MAKALAH GANGGUAN PENDENGARAN
OLEH:
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan satu-satunya cara untuk dapat menyampaikan pesan kepada oranglain. Juaga sebagai pemicu perkembangan dunia yang sangat pesat saat ini. Perkembangan yang membawa perubahan dalam kehidupan manusia serta dinikmati semua manusia. Dengan kata lain perkembangan dunia bukan hanya bagi manusia normal tapi juga bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Dunia tidak menutup mata, hati dan telinga untuk mendengarkan suara hati mereka dengan usaha penelitian dan penemuan baru yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu diantaranya adalah pendidikan, penyediaan rehabilitasi dan sarana prasarana bagi orang yang mengalami gangguan pendengaran baik karena bawaan sejak lahir maupun dalam proses perkembangan anak sehingga mengalami kesulitan dalam menyampaikan keinginannya dan untuk mendengarkan informasi yang berguna untuk melatih perkembangan bahasa, intelektual, hidup sosial dan emosinya. Kesulitan ini bukan hanya dialami orang yang mengalami ganguan pendengaran namun juga orang di sekitarnya yang berkomunikasi dengan mereka. Sebab tak jarang apa yang disampaikan dengan bahasa non verbal salah dimengerti sehingga menimbulkan masalah. jika hal ini tidak segera ditangani, masalah bukan hanya pada mereka yang mengalami gangguan pendengaran tetapi juga bagi masyarakat dan keluaga yang tinggal bersama mereka dan yang sering berinteraksi dengan mereka. Maka sangat diharapkan bagi keluarga sebagai orang yang terdekat mampu menemukan pendekatan yang serasi ,memberikan perhatian atau setidaknya tidak menyembunyikan keberadaan mereka dari masyarakat, mengingat bahwa mereka yang mengalami gangguan pendengaran juga mahluk yang memiliki kepribadian, perasaan dan pemikiran seperti manusia normal. Seringkali persamaan ini terlupakan, hanya mengingat perbedaan. Tetapi dunia yang telah membuka mata, melalui pelayanan selalu berusaha meningkatkan pendampingan dalam mengoptimalkan potensi anak tunarungu sehingga mereka dapat mandiri dan berguna bagi masyarakat.
Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan pengertian gangguan pendengaran (ketunarunguan ), klasifikasi gangguan pendengaran, penyebab gangguan pendengaran, karateristik dan deteksi gangguan pendengaran, penanganan serta pencegahan gangguan pendengaran.
Pengertian Ketunarunguan
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami ganguan pendengaran dan mengakibatkan organ pendengaran kurang berfungsi dengan baik sehingga berdampak bagi kelangsungan hidup sehari-hari seperti dalam berbahasa, inteligensi, emosional, dan hidup sosial untuk itu dibutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus. Pengertian tunarungu memiliki batasan pada hearing impairmen yaitu the deaf ( tuli) dan hard of hearing ( kurang dengar) . Yang memungkinkan anak tunarungu dapat berkomunikasi adalah dengan pengenalan terhadap berbagai sarana yang dapat membantu pemahaman pembicaraan oran lain seperti penggunaan bahasa isyarat, belajar membaca gerak bibir, memperhatikan gerakan dan ekspresi lawan bicara. Maka anak tunarungu sering disebut sebagai insan permata, karena akibat kurangnya pendengaran, mereka mengalihkan fungsi teli nga ke mata. Sehingga dengan pengamatan mereka dapat memahami lingkungan. Juga karena sifat rasa ingin tahu yang sangat besar membuat mereka selalu berusaha untuk mendapatkan informasi.Kehilangan pendengaran memang sangat berdampak pada kemampuan mendengar anak. Semakin besar derajat kehilangan pendengaran anak, maka kemampuan mendengarnya semakin terbatas dan pada umumnya kemampuan berkomunikasi dan bahasa makin terbatas pula. Di Amerika untuk pengklasifisian terhadap ketunarunguan dibedakan antara tuli bawaan (sejak lahir) dengan tuli kebetulan dengan pertimbangan pengolompokan tuli dan sedikit tuli melalui macam dan segi masalah yang ditimbulkan, tingkat kehilangan pendengaran, usia hilangnya pendengaran dan tipe kehilangan pendengaran apakah s ensoris, konduktif, pusat syaraf atau psikogenik( Samuel a kark,1962,151-153). Maka untuk mempermudah pelayanan dan pengembangan potesinya secara maksimal, Muhammad Efendi (2006,59-61) mengklasifikasikan ketunarunguan berdasarkan tingkat kehilangan pendengarannya sebagai berikut: a. Ketunarunguan antara 20-30 dB (slight losses)
Tunarungu mengalami kesulitan mendengarkan suara lembut,
Dalam dunia akademik membutuhkan perhatian khusus,dan
Tidak memiliki kelainan berbicara b. ketunarunguan antara 30-40 dB (mild losses )
kesulitan dalam percakapan diatas jarak 1 meter
memiliki perbendaharaan kata yang minim sehingga membutuhkan latihan berbahasa c. ketunarunguan antara 40-60 dB (moderate losses )
membutuhkan alat bantu untuk mendengarkan
mempunyai kelainan berbicara
membutuhkan pelayanan khusus untuk mengembangkan potensinya d. ketenarunguan antara 60-75 dB (severe losses )
membutuhkan alat bantu dalam mendengar dan sudah digolongkan tuli
kesulitan dalam membedakan huruf vokal dengan konsonan sehingga membutuhkan pendampingan maksimal serta dalam pendidikan akademik dianjurkan masuk SLB ketunarunguan 75 dB ke atas (profoundly losses )
e.
