PENGARUH KADAR OKSIGEN TERLARUT TERHADAP AKTIVITAS IKAN Nila (Oreochromis (Oreochromis niloticus) niloticus) LAPORAN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI
Oleh: Ernest 103244012
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI 2012
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr Bel Belak akan ang g
Kehidu Keh idupan pan org organi anisme sme di per peraira airan n san sangat gat terg tergant antung ung pad padaa kua kualit litas as air tem tempat pat dimana organisme tersebut hidup. Kualitas air yang baik sangat menunjang pertumbuhan organisme organ isme perairan, perairan, baik hewan maupun tumbuhan. tumbuhan. Kualit Kualitas as air salah satunya satunya dilihat dari segi kimia, dimana unsur kimia dalam air berfungsi sebagai pembawa unsur-unsur hara, mineral, vitamin dan gas-gas terlarut dalam air seperti Oksigen terlarut. Oksigen terl te rlaru arutt ( Dissolved Dissolved Oxygen Oxygen)) sa sang ngat at di dibu butu tuhk hkan an ol oleh eh se semu muaa ma makh khlu luk k hi hidu dup p un untu tuk k bernapas. Proses metabolisme membutuhkan oksigen dari lingkungan kemudian mengalami proses katabolisme dan anabolisme sehingga menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. perkembangbiakan. Sumber utama oksigen dalam perairan berasal dari proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis tumbuhan yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, (Salmi n, 2000). Kecepa Kecepatan tan difus difusii oksig oksigen en dari udara, tergan tergantung tung dari bebera beberapa pa faktor faktor,, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara. Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi banyak faktor, antara lain adalah suhu, kadar garam (salinitas), pergerakan air di permukaan, luas daerah permukaan perairan yang terbuka, tekanan atmosfer, dan prosentase oksigen di sekelilingnya (Edward dan FS. Pulumahuny, 2003). Keberad Keberadaan aan tumbuh tumbuhan an air sangat sangat menent menentuka ukan n kelaru kelarutan tan oksig oksigen en di peraira perairan. n. Proses Proses fotosi fotosinte ntesis sis tumbuh tumbuhan an tersebu tersebutt mengh menghasil asilkan kan oksig oksigen en yang yang akhirn akhirnya ya berdif berdifusi usi ke lingkungan dan terlarut dalam air. Ikan Nila (Oreochromis (Oreochromis niloticus ) termasuk dalam hewan ektoterm yang berarti suhu tubuh ikan berasal dari suhu disekelilingnya, suhu lingkungan merupakan sumber panas tubuhnya (Yuliani, 2012). Kelarutan oksigen dalam air mempengaruhi suhu perairan tersebut, dan suhu merupakan faktor abiotik yang paling berpengaruh pada lingkungan lingkungan perairan, sehingga sehingga kelarutan kelarutan oksigen oksigen akan mempengaru mempengaruhi hi aktivitas aktivitas ikan. Aktivi Aktivitas tas ikan ikan ditent ditentuka ukan n dari dari proses proses fisiolo fisiologi gi yang yang berlan berlangsu gsung ng di dalam dalam tubuhn tubuhnya ya antara lain proses pernapasan, pencernaan, dan sirkulasi Berdasarkan penjelasan di atas perlu diketahui hubungan bagaimana kelarutan oksigen dalam air mempengaruhi aktifitas ikan ikan nila nila (Oreochromis Oreochromis niloticus niloticus)) serta serta hubung hubungan an antara antara produs produsen en dan konsumen konsumen di dalam ekosistem.
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 2
B. Rumu Rumusa san n Mas Masal alah ah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana Bagaimana pengaru pengaruh h kadar kadar oksigen oksigen terlarut terlarut terhadap terhadap aktivitas aktivitas ikan ikan nila? 2. Bagaimana Bagaimana hubung hubungan an antara antara produsen produsen dan konsum konsumen en di dalam dalam ekosistem? ekosistem?
C. Tuj Tujuan uan Penel Peneliti itian an
Berdasarkan Berdasarkan rumusan masalah maka dapat dirumuskan dirumuskan tujuan penelitian penelitian sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh pengaruh kadar oksigen terlarut terhadap aktivitas ikan nila
(Oreochromis niloticus). niloticus). 2. Mengetahui Mengetahui hubun hubungan gan antara antara produsen produsen dan dan konsumen konsumen di di dalam ekosiste ekosistem. m.
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Interaksi Produsen Produsen dan Konsumen Konsumen Dalam Ekosistem Ekosistem
Suat Suatu u komu komuni nita tass yang yang beri berint nter erak aksi si deng dengan an komu komuni nita tass lain lainny nyaa dan dan deng dengan an lingkungannya (air, udara, suhu,cahaya) disebut ekosistem. Ekosistem berjalan dinamis, karena komunitas komunitas tumbuhan tumbuhan dan hewan yang terdapat dalam beberapa beberapa ekosistem ekosistem secara gradual selalu berubah karena adanya perubahan komponen ligkungan fisiknya. Pada suatu ekosistem, interaksi antara produsen dan konsumen terkait siklus karbon dan oksigen mutl mutlak ak diperlu diperluka kan n untu untuk k menj menjaga aga kestab kestabila ilan n dalam dalam bentu bentuk k hubung hubungan an timba ti mball bali ba lik k anta an tara ra pros p roses es foto fotosin sinte tesis sis dan dan respi respira rasi si selul seluler er dala dalam m ling lingku kung ngan an atmo atmosfe sferr dan dan terre terrestr stria ial. l. Di lingkungan lingkungan,, siklus karbon selalu berdampinga berdampingan n dengan dengan siklus siklus oksigen oksigen melalui melalui aliran materi dan energi yang terjadi di antara kompanen anggota ekosistem. Atom karbon terus berputar dalam ekosistem sebagai CO2 pada lapisan atmosfer yang dihasilkan oleh setiap organisme pada proses respirasi disertai oleh aliran energi dari organisme ke lingkungan. Selanjutnya CO 2 dalam atmosfer digunakan oleh produsen sebagai bahan pokok, selain H2O, dalam proses fotosintesis. Produsen mengubah CO 2 dan H2O menjadi senyawa organik (karbohidrat) dan O 2 dengan energi foton dari matahari. Senyawa organik dan O 2 yang dihasilkan tidak semuanya digunakan oleh produsen. Sebagian produk fotosintesis dikeluar ke lingkungan, yang nantinya akan menjadi sumber senyawa organik dan O 2 bagi semua organisme tingkat konsumen untuk melangsungkan kehidupannya. Dalam tubuh tubuh organi organisme, sme, senyaw senyawaa organi organik k dipeca dipecah h menjad menjadii senyaw senyawaa anorga anorgaik ik yang yang lebih lebih sede sederh rhan anaa
untu untuk k
mend mendap apat atka kan n
ener energi gi yang yang dise disebu butt
resp respir iras asi. i. Pros Proses es resp respir iras asii
membutuhkan O2 sebagai penerima elektron sebagai aliran energi. Hasil akhir dari proses respirasi yaitu CO2 yang dilepas ke atmosfer.
2.2 Ikan Ikan Nila Nila (Oreochromis niloticus)
Pisces Pisces memili memiliki ki keanek keanekara aragam gaman an yang yang sangat sangat besar besar (Sukiy (Sukiya, a, 2005) 2005) dengan dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Taksonomi menempatkan ikan dalam kelompok paraphyletic kelompok paraphyletic dimana dimana hubungan hubungan kekerabatann kekerabatannya ya masih diperdebatk diperdebatkan. an. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) termasuk dalam anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin). dingin). Secara keseluruhan keseluruhan lebih toleran terhadap terhadap perubahan perubahan suhu air, suhu tubuhnya tubuhnya
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 4
bersifat ektotermik, artinya suhu tubuh sangat tergantung dari suhu lingkungan (Sukiya, 2005).
