oksigen terlarut sebanyak 7,2 mg/L. Pada air got Cempaka oksigen yang terlarut sebanyak 7,4 mg/L, sampeel air pada got Cempaka ini dilakukan pada sore hari yaitu tepatnya pukul 17.00 WIB.
Pada tabel 3.3 menunjukkan bahwa air Sungai Jakabaring oksigen yang terlarut didalamnya sebesar 7,5 mg/L, sampel diambil pada sore hari sekitar pukul 15.30 WIB, oksigen terlarut yang cukup tinggi dikarenakan mungkin tempat atau lokasi yang diambil sampelnya cukup dingin dan tidak terlalu tinggi penguapan yang terjadi, sehingga oksigen terlarut masih cukup tinggi. Pada air sumur KM 5 oksigen yang terlarut sebesar 7,1 mg/L. Pada air got Flamboyan okssigen terlarut sebesar 7,3 mg/L, air got ini memiliki oksigen terlarut yang cukup tinggi dikarenakan biota yang hidup di dalam air git tersebut masih sedikit, sehingga oksigen terlarut masih tinggi kadarnya.
Pada tabel 3.4 menunjukkan hasil yang di ambil dari sampel air Sungai Musi pada pukul 18.00 WIB, oksigen yang terlarut mencapai 7,6 mg/L, ini disebabkan karena konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan bergantung pada variasi dari temperuatur. Menurut Maulida (2015), oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga jika ketersediannya dalam air tidak mencukupi kebutuhan ikan, maka segala aktivitas dan proses pertumbuhan ikan akan terganggu, bahkan akan mengalami kematian. Kebutuhan oksigen mempunyai dua aspek yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada keadaan metabolisme ikan. Pada air bak mandi kelompok 4, kadar oksigen terlarut mencapai 7,6 mg/L, kemungkinan ada biota yang hidup di air bak mandi terssbut, namun kadar oksigennya tidak terpakai oleh biota lain kecuali biota itu sendiri. Pad air got Demang, oksigen terlarut sebesar 7,4 mg/L, kadar oksigen terlarut pada air got ini masih cukup tinggi.
Pada tabel 3.5 yaitu pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 5 tepatnya kelompok saya, pengamatan DO yang terlarut di dalam air menggunakan sampe air dari Sungai Lingkis OKI, air got KM 7, dan air PDAM Jaya Indah. Hasil menunjukkan bahwa oksigen terlarut yang terdapat di Sungai Lingkis OKI sebesar 6,1 mg/L, pengambilan sampel dilakukan pada siang hari. Kelarutan oksigen yang terkandung sedikit, dikarenakan pada sungai Lingkis banya biota-biota yang hidup disana, sehingga oksigen terlarut cepat mengalami penurunan dikarenakan pemakaian yang terus menerus oleh biota-biota yang ada di dalam perairan tersebut. Selanjutnya pada air got KM 7, oksigen terlarut sebanyak 7,1 mg/L, cukup tinggi karena pengambilan dilakukan pagi hari. Pad air PDAM Jaya Indah, kadar oksigen terlarut sebesar 7,6 mg/L, ini menunjukkan bahwa air dari PDAM Jaya Indah memiliki kadar oksigen tertinggi kemungkinan ada banyak biota yang menghasilkan oksigen disana.
Pada tabel 3.6 menunjukkan hasil yang di ambil dari sampe air Sungai Jakabaring tepatnya di Pasar Induk, oksigen yang terlarut sebesar 7,7 mg/L, cukup tinggi, kemungkinan perairan masih cukup baik dan belum tercemar. Pada air sumur Sumbawa, oksigen terlarut sebesar 7,7 mg/L, kemungkinan air sumur tersebut masih asri dan belum tercemar oleh aktifitas manusia. Pada air got FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang, oksigen terlarut sebesar 7,6 mg/L, oksigen terlarut cukup tinggi dikarenakan banyak tumbuhan air seperti lumut yang hidup di pinggiran dekat air got tersebut.
Keseimbangan oksigen terlarut dalm air secara alamiah terjadi secara berkesinambungan. Mikroorganisme sebagai makhluk terkecil dalam air, untuk pertumbuhannta membutuhkan sumber energi yaitu unsur karbon yang dapat diperoleh dari bahan organik yang berdifusi dari udara. Bahan organik tersebut oleh mikroorganisme akan diuraikan menjadi karbondioksida dan air. Karbondioksida selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman dalam air untuk proses fotosintesis membentuk oksigen dan seterusnya. Oksigen yang dimanfaatkan untuk proses penguraian bahan organik tersebut akan diganti oleh oksigen yang masuk dari udara maupun dari sumber lainnya secepat habisnya oksigen terlarut yang digunakan oleeh bakteri atau dengan kata lain oksigen yang diambil oleh biota air selalu setimbang dengan oksigen yang masuk dari udara maupun dari hasil fotosintesis tanaman air (Maulida, 2015).
Pencemaran air yang berlebihan menyebabkan oksigen terkarut dalam air pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air. Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air. Besarnya beban pencemaran yang ditamboung oleh suatu perairan, dapat diperhitungkan berdasarkan jumlah palutan yaang berasal dari berbagau sumber aktifitas air buangan dari proses-proses industri dan buangan domestik yang berasal dari penduduk.
Pertanyaan :
Adakah perbedaan kandungan oksigen terlarut pada masing-masing sampel air yang diperoleh? Jelaskan penyebabnya!
Jelaskan apa saja faktor yang dapat mempengaruhi kandungan oksigen terlarut pada suatu peraiaran!
Jelaskan hubungan banyaknya oksigen terlarut pada suatu perairan dengan biota yang ada di dalamnya!
Mengapa berbada jumlah DO air sungai pada kelompok 1 dengan kelompok lainnya?
Mengapa pada malam hari tidak terjadi produksi oksigen ?
Jawaban :
Ada, hal ini disebabkan oleh faktor suhu, tekanan, dan juga ketinggian air. Adapun faktor lain yaitu pada siang hari ketika terjadi fotosintesis, jumlah oksigen terlarut cukup banyak, sebaliknya pada malam hari ketika tidak terjadi fotosintesis, oksigen yang terbentuk selama siang hari akan dipergunakan oleh ikan dan tumbuhan air, sehingga sering terjadi penurunan konsetrasi oksigen secara drastis. Kelarutan oksigen didalam air jugaa terkait dengan suhu, antara oksigen dengan suhu adalah berbanding terbalik. Pada temperatur yang tinggi juga dapat meningkatkan kehilangan oksigen terlarut karena penguapan, jika suhu sangat tinggi, maka kelarutan oksigen menurun, begitu juga sebaliknya.
Faktor yang mempengaruhi kandungan oksigen terlarut pada suatu perairan yaitu suhu, pH, input oksigen, jenis bahan organik, rasio karbon dan nitrogen.
Suhu : Suhu optimum mikroorganisme berktivitas beraneka ragam, tetapi proses dekomposisi biasanya terjadi pada kondisi udara hangat (5-35oC), setiap peningkatan suhu 10oC akan meningkatkan proses dekomposisi dan konsumsi OT menjadi 2x lipat.
pH : Proses dekomposisi bahan organik lebih cepat berlangsung pada kondisi pH netral dan alkalis.
Input oksigen : Dekomposisi secara anaerob berlangsung lebih lambat dan menghasilkan produk berupa bahan organik seperti alkohol dam asam organik. Dekomposisi secara aerob disebut tidak sempurna karena tidak menghasilkan CO2 dan H2O seperti halnya dekomposisi secara aerob. Para perairan alami, dekomposisi anaerob terjadi pada zona hipolimnion dan lapisan lumpur di dasar perairan.
Jenis bahan organik : Semakin banyak limbah dalam perairan, semakin banyak pula oksigen terlarut yang digunakan dekomposer untuk proses penguraian. Maka, banyak sedikitnya limbah akan mempengaruhi okssigen terlarut. Urutan kecepatan dekomposisi; gula > selulosa > lignin.
Rasio karbon dan nitrogen : Berdasarkan berat keringnya bakteri terdiri dari C 50%, N 10%; sedangkan jamur C 50% dan N 5%. Jika bahan organik yang didekomposisi banyak mengandung N, maka mikroorganisme akan tumbuh dengan baik. Selain itu dimanfaatkan oleh mikroorganisme, N juga dilepas ke perairan atau disebut mengalami mineralisasi.
Kepekatan kadar oksigen terlarut di suatu perairan dipengaruhi oleh tanaman yang berfotosintesis di air, kederasan arus air, cahaya yang masuk ke dalam air dan jumlah bahan organik yang diuraikan oleh organisme lain. Kadar oksigen terlarut yang tinggi pada suatu perairan dapat menguntungkan organsime yang hidup di dalamnya karena oksigen terlarut dimanfaatkan dalam melakukan metabolisme. Selain itu, kadar oksigen terlarut yang tinggi dalam suatu perairan dapat menunjukkan bahwa air pada perairan tersebut berkualitas baik.
