MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI COCOA BUTTER SUBSTITUDE
( Produk Turunan Kelapa Sawit )
Disusun oleh: Muhammad Syifa (F34090070) Ramiza Dewaranie Lauda (F34090093) Vini Virdiana Mulideas (F34090126)
2010 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
1
DAFTAR ISI DAFTAR ISI……………………………………..
2
BAB I PENDAHULUAN…………………….......
3
1.1
Latar Belakang…………............................................... 3
1.2 Tujuan………………………………………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik Kelapa Sawit……………........................ 5 2.2 Pemanfaatan Kelapa Sawit……………………………. 7 2.3 Produk Turunan (Stearin)………………………….…. 9 2.4 Teknologi Proses Pengembangan Kelapa Sawit …….. 10 2.4.1 Teknologi Proses Produk Turunan (Cocoa butter substitute)
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan………………………………………………. 15 3.2 Saran……………………………………………………... 15
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG
Seperti diketahui bersama bahwa Indonesia mempunyai lahan perkebunan yang sangat luas sehingga dapat menghasilkan berbagai komoditas pertanian. Saat ini Pemerintah Indonesia menangani 300 komoditas pertanian secara bersamaan. Akibatnya, pengembangan agroindustri tidak fokus dan tidak punya prioritas yang jelas untuk membuat sektor ini sebagai duta dan juru bicara di tingkat dunia. Banyaknya komoditas yang ditangani mengindikasikan bahwa pemerintah tidak tahu persis keunggulan komparatif dan kompetitif bangsa yang bisa dipertandingkan di pasar dunia. Dibandingkan Malaysia atau Thailand, Indonesia lebih punya keunggulan sumber daya dengan lahan yang subur, iklim bersahabat dan diversitas plasma nutfah bernilai tinggi yang sangat luas. Setidaknya telah berkembang 10 komoditas pertanian seperti beras, lada, kopi, cokelat, minyak sawit, karet, lada dan biji-bijian yang menduduki peringkat satu hingga enam. Tapi posisi tersebut tidak dapat menyejahterakan rakyat Indonesia terutama petani dari 10 komoditas tersebut. Hal ini dikarenakan Indonesia mengekspor komoditas pertanian dalam bentuk mentah bukan mengolahnya terlebih dahulu. Hal serupa terjadi pada kelapa sawit. Perkebunan sawit berkembang sejak 1970an dengan luas lahan meningkat dari 133.298 hektare (1970) menjadi 7,12 juta hektare (2008). Lewat program Perkebunan Besar Swasta Nasional yang dibiayai utang dari Bank Dunia, Indonesia mendorong perusahaan besar swasta masuk ke perkebunan dan industri sawit dengan insentif bunga rendah. Maka itu, perkebunan swasta mendominasi proporsi kebun sawit (53 %) disusul perkebunan rakyat (35 %), dan perkebunan negara (12 %). Permasalahan muncul ketika perkembangan kebun tidak diimbangi dengan pendalaman di industri hilir. Saat ini 75% produksi sawit diekspor ke India, Cina, dan Eropa. Ekspor Indonesia hampir 85 % berbentuk mentah (CPO), hanya 15 % persen berbentuk produk turunan. Berbeda dengan Malaysia yang melakukan ekspor minyak sawit dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi sebesar 90 % dan hanya 10% dalam bentuk CPO. Implikasinya Malaysia bisa meraih devisa yang besar karena ekspornya memiliki nilai tambah tinggi. Pada saat harga CPO jatuh seperti sekarang, Malaysia tidak terlalu terpukul karena bisa memaksimalkan industri hilirnya. Sebaliknya, Indonesia mengalami kerugian yang besar dan penurunan devisa karena kurangnya pemberian add value
pada 3
komoditas ini. Tidak hanya petani sawit, kalangan industri pun menjerit mengalami hal ini,maka dari itu dibutuhkan sebuah inovasi pada komoditas ini. Melalui proses fraksinasi,rafinasi, hidrogenasi, deodorisasi, esterifikasi dan pemurnian, CPO bisa diubah menjadi 81 komoditas turunan seperti minyak goreng, margarin, cocoa butter subsitute, biodiesel dan berbagai komoditas turunan lainnya. Dengan pengembangan industri oleochemicals,
CPO
juga
dapat
diolah
lebih
lanjut
menjadi
produk
farmasi,kosmetika,plastik dan minyak pelumas dan sumber energi alternatif untuk bahan bakar diesel. Melalui reaksi hidrolisis dengan cara kimia ataupun enzimatis, CPO dapat dikonversi menjadi asam lemak dan gliserin. Kemudian, asam lemak yang terbentuk di hidrogenasi dan difraksinasi untuk menghasilkan asam-asam lemak yang lebih murni. Salah satunya adalah Cocoa butter yang sangat sulit diperoleh karena biaya pengolahannya tinggi. Maka dari itu ,dilakukan pengolahan lebih lanjut pada asam lemak kelapa sawit sehingga menghasilkan cocoa butter subsitute sebagai alternatif pengganti
cocoa butter.
