Tujuan dan Manfaat mempelajari etika Tujuan Tujuan menerapkan atau mempelajari etika di masyarakat, masyarakat, yaitu: 1. Untuk mendapat mendapatkan kan konsep konsep yang yang sama mengena mengenaii penilaian penilaian baik dan buruknya perilaku atau tindakan manusia dalam ruang dan wak tu tertentu. 2. Mengarahkan Mengarahkan perkem perkembanga bangan n masyarakat masyarakat menuju menuju suasana suasana yang harmonis, harmonis, tertib, teratur, damai dan sejahtera. 3. Mengajak Mengajak orang bersika bersikap p kritis dan dan rasional rasional dalam mengambil mengambil keputu keputusan san secara otonom. . !tika !tika merupakan merupakan sarana sarana yang memberi memberi orientasi orientasi pada pada hidup manusia manusia.. ". Untuk memiliki memiliki kedalama kedalaman n sikap# sikap# untuk memiliki memiliki kemand kemandirian irian dan tanggung jawab terhadap hidupnya. $. Mengantar Mengantar manusia manusia pada pada bagaima bagaimana na menjadi menjadi baik. %. &ebagai &ebagai norma yang yang dianggap dianggap berlaku. berlaku. 'iselidikiny 'iselidikinya a apakah dasar dasar suatu norma itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma itu terhadap norma yang dapat berlaku (. !tika !tika mengajukan mengajukan pertanyaan pertanyaan tentang tentang legitimasin legitimasinya, ya, artinya artinya norma norma yang tidak dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya !tika mempersolakan pula hak setiap lembaga seperti orangtua, sekolah, negara dan agama untuk memberikan pe rintah atau larangan yang harus ditaati ). !tika !tika memberikan memberikan bekal bekal kepada kepada manusia manusia untuk mengambi mengambill sikap yang yang rasional terhadap semua norma 1*.!tika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli dan bagi siapa saja yang tidak mau diombang ambingkan oleh norma+norma yang ada. adi kesimpulannya tujuan tujuan untuk mempelajari etika adalah untuk menciptakan menciptakan nilai moral yang baik. !tika harus benar+benar benar+benar dimiliki dan diterapkan oleh setiap manusia, sebagai modal utama moralitas pada kehidupan di masyarakat. !tika yang baik, mencerminkan perilaku yang baik, sedangkan etika yang buruk , mencerminkan perilaku kita yang buruk dan akan menciptakan suatu keluaran yaitu berupa penilaian di masyarakat. Man-aat etika menurut /etut 0injin, 2** yaitu :
1. Manusia Manusia hidup dalam dalam jajaran norma norma moral, religius religius,, hukum, hukum, kesopana kesopanan, n, adat istiadat dan permainan. leh karena itu, manusia harus siap mengorbankan sedikit kebebasannya. 2. orma orma moral memberika memberikan n kebebasan kebebasan bagi bagi manusia manusia untuk untuk bertindak bertindak sesuai dengan kesadaran akan tanggung jawabnya human act bukan an act o- man. Menaati norma moral berarti menaati diri sendiri, sehingga manusia menjadi otonom dan bukan heteronom. 3. &ekalipun &ekalipun sudah sudah ada norma hukum, hukum, etika etika tetap tetap diperlukan diperlukan karena karena norma norma hukum tidak menjangkau wilayah abu+abu, norma hukum cepat ketuinggalan 4aman, sehingga sering terdapat celah+celah hukum, norma hukum sering tidak mampu mendeteksi dampak secara etis dikemudian hari, etika mempersyaratkan pemahaman dan kepedulian tentang
kejujuran, keadilan dan prosedur yang wajar terhadap manusia, dan masyarakat, asas legalitas harus tunduk pada asas moralitas. . Man-aat etika adalah mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan secara otonom, mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang tertib, teratur, damai dan sejahtera. ". 5erlu diwaspadai nahwa 6power tend to corrupt6, 6the end justi7es the means6 serta pimpinan ala Machia8ellian, yang galak seperti singa dan licin seperti belut.
adi man-aat mempelajari etika adalah, menciptakan standar diri yang baik di mata masyarakat, mengetahui tingkat kualitas yang baik dan dapat membedakan prilaku di masyarakat.
Teori Normatif Etika !tika sering dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran+ukuran atau norma+norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. !tika normati- ini berusaha mencari ukuran umum bagi baik dan buruknya tingkah laku. Menurut /att &o9 yang dimaksud dengan etika normati- adalah sering dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran+ukuran atau norma+norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. !tika normati- ini berusaha mencari ukuran umum bagi baik buruknya tingkah laku. !tika normati- dapat disimpulkan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia yang berkaitan dengan baik buruknya perbuatan atau tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat.
Secara tradisional, etika normatif (juga dikenal sebagai teori moral) adalah studi tentang apa yang membuat tindakan yang benar dan salah. Teori-teori ini menawarkan sebuah prinsip moral yang menyeluruh yang satu dapat mengajukan banding dalam menyelesaikan keputusan moral yang sulit. Pada pergantian abad ke-!, teori-teori moral menjadi lebih kompleks dan tidak lagi sematamata berkaitan dengan kebenaran dan kesalahan, namun tertarik dalam berbagai macam status moral. Selama abad pertengahan, studi tentang etika normatif menurun sebagai metaetika tumbuh di menonjol. "okus pada meta-etika itu sebagian disebabkan oleh fokus linguistik yang kuat dalam filsafat analitik dan oleh popularitas positi#isme logis. $ua perspektif terkemuka telah dikembangkan dalam menanggapi pertanyaan normatif ini. Satu didasarkan pada gagasan tugas dan disebut etika deontologis, yang lain berfokus pada konsekuensi dan umumnya disebut sebagai etikas teleologis. %edua perspektif ini, bersama dengan dua teori terkemuka lainnya, etika moralitas dan teori moral, akan dibahas dalam bab ini. A. Etika Deontologis
Teori &on-%onsekuensi lebih dikenal dengan teori $eontologi. 'stilah deontologi berasal dari kata unani deon* yang berarti kewajiban. $alam pemahaman teori $eontologi memang terkesan berbeda dengan +tilitarisme. ika dalam +tilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensi, maka dala m $eontologi benar-benar melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan. $alam suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. $eontologi menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. $i sini kita tidak boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik. ontoh : Misalkan kita tidak boleh mencuri, berdusta untuk membantu orang lain, mencelakai orang lain melalui perbuatan ataupun ucapan, karena dalam Teori 'eontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan.
Pendukung utama dari posisi deontologis adalah 'mmanuel %ant. Posisinya didasarkan pada dua prinsip dasar lasan dan hormat. %ant menganjurkan bahwa pertanyaan Socrates /, bagaimana saya harus bersikap0 harus dijawab melalui penalaran deduktif. %etika alasan diterapkan untuk dilema ini, %ant menunjukkan bahwa kita akan sampai pada kesimpulan bahwa kita harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip uni#ersal yang berlaku, terlepas dari konsekuensi dari tindakan. 1engetahui apa yang harus dilakukan dalam situasi apa pun akan ditentukan oleh prinsip-prinsip uni#ersal, terlepas dari konteks dan konsekuensi dari tindakan tertentu. Sebagai contoh masalah pencurian. ika kita tergoda untuk mencuri, %ant menunjukkan bahwa kita bertanya kepada diri sendiri apakah kita bisa menerima bahwa kami anak-anak, tetangga, karyawan, dan sebagainya dii2inkan untuk mencuri di akan. . . dari kami30 %ami kemudian dapat menyimpulkan bahwa mencuri adalah selalu salah, apa pun kondisinya. 1enurut %ant etika seperti prinsip, atau aturan, yang harus senantiasa taat tanpa pengecualian, suatu imperatif kategoris. %edua, bagaimanapun, %ant berpendapat bahwa kita memiliki kewajiban untuk merawat orang lainnya dalam diri mereka sendiri dan untuk bertindak dengan cara yang menghormati kapasitas mereka untuk bertindak. %ant menunjukkan bahwa siapa pun yang berperilaku sesuai dengan kedua prinsip-prinsip ini dapat digambarkan sebagai bertindak keluar dari tugas dan karena itu bertindak secara etis. 1ari kita menerapkan posisi %ant khusus untuk akuntansi. 4agaimana tindakan seorang akuntan indi#idu dibenarkan dari perspektif %ant0 %etika seorang akuntan menghadapi dilema etika, mereka harus mempertimbangkan apakah mereka ingin kursus yang diusulkan mereka dari tindakan untuk menjadi hukum uni#ersal. &amun, kita juga perlu mempertimbangkan apakah fungsi normal dari profesi akuntansi dapat dibenarkan dari perspektif %antian. pakah sistem ekonomi yang berfungsi akuntansi, baik itu kapitalis, perintah atau campuran keduanya, memperlakukan indi#idu sebagai sarana atau berakhir0 Posisi %ant umumnya dikritik karena terlalu umum untuk membantu karena mengabaikan spesifik situasi indi#idu. mbil contoh kasus seorang ibu muda dalam perawatan intensif yang telah terlibat dalam kecelakaan mobil yang buruk.
Teori keadilan dari ohn 5awls merupakan upaya untuk memajukan posisi deontologis lanjut. 5awls menunjukkan bahwa sementara, sebagai indi#idu, kita mungkin bisa melihat logika kategoris imperatif dan setuju bahwa itu adalah penting untuk memperlakukan manusia lain dengan hormat, kami butuh bantuan dalam penyusunan prosedur untuk prinsip ini. Solusi nya datang dalam bentuk /selubung ketidaktahuan/. 1enurut 5awls, memutuskan suatu tindakan yang menghormati orang lain mengharuskan saya menempatkan diri di /posisi asli/, di balik selubung ketidaktahuan. $ari posisi asli kesetaraan, notknowing saya mungkin menjadi apa atau siapa, %arena itu saya terdorong untuk menanggapi proposisi Sokrates, dengan menempatkan diri di posisi orang yang terkena keputusan, atau setidaknya setiap kategori indi#idu, karena saya lakukan tidak tahu apakah saya akan menjadi salah satu dari orang-orang. 4. 6tika Teleologis Perbedaan standar dalam literatur normatif umumnya ditarik antara etika deontologis di satu sisi dan perspektif etika teleologis di sisi lain. Sementara posisi deontologis berfokus pada kebenaran atau kesalahan dari tindakan itu sendiri, posisi teleologis menetapkan moralitas dari suatu tindakan tertentu dengan mengacu pada konsekuensi dari tindakan itu. mbil contoh pencurian dibahas sebelumnya. $ari pencurian perspektif deontologis dapat dianggap salah secara moral karena jenis tindakan itu (yakni bertentangan dengan imperatif kategoris karena kita tidak bisa akan hal itu sebagai hukum uni#ersal), terlepas dari apakah atau tidak tindakan menghasilkan konsekuensi yang baik, misalnya dalam kasus 5obin 7ood. Sebaliknya, teleologists berpendapat bahwa kebenaran atau kesalahan dari tindakan dapat dibentuk dengan mengacu pada konsekuensinya. Teori konsekuensialis didasarkan pada perbedaan penting antara perbuatan baik dan tujuan. $engan kata lain, menentukan apakah suatu tindakan tertentu adalah benar atau salah adalah berdasarkan konsekuensi dari tindakan dalam kaitannya dengan tujuan yang telah ditentukan. 1isalkan nda adalah pengontrol keuangan dari mediumsi2ed produsen pakaian. Perusahaan ini berusaha untuk memutuskan apakah untuk melakukan outsourcing bagian dari proses produksi untuk 'ndonesia. Etika teleologis terbagi menjadi dua aliran teleologisme yaitu sebagai b erikut : 1. Teori Egoisme Artinya pandangan bahwa tindakan setiap orang bertujuan untuk mengejar kepentingan atau memajukan dirinya sendiri atau menekankan kepentingan dan kebahagiaan untuk pribadi berdasarkan hal yang menyenangkan dan atau hal yang mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya sendiri. 2. Teori Utilitarianisme
+tilitarianisme berasal dari kata 8atin utilis, kemudian menjadi kata 'nggris utility yang berarti bermanfaat (4ertens, !!!). 1enurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal “the greatest happiness of the greatest numbers”. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. 6goisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan indi#idu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).
Paham utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut 9) Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan atau hasilnya). ) $alam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan. :) %esejahteraan setiap orang sama pentingnya.
https:;;naynaimah.wordpress.com;2*1";*3;*";tujuan+dan+man-aat+mempelajari+ etika+dan+kode+etik; 0indjin, /etut. 2**. !tika ramedia 5ustaka Utama https:;;khoyunitapublish.wordpress.com;2*13;12;1*;teori+teori+etika; http:;;sil8i+sosioteknologi.blogspot.co.id;2**);12;teori+etika.html https:;;tau-ananggriawan.wordpress.com;2*11;1*;1*;a+etika+teleologi+b+ deontologi+c+teori+hak+d+teori+keutamaan+8irtue; http://belajarkomunikasilagi.blogspot.co.id/2012/11/etika-deskripti-dan-normati.html
Etika normati Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini jadi etika normati merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk! sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat "#uslan! 2002 : $%&.
'enurut (att )o yang dimaksud dengan etika normati adalah sering dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran-ukuran atau norma-norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. Etika normati ini berusaha mencari ukuran umum bagi baik buruknya tingkah laku. Etika normati dapat disimpulkan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia yang berkaitan dengan baik buruknya perbuatan atau tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat.
Etika normati ditinjau berdasarkan dari teori terdiri dari dua yaitu : a.
*eori deontologis +eontologis berasal dari bahasa ,unani +eon artinya kewajiban. Artinya etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik! suatu tindakan itu baik bukan dinilai dari tindakan tersebut! melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya! motiasi! kemauan dengan niat baik dan dilaksanakan berdasarkan kewajiban dan bernilai moral.
b. *eori teleologis *eleologis bahasa ,unani dengan kata *elos berarti tujuan yaitu menjelaskan bahwa benar salahnya tindakan tersebut justru tergantung dari tujuan yang hendak dicapai atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. )uatu tindakan dinilai baik kalau berakibat atau bertujuan mencapai sesuatu yang baik pula ")ony! 1$ : 2-$0&.
Etika teleologis terdapat dua aliran teleologisme yaitu sebagai b erikut : 1. Egoisme Artinya
pandangan
bahwa
tindakan
setiap
orang
bertujuan
untuk
mengejar
kepentingan atau memajukan dirinya sendiri atau menekankan kepentingan dan kebahagiaan untuk pribadi berdasarkan hal yang menyenangkan dan atau hal yang mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya sendiri. 2. tilitarianisme 'enilai perbuatan baik buruknya suatu tindakan atau kegiatan berdasarkan tujuan atau akibat dari tindak tersebut bagi kepentingan orang banyak atau dinilai baik karena dapat memberikan kegunaan atau manaat perorangan bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA
(att )o ouis. ! 1$! Elements of Philosophy The Ronald Press Company ! 3ew ,ork. (att )o ouis. ! 12! Pengantar Filsafat Alih Bahasa Soejono Soemargono ! *iara 4acana! ,ogyakarta. (era A. )onny! 11! Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis sebagai Profesi uhur ! 5akarta! (anisius. #uslan #osady! 2002! Etika !ehumasan !onsepsi dan Aplikasi! 6*. #aja 7raindo 6ersada! 5akarta.
)useno 8rans 'agnis! 1%9! Etika "asar Masalah#masalah Pokok Filsafat Moral! (anisius! ,ogyakarta. )umarno! (ismiyati El (ariman! 3inis Agustini +amayani! 200! Filsafat dan Etika !omunikasi ! 6usat 6enerbitan niersitas *erbuka! 5akarta.
< = 5!!@?&? !T=/? 0M?T=A &ecara umum etika, bisa dikelompokan dalam tiga kategori, yaitu etika deskripti-, etika normati-, dan metaetika /.
etika normati- ini, subyek yang bersangkutan tidak bertindak sebagai penonton netral, tetapi dia melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang prilaku indi8idu, masyarakat, dan kebudayaannya. 5enilaian tersebut dibuat atas dasar norma+norma. DMartabat manusia harus dipelihara dan di hormati6 dapat dianggap sebagai contoh norma tersebut. ontoh penerapan etika normatiadalah, 1. /ebiasaan minum tuak harus ditolak, karena dapat menghilangkan kesadaran manusia dan merusak organ tubuhnya. 2. /ebiasaan prostitusi, harus ditolak, karena bertentangan dengan martabat manusia. 3. /ebiasaan menggunakan ?0/ harus ditolak karena dapat merusak organ tubuh menyiksa diri sendiri . 'ilarang menghilangkan nyawa orang lain yang tidak bersalah ". Menolak kebiasaan /orupsi, /olusi dan epotisme // karena dapat merugikan orang lain. $. Menolak kebiasaan aborsi karena termasuk tindakan menghilangkan nyawa orang lain dan menyiksa diri sendiri. ramedia 5ustaka Utama: akarta. http:;;yusup+doank.blogspot.com;2*11;*";etika+pro-esi+dalam+kerangka+ etika.html E'iakses 1( 'esember 2*11, 12." F=
Teori %eadilan Pada tahun 9;<9, ohn 5awls menerbitkan A Theory of Justice, patut dicatat dalam mengejar argumen moral dan menjauhkan diri dari meta-etika. Publikasi ini menetapkan tren untuk minat baru etika normatif. ohn 5awls (9;9-!!) adalah seorang pemikir yang memiliki pengaruh sangat besar di bidang filsafat politik dan filsafat moral. 1elalui gagasan-gagasan yang dituangkan di dalam A Theory of Justice (9;<9),=9> 5awls menjadikan dirinya pijakan utama bagi perdebatan filsafat politik dan filsafat moral kontemporer. Para pemikir setelah 5awls hanya punya dua pilihan 1enyetujui atau tidak menyetujui 5awls. Tidak ada pilihan untuk mengabaikan 5awls sama sekali. 7al ini dikarenakan jangkauan pemikiran 5awls yang sangat luas dan
dalam, yakni +paya untuk melampaui paham utilitarianisme yang sangat dominan di era sebelum 5awls serta merekonstruksi warisan teori kontrak sosial dari 7obbes, 8ocke dan %ant sebagai titik tolak untuk merumuskan sebuah teori keadilan yang menyeluruh dan sistematis.=> Sebagai ilustrasi atas pengaruh besar 5awls dalam bidang filsafat politik dan filsafat moral tersebut, ada baiknya bila kata-kata dari 5obert &o2ick, seorang filsuf politik se2aman dan sekaligus kritikus paling utama bagi pikiran-pikiran 5awls, dikemukakan di sini A Theory of Justice adalah sebuah karya filsafat politik dan filsafat moral yang kuat, mendalam, subtil, luas, sistematik, yang tidak pernah terlihat lagi semenjak karya-karya ohn Stuart 1ill, atau sebelumnya. 4uku ini merupakan sumber mata air ide-ide, terintegrasi bersama dalam satu kesatuan yang bagus. Para pemikir filsafat politik sekarang harus bekerja di dalam teori 5awls, atau harus menjelaskan mengapa tidak. =:> Tanggapan-tanggapan atas pemikiran 5awls dalam A Theory of Justice tersebut datang dari berbagai kalangan, terutama dari para pemikir yang berada di barisan libertarian, feminis, pembela utilitarianisme, dan komunitarianisme neo-ristotelian. $ebat antara 5awls dan pendukungnya di satu sisi, serta pengkritiknya dari kalangan komunitarian neo-ristotelian di lain sisi bahkan kemudian menjadi sangat terkenal sebagai ?debat liberal-komunitarian@ dalam percaturan filsafat kontemporer. 4eberapa di antara filsuf terkenal yang melibatkan diri di dalam perdebatan ini adalah 5awls sendiri, urgen 7abermas, Aharles Taylor, 1ichael Sandel, dan 1ichael Bal2er.=C>
%esimpulan-kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tentang teori keadilan 5awls ini adalah sebagai berikut. Pertama, 5awls mengemukakan bahwa kesukarelaan segenap anggota masyarakat untuk menerima dan mematuhi ketentuan-ketentuan sosial yang ada hanya dimungkinkan jika masyarakatnya tertata baik di mana keadilan sebagai fariness menjadi dasar bagi prinsip prinsip pengaturan institusi-institusi yang ada di dalamnya. Titik-tolak 5awls dalam merancang teori keadilannya adalah konsepsinya tentang person moral yang pada dasarnya memiliki dua kemampuan moral, yakni 9) kemampuan untuk mengerti dan bertindak berdasarkan rasa keadilan dan dengan itu juga didorong untuk mengusahakan suatu kerja sama sosialD dan ) kemampuan untuk membentuk, mere#isi, dan secara rasional mengusahakan terwujudnya konsep yang baik. 5awls menyebut kedua kemampuan ini sebagai a sense of justice dan a sense of the good . Kedua, 5awls memandang bahwa kesepakatan yang fair hanya bisa dicapai dengan adanya prosedur yang tidak memihak. 7anya dengan suatu prosedur yang tidak memihak, prinsip prinsip keadilan bisa dianggap fair . %arenanya, bagi 5awls, keadilan sebagai fairness adalah ?keadilan prosedural murni@. $alam hal ini, apa yang dibutuhkan oleh mereka yang terlibat dalam proses perumusan konsep keadilan hanyalah suatu prosedur yang fair (tidak memihak) untuk menjamin hasil akhir yang adil pula.
Ketiga, 5awls menekankan posisi penting suatu prosedur yang fair demi lahirnya keputusankeputusan yang oleh setiap orang dapat diterima sebagai hal yang adil. dapun prosedur yang fair ini hanya bisa terpenuhi apabila terdapat iklim kontrak yang memungkinkan lahirnya keputusan dengan kemampuan menjamin distribusi yang fair atas hak dan kewajiban. 5awls menegaskan pentingnya semua pihak, yang terlibat dalam proses pemilihan prinsip-prinsip keadilan, berada dalam suatu kondisi awal yang disebutnya ?posisi asali@ (the original position). $i sini, posisi asali merupakan suatu tuntutan agar keadilan dalam arti fairness bisa didapatkan. Posisi asali ini juga berfungsi sebagai penghubung antara konsep person moral di satu pihak, dengan prinsip-prinsip keadilan di lain pihak. Keempat , 5awls yakin bahwa person-person moral yang melakukan musyawarah dalam posisi asali pasti akan memilih prinsip-prinsip keadilan yang dirumuskannya sebagai berikut 9. Setiap orang harus memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua orangD . %etidaksamaan sosial ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga (a) diharapkan member keuntungan bagi setiap orang, dan (b) semua posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang. &amun demikian, dari gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh 5awls tentang teori keadilan, setidak-tidaknya terdapat empat hal yang perlu ditanggapi secara kritisD 9) pandangan 5awls tentang subjek yang bersifat abstrak dan atomistikD ) metode 5awls dalam merumuskan prinsip-prinsip keadilan yang cenderung terjebak dalam monologi di mana prinsip keadilan bisa dikonstruksi secara rasional oleh seorang atau sekelompok orang ahli sembari mengabaikan ruang-ruang dialogis yang bersifat deliberatifD :) pandangan 5awls tentang perbedaan sosio-ekonomi yang diperbolehkan sejauh menguntungkan kelompok yang paling tidak beruntungD dan C), peluang untuk menerapkan pajak progresif dalam teori keadilan 5awls telah menjadikan kelompok yang beruntung di dalam masyarakat sebagai alat untuk kepentingan orang-orang yang tidak beruntung.