Karena pada saat pengambilan sampel air dilakukan pada sore hari yaitu sekitar pukul 15.30 WIB. Pada waktu berikut, di perairan tidak lagi terjadi fotosintesis, sehingga kadar oksigen terlarut sudah terpakai oleh biota yang ada di perairan tersebut.
Karena pada malam hari, tidak ada cahaya yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis bagi tanaman air dan fitoplankton yang ada di suatu perairan untuk menambah kadar oksigen terlarut dalam perairan tersebut. Sehingga pada malam hari tidak terjadi proses fotosintesis oleh tanaman maupun fitoplankton, maka dari itu tidak ada produksi oksigen yang dihasilkan.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa DO yang terdapat di perairan dari berbagai sampel memiliki perbedaan karena pengaruh dari suhu, tekanan, dan ketinggian air.
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen) maka kualitas air semakin baik, jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Oksigen juga dijadikan sebagai faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air. Selain, itu, oksigen juga menentukan peran biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik.
Dari hasil data yang didapatkan pada saat praktikum, kadar oksigen terlarut yang tinggi yaitu terdapat pada air Sungai Jakabaring tepatnya di Pasar Induk, yaitu 7,7 mg/L. Kadar oksigen terlarut yang terendah yaitu pada sampe air Sungai Musi 7 Ulu yang diambil pada pukul 15.30 WIB, yaitu sebesar 4,9 mg/L. Hal kedua ini dapat terjadi dikarenakan pada siang hari ketika terjadi fotosintesis, jumlah oksigen terlarut cukup banyak, sebaliknya pada malam hari ketika tidak terjadi fotosintesis, oksigen yang terbentuk selama siang hari akan dipergunakan oleh ikan dan tumbuhan air, sehingga sering terjadi penurunan konsetrasi oksigen secara drastis. Kelarutan oksigen didalam air jugaa terkait dengan suhu, antara oksigen dengan suhu adalah berbanding terbalik. Pada temperatur yang tinggi juga dapat meningkatkan kehilangan oksigen terlarut karena penguapan, jika suhu sangat tinggi, maka kelarutan oksigen menurun, begitu juga sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustyar. 2015. Kandungan Oksigen Terlarut/ DO (Disslove Oxygen). (Online) (http:
//www.agustyar.com/2015/04/kandungan-oksigen-rerlarut-do-disslove-oxygen.htm?m=1). Diakses pada tanggal 24 April 2016
Anonim. 2013. Dissloved Oxygen Meters. (Online) (
http://m.globalinstru.com/
dissloved-oxygen-meters.html). Diakses pada tanggal 24 April 2016
Anonim. 2014. Oksigen Terlarut. (Online) (
http://id.m.wikipedia.org/wiki/okigen
_terlarut). Diakses pada tanggal 24 April 2016
Hanifah, Hanan. 2013. Oksigen Terlarut. (Online) (
http://www.academia.edu /524
9810/Oksigen_Terlarut). Diakses pada tanggal 24 April 2016
Hidayat, Saleh. 2015. Limnologi. Palembang : Universitas Muhammadiyah
Palembang Press
Maulida, Lisa. 2015. Oksigen Terlarut dalam Perairan. (Online) (
http://lisa-m-r-
fpk09.web.unair.ac.id/artikel_detail-120970-Perikanan-Oksigen%20Terlarut %20dalam%20Perairan.html). Diakses pada tanggal 24 April 2016.
LAMPIRAN
Gambar 1. Lokasi Sungai Lingkis, OKI
(Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 2. Proses Pengambilan Sampel Air
Sungai (Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 3. Alat yang diperlukan dalam
Pengambilan Sampel, Plastik Hitam, dan Botol Bekas (Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 4. Lokasi Air Got KM 7 (Dokumen
Pribadi, 2016)
Gambar 5. Proses Pengambilan Sampel Air
Got (Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 6. Lokasi Air PDAM Jaya Indah
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 7. Dissloved Oxygen Meters (Anonim, 2013)
Gambar 8. Gelas Beaker 900 ml
(Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 9. Gelas Erlenmayer (Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 10. Tissue (Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 11. Hasil Pengukuran DO pada
Sungai Lingkis, OKI (Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 12. Hasil Perhitungan DO pada Air
Got KM 7 (Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 13. Hasil Pengukuran DO pada Air
PDAM Jaya Indah (Dokumen Pribadi, 2016)