Tuna rungu yang sama sekali tidak dapat mendengar meskipun dengan mengunakan alat bantuan (hearing aid) Memerlukan pendidikan intensif yang tidak melibatkan fungsi telinga sehingga dapat berinteraksi dengan lingkungan dan memerlukan teknik khusus seperti penggunaan bahasa isyarat.
Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Tunarungu Tipe Konduktif (tidak berfungsinya alat penghantar getaran s uara pada telinga bagian tengah) 2. Tunarungu Tipe Sensorineural (tidak berfungsinya alat pendengaran bagian dalam saraf yang menyalurkan getaran kepusat pendengaran) 3. Tunarungu Tipe Campuran
Penyebab gangguan pendengaran
Ketunarunguan merupakan gangguan mekanisme pendengaran yang hingga saat ini dari banyak diagnosa yang telah dilakukan belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab utamanya. Secara umum penyebab gangguan pendengaran dapat terjadi sebelum anak dilahirkan (prenatal), ketika anak lahir (nat al) dan sesudah anak dilahirkan (post natal). 1. Faktor-faktor sebelum anak dilahirkan ( pre natal ) a. Faktor keturunan dimana salah satu atau kedua orangtuanya mengalami ketunarunguan. Namun faktor ini diperkirakan 30-60% ( Moress,1982). b. Pada fase kehamilan tiga bulan pertama si ibu menderita penyakit Campak ( Rubella, Gueman measles). Menurut penelitian ( Hardy,1968) selama tahun19641965 199 anak yang ibunya terkena virus Rubella mengalami ganguan pendengaran. c. Ibu yang sedang mengandung menderita toxaemia (keracunan darah) akibat terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan, misalnya karena virus gondok dan influensa, merokok, polusi udara dan minuman keras yang mengakibatkan gangguan melalui plasenta janin dan menyerang syaraf pendengaran janin. d. Janin mengalami penyakit darah (erythoblasis) dimana normalnya anak-anak memiliki 6-7 juta butir-butir darah merah tetapi janin hanya memiliki 1-2 juta. Penyakit ini diakibatkan ayah atau ibu janin memiliki jenis darah Rhesus positif. e. Tidak terpenuhinya kebutuhan gizi janin yang mengakibatkan terhambatnya pembentukan saraf pendengaran. f. Kelainan organ pendengaran sejak dalam kandungan seperti daun telinga kecil dan bahkan tertutup.
2. Faktor-faktor saat anak dilahirkan ( neo natal) Hal-hal yang sering menyebabkan terjadinya ketunarunguan pada saat kelahiran adalah terjadinya kesulitan dalam melahirkan mengakibatkan oksigen terhalang masuk ke otak dan untuk membantu proses kelahiran dibantu dengan penjepit (tang) yang dapat mengakibatkan kerusakan syaraf pendengaran akibat terjepit.
3. Faktor-faktor sesudah anak dilahirkan (post natal) a. Anak mengalami infeksi seperti Herpes Implex yang dapat tertular pada saat kelahiran dari alat kelamin ibu yang terinfeksi, demam, dipteria, batuk kering, campak, dan infeksi pada alat pernafasan yang merupakan sistem organ yang berhubungan dan saling mempengaruhi( telinga, hidung, tenggorokan). b. Terjadinya Meningitis ( peradangan selaput otak) yang disebabkan terjadinya pembengkakan akibat penimbunan selaput lendir pada tuba auditiva. c. Otitis media yaitu radang pada telinga bagian tengah sehingga menimbulkan nanah dan biasanya disebabkan infeksi pada alat pernapasan ( pilek), pecahnya membran tympani yang dapat diakibatkan membersikan lubang telinga terlalu kuat sehingga mengenai gendang telinga. Apabila infeksi ini terjadi berulangulang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan permanen. d. Terjadinya kecelakaan pada telinga seperti telinga terbentur, penggumpalan kotoran telinga atau sebuah benda masuk kedalam telinga yang membuat lubang telinga tersumbat, jika tidak cepat ditangani akan mengakibatkan gangguan pendengaran. e. Suara-suara yang berfrekuensi tinggi(kebisingan). Yang menyebabkan ketulian sensorineural, Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sundari (1994) yang menemukan 31,55% pekerja pabrik peleburan besi di Jakarta menderita tuli akibat bising dengan intensitas bising antara 85-105 dB, dengan masa kerja rata-rata 8,99 tahun (Soetjipto, 2007). Gangguan ini juga dipengaruhi oleh faktor usia yang merupakan penyebab umum kurangnya pendengaran. f. Psikologis dan emosi juga berpengaruh terhadap pendengaran, sebab tak jarang seseorang menstabilkan emosinya dari permasalahan dengan mengurangi kepekaan telinganya. Hal ini telah diteliti oleh Davis dan Flower yang mengatakan bahwa 500 tentara di Amerika harus menjalani rehabilitasi pendengaran setelah perang dunia kedua, 15% penyebabnya adalah faktor psikogenik. g. Terjadinya tuli saraf akibat obat streptomisin dan gentamisin yang terkonsentrasi dalam endolimfe dan kerusakan sel rambut luar yang diakibatkan pemakaian antibiotik terlalu lama, tumor, kerusakan vaskular dal;am medula oblongata.
Karakteristik Anak Tunarungu
1. Segi akademik Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang rendah tapi dalam pelajaran non verbal cenderung sama dengan anak normal. 2. Segi sosial-emosional Cenderung menarik diri dalam pergaulan akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi. Sehingga menimbulkan akibat yang negatif seperti mengalami kesulitan dalam menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan oranglain(egosentrisme) sehingga kalau ada keinginan harus selalu dipenuhi kalau tidak akan cepat marah dan mudah tersinggung, kurangnya rasa percaya diri dan kekawatiran yang berlebihan. Selain itu juga memiliki sif at melekat pada apa saja yang disenangi. 3. Segi fisik/kesehatan. Secara fisik akibat organ keseimbangan pada telinga terganggu menyebabkan Jalannya kaku dan agak membungkuk ,gerak mata dan tangannya lebih cepat; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.
Deteksi gangguan pendengaran
Rehabilitasi pendengaran atau memberikan fungsi pendengaran yang seharusnya dimiliki seseorang dilakukan bagi bayi atau anak yang belum memiliki kemampuan mendengar. Hal ini dilakukan bila sudah dipastikan mengalami ketulian. Rehabilitasi yang dilakukan berupa: 1. Amplifikasi ( memperkeras input suara) misalnya melalui alat bantu pendengaran, bila tidak menampakkan hasil maka dilakukan pemasukkan kabel elektroda ke dalam koklea, melaui operasi. 2. Auditory training(latihan mendengar) melalui tes bisikan dan percakapan, reaksi yang muncul ketika ada bunyi yang keras,dan menggunakan audiometer. 3. Latihan Wicara karena seorang yang mengalami ganguan pendengaran juga mengalami hambatan berbicara akibat ketidak mampuan memperoleh infomasi dari lingkungan. Gangguan pendengaran dapat di deteksi sejak dini, dengan memperhatikan gejala yang timbul pada saat kelahiran misalnya bayi lahir pucat, berat badan kurang dari 1500 gr, waktu hamil ibu mengalami infeksi toksoplasma atau Rubela. Jika gejala ini muncul perlu dilakukakan pemeriksaan pendengaran lanjutan pada usia 1 dan 3 bulan. Pemeriksaan pendengaran bukanlah hal yang mudah dan harus menggunakan cara yang obyektif yaitu Oto
Acoustic Emission (OAE) dan BERA ( Brainstem Evoked response Audiometry) . OAE berfungsi untuk mendeteksi fungsi sensoris rumah siput pada usia 2 hari , 1 sampai 3 bulan. BERA berfungsi untuk mendeteksi reaksi saraf pendengaran terhadap bunyi dari luar ( diperiksa saat usia 1- 3 bulan) Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui pendengaran seseorang pada frekwensi antara 1000 s/d 4000 HZ. Deteksi pendengaran dapat juga dilakukan melalui observasi terhadap anak dan interview dengan keluarga. sedangkan bagi pekerja industri atau orang yang terkena risiko kebisingan dapat dideteksi dengan metode skrining.
Penanganan dan Layanan bagi anak yang mengalami gangguan pendengaran
1. Sebagai manusia yang memiliki kepribadian, anak tunarungu membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuannya guna untuk memandirikanya. pada hakekatnya layanan pendidikan kepada anak tunarungu, memiliki landasan, yaitu landasan agama, kemanusiaan, hukum,dan pedagogis. 2. Ditinjau dari jenisnya, layanan pendidikan terhadap anak tunarungu, meliputi layanan umum dan khusus. Layanan umum: layanan yang biasa diberikan seperti kepada anak normal, sedangkan layanan khusus: layanan yang diberikan untuk mengurangi dampak kelainannya, yang meliputi layanan bina bicara serta pengenalan bunyi dan irama. 3. Dari tempat pendidikannya, layanan pendidikan bagi anak tunarungu dikelompokkan menjadi sistem segregasi dan integrasi. Sistem segregasi yaitu sistem pendidikan yang terpisah dari pendidikan anak normal,yakni melalui sistem sekolah khusus (SLB-B), SDLB, dan kelas asrama. Sistem Pendidikan intergrasi yaitu sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak tunarungu untuk belajar bersama anak normal (sekolah inklusi ). 4. Secara umum pembelajaran bagi anak tunarungu sama dengan pembelajaran yang digunakan bagi anak normal, hanya saja bagi tunarungu dimodifikasi untuk lebih banyak memanfaatkan indra penglihatan ( bersifat visual). 5. Pengevaluasian Kegiatan siswa tunarungu, lebih memperhatikan prinsip berkesinambungan, menyeluruh, objektif, perkembangan keterampilan dan pedagogis.
Pencegahan Terjadinya gangguan pendengaran
1.
Sebelum nikah perlu diperhatikan: menghindari pernikahan dengan saudara dekat, melakukan pemeriksaan darah, dan konseling genetika. 2. Bagi ibu hamil supaya menjaga kesehatan dengan memeriksakan kehamilan secara teratur, mengkonsumsi gizi yang cukup, tidak mengkonsumsi obat sembarangan, dan melakukan imunisasi tetanus.
3. Untuk menghindari terjadinya kerusakan saraf pada kelahiran tidak normal dianjurkan, lebih baik operasi dari pada menggunakan tang. 4. Upaya yang dilakukan pada masa setelah lahir antara lain: imunisasi secara penuh, mencegah penyakit influenza yang terlalu lama (terutama pada anak) dan menjaga telinga dari kebisingan.
Kesimpulan
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami ganguan pendengaran dan mengakibatkan organ pendengaran kurang berfungsi dengan baik sehingga berdampak bagi kelangsungan hidup sehari-hari seperti dalam berbahasa, inteligensi, emosional, dan hidup sosial. Dimana penyebabnya dapat terjadi pada masa prenatal,neonatal dan postnatal. Gangguan tunarungu dapat dicegah dengan menghindari pernikahan dengan saudara dekat, melakukan konseling genetika. Bagi ibu hamil, menjaga kesehatan dengan memeriksakan kehamilan, tidak mengkonsumsi obat sembarangan, dan melakukan imunisasi tetanus. Upaya yang dapat dilakukan pada masa setelah lahir antara lain: melakukan imunisasi secara penuh dan menjaga telinga dari truma kebisingan dan benturan.
Daftar pustaka
Somad Permanarian, 1995. Ortopedagogik Anak Tunarungu , Bandung: Depdikbud Busono Mardiati, 1983. Pendidikan Anak Tunarungu, Yogyakarta Syaifuddin,2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta : EGC http://eprints.uny.ac.id/9577/2/BAB%20II.pdf http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196211211984031DUDI_GUNAWAN/BUKU_ARTIKULASI.pdf http://eprints.uny.ac.id/9886/3/bab%202%20-%2008103241036.pdf 2 http://eprints.uny.ac.id/9894/3/BAB%202%20-%2008103244025.pdf