Gambar 2.1. Ikan nila (Oreochromis (Oreochromis niloticus) niloticus) Sumber : http://gregoriuseldo.blogspot.com/2013/04/ikan-nila.html
Ikan nila (Oreochromis (Oreochromis niloticus) niloticus) termasuk termasuk ke dalam ordo Percomorphii, Percomorphii, family Cichlidae (Saanin, 1982). Ikan nila merupakan jenis ikan yang berasal dari sungai nila dan danaudanau-dan danau au yang yang menghu menghubu bungk ngkan an sungai sungai terseb tersebut. ut. Ikan Ikan nila nila didata didatangk ngkan an ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969, bibit ikan nila yang ada di Indonesia berasal dari Taiwan adapun dengan ciri berwarna gelap dengan garis-garis vertikal seanyak 6-8 buah dan Filipina yang berwarna merah (Suyanto 1998). Ikan nila memiliki karakteristik sebagai ikan parental care yang merawat anaknya dengan menggunakan mulut (mouth breeder) (Effendie 1997 dalam Prasetiyo 2009). Ikan ini dicirikan dengan garis vertikal yang berwarna gelap pada sirip ekornya sebanyak 6 buah. Selain pada sirip ekor, garis tersebut juga terdapat pada sirip punggung dan sirip anal (Suyanto 1994 dalam Saputra 2007 dalam Prasetiyo 2009). Tempat hidup Ikan nila biasanya berada pada perairan yang dangkal dengan arus yang yang tida tidak k begi begitu tu dera deras, s, ikan ikan ini ini tida tidak k suka suka hidu hidup p di pera perair iran an yang yang berg berger erak ak (mengalir),akan tetapi jika dilakukan perlakuan terhadap ikan nila seperti pengadaptasian terhadap lingkungan air yang mengalir maka ikan nila juga bisa hidup baik pada perairan yang mengalir. (Djarijah, 2002).
2.3 Tumbuhan Tumbuhan Air Hydrilla Air Hydrilla verticillata
Tana Tanama man n air ini ini termasuk termasuk dalam family Hydrocharitaceae dan masuk dalam genus Hydrilla. Tanaman ini tumbuh di sedimen bawah air sampai dengan kedalaman 2 m. Panjang batang sekitar 1-2 m. Hydrilla adalah tanaman produktif dalam air yang dapat tumbuh tumbuh dengan cepat dan dapat berkembang berkembang dalam air dari beberapa sentimeter sentimeter sampai 20 meter. Daun berukuran kecil berbentuk segitiga-lancip. Daun Hydrilla memiliki tepi Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 5
bergerigi atau duri kecil menonjol dan seperti gundukan di sepanjang pelepah di bagian bawah, berwarna hijau, tapi karena berada di bawah sinar matahari menjadi kuning atau coklat coklat.. Batang Batang bercab bercabang ang banyak banyak dekat dekat permuk permukaan aan dan tumbuh tumbuh secara secara horiso horisonta ntal, l, membentuk tikar padat vegetasi. (Anonim, 2011). Hydrilla merupakan salah satu tanaman air dapat meningkatkan jumlah kelarutan oksigen dalam air. Jumlah oksigen terlarut dalam air dapat meningkat karena adanya proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman air tersebut. Aktifitas-aktifitas organisme organisme dan plankton plankton dan berbagai berbagai mikroorganisme mikroorganisme dalam air yang terjadi terjadi di dalam ekosistem perairan dapat meningkatkan kelarutan oksigen di dalamnya.
Gambar. 2.2. Hydrilla verticillata Sumber : http://www.dnr.sc.gov/invasiveweeds/hydrilla.html
Berdasarkan penelitian diketahui tumbuhan Hydrilla tumbuhan Hydrilla verticillata dapat menurunkan kada kadarr logam logam Cr dalam dalam limb limbah ah peny penyam amak akan an kulit kulit hing hingga ga 95,8 95,85 5 % deng dengan an wakt waktu u penyerapan 8 hari. Penyerapan Cu dengan tanaman air jenis Hydrilla verticillata cenderung meningkat sampai hari ke-15. Hydrilla verticillata vertici llata juga berfungsi sangat baik untuk penyerapan Cu pada suatu perairan yang tercemar limbah (Anonim, ( Anonim, 2011). 2011). Organisme yang terdapat dalam ekosistem perairan saling melakukan timbal balik. Hasil dari timbal balik tersebut dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang penting bagi kehi kehidu dupa pan n makh makhlu luk k hidu hidup p terma termasu suk k orga organi nism smee yang yang bera berada da di dala dalamn mnya ya.. Hasil Hasil fotosintesis fotosintesis tumbuhan adalah oksigen, oksigen, kadar oksigen sangat tergantung tergantung dengan jumlah jumlah organisme yang hidup di tempat tersebut, juga dipengaruhi oleh penggunaan oksigen oleh organisme tersebut. Sehingga antara tempat yang satu dengan tempat yang lain dapat memiliki kadar oksigen yang berbeda. Untuk meningkatkan meningkatkan oksigen oksigen melalui fotosintesis fotosintesis menjadi menjadi bahan-bahan bahan-bahan organik
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 6
pada tingkat autotrof yang pada sistem perairan tertentu meliputi berbagai organisme berklorofil. Oksigen dari kegiatan fotosintesis organisme-organisme produsen (terutama tumbuh-tumbuhan hijau) dalam bentuk senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan sebagai bahan-bahan pangan. Hasil dari fotosisntesis ini yang berupa oksigen terlarut sangat sangat dibutu dibutuhka hkan n untuk untuk kelang kelangsun sungan gan hidup hidup organ organism ismee air ssebaga ssebagaii bahan bahan pangan pangan,, termasuk ikan.
2.4 Pengaruh Pengaruh Kelarutan Kelarutan Oksigen Oksigen Terh Terhadap adap Respon Fisiologis Fisiologis dan Tingkah Laku Ikan Nila (Oreochromis (Oreochromis niloticus) niloticus)
Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml/L. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang larut di perairan bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Effen (Effendi, di, 2003). 2003). Kandun Kandungan gan oksige oksigen n terlaru terlarutt ( Dissolved Oxygen) Oxygen) mini minima mall 4 ppm. ppm. Beberapa ikan hidup dengan baik pada kandungan oksigen kurang dari 4 ppm, terutama ikan ikan-i -ika kan n yang yang memp mempun unya yaii alat alat pern pernafa afasan san tamb tambah ahan an,, yang yang memu memung ngki kink nkan anny nyaa meng mengam ambi bill oksi oksige gen n lang langsu sung ng dari dari udar udaraa beba bebass sepe sepert rtii lele lele (Clarias sp.) sp.),, sepat sepat (Trichogaster sp.), gabus (Channa (Channa striata), striata), gurami (Osphronemus (Osphronemus gouramy) gouramy ) (Effendi, 2003). Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan makhluk hidup didalam
air
maupun hewan
teristrial.
Penyebab utama
berkurangnya oksigen
terlarut di dalam air adalah adanya bahan-bahan buangan organik yang banyak mengkonsumsi oksigen sewaktu penguraian berlangsung (Hadic dan Jatna, 1998). Konsentrasi oksigen terlarut yang aman bagi kehidupan diperairan sebaiknya harus diatas titik
kritis
dan
tidak
terdapat
bahan
lain
yang
bersifat
racun,
konsentrasi oksigen minimum sebesar 2 mg/l cukup memadai untuk menunjang secara normal komunitas akuatik di periaran (Pescod, 1973). Variasi oksigen terlarut dalam air biasanya sangat kecil sehingga tidak menggangu kehidupan ikan (Brotowidjoyo (Brotowidjoyo et al, 1995). 1995). Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi berbagai senyawa kimia dan respirasi berbagai organisme perairan. Kadar oksigen terlaru terlarutt dan pengar pengaruhn uhnya ya terhada terhadap p kelang kelangsun sungan gan hidup hidup ikan ikan dalam dalam Effend Effendii (2003) (2003) sebagai berikut: Tabel 2.1. Kadar Oksigen Terlarut dan Pengaruhnya padaKelangsungan Hidup Ikan
Kada Kadarr DO (mg/ (mg/L) L)
Peng Pengaru aruh h Terh Terhad adap ap Kelan Kelangs gsun unga gan n Hidu Hidup p ikan ikan
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 7
<0.3 0.3 – 1.0 1.0 – 5.0 >5.0
Hanya sedikit yang bertahan Akan menyebabkan kematian pada ikan jika berlangsung lama Ikan ak akan hi hidup pa pada ki kisaran in ini te tetapi pe pertumbuhannya la lambat jika berlangsung lama. Pada kisaran ini hampir semua organisme akuatik menyukainya
Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Perubahan kelaru kelarutan tan oksige oksigen n secara secara drasti drastiss dapat dapat beraki berakibat bat pada pada kemati kematian an organi organisme sme perair perairan. an. Pengaruh Pengaruh tidak langsung langsung adalah meningkatka meningkatkan n toksisitas toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya dapat membahayakan organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan karena oksigen terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang biak. Oksigen terlarut dalam ekosistem perairan sangat mendukung eksistensi organisme dan proses proses yang terjadi didalamnya. Hal ini terlihat dari peranan oksigen aktifitas respirasi organi organisme sme air dan dekomp dekomposer oser dalam dalam proses proses mendek mendekomp omposi osisi si bahan bahan organi organik k dalam dalam perairan. Respirasi di perairan memerlukan oksigen dari dalam air dan menghilangkan limbah karbon dioksida (Goldman, 1983), Oksige Oksigen n terlaru terlarutt dapat dapat dianal dianalisis isis atau ditent ditentuka ukan n dengan dengan cara metode metode titrasi titrasi dengan cara WINKLER. Metode titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl 2 dan NaOH - KI, sehingga akan terjadi endapan MnO 2. Dengan menambahkan H 2SO4 atau HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodi iodium um (I2) yang yang ekiv ekival alen en deng dengan an oksi oksige gen n terl terlaru arut. t. Iodi Iodium um yang yang dibe dibeba bask skan an ini ini sela selanj njut utny nyaa
diti dititr tras asii
deng dengan an laru laruta tan n
stan standa dart rt
natr natriu ium m
tios tiosul ulfa fatt
(Na (Na2S2O3)
dan
menggunakan indikator larutan amilum (kanji encer). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut: 1)
MnCl2 + NaOH → Mn(OH) 2 + 2 NaCl
2)
2 Mn(OH)2 + O2 → 2 MnO 2 + 2 H2O
3)
MnO2 + 2 KI + 2 H 2O → Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
4)
I2 + 2 Na2S2C3 → Na2S4O6 + 2 NaI Pene Penent ntua uan n oksi oksige gen n terl terlaru arutt (DO) (DO) deng dengan an cara cara titra titrasi si berd berdasa asark rkan an meto metode de
WINKLER lebih analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter.
2.4 Intensita Intensitass Cahaya Cahaya Berp Berpenga engaruh ruh Terh Terhadap adap Tumbuhan Tumbuhan Air dan Aktivitas Aktivitas Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 8
Cahaya Cahaya merupa merupakan kan faktor faktor pentin penting g bagi bagi kehidu kehidupan pan organi organisme sme di muka muka bumi. bumi. Caha Cahaya ya berf berfun ungs gsii sebag sebagai ai prec precur urso sorr terja terjadi diny nyaa foto fotosin sintes tesis is pada pada tumb tumbuh uhan an dan dan terb terben entu tukn knya ya vita vitami min n dalam dalam tubu tubuh h makh makhlu luk k hidu hidup p sehi sehing ngga ga dapa dapatt mela melaks ksan anak akan an metabolisme dengan baik. Cahaya merupakan komponen penting bagi tumbuhan untuk melaku melakukan kan fotosi fotosinte ntesis sis dan mengha menghasilk silkan an glukos glukosaa sebagai sebagai nutrisi nutrisinya nya,, tanpa tanpa cahaya cahaya tumbuhan tidak dapat melangsungkan fotosintesis dan otomatis tidak dapat menghasilkan glukos glukosaa sebagai sebagai nutrisi nutrisinya nya.. Intensi Intensitas tas dan panjan panjang g gelomb gelombang ang sangat sangat pentin penting g sangat sangat penting dalam proses fotosintesis. Cahaya matahari terutama berperan dalam reaksi teran terang g foto fotosin sintes tesis is pada pada foto fotosis siste tem m I maup maupun un II, dima dimana na dala dalam m pros proses es ini ini terja terjadi di pembentukan klorofil dari cincin phirol. Cahaya matahari sebagai donor electron menjadi precursor cincin phirol untuk membentuk klorofil. Semakin tinggi kadar klorofil warna daun daun akan akan semaki semakin n terlih terlihat at hijau hijau tua karena karena terjad terjadii akumul akumulasi asi klorof klorofil il dalam dalam daun daun tersebut. Sebaliknya semakin sedikit kadar klorofil semakin pucat warna daun tersebut. Apabila suatu perairan kekurangan cahaya matahari, menyebabkan fotosintesis tanaman air terhambat, terhambat, menyebabka menyebabkan n kadar oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis fotosintesis berkurang, berkurang, sehingga sehingga kelarutan kelarutan oksigen oksigen dalam perairan rendah. Rendahnya Rendahnya kadar oksigen oksigen dalam air berpengaruh terhadap respon fisiologi dan aktivitas organisme perairan (ikan mas). Kelaruran oksigen yang rendah menyebabkan respirasi ikan sedikit terhambat. Organorgan organ respiras respirasii menjad menjadii berat berat dalam dalam melaku melakukan kan kerja kerja seperti seperti laju laju kerja kerja opercu operculum lum menjadi lebih cepat. Cahaya mempermudah ikan untuk memangsa, melakukan aktivitas, reproduksi, mencari perlindungan, orientasi migrasi, pola pertumbuhan (Brotowidjoyo et al, 1995), dan fase metabolisme ikan (Brown and Gratzek, 1980). Kemampuan sinar matahari pada kondisi
cera erah
dapat
diabsorbsi
seba ebanyak
1%
pada
kedala alaman
100
meter
dan untuk untuk perairan perairan yang keruh hanya hanya mencapai mencapai kedalaman 10-30 meter dan tiga meter pada perairan estuari (Brotowidjoyo etal, 1995). Penetrasi Penetrasi cahaya cahaya ke dalam perairan perairan menjadi menjadi rendah apabila apabila kandungan kandungan partikel partikel tersuspensi di perairan tinggi (Hutabarat dan Evans, 1985). Berkas cahaya yang jatuh ke permukaan air, sebagiannya akan dipantulkan dan sebagian lagi akan diteruskan ke dalam air. Kecerahan Kecerahan perairan yang di perbolehka perbolehkan n dalam budidaya budidaya perikanan perikanan berkisar berkisar antara antara 5-10 meter (Wibisono, (Wibisono, 2005). 2005). Pada kedalaman kedalaman tertentu, tertentu, apabila apabila kemampuan kemampuan intensitas intensitas cahaya dapat melampauinya, akan mempengaruhi produktifitas total dan tumbuhan yang dominan dalam ekosistem. Bentuk-bentuk yang hidup di laut cenderung menyukai sinar-
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 9
sinar dengan spektrum hijau dan biru. Keadaan ini secara tidak langsung mempengaruhi daya dukung ekosistem perairan.
2.5 Pengaruh Kadar Karbondioksida Karbondioksida terhadap terhadap Aktivitas Ikan Ikan
Karbondioks Karbondioksida ida dalam air pada umumnya umumnya merupakan hasil respirasi dari ikan dan phytoplankton. Kadar CO2 lebih tinggi dari 10 ppm diketahui menunjukkan bersifat racun bagi ikan, beberapa bukti menunjukkan menunjukkan bahwa karbon dioksida berfungsi berfungsi sebagai anestesi bagi ikan. Karbondioksida sebesar 10 mg/L atau lebih masih dapat ditolerir oleh ikan bila kandungan oksigen di perairan cukup tinggi. Kebanyakan spesies biota akuatik masih dapat hidup pada perairan yang memiliki kandungan karbondioksida bebas lebih dari 60 mg/L). Ketika kandungan oksigen perairan rendah, proses fotosintesis berjalan lambat, sehingga karbondioksida banyak dilepaskan oleh proses respirasi biota akuatik dan yang tidak terserap oleh phytoplankton oleh phytoplankton (Boyd, 1982). Kada Kadarr gas gas CO2 terl terlaru arutt sanga sangatt dipe dipeng ngar aruh uhii oleh oleh suhu suhu,, pH, pH, dan dan bany banyak akny nyaa organisme yang hidup di dalam air. Semakin banyak organisme di dalam air, semakin tinggi kadar karbon dioksida terlarut dan apabila di dalam air terdapat tumbuhan air yang berfotosintesis contohnya Hydrilla contohnya Hydrilla sp. maka akan menghambat tingginya kadar CO 2. CO2 CO2 meru merupa paka kan n sala salah h satu satu gas gas ruma rumah h kaca kaca yang yang memb member erik ikan an efek efek terh terhad adap ap pemanasan global dan perubahan iklim. Gas-gas rumah kaca menyebabkan energi panas yang yang beru berupa pa gelo gelomb mban ang g panj panjan ang g terp terper eran angk gkap ap dida didala lam m atmo atmosfe sferr bumi bumi sehin sehingg ggaa menimbulakan efek pemanasan global.
2.6 Respiras Respirasii ikan Nila (Oreochromis (Oreochromis niloticus) niloticus)
Ikan nila memiliki alat pernapasan berupa lembaran insang yang terletak di sisi lateral kepala, lembaran insang ini berwarna merah muda, tipis, kasar seperti handuk, dan selalu lembab. Insang memiliki penutup yang lebar disebut operkulum. Bagian terluar dari insang berhubung berhubungan an dengan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubung berhubungan an erat dengan dengan kapile kapiler-ka r-kapil piler er darah. darah. Tiap Tiap lembar lembaran an insang insang terdiri terdiri dari dari sepasan sepasang g filame filamen, n, dan tiap tiap filamen. Pada filamen terdapat pembuluh darah yag memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O 2 berdifusi masuk dan CO 2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut Operculum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan ditutupi oleh Operkulum. Operkulum. Mekani Mekanisme sme pernap pernapasan asan pada pada ikan ikan melalu melaluii inspir inspirasi asi dan ekspir ekspirasi asi.. Pada Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O 2 diikat oleh kapiler darah untuk Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 10
dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Fase ekspirasi, CO 2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh. Selain dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander. Fung Fungsi si resp respira irasi si adal adalah ah meny menyed edia iaka kan n oksi oksige gen n untu untuk k dara darah h dan dan memb membua uang ng karb karbon ondi diok oksi sida da.. Sist Sistem em resp respir irasi asi terd terdir irii atas atas paru paru-p -paru aru dan dan sistem sistem salur saluran an yang yang menghubungkan jaringan paru-paru dengan lingkungan luar. Sistem respirasi di bagi menjadi dua, yaitu bagian kondusi yang terdiri atas rongga hidung, nesofaring, laring, trakhea, bronki, dan bronkeolus. Bagian respirasinya terdiri atas alveoli dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan darah hanya terjadi dalam alveoli (berbentuk seperti kantung khusus yang membentuk sebagian besar paru-paru).
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 11
BAB III METODE PERCOBAAN
2.1 Jenis Penel Penelitian itian
Penelitian Penelitian ini merupakan merupakan penelitian yang bersifat bersifat eksperimen eksperimen karena terdapat terdapat variabel variabel kontrol, kontrol, variabel manipulasi, manipulasi, dan variabel variabel respon untuk menjawab rumusan masalah.
2.2 Variabel Variabel Penelitia Penelitian n
Variabel yang digunakan dalam melakukan percobaan ini antara lain : a. Vari Variab abel el kont kontro roll : 1. Jenis ik ikan
4. Volu olume KOHKOH-KI KI
2. Volume ai air
5. Volume H2SO4 pekat
3. Volume Mn MnSO4
6. Volu Volume me laru laruta tan n ami amilu lum m
b. Volume larutan Phenolphelin (PP)Variabel manipulasi : 1. Topl Toples es A1= A1= ikan ikan mas mas 2. Toples Toples A2= A2= ikan ikan mas mas dan tumb tumbuha uhan n Hydri Hydrilla lla 3. Toples Toples A3= tumbuh tumbuhan an Hydrill Hydrillaa 4. Topl Toples es A4= A4= air air (ko (kont ntro rol) l) c. Variabel Variabel respon respon : kadar kadar oksigen oksigen terlarut terlarut (DO) dan kadar CO2
2.3 Alat dan Bahan Bahan a.
Alat
1. Termometer suhu
1 buah
6. Gelas ukur
2 buah
2. Topl Toples es ukur ukuran an ± 300 3000m 0mll 4 bua buah h
7. Alat Alat peman emanas as air air (h (hitte itter) r) 2 bu buah
3. Botol winkler gelap
2 buah
8. Stop Stopwa watc tch h
1 buah buah
4. Erlenmeyer
2 buah
9. Alat Alat tuli tuliss
1 buah buah
5. Pipet
5 buah
b. Bahan
1. Air suhu kamar
± 3000 ml
2. Air pa panas (80oC) ± 1000 ml
3. Air es
± 2000 ml
4. Ikan Ikan mas
8 eko ekor
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 12
5. MnSO4
± 20 ml
8. Na2S2O3
± 40 ml
6. KOH-KI
± 20 ml
9. Laru Laruta tan n ami amilu lum m 1% 1% ± 10 ml
7. H2SO4
± 20 ml
2.4 Langkah Langkah Kerj Kerja a
a. Menyi Menyiap apka kan n alat alat dan dan bah bahan an.. b. Menyiapkan dua percobaan A dan B, masing-masing terdiri dari empat buah toples. Kemudian menandai toples tersebut dengan kode A1, A2, A3, A4 dan B1, B2, B3, B4. c. Melakuk Melakukan an perlak perlakuan uan,, anta antara ra lain: lain: 1. Mengis Mengisii toples toples A1 dan B1 B1 dengan dengan air air + ikan. ikan. 2. Mengisi Mengisi toples toples A2 dan B2 B2 dengan dengan air air + ikan ikan + tumbuh tumbuhan an Hydrilla Hydrilla sp. 3. Mengis Mengisii toples toples A3 dan dan B3 denga dengan n air + tumbu tumbuhan han Hydrilla Hydrilla sp. 4. Toples Toples A4 dan B4 hanya hanya diisi diisi dengan dengan air saja saja (sebagai (sebagai kontro kontrol) l) (Air (Air diisi tidak tidak sampai penuh, kira-kira 20 mm di bawah mulut toples) d. Menutu Menutup p semua toples toples tersebu tersebutt sampai sampai rapat, rapat, dan mengusah mengusahaka akan n agar agar tutup tutup toples toples tersebut tidak bocor. e. Jika semua semua toples sudah sudah tertutup tertutup rapat, rapat, maka maka langkah langkah selanjutny selanjutnyaa yaitu menempat menempatkan kan rangkaian percobaan A (A1, A2, A3 dan A4) dalam tempat terang (cahaya) dan menempatkan rangkaian percobaan B (B1, B2, B3 dan B4) dalam kamar (tempat) gelap. f. Mengam Mengamati ati perla perlakua kuan n terseb tersebut ut selam selamaa 48 jam. jam. g. Setelah 48 48 jam, kemudia kemudian n mengamati mengamati semua toples toples dan dan melihat melihat perubahan perubahan apa yang yang terjadi pada masing-masing toples tersebut. Dan mencatat juga bila terjadi perubahan pada ikan nila merah maupun tumbuhan tumbuhan Hydrilla Hydrilla sp. h. Setelah Setelah melakuka melakukan n pengam pengamatan atan,, kemudi kemudian an melaku melakukan kan pengukur pengukuran an terhada terhadap p kadar kadar DO dan CO 2 dengan metode sebagao berikut : 1. Meng Menguk ukur ur Kad Kadar ar DO ( Disolved Disolved Oxygen Oxygen)
a)
Mengambil sampel air dengan botol winkler terang dengan hatihati agar tidak ada O2 yang terperangkap.
