Tugas Satu Mata Kuliah Kewirausahaan
Merangkum Buku Kewirausahaan
Dosen Pengampu:
mmmmmmmmmmm
Nama: Mukhasin
Nim: K2312045
Kelas : Fisika 2012 A
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
Tugas Satu Mata Kuliah Kewirausahaan
Merangkum Buku Kewirausahaan
Judul Buku : Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat & Usaha Menuju Sukses Ed.3, Dr. Suryana, M.Si
Daftar Isi Buku :
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................... 1
Bab 2 Ruang Lingkup Disiplin Ilmu Kewirausahaan ...................................................... 21
Bab 3 Karakter, Ciri-Ciri Umum, dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan ...........................
Bab 4 Proses Kewirausahaan ......................................................................................
Bab 5 Fungsi dan Model Peran Wirausaha ..................................................................
Bab 6 Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan .............................................................
Bab 7 Merintis Usaha Baru dan Model Pengembangannya..........................................
Bab 8 Pengelolaan Usaha dan Strategi Kewirausahaan ...............................................
Bab 9 Kompetensi Inti dan Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan ............................
Bab 10 Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha .......................................................
Bab 11 Etika Bisnis dan Kewirausahaan.......................................................................
Merintis Usaha Baru dan Model Pengembangannya
6.1. Cara Masuk Dunia Usaha
Ada tiga cara untuk memasuki usaha baru, yaitu dengam Merintis usaha baru (starting), Membeli perusaaan dari orang lain (buying), dan Kerja sama manajemen (franchising). Masing- masing memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri.
Merintis usaha baru (starting).
Merintis usaha baru (starting) yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis yaitu:
Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang.
Persekutuan (partnership), suatu kerjasama (aosiasi) dua orang atau lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha bersama.
Perusahaan berbadan hukum (corporation), perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal saham-saham.
Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Peggy Lambing(2000; 90), Sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat profesional lainnya. Sebanyak 15% responden telah mencoba dan mereka merasa mampu mengerjakannya dengan lebih baik. Sebanyak 11% dari wirausaha yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar, sedangkan 46% lagi karena hobi.
Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru, yaitu:
Inside out (idea generation) adalah pendekatan berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha.
Outside in (opportunity recognition), yaitu pendekatan yang menekankan pada basis ide bahwa kebutuhan akan berhasil apabila menanggapi atau menciptakan kebutuhan di pasar.
Outside in (Opportinity recognition) tak lain adalah pengamatan lingkungan, yaitu alat pengembangan yang akan ditransfer menjadi peluang-peluang ekonomi. Berita peluang ekonomi tersebut dapat bersumber dari:
Surat kabar
Laporan periodik tentang perubahan ekonomi
Jurnal Perdagangan dan pameran dagang
Publikasi Pemerintah
Informasi lisensi produk yang disediakan oleh pialang saham, universitas dan perusahaan lainnya.
Berdasarkan pendekatan "in-side out", untuk memulai usaha, seseorang calon wirausaha harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan meliputi:
Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta cara menyajikannya.
Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang tepat.
Kemampuan finansial, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-sumber dana dalam merintis dan mengelola usaha.
Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari, memelihara dan mengembangkan relasi, komunikasi dan negosiasi.
Tahapan dalam merintis usaha baru diawali dengan adanya ide, kemudian dilanjutkan dengan mencari sumber dana dan fasilitas baik berupa barang, uang, dan orang. Sumber dana tersebut dapat berasal dari badan-badan keuangan seperti bank dalam bentuk kredit atau orang yang bersedia menjadi penyandang dana. Selanjutnya seorang wirausahawan perlu mengamati dan menganalisa pangsa pasar dari obyek bisnis yang akan dihasilkan dari usahanya. Barang atau jasa yang dihasilkannya harus benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat/komunitas tertentu, sehingga barang tersebut akan laku kettika dijual di pasar. Mengamati peluang pasar merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum produk barang dan jasa diciptakan. Apabila peluang pasar untuk produk yang akan dihasilkan ada dan terbuka lebar, maka barang dan jasa akan mudah laku dan segera mendatangkan keuntungan.
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
Bidang dan Jenis usaha yang Dimasuki
Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki, diantaranya:
Bidang usaha pertanian (agriculture) meliputi pertanian, kehutanan, perikanan, dan
perkebunan.
Bidang usaha pertambangan (mining) meliputi galian pasir, galian tanah, batu, dan bata.
Bidang usaha pabrikasi (manufacturing) meliputi industri perakitan, sintesis.
Bidang usaha konstruksi meliputi konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, jalan raya.
Bidang usaha perdagangan (trade) meliputi retailer, grosir, agen, dan ekspor-impor.
Bidang jasa keuangan (financial service) meliputi perbankan, asuransi, dan koperasi.
Bidang jasa perseorangan (personal service) meliputi potong rambut, salon, laundry, dan catering.
Bidang usaha jasa-jasa umum (public service) meliputi pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi.
Bidang usaha jasa wisata (tourism), terbagi ke dalam tiga kelompok usaha wisata, yaitu:
Usaha jasa parawisata, yang antara lain meliputi jasa biro perjalanan wisata, jasa agen perjalanan wisata, jasa pramuwisata, jasa konvensi perjalanan intensif dan pameran, jasa impresariat (pengurusan izin untuk suatu pertunjukan), jasa konsultan pariwisata, dan jasa informasi pariwisata.
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, yang meliputi pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya, serta pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus.
Usaha sarana wisata, yang antara lain berupa penyediaan akomodasi, makanan dan minuman, angkutan wisata, sarana pendukung di tempat wisata, dan sebagainya.
Bentuk Usaha dan Kepemilikan yang akan Dipilih
Ada beberapa kepemilikan usaha yang dapat dipilih, diantaranya:
Perusahaan Perorangan (sole proprietorship), yaitu suatu perusahaan yang dimiliki dan diselenggarakan oleh satu orang.
Persekutuan (Partnership), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan.
Perseroan (Corporation), yaitu suatu perusahaan yang anggotanya terdiri atas para pemegang saham (pesero/stockholder) yang mempunyai tanggung jawab terbatas terhadap utang-utang perusahaan sebesar modal disetor.
Firma, yaitu suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan dibawah nama bersama. Bila untung maka keuntungan dibagi bersama, bila rugi maka kerugian ditanggung bersama.
Tempat Usaha yang akan Dipilih
Terdapat beberapa alternatif yang bisa kita pilih untuk menentukan lokasi atau tempat memulai usaha, yaitu :
Membangun bila ada tempat yang strategis.
Membeli atau menyewakan bila lebih strategis dan menguntungkan.
Kerja sama bagi hasil, bila memungkinkan
Organisasi Usaha yang Digunakan
Organisasi usaha merupakan perpaduan dari fungsi kewirausahaan dan manajerial. Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi, sedangkan manajerial dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen. Umumnya secara hierarkis, organisasi perusahaan dalam skala besar terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu rapat umum pemegang saham, dewan komisaris, dewan direktur, dan tim manajer. Rapat umum pemegang saham merupakan pemegang kekuasaan tertinggi yang tugasnya mengangkat dewan komisaris dan dewan direksi. Tugas dewan komisaris adalah mengawasi dewan direksi dalam menjalankan perusahaannya sedangkan tugas dewan direksi adalah mengangkat beberapa orang manager.
Lingkungan Usaha.
Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan. Lingkungan usaha dibagi menjadi dua yaitu:
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya.
Lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, meliputi :
Lingkungan Ekonomi (Technological Environment) Kekuatan ekonomi lokal, regional, nasional, dan global akan berpengaruh terhadap peluang usaha.
Lingkungan Teknologi (Technological Environment) Kekuatan teknologi dan perubahannya yang sangat dinamis cenderung sangat berpengaruh pada perusahaan.
Lingkungan Sosial Politik (Socio Environment) Lingkungan sosial dan politik, kecenderungan dan konteksnya perlu di perhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan tersebut berpengaruh pada tingkah laku masyarakat.
Lingkungan Demografis dan Gaya Hidup (Demografi and Life Style Environment) Produk barang dan jasa yang dihasilkan sering kali dipengaruhi oleh perubahan demografi dan gaya hidup.
Hambatan – hambatan dalam Memasuki Industri
Menurut Peggi Lambing (2000:95) ada beberapa hambatan bagi seorang wirausahawan untuk memasuki industri baru, yaitu :
Sikap dan kebiasaan pelanggan. Loyalitas pelanggan kepada perusahaan baru masih kurang. Sebaliknya perusahaan yang sudah lebih dulu ada justru lebih bertahan karena telah lama mengetahui sikap dan kebiasaan pelanggannya.
Biaya perubahan (switching cost), yaitu biaya-biaya yang diperlukan untuk pelatihan kembali para karyawan, dan penggantian alat serta sistem yang lama.
Respons dari pesaing yang telah lebih dulu ada, yang secara agresif akan mempertahankan pangsa pasar yang ada.
Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta
Paten, merek dagang dan hak cipta sangat penting bagi perusahaan, terutama untuk melindungi penemuan-penemuan, indentitas dan nama perusahaan, serta keorisinalan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Temuan yang tidak memiliki hak paten akan bebas ditiru dan diduplikasi bahkan menjadi produk pesaing dan mematikan perusahaan penemu.
Paten
Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwenang kepada seseorang atau suatu perusahaan atas penemuan produk dan perusahaan tersebut diberi wewenang untuk membuat, menggunakan dan menjual penemuannya selama paten tersebut masih dalam jaminan. Ada beberapa langkah untuk mendapatkan hak paten, yaitu :
Tetapkan bahwa yang ditemukan betul – betul baru.
Dokumentasikan alat yang ditemukan tersebut.
Telusuri paten – paten yang telah ada.
Pelajari hasil telusuran.
Mengajukan lamaran paten.
Merek Dagang
Merek Dagang (brand name) merupakan istilah khusus dalam perdagangan atau perusahaan. Merek dagang pada umumnya berbentuk simbol atau nama atau logo atau slogan atau tempat dagang yang oleh perusahaan digunakan untuk menunjukkan keorisinilan produk atau untuk membedakannya dengan produk lain dipasar.
Hak Cipta
Hak cipta (Copyright) adalah suatu hak istimewa guna melindungi pencipta atas keorisinilan (keaslian) ciptaannya, misalnya karangan musik, pencipta lagu, hak untuk memproduksi, memperbaiki, mendistribusikan atau menjul.
Membeli perusahaan orang lain (buying).
Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain: Resiko lebih rendah, Lebih mudah dalam memasuki dunia usaha, dan Memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang dapat ditawar. Meskipun demikian, membeli perusahaan yang sudah ada juga mengandung permasalahan, yaitu:
Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar.
Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan, misalnya citra (image) atau reputasi perusahaan.
Sebelum melakukan kontrak jual beli perusahaan yang akan dibeli, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dan dianalisis oleh pembeli. Aspek-aspek tersebut meliputi:
Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan perusahaan tersebut?
Mengapa perusahaan tersebut berhasil tetapi kritis?
Di mana lokasi perusahaan tersebut?
Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih menguntungkan ketimbang merintis
sendiri usaha baru?
Seorang wirausahawan yang telah memutuskan akan membeli sebuah perusahaan perlu memperhatikan langkah-langkah berikut ini:
Yakinlah bahwa anda tidak akan merintis usaha baru. Pertimbangkanlah alasan membeli perusahaan ketimbang merintis usaha-usaha baru atau Franchising.
Tentukan jenis perusahaan yang diinginkan dan apakah anda mampu mengelolanya? Teguhkan kekuatan, kelemahan, tujuan,dan kepribadian anda.
Pertimbangkan gaya hidup yang anda inginkan. Apa yang diharapkan dari perusahaan tersebut; apakah uang, kebebasan, atau fleksibilitas?
Pertimbangkan usaha yang diinginkan. Tempat yang bagaimana yang anda inginkan?
Pertimbangkan kembali gaya hidup. Mungkin anda memiliki perusahaan ini selama-lamanya atau untuk kesenangan saja.
Kerja Sama Manajemen/Waralaba (Franchising).
Franchising adalah suatu kerja sama antara entrepreneur (franchise) dengan perusahaan besar (Franchisor) dalam mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha. Secara sederhana, model usaha ini dapat digambarkan sebagai kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang/penyalur. Inti dari Franchising adalah memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk.
Perusahaan yang memberi lisensi disebut franchisor dan penyalur disebut franchisee. Franchisor mengizinkan franchisee untuk menggunakan nama, tempat/daerah, bimbingan, latihan karyawaan, periklanan, dan perbekalan material yang berlanjut. Dukungan awal meliputi salah satu atau keseluruhan dari aspek-aspek berikut ini:
Pemilihan tempat.
Rencana bangunan.
Pembelian peralatan.
Pola arus kerja.
Pemilihan karyawan.
Periklanan.
Grafik.
Bantuan pada acara pembukaan.
Selain dukungan awal, bantuan lain yang berlanjut dapat pula meliputi faktor-faktor berikut:
1. Pencatatan dan akuntansi.
2. Konsultasi.
3. Pemeriksaan dan standardisasi.
4. Promosi.
5. Pengendalian kualitas.
6. Nasihat hukum.
7. Penelitian.
8. Material lainnya.
Dasar hukum dari penyelenggara waralaba adalah kontrak antara perusahaan franchisor dengan franchisee. Perusahaan induk dapat saja membtalkan perjanjian tersebut apabila perusahaan yang diajak kerja sama melanggar persyaratan yang telah ditetapkan dalam persetujuan.
Menurut Zimmerer (1996), keuntungan kerja sama waralaba adalah:
Pelatihan, pengarahan, dan pengawasan yang berlanjut dari franchisor.
Bantuan finansial. Biasanya biaya awal pembukaan sangat tinggi, sedangkan sumber modal dari perusahaan waralaba sangat terbatas.
Keuntungan dari penggunaan nama, merek, dan produk yang telah dikenal.
Di samping beberapa keuntungan di atas, kerja sama waralaba tidak selalu menjamin keberhasilan karena sangat bergantung pada jenis usaha dan kecakapan para wirausaha. Kerugian yang mungkin terjadi menurut Zimmerer adalah:
Program latihan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Pembatasan kreativitas penyelenggaraan usaha franchisee.
Franchisee jarang memiliki hak untuk menjual perusahaannya kepada pihak lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada pihak franchisor dengan harga yang sama.
6.2. Profil Usaha Kecil dan Model Pengembangannya
Sampai saat ini batasan usaha kecil masih berbeda-beda tergantung pada fokus permasalahannya masing-masing. Menurut Dun Steinhoff dan John F.Burgess Usaha kecil dapat difenisikan dengan cara yang berbeda tergantung pada kepentingan organisasi.
Jika dilihat dari perangkat manajemennya, kontrol atau pengawasan pada usaha kecil biasanya bersifat informal. Apabila hanya terdapat beberapa karyawan, maka deskripsi pekerjaan dan segala aturan lebih baik secara tidak tertulis sebab wirausaha mudah mengontrol usahanya sendiri.
Di Indonesia sendiri, belum terdapat batasan dan kriteria yang baku mengenai usaha kecil. Berbagai instansi menggunakan batasan dan kriteria menurut fokus permasalahan yang ditinjau. Dalam undang-undang No. 9/1995 Pasal 5 tentang usaha kecil, disebutkan beberapa kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut :
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).
Komisi untuk Perkembangan Ekonomi mengemukakan kriteria usaha kecil sebagai berikut:
1. Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik
2. Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil
3. Daerah operasi bersifat lokal
4. Ukuran dalam keseluruhan relatif kecil
Usaha kecil memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Beberapa kekuatan dari usaha kecil Antara lain:
Memiliki kebebasan untuk bertindak,
Bila ada suatu perubahan, misalnya perubaha produk, teknologi, dan mesin baru, usaha kecil bisa bertindak dengan cepat untuk bisa beradaptasi dengan keadaan yang berubah tesebut dibandingkan perusahaan besar.
Fleksibel
Perusahaan kecil ini sangat luwes, sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setempat. Bahan baku, tenaga kerja, dan pemasaran produk usaha kecil pada umumnya menggunakan sumber-sumber yang bersifat lokal.
Tidak mudah Goncang
Hal ini disebabkan karena bahan baku dan sumber daya lainnya kebanyakan didapatkan di dalam suatu daerah yang sifatnya lokal yang mengakibatkan perusahaan tidak rentan terhadap fluktuasi bahan baku impor.
Sedangkan kelemahan usaha kecil diantaranya yaitu:
Kelemahan Struktural
Yang dimaksud dengan kelemahan struktural adalah kelemahan usaha kecil yang terletak dalam manajemen, organisasi, teknologi, sumber daya, dan pasar. Secara struktural, salah satu kelemahan usaha kecil yang paling menonjol adalah kurangnya permodalan. Akibatnya, terjadi ketergantungan pada kekuatan pemilik modal.
kelemahan kultural
Yang dimaksud dengan kelemahan kultural adalah kelemahan usaha kecil dalam bidang budaya perusahaan yang kurang mencerminkan perusahaan sebagai "corporate culture". Kelemahan kultural ini berdampak terhadap kelemahan struktural. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku.
6.3. Kerangka Hipotesis Pengembangan usaha kecil.
Hasil studi yang di lakukan oleh John Eggers dan Kim Leahy mengidentifikasi enam tahap pengembangan bisnis yaitu tahap konsepsi (conception) , survival , stabilitasi , orientasi pertumbuhan , pertumbuhan yang cepat dan kematangan. Banyak konsep yang di kemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen modern tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemukakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuan internal yang meliputi kompetensi khusus. Sementara itu Michael Porter dalam teori competitive statregy nya mengemukakan bahwa untuk mencapai daya saing khusus, perusahan harus menciptakan keunggulan melalui strategi generic yaitu strategi yang menekankan pada low cost strategi differentiation dan focus. Dengan strategi ini perusahaan akan mempunyai daya tahan hidup secara berkelanjutan (sustainability).
Menurut pendapat Mahoney dan Pandian strategi yang dikemukakan dan bersifat statis,menurut mereka yang lebih penting adalah strategi jangka panjang dan dinamis. Dengan demikian perusahaan harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada pengembangan sumberdaya internal secara superior untuk menciptakan kompetensi inti (care competency) seperti yang di syarankan oleh Mintzberg.
Dalam praktek persaingan bebas yang semakin bebas yangdinamis seprti sekarang ini, menurut D'Aveni perusahaan harus menekankan pada setiap pengembangan kompetensi inti yaitu pengetahuan dan keunikan untuk menciptakan keunggulan dimana keunggulan tersebut dapat di ciptakan melalui "the new 7-s strategy" yaitu:
Superior stakeholder satisfaction (mengutamakan kepuasaan stakeholder)
Strategic sooth saying (strategi yang membuat mencengangkan)
Position for speed (posisi mengutamakan kecepatan)
Position for surprise (posisi untuk membuat kejutan)
Shitif the role of the game (strategi mengadakan perubahan peran yang di mainkan)
Signating strategic (mengindikasikan tujuan dari strategi)
Simultainous dan sequential strategic thrust (membuat rangkaian penggerak atau pendorong strategi secara simultan dan berurutan)
Dari gambaran di atas jelaslah bahwa kelangsungan hidup perusahaan kecil maupun perusahan besar,pada umumnya tergantung pada strategi manajemen perusahaan dalam memberdayakan sumberdaya manusia.