TURBIDITY POINT A. Landasan Teori
Turbidity Point atau uji Crismer dan Valenta adalah suhu dimana minyak atau lemak cair berubah menjadi fase padat. Pengujian ini dilakukan dengan memanaskan larutan sampel ditambah pelarut sampai terbentuk larutan yang jernih (Djatmiko, 1985). Menurut Winarno (2002), pelarut yang biasanya digunakan adalah asam asetat glasial, metil alkohol, dan campuran alkohol 92% dengan amil alkohol 92%. Kemudian didinginkan dengan perlahan-lahan sampai minyak atau lemak dengan pelarutnya terpisah dan terjadi “kekeruhan”. Temperatur pada saat mulai terlihat adanya kristal-kristal halus lemak, di mana terjadi kekeruhan yang pertama-tama diketahui, dikenal sebagai turbidity point atau titik kritis. Titik keruh ini tergantung dari adanya asam lemak bebas (Djatmiko, 1985). Pengujian ini dilakukan untuk menentukan adanya pengotoran oleh bahan asing atau penyampuran minyak. B. Alat dan Bahan Alat : gelas piala, hot plate, termometer Bahan : minyak goreng, alkohol C. Skema Kerja
1 g minyak goreng
+ 50 ml alkohol
Dimasukkan gelas piala
Dipanaskan
Didinginkan hingga menghablur
Kristal halus lemak terbentuk
Pengukuran suhu
Turbidity point
BILANGAN PEROKSIDA A. Landasan Teori
Mutu dari suatu minyak dapat diketahui dari rasa dan aromanya. Salah satunva adalah ketengikan atau adanya peroksida. Peroksida merupakan suatu tanda adanya pemecahan atau kerusakan pada minyak karena terjadi oksidasi (kontak dengan udara) yang menyebabkan bau/aroma tengik pada minyak. Ukuran dari ketengikan dapat diketahui dengan menentukan bilangan peroksida. Semakin tinggi bilangan peroksida maka semakin tinggi pula tingkat ketengikan suatu minyak (ASA, 2000). Penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan cara titrasi dengan menggunakan larutan sodium tiosulfat 0.1 N sebagai penitar. Prinsip dari bilangan peroksida adalah : didasarkan pada pengukuran sejumlah iod yang dibebaskan dari Potasium Iodida (KI) melalui reaksi oksidasi oleh peroksida pada suhu ruang didalam medium asam asetat/kloroform. B. Alat dan Bahan Alat : neraca analitik, buret, erlenmeyer, stirer, pipet, kamar gelap Bahan : minyak goreng, pelarut (terdiri dari 60% asam asetat glasial dan 40%
kloroform), potasium iodida jenuh (KI), aquades, larutan pati 1%, dan sodium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N C. Skema Kerja
5 g minyak goreng + 30 ml pelarut
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml + 0,5 ml larutan KI Diamkan 2 menit di dalam ruang gelap sambil dikocok
+ 30 ml aquades Titrasi dgn larutan sodium tiosulfat 0,1 N
+ 0,5 ml larutan pati 1% Hitung bilangan peroksida
Catatan : dengan cara yang sama buatlah, penetapan untuk blanko D. Perhitungan
Bilangan peroksida dinyatakan dalam miliekuivalen per 1000 gram minyak. Bilangan peroksida =
Keterangan : A = ml sodium tiosulfat yang dipakai contoh – ml sodium tiosulfat yang dipakai penetapan blanko N = Normalitas sodium tiosulfat G = berat contoh minyak (gram)
DAFTAR PUSTAKA ASA 2000. Penentuan Bilangan Peroksida. Feed Quality Management Workshop. Ciawi. Djatmiko, Bambang dan A. Pandji Widjaja.1985. Teknologi Minyak dan Lemak I . Bogor : Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.