b)
Menambahkan MnSO4 dan dan KOHKOH-KI KI seban sebanya yak k 2 ml (den (denga gan n membuka botol winkler terang secara hati-hati) kemudian menutup botol winkler kembali dengan membolak-balikkan selama 5 menit, dan membiarkannya selama 10
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 13
menit agar terjadi pengikatan pengikatan oksigen oksigen terlarut terlarut dengan dengan sempurna sempurna dengan ditandai ditandai timbulnya 2 lapisan endapan di dasar botol winkler tersebut. c)
Menambahkan H2SO4 peka pekatt seban sebanya yak k 2 ml ke dala dalam m boto botoll winkler secara hati-hati, kemudian menutup botol winkler tersebut dan membolak balikkan sehingga endapan larut dan larutan menjadi warna kuning kuning kecoklatan.
d)
Mengambil 100 ml sampel air yang telah dititrasi dengan H 2SO4 pekat tadi dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer. Kemudian melakukan titrasi dengan Na2S2O3 sampai terjadi perubahan warna (dari coklat menjadi kuning muda). Kemudian menambahkan amilum (1 %) sebanyak 10 tetes hingga tampak warna biru kemudian melanjutkan titrasi dengan Na 2S2O3 sampai warna biru hilang.
e)
Menghitung DO dengan rumus sebagai berikut : Rumus DO =
8000 x N x a
mg/l (ppm)
Vol. botol winkler – – 4 Keterangan : a = volume titrasi Na2S2O3 yang dipakai N = konstanta 0,025 2. Meng Menguk ukur ur Kada Kadarr CO CO2
a) Mengambil Mengambil sampel air dengan dengan botol botol winkler winkler gelap. gelap. b) Menuangkan 100 ml air sample s ample ke dalam erlenmeyer dan menambahkan 10 tetes larutan phenolphtalin (pp). jika terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi berwarna pink atau merah muda, maka perlu melakukan titrasi dengan larutan NaOH hingga warna menjadi pink atau merah muda (jumlah larutan NaOH yang terpakai merupakan konsentrasi CO 2 dalam ppm. Misalnya 2 ml maka konsentrasi CO2 nya sebesar 2 ppm)
2.5 Rancanga Rancangan n Percobaa Percobaan n
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 14
Menyiapkan alat dan bahan
Menyiapkan percobaan A (A1, A2, A3, A4) dan B (B1, B2, B3, B4)
Melakukan perlakuan seperti yang diterangkan pada langkah kerja di atas
Percobaan A a.
Rancan Rancangan gan untuk untuk perco percobaa baan n A (A1, (A1, A2, A3, dan A4)
A1
•
b.
Percobaan B
A2
A3
A4
Toples diletakkan pada tempat yang terang terkena cahaya
Rancangan untuk percobaan B (B1, B2, B3, dan B4)
B1
B2
B3
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
B4
Halaman 15
•
Toples diletakkan pada tempat yang gelap tidak terkena cahaya
Toples diletakkan pada tempat yang gelap tidak terkena cahaya c. Setelah membua membuatt percobaan percobaan A (A1, A2, A3, A3, A4) dan dan (B1, B2, B2, B3, B4), B4), kemudian kemudian •
Percobaan A dan B dibiarkan selama 48 jam Setelah 48 jam, kemudian mengamati perubahan apa saja yang terjadi pada ikan nila merah maupun tumbuhan Hydrilla sp. Mengukur kadar DO dan CO2
d. Untuk mengukur mengukur kadar kadar DO, maka maka yang yang harus dilaku dilakukan kan adalah adalah sebagai sebagai berikut berikut : Mengambil sampel air pada perlakuan A (A1, A2, A3, A4) dan B (B1, B2, B3, B4) tersebut dengan botol winkler terang dengan hati-hati agar tidak ada O2 yang terperangkap.
Menambahkan MnSO4 dan KOH KI masing-masing sebanyak 2 ml dengan membuka botol winkler secara hati-hati, kemudian mengocoknya dengan pelan. (membolak-balik botol secara hati-hati hingga pereaksi tercampur
MnSO 4 2
KOH-KI 2 ml
ml
Menambahkan H2SO4 pekat sebanyak 2 ml ke dalam botol winkler dengan
Laporan Praktikum Biologi 2010 tahun 2013 hati-hati, Ekofisiologi kemudian mengocok botol hingga larutan tercampur.Halaman 16
H2SO4 2 ml
Phenolptalin (pp)
Mengambil 100 ml sampel air yang telah dititrasi dengan H 2SO4 pekat tadi dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer. Kemudian melakukan titrasi dengan Na2S2O3 sampai terjadi perubahan warna (dari coklat menjadi kuning muda). Kemudian menambahkan amilum (1 %) sebanyak 10 tetes hingga tampak warna biru kemudian melanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang.
Menghitung DO dengan rumus sebagai berikut : 8000 x N x a Keterangan : DO = mg/l (ppm) Vol. botol winkler
–4
a = volume titrasi Na 2S2O3 yang dipakai
N =harus konstanta 0,025 e. Untu Untuk k men mengu guku kurr kad kadar ar CO2, maka yang dilakukan adalah sebagai berikut : Mengambil sampel air pada perlakuan A (A1, A2, A3, A4) dan B (B1, B2, B3, B4) tersebut dengan botol winkler gelap dengan hati-hati agar tidak ada O2 yang terperangkap.
Menuangkan 100 ml air sample ke dalam erlenmeyer dan menambahkan 10 tetes larutan phenolphtalin (pp). jika terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi berwarna pink atau merah muda, maka perlu melakukan titrasi dengan larutan NaOH hingga warna menjadi pink atau
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pengam Pengamatan atan
Berdasarkan percobaan tentang pengaruh kadar oksigen terlarut terhadap aktivitas ikan ikan yang yang dilaku dilakukan kan di labora laborator torium ium Fisiolo Fisiologi gi Unesa, Unesa, didapa didapatka tkan n hasil hasil pengam pengamatan atan sebagai berikut. Tabel 4.1. Hasil Pencatatan dan Penghitungan DO, Karbondioksida, dan Pengamatan Ikan Nila (Oreochromis (Oreochromis niloticus) niloticus) dan Hydrilla verticillata Pada Kondisi Kondisi Terang (A). Media Air
Kadar DO (ppm)
Kadar CO2 (ppm)
A1
0,08
2
A2
0,16
1
A3 A4
0,33 0,65
0,05 0,1
Pengamatan Ikan Mas dan Hydrilla
Ikan Ikan mati mati dengan dengan kondis kondisii pucat pucat dan berlen berlendir dir,, air keruh dan berbau amis, (++) Ikan Ikan mati mati dengan dengan kondis kondisii pucat pucat dan berlen berlendir dir,, air jernih, hydrilla dengan kondisi hijau segar. Air jernih, hydrilla dengan kondisi hijau segar. Air jernih
Tabel 4.2. Hasil Pencatatan dan Penghitungan DO, Karbondioksida, dan Pengamatan Ikan Ikan Nila Nila (Oreoc (Oreochro hromis mis niloti niloticus) cus) dan Hydrilla verticillata Pada Kondisi Kondisi Gelap (B). Kadar Kadar Media DO CO2 Pengamatan Ikan Mas dan Hydrilla Air (ppm) (ppm) Ikan Ikan mati ati tera terapu pung ng den dengan gan kond kondis isii pucat ucat dan dan B1 0,03 2,3 berlendir, air keruh (+++) dan berbau amis Ikan mati tenggelam, mata hitam, warna ikan terang, B2 0,4 4 bangkai busuk (+), hydrilla ujungnya berwarna hijau tua, pangkalnya hijau muda (++), bau amis (+)
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 18
B3 0 B4 1,7 Keterangan:
0,8 0,6
Hydrilla hijau tua tapi pucat Air jernih
Toples 1
: Air + Ikan Mas
A
: Kondisi Terang
Toples 2
: Air + IIk kan Mas + Hydrilla
B
: Kondisi Gelap
Toples 3
: Air + Hydrilla
Toples 4
: Air (Kontrol)
Grafik. 4.1. Perbandingan Kadar Oksigen Terlarut dan Kadar Karbondioksida Pada
Berbagai Media Air
4.2 Analis Analisis is
Pada percobaan ini terdapat 8 media air yang dibagi menjadi 2 kelompok besar dimana media pertama A1, A2, A3, A4 dan kedua yaitu media B1, B2, B3, B4. Media A dilet diletak akka kan n pada pada kond kondis isii teran terang g dan dan medi mediaa B dile dileta takk kkan an pada pada kond kondisi isi gela gelap p yang yang memungkink memungkinkan an cahaya matahari tidak dapat masuk dalam ruang tersebut. tersebut. Pada masingmasing media A dan B, diberikan perlakuan yang sama dimana perlakuan 1 dengan memasukkan air dan ikan nila dalam toples, perlakuan 2 memasukkan air, ikan nila, dan hydrilla, perlakuan 3 memasukkan air dan hydrilla, perlakuan 4 dengan memasukkan air saja pada toples, perlakuan 4 ini sebagai kontrol dari perlakuan-perlakuan lainnya. Semua toples ditutup rapat agar tidak ada oksigen dari lingkungan yang dapat mempengaruhi penghitungan kadar DO. Pengamatan dilakukan setelah 48 jam, apabila sebelum waktu
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 19
tersebut tersebut sudah ada ikan yang mati, sebaiknya sebaiknya segera dilakukan dilakukan penghitungan penghitungan kadar DO dan CO2. Peng Pengam amata atan n pada pada medi mediaa A, dima dimana na topl toples es dile dileta takk kkan an pada pada kond kondis isii teran terang, g, didapatkan pada media A1 dengan media berupa air dan ikan nila, dan keadaan toples ditutup rapat, diketahui pada hari ke-1 ikan masih hidup, pada hari ke-2 ikan mati dengan kondisi pucat dan berlendir serta air sebagai media tempat hidupnya keruh, dan berbau amis (++). Berdasarkan penghitungan diperoleh nilai DO 0,08 dan CO 2 2 ppm. Pada media A2 dengan media berupa air, ikan nila, serta hydrilla, diketahui pada hari ke-1 ikan masih hidup, pada hari ke-2 ikan mati dengan kondisi pucat dan berlendir serta serta air sebaga sebagaii media media tempat tempat hidupn hidupnya ya jernih jernih dan air berbau berbau amis, hydril hydrilla la yang yang terdapat di dalamnya hijau segar. Berdasarkan penghitungan diperoleh nilai DO 0,16 dan CO2 1 ppm. Pada Pada medi mediaa A3 deng dengan an medi mediaa yang yang beri berisi si air air dan dan hydr hydril illa la pada pada hari hari ke-2 ke-2 didapa didapatka tkan n air tetap tetap jernih jernih dengan dengan keadaa keadaan n hydrill hydrillaa segar segar berwar berwarna na hijau hijau tua yang yang menyeluruh. Berdasarkan penghitungan diperoleh nilai DO 0,33 dan CO 2 0,05 ppm. Pada media A4 dengan media berisi air saja (sebagai kontrol) pada hari ke-2 didapatkan keadaan air tetap jerih. Berdasarkan penghitungan diperoleh nilai DO 0,65 dan CO2 0,1 ppm. Peng Pengam amata atan n pada pada medi mediaa B, dima dimana na topl toples es dile dileta takk kkan an pada pada kond kondisi isi gela gelap, p, didapatkan didapatkan media media B1 dengan media media berupa air dan ikan, dan keadaan keadaan toples ditutup ditutup rapat, rapat, diketahu diketahuii pada pada hari hari ke-1 ke-1 ikan ikan masih masih hidup, hidup, pada hari hari ke-2 ke-2 ikan ikan mati mati dengan dengan kondis kondisii busuk busuk (++) hal ini diketa diketahui hui karena karena keadaa keadaan n bangka bangkaii ikan ikan terapu terapung, ng, mata mata berwarna putih, warna ikan pucat, air sebagai media tempat hidupnya keruh (+++), dan berbau amis (+++). Berdasarkan penghitungan diperoleh nilai DO 0,03 0,03 dan CO2 2,3 ppm. Pada media B2 dengan media berupa air, ikan nila, serta hydrilla, diketahui pada hari ke-1 ikan masih hidup, pada hari ke-2 ikan mati dengan kondisi busuk (+) hal ini diketahui dengan keadaan bangkai ikan yang tenggelam, warna ikan cerah, air sebagai media tempat hidupnya tidak begitu keruh dibandingkan pada media B1, serta bau air juga tidak begitu amis a mis dibandingkan pada media B1, hydrilla yang terdapat di dalamnya pucat, pangkalnya berwarna hijau muda dan ujungnya berwarna hijau tua. (++). Berdasarkan penghitungan diperoleh nilai DO 0,4 dan CO 2 4 ppm. Pada Pada medi mediaa B3 deng dengan an medi mediaa yang yang beri berisi si air dan dan hydr hydril illa la pada pada hari hari ke-2 ke-2 dida didapa patk tkan an air air teta tetap p jern jernih ih deng dengan an kead keadaa aan n hydr hydril illa la berwa berwarn rnaa hija hijau u puca pucat. t. (++) (++).. Berdasarkan penghitungan diperoleh nilai DO 0 dan CO 2 0,8 ppm. Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 20
Pada media B4 dengan media berisi air saja (sebagai kontrol) pada hari ke-2 didapatkan keadaan air tetap jerih. (++). Berdasarkan penghitungan diperoleh nilai DO 1,7 dan CO 2 0,6 ppm. Hasil tersebut tergambar pada grafik 4.1 tentang perbandingan kadar oksigen terlarut dan karbondioksida dalam media air.
4.3 Pembahas Pembahasan an
Berdas Berdasark arkan an hasil hasil pengam pengamata atan n dan analisi analisiss data data dapat dapat diketah diketahui ui bahwa bahwa kadar kadar kelarutan oksigen (O2) dan kadar karbondioksida (CO 2) mempengaruhi aktivitas ikan nila (Oreochromis niloticus). Kadar O2 dan CO2 dipengaruhi oleh keberadaan organisme air di dalam media / ekosistem tersebut. Tumbuhan air mempengaruhi tingginya kelarutan O2 dan dan renda rendahn hnya ya CO2 dalam dalam perai peraira ran n karen karenaa dari dari O2 dapat dapat dihasi dihasilka lkan n dari dari proses proses fotosintesis menyebabkan kadar O2 tinggi dalam air. Kadar CO 2 rendah karena diabsorbsi tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis tersebut. Media A1 dengan diletakkan pada kondisi terang yang berisi air dan ikan dengan kadar DO 0,08 dan CO 2 2 ppm. Pengamatan hari ke-2 ikan mati, kondisi air keruh dan berbau amis (++). Ikan mati karena kadar O2 yang terlarut tidak mencukupi mencukupi kebutuhan kebutuhan respirasi ikan. Hal ini sesuai dengan penentuan kadar DO beradasarkan Swingle dalam Boyd, (1988), dalam penentuan tersebut menyebutkan kadar DO antara 0,3 - 1 akan menyebabkan kematian ikan jika berlangsung dalam waktu lama. Hal ini berarti ikan tidak dapat bertahan hidup apabila kadar DO yang berkisar angka tersebut dalam jangka waktu waktu pendek pendek,, namun namun terbatas terbatas dalam dalam aktivi aktivitas tas dan perger pergeraka akanny nnya. a. Prakti Praktikum kum ini dilaksanaka dilaksanakan n selama 2 hari (tidak dalam waktu yang lama) sehingga sehingga ikan tidak dapat bertahan hidup. Kadar DO yang rendah rendah disebabkan tidak adanya tumbuhan air yang yang dapat menghasilkan O2, dimana O 2 terlarut bergantung dari DO awal sebelum toples ditutup rapat, sedangkan kebutuhan O 2 terus meningkat menyebabkan semakin lama DO semakin berkurang. Air keruh disebabkan dari hasil ekskresi ikan yang berupa feses dan sisa metabo metabolis lisme me lain. lain. Feses Feses mengan mengandun dung g amonia amonia dan nitrog nitrogen en tinggi tinggi serta serta tidak tidak adanya adanya tumb tumbuh uhan an air air yang yang meng mengal alir ir sehi sehing ngga ga seny senyaw awaa ters terseb ebut ut tera teraku kumu mula lasi si sehi sehing ngga ga menyebabkan bau amis (++) pada air. Pada toples A2 terdapat tumbuhan air menyebabkan kadar DO lebih tinggi yakni 0,16 0,16 kare karena na didu diduku kung ng dari dari hasi hasill foto fotosi sint ntes esis is dan dan kead keadaa aan n ruan ruanga gan n tera terang ng yang yang memung memungkin kinkan kan terjadi terjadinya nya proses proses tersebu tersebut. t. Tidak Tidak adanya adanya ikan ikan dalam dalam toples toples tersebu tersebutt menyebabkan kadar DO lebih tinggi daripada kadar CO 2 sebesar 1 ppm. Air tidak begitu keruh dan amis seperti pada A1 karena hadirnya tumbuhan air yang dapat mengabsorbsi Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 21
senyawa N dan NH 3 sebagai hasil ekskresi ikan. Keadaan hydrilla segar dan berwarna hija hijau u tua tua kare karena na mend mendap apat atka kan n caha cahaya ya mata mataha hari ri yang yang opti optima mall sehi sehing ngga ga dapa dapatt melangsungkan fotosintesis dan pembentukan klorofil. Pada media A3 kadar DO tinggi yakni 0,33 hal ini karena dalam media tersebut hanya terdapat hydrilla dan air sehingga kadar DO selalu bertambah dan tidak berkurang. Hydr Hydril illa la segar segar berw berwarn arnaa hija hijau u tua tua kare karena na dapa dapatt mela melang ngsu sung ngka kan n foto fotosin sintes tesis is dan dan pembentukan klorofil. Air berwarna jernih karena tidak ada ikan yang membuang hasil ekskresi pada air. Kadar CO2 0,05 ppm. Hal ini berbed berbedaa dengan dengan A4 yang yang memili memiliki ki kadar kadar DO paling paling tinggi tinggi yaitu yaitu 0,65, 0,65, kadar DO ini diperoleh dari DO awal sebelum toples ditutup rapat. DO ini lebih tinggi dibanding B4, karena diletakkan di tempat terang sehingga memungkinkan terjadinya fotosintesis mikroalga dan fitoplankton menyebabkan kadar oksigen terlarutnya tinggi. Kadar CO2 0,01 ppm. Media B1 dengan diletakkan pada kondisi gelap yang berisi air dan ikan dengan kadar DO 0,03 dan CO 2 2,3. Pengamatan hari ke-1 ikan masih hidup, pengamatan hari ke-2 ke-2 ikan ikan mati mati dengan dengan kondis kondisii busuk busuk.. Hal ini diketa diketahui hui karena karena keadaa keadaan n bangk bangkai ai ikan ikan terapung, mata berwarna putih, warna ikan pucat, air sebagai media tempat hidupnya keruh (+++), dan berbau amis. Saat pengukuran pengukuran DO air ikan sudah mati terapung terapung dalam media, media, sehingga kadar DO tersebut tersebut bukan kadar DO saat ikan mati. Pada kadar tersebut tersebut sudah terjadi pengurangan O 2 hasil dari dekomposisi bangkai ikan. Kondisi bangkai ikan yang busuk (++) mengindikasikan bahwa ikan telah mati dalam jangka waktu yang lebih lama, lama, menyeb menyebabk abkan an terbent terbentukn uknya ya gas dalam dalam tubuh tubuh ikan ikan yang yang diakib diakibatk atkan an adanya adanya kegiatan mikroorganisme dalam pembusukan sehingga tubuh ikan mengambang, lembek, matanya putih dan warna tubuh pucat. Air sangat keruh dan berbau amis disebabkan karena hasil ekskresi ikan saat masih hidup disertai dengan dekomposisi bangkai ikan, bangkai ikan yang lunak karena terendam air menyebabkan rusaknya jaringan ikan sehingga mengelupas sedikit demi sedikit sehingga menyebabkan air keruh. Hal ini berbeda dengan B2, dengan kadar DO 0,4 dan CO 2 4 ppm, pada media ini terdapat air, hydrilla, dan ikan dan toples diletakkan pada kondisi gelap. Kadar DO B2 lebih lebih rendah rendah diband dibanding ingkan kan A2, karena karena toples toples ini diletak diletakkan kan di tempat tempat gelap, gelap, minim minim cahaya sehingga fotosintesis terhambat, hasil Oksigen terlarut juga sangat sedikit. Pada hari ke-1 ikan masih hidup, pada hari ke-2 ikan mati dengan kondisi tidak sebusuk pada perlakuan B1, bangkai ikan tenggelam, mata ikan hitam, warna tubuh ikan terang. Hal ini mengindik mengindikasikan asikan bahwa ikan mati dalam jangka waktu pendek pendek sebelum sebelum pengamatan pengamatan,, Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 22
karena bangkai ikan masih terlihat segar. Air sebagai media tempat hidupnya tidak begitu keruh dibandingkan pada media B1, serta bau air juga tidak begitu amis dibandingkan pada media B1. Hal ini karena hadirnya hydrilla yang terdapat dalam toples sehingga dapat mengabsorbsi senyawa-senyawa kimia (hasil ekskresi ikan) yang terdapat dalam air, air, sert sertaa meny menyer erap ap CO2 air untuk untuk melang melangsun sungka gkan n fotosi fotosinte ntesis. sis. Hydrill Hydrillaa pucat, pucat, pangkalnya berwarna hijau muda dan ujungnya berwarna hijau tua (++). Hal ini diseb disebab abka kan n kare karena na topl toples es berad beradaa di temp tempat at gelap gelap sehin sehingg ggaa meng mengha hamb mbat at pros proses es fotosintesis dan menghambat pembentukan klorofi sehingga warna hydrilla pucat. Pada media B3 kadar DO 0, hal ini karena dalam media tersebut hanya terdapat cahaya cahaya yang yang memban membantu tu proses proses fotosi fotosinte ntesis sis pada pada Hydril Hydrilla la sehing sehingga ga kadar kadar DO tidak tidak bertambah. Kadar ini lebih rendah dibandingkan dengan A3, karena pada B3 toples diletakkan di tempat gelap sehingga proses fotosintesis terhambat, sehingga kadar O 2 yang yang dihasi dihasilka lkan n tidak tidak ada, ada, selain selain itu juga menyeb menyebabk abkan an pemben pembentuk tukan an
klorof klorofil il juga juga
terganggu menyebabkan warna hydrilla pucat. Air berwarna jernih karena tidak ada ikan yang membuang hasil ekskresi pada air. Kadar CO 2 0,8 ppm. Hal ini berbeda dengan B4 yang memiliki kadar DO lebih tinggi yaitu 1,7 kadar DO ini dipero diperoleh leh dari dari DO awal awal sebelu sebelum m toples toples ditutu ditutup p rapat. rapat. Perlak Perlakuan uan ini sebaga sebagaii kontrol kontrol perlakuan dimana hanya berisi air tidak ada hydrilla dan ikan, sehingga sehingga DO dan CO2 tidak ada penambahan sama sekali. Kadar CO 2 sebesar 0,6 ppm. Hubungan produsen (tumbuhan air) dan konsumen (ikan) merupakan hubungan yang yang saling saling meleng melengkap kapi, i, dimana dimana tumbuh tumbuhan an air dapat dapat menyer menyerap ap CO 2 sebaga sebagaii hasil hasil respirasi ikan dan mengubahnya menjadi O 2 sebagai bahan baku respirasi ikan. Tidak adanya satu diantara keduanya menyebabkan ekosistem perairan terganggu. Kadar CO2 disemua perlakuan tidak sama, hal ini disebabkan adanya aktifitas dari makhluk hidup, baik aktifitas Hydrilla, ikan maupun plankton. Berdasarkan teori, pada toples yang mengalami fotosintesis (toples pada kondisi terang) memiliki kadar CO 2 yang lebih rendah dibanding lainnya karena proses fotosintesis membutuhkan CO2. Pada media tanpa tanpa hydril hydrilla la seharus seharusnya nya memili memiliki ki kadar kadar CO2 yang tinggi karena CO 2 terakumulasi dalam air, tidak ada yang mengabsorbsi. Kadar CO 2 yang sama dalam praktikum ini dimungkinkan karena ketika pengambilan sampel air dari media toples tidak dimasukkan dalam botol terang terlebih terlebih dahulu dahulu sehingga sehingga kadar CO2 lingkungan mempengaruhi hasil akhir. Hal ini mengindikasi CO 2 yang ada pada lingkungan saat itu bercampur dengan air sampel yang akan diuji. Ketidak telitian dalam melakukan titrasi PP terhadap sampel air, dimungkinkan terjadi sedikit kesalahan dalam melihat tepat perubahan warna larutan. Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 23
.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpul Simpulan an
a. Prod Produs usen en berp berper eran an sebag sebagai ai peny penyed edia ia oksig oksigen en dan dan karb karboh ohid idrat rat bagi bagi kons konsum umen en,, seda sedan ngkan gkan
konsu onsume men n
berp erperan eran
seb sebagai agai
peny enyedia edia
CO 2
untu untuk k
prod produs usen en
untuk digunakan produsen dalam melakukan proses fotosintetis. b. Produsen dan konsumen saling bergantung satu sama lain, jika salah s alah satu tidak dapat melakukan proses dengan baik maka proses lainnya tidak akan bisa berjalan. c. Dalam Dalam melaku melakukan kan proses proses fotosi fotosinte ntesis sis mutlak mutlak diperlu diperlukan kan bantuan bantuan cahaya cahaya mataha matahari, ri, CO2, dan karbohidrat. d. Kadar O2 terlarut (DO) mempengaruhi aktivitas ikan e. Kadar O2 di tempat terang lebih tinggi dibanding kadar O 2 di tempat gelap.
e.2 e.2 Sara Saran n
a. Teli Teliti ti dalam dalam pengu penguku kura ran n kada kadarr CO2, menggunakan winkler terang terlebih dahulu untuk mengambil sampel air dan ketika melakukan titrasi PP pada sampel air dengan mengamati dengan teliti tepat perubahan warna yang terjadi. b. Pada praktikum perlu dipilih ikan-ikan yang mempunyai umur, aktivitas dan ukuran yang sama agar ketepatan kebutuhan oksigennya sama. c. Hydril Hydrilla la yang dimasuk dimasukkan kan ukuran ukuran dan jumlah jumlah daunnya daunnya juga juga perlu perlu samakan samakan karena karena sangat mempengaruhi laju fotosintesis.
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 24
. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011.
Tumbuhan
Air
( Hydrilla
verticillata) verticillata)
http://ayhaduck.blogspot.com/2011/11/tumbuhan-air-hydrilla-verticilata.html (Online) Diakses (Online) Diakses tanggal 15 Mei 2013)
Brot Brotow owij ijoy oyo, o,M. M.D. D.,D ,Dj. j.
Trib Tribaw awon ono. o.,,
E.
Mulb Mulbya yant ntor oro. o.
1995 1995.. Pengantar Lingkungan
Perairan dan Budidaya Air . Penerbit Liberty: Yogyakarta.
Brown.E.E and J B Gratzek. 1980. Fish Farming Handbook. AVI PublishingCompany INC: New York.
Boyd, C.E. 1981. Water Quality in Warm Water Fish Pond . Auburn University: Auburn. Auburn. Effendi dan Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius : Yogyakarta
Hutabara arat,
S.
2000.
Peranan
Kondisi
Oceanografi
terhadap
Perubahan
Iklim,Produktivitas dan Distribusi Biota Laut . Laut . UNDIP: Semarang.
Kanisius. 1992. Polusi 1992. Polusi Air dan Udara. Udara. Yogjakarta. Penerbis Kanisius
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut diPerairan Sungai Dadap Goba Muara Karang dan Teluk Teluk Banten Banten.. Jurnal Balitbang Oseanografi Puslitbang Oseanografi LIPI Jakarta.
Sukiya. 2005. Biologi 2005. Biologi Vertebrata. Vertebrata. Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang
Yuliani dan Raharjo. 2012. Panduan Praktikum Ekofisiologi. Ekofisiologi . Surabaya : Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
Laporan Praktikum Ekofisiologi Biologi 2010 tahun 2013
Halaman 25