I.2 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu 1. Memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bahan Agroindustri 2. Menjelaskan peranan kelapa sawit dalam perkembangan agroindustri di Indonesia 3. Memberi informasi mengenai kelapa sawit 4. Memaparkan pemanfaatan kelapa sawit 5. Menjelaskan cara pengolahan kelapa sawit menjadi
Cocoa butter substitute
4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 KARAKTERISTIK KELAPA SAWIT
Pohon kelapa sawit terdiri atas dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengularan minyak kelapa sawit. Pohon kelapa sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika Barat di antara Angola dan Gambia. Selain itu juga terdapat pohon kelapa sawit Amerika, Elaeis oleifera, yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon dengan ketinggian mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan seperti bercabang banyak. Buahnya terdiri dari tiga lapisan yaitu Eksoskap(bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin), Mesoskrap( serabut buah) , dan endoskrap ( cangkang pelindung ).Bagian daging dan kulit buah ini banyak dimanfaatkan untuk dibuat minyak goreng,
sabun
dan
lilin.
Ampasnya
dapat
dimanfaatkan
sebagai
makanan
ternak,khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ternak. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Gambar : Kelapa Sawit Kelapa sawit ( Elaeis guinensis) adalah tumbuhan monokotil dan merupakan bagian dari famili Palmae, subfamili cocoinae dan ordo Spadiciflorae. Genus elaeis berasal dari bahasa Yunani ‘elaion’ yang berarti minyak. Nama spesies guineensis berasal dari nama pulau tempat asalnya yaitu pulau Guinea. Tidak ada varietas yang spesifik pada tanaman kelapa sawit. Meskipun demikian, tanaman kelapa sawit dapat diklasifikasikan berdasarkan ketebalan dari kulit dan warna buahnya. Berdasarkan tersebut, kelapa sawit dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu kelapa sawit berkulit tebal, berkulit tipis dan kelapa tak berkulit (berkulit sangat tipis). Kelapa sawit berkulit tebal misalnya varietas dura yang persentase kulitnya 20 %-40% atau bahkan lebih tinggi. Ketebalan kulitnya adalah 2-8 mm. proporsi kernelnya (inti) cukup besar yaitu 7 %-20 %. Sedangkan persentase mesocarpnya relatif rendah.Kelapa sawit berkulit tipis misalnya varietas tenera yang proporsi kulitnya kira-kira 5%-20% dan ketebalan kulitnya tipis yaitu 0,5-3,0 mm. kernel 5
atau inti sawitnya lebih kecil daripada varietas dura yaitu 3%-12% dari berat buah (Sunarko,2007). Kelapa sawit juga bisa diklasifikasikan berdasrkan warna buahnya sebagai berikut : 1. Nigricens Sebelum masak warnanya merah tua sampai hitam dan merupakan tipe kelapa sawit yang paling umum.
2. Virescen Sebelum masak berwarna hijau dan setelah masak akan berubah menjadi merah terang. 3. Albescen Saat dewasa berwarna hitam dan mengandung sedikit atau mengandung karotenoid, jenis ini jarang sekali ditemukan di alam. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah iklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 220-320 C. panen kelapa sawit terutama didasrkan pada saat kedar minyak mesocarp mencapai maksimum dan kandungan asam lemak minimum yaitu pada saat buah mencapai tingkat kematangan tertentu (ripe). Kriteria kematangan yang cepat dapat dilihat dari warna kulit buah yang rontok dari tandan. Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang yang terdiri dari dura,pisifera dan tenera. Ketiga tipe ini juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengolahan. Dura kelapa sawit merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah . Namun, biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera tidak mamiliki c angkang pada buahnya namun bunga betinya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk dura dan jantan pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masingmasing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun betinya teatp fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Kelapa sawit memilki beberapa kriteria tahun tanam. Komoditas ini sudah mulai mengeluarkan manggar pada umur 3 sampai 4 tahun dan pada umur 8 sampai 11 tahun telah menghasilkan lebih dari 29 ton tandan buah segar (TBS)/Ha/tahun. Pemanenan dilakukan setelah tandan berumur 5-6 bulan. Kelapa sawit dipanen terus sampai pohon
6
berumur 30 tahun dan pada umur 35 tahun perlu diremajakan. Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman berumur 31 bulan, sedikitnya 60 % buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Satu tandan beratnya berkisar 10 kilogram lebih (Pardamean,2008).
POHON INDUSTRI KELAPA SAWIT
2.2 Pemanfaatan Kelapa Sawit
Kelapa sawit banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari – hari. Dahulu orang-orang hanya mengetahui bahwa kelapa sawit digunakan untuk menjadi minyak goreng, tetapi seiring perkembangan zaman dan teknologi , komoditas ini banyak dimanfaatkan menjadi produk-produk yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, mulai dari industri makanan sampai industri kimia. Pada Industri makanan banyak dimanfaatkan untuk menjadi mentega, shortening, cocoa butter
subsitute , additive, es cream, pakan ternak, dan minyak goreng. Pada Industri obat – obatan dan kosmetik dimanfaatkan untuk menjadi krim, shampoo, lotion, pomade, vitamin and beta carotene. Di industri berat dan ringan meliputi industri
7
kulit (untuk membuat kulit halus dan lentur dan tahan terhadap tekanan tinggi atau temperatur tinggi), cold rolling and fluxing agent pada industri perak, dan juga sebagai bahan pemisahdari material cobalt dan tembaga di industri logam. Pada industri kimia banyak dimanfaatkan untuk menjadi bahan kimia yang digunakan untuk detergen, sabun, dan minyak. Sedangkan sisa - sisa dari industri minyak sawit ini, dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler, bahan semir furniture, bahan anggur. Selain sebagai sumber minyak goreng kelapa sawit, produk turunan kelapa sawit ternyata masih banyak manfaatnya dan sangat prospektif untuk dapat lebih dikembangkan, antara lain: 1. Produk turunan CPO. Produk turunan CPO selain minyak goreng kelapa sawit, dapat dihasilkan margarine, shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats, Instans Noodle,Sabun dan Detergent, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan Coatings, Specialty Fats, Dry Soap Mixes,Sugar Confectionary, Biskuit Cream Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils dan Bio Diesel. Khusus untuk biodiesel, permintaan akan produk ini pada beberapa tahun mendatang
akan
semakin
meningkat,
terutama
dengan
diterapkannya
kebijaksanaan di beberapa negara Eropa dan Jepang untuk menggunakan
renewable energy . 2. Produk Turunan Minyak Inti Sawit. Dari produk turunan minyak inti sawit dapat dihasilkan Shortening, Cocoa Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream,
Coffee Whitener/Cream, Sugar Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream, Sabun, Detergent, Shampoo dan Kosmetik. 3. Produk Turunan Oleochemicals kelapa sawit. Dari produk turunan minyak kelapa sawit dalam bentuk oleochemical dapat dihasilkan Methyl Esters, Plastic,
TextileProcessing,
Metal
Processing,Lubricants,
Emulsifiers,
Detergent,
Glicerine, Cosmetic, Explosives, Pharmaceutical Products dan Food Protective Coatings. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa prospek kelapa sawit masih sangat luas, tidak saja untuk pemenuhan kebutuhan minyak goreng kelapa sawit, tetapi juga untuk kebutuhan produk-produk turunannya. Untuk lebih meningkatkan daya saing produk kelapa sawit dan turunannya agar lebih
8
mempunyai daya saing, keterpaduan penanganan sejak dari kegiatan perencanaan, kegiatan on-farm, off-farm, dukungan sarana dan prasarana serta jasa-jasa penunjangnya sangat diperlukan. Diketahui bahwa Indonesia hanya mampu menghasilkan komoditas coklat belum dapat mengolahnya lebih lanjut,dan harga produk
coklat
yang
samakin
mahal
menjadikan
orang-orang
kurang
mengkonsumsi panganan ini.Oleh karena itu, agar kebutuhan coklat dipenuhi oleh semua kalangan dibuatlah Cocoa Butter Substitute sebagai pengganti coklat yang dihasilkan dari kelapa sawit. 2.3 Produk Turunan (Stearin)
Asam Palmitat adalah asam jenuh yang tersusun dari 16 atom karbon. Asam ini merupakan produk awal dalam proses biosintesis asam lemak. Dari asam palmitat,pemanjangan atau penggandaan ikatan berlangsung lebih lanjut. Dalam industri, asam palmitat banyak dimanfaatkan dalam bidang makanan, kosmetik, dan pewarnaan. Salah satu asam palmitat ini adalah stearin yang merupakan fraksi dari minyak kelapa sawit yang banyak mengandung asam lemak dan TAG jenuh sehingga cenderung berbentuk padat atau keras pada suhu kamar. Rentang nilai komposisi asam lemak stearin lebih lebar dan variatih daripada olein. Kandungan asam palmitat pada stearin mencapai 47-74% dan asam oleat 15-37%. Komposisi asam lemak yang sangat variatif tersebut berdampak pada rentang nilai IV (Iodine value atau nilai iodin) yang lebar pula yaitu 21-49 dan melting point atau titik leleh 44-56 C.
Gambar : Stearin
Stearin dengan kandungan tripalmitoilgliserol kurang lebih 60% dapat digunakan sebagai hard stock untuk soft margarine. Stearin juga dapat diperoleh dari fraksinasi kedua olein. Hasil fraksinasi tersebut dinamakan pal mid-fraction (PMF) yang memiliki kandungan C50 ATAU POP yang tinggi. Karaketristik PMF antara lain TAG dengan C25 maksimal 43%, IV 32-55 dan titik leleh 23-40C. PMF dengan mutu tinggi (IV 33-35) semula hanya bisa diperoleh dari fraksinasi dengan pelarut. Namun perkembangan dalam teknik filtrasi dan pendinginan akhir-akhir ini memungkinkan untuk memperoleh PMF 9
dengan mutu tinggi tersebut dengan teknik fraksinasi kering. Umumnya PMF dari stearin digunakan sebagai bahan untuk pembuatan cocoa butter subsitute. Salah satu pemanfaatan stearin ini yaitu dapat dibuat Cocoa Butter Substitute. Permintaan produk coklat di dunia sangat meningkat sehingga dibutuhkan bahan alternatif untuk memenuhi kebutuhan ini salah satunya adalah dengan mengolah stearin menjadi Cocoa Butter Substitute.
2.4 Teknologi Proses Pengembangan Kelapa Sawit
Dalam mengolah kelapa sawit menjadi bahan baku yang dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk yang memilki nilai tambah yang tinggi,dapat dilakukan beberapa proses pengolahan yaitu diantaranya : A.Sterilisasi Tahap sterilisasi ini dalam pengolahan minyak kelapa sawit secara teknis dilakukan dengan memberikan steam/ uap air pada tandan dalam suatu alat sterilizer berupa autoclave besar. Tujuan sterilisasi dalam pengolahan atau pembuatan minyak tersebut adalah 1) merusak enzim lipolitik, sehingga dapat mencegah perkembangan asam lemak bebas, 2) memudahkan pelepasan buah dari tandan, 3) melunakkan buah, serta 5) mengkoagulasikan gum/emulsifier sehingga memudahkan pengambilan
minyak.
Distribusi waktu pengolahan selama
sterilisasi terbagi menjadi lima bagian, yaitu: 1) pengeluaran udara, 2) waktu untuk mencapai tekanan yang diperlukan, 3) waktu untuk sterilisasi tandan, 4) pengeluaran uap air, serta 5) pembongkaran, penurunan, & reloading. Bila waktu pengolahan pada tahap sterilisasi terlalu lama, maka akan banyak minyak hilang (3%) serta kernel berwarna kehitaman (gelap). Bila waktu pengolahan selama tahap sterilisasi terlalu singkat, maka buah akan sulit lepas dari tandan pada tahap selanjutnya yaitu stripping B.Stripping/Threshing/Pemipilan
Alat yang digunakan pada tahap pengolahan ini disebut sebagai stripper (pemipil), berfungsi untuk melepaskan buah dari tandannya dengan cara membanting tandan, sehingga kadang-kadang tahap proses ini disebut sebagai tahap proses bantingan atau tahap pengolahan bantingan, dengan rangkaian peralatan yang disebut sebagai stasiun bantingan. Tujuan dari proses stripping atau bantingan dalam pengolahan komoditas ini adalah untuk: 1)mempermudah pelepasan buah kelapa sawit dari tandannya, hasil pipilannya disebut sebagai 10
brondolan, 2) minyak hasil ekstraksi tidak terserap lagi oleh tandan sehingga tidak menurunkan efisiensi pengolahan, serta 3) tandan tidak mempengaruhi volume bahan dalam tahap pengolahan lebih lanjut. Stripper harus menerima bahan secara tetap sesuai dengan kapasitas selama tahap pengolahan ini, karena bila terlalu banyak pada awalnya, tandan akan saling melindungi, sehingga masih ada bahan yang belum terlepas. C.Digesti
Pada tahap pengolahan ini digunakan kettles (tangki silinder tertutup dalam steam jacket, dimana di dalam tangki terdapat pisau-pisau atau batang batang yang terhubung pada poros utama, berfungsi untuk menghancurkan buah yang telah dipisahkan dari tandannya). Tujuan tahap digesti dalam pengolahan minyak kelapa sawit adalah untuk: 1) membebaskan minyak dari perikarp, 2) menghasilkan temperatur yang cocok bagi massa tersebut untuk dikempa (190° C), 3) pengurangan volume sehingga dapat meningkatkan efisiensi pengolahan minyak kelapa sawit serta 4) penirisan minyak yang telah dilepaskan selama tahap pengolahan ini. Di dalam digester, buah akan hancur akibat adanya gesekan, tekanan, dan pemotongan. Minyak juga telah mulai dilepaskan dari buahnya pada tahap proses ini. Minyak hasil digesti keluar melalui lubang di bawah digester, kemudian akan dicampur dengan minyak hasil dari tahap pengolahan minyak kelapa sawit selanjutnya yaitu tahap pengekstrasian. D.Ekstrasi Minyak Kelapa Sawit
Pada awal tahap pengolahan ini, brondolan tercacah dan keluar dari bagian bawah digester yang sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut kemudian dikempa dalam alat pengempa yang berada di bawah digester. Umumnya, alat pengempaan yang digunakan di perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit adalah screwpress . Putaran screw mendorong bubur buah ke arah sliding cone pada posisi yang berlawanan. Minyak keluar dari bubur buah kemudian melewati press cage ( Sastrosayono, 2003). Pengempaan dengan screwpress dalam pengolahan tersebut memiliki ciriciri: 1) bekerja dengan tekanan tinggi dimana tekanan tersebut diperoleh dari perputaran uliran/ screw, 2) berbentuk screw / helix yang berputar dalam wadah, 3)
11
tekanan terhadap press cake makin besar, kare na jarak antar uliran dengan dinding makin sempit, 4) tekanan terlalu besar mengakibatkan banyak nut pecah, serta 5) cocok untuk kelapa sawit dengan persentase nut kecil dan persentase serabut besar atau proporsi nut terhadap buah sekitar 20 %. E.Penjernihan(Clarifer)
Penjernihan pada stasiun klarifikasi, kadang disebut sebagai pemurnian minyak,dalam pengolahan kelapa sawit bertujuan untuk menjernihkan sehingga diperoleh minyak dengan mutu sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga baik. Tahapan klarifikasi dalam industri pengolahan tersebut adalah penyaringan, pengendapan, sentrigasi, dan pemurnian. Minyak kasar campuran dari digesti dan pengempaan dialirkan menuju ke saringan getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar dapat dipisahkan. Minyak kasar lalu ditampung dalam tangki penampung minyak kasar (crude oil tank/ COT), selanjutnya dipanaskan hingga suhu/ temperatur 95 – 100oC, dengan tujuan untuk memperbesar perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak, air dan sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan. Minyak dari COT selanjutnya dialirkan ke tangki pengendap (continous settling tank/ clarifier tank). Di dalam tangki tersebut crude oil terpisah menjadi minyak dan sludge atau lumpur akibat pengolahan dengan teknik pengendapan. Sludge masih dapat diambil minyaknya dengan teknik pengolahan minyak kelapa sawit tertentu misalnya sentrifugasi (centrifuge) atau pemusingan. Pengolahan minyak kelapa sawit selanjutnya melalui tahap pemurnian komplek. 2.4.1 Teknologi Proses Produk Turunan ( Cocoa butter substitute )
Dalam menghasilkan Cocoa butter substitute ini dibutuhkan CPO (Crude Palm Oil) atau PKO (Palm Kernel Oil) yang dihasilkan dari kelapa sawit. Dahulu secara umum Cocoa butter substitute s (CBS) dibuat dari minyak kelapa atau coconut oil (CNO). Dengan melihat kondisi perminyak kelapaan saat ini yang tidak berkembang, bahkan cenderung turun
produktifitasnya, maka produk-
produk turunan yang selama ini menggunakan CNO sebagai feedstock harus mencari alternatif penggantinya. CBS (Cocoa butter substitute) sebagai salah satu produk spesial fat yang berbasis minyak kelapa (CNO) yang gurih. Sekarang ini harus mencari alternatif agar mampu bersaing di pasar dunia yang semakin kompetitif, baik dari sisi harga maupun rasa karena minyak kelapa yang mulai surut produktivitasnya. 12
Palm Kernel Oil atau lazim disebut sebagai PKO, memiliki rantai karbon yang mirip dengan CNO. Keduanya memiliki persamaan karakteristik fisik yang sama satu dengan yang lain.
FLOW CHART
Olein Refined Bleached Deodorized Palm Oil
Cocoa
Stearin Crude Palm Oil
Minyak Goreng
butter substit ute
Free Fatty Acid
Minyak sawit dan minyak inti sawit merupakan bahan baku yang penting dalam pengembangan hard-butters seperti produk pengganti cocoa butter (cocoa butter substitute) dan produk sejenis cocoa butter/ CBE ( cocoa butter equipment ). Minyak inti sawit melalui proses modifikasi, yaitu interesterifikasi dan hidrogenisasi dapat digunakan untuk membuat CBS. . Minyak sawit merupakan sumber trigliserida simetris yang sangat diperlukan dalam formulasi CBS melalui penerapan proses hidrogenasi, fraksionasi (menjadi fraksi tengah minyak sawit) dan interesterifikasi. A.Hidrogenasi
Proses hidrogenasi merupakan proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan hydrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak,sehingga akan mengurangi ketidak jenuhanan minyak atau lemak. Caranya gas hydrogen direaksikan secara langsung pada ikatan rangkap yang dituju dengan bantuan katalis Ni dan panas. Proses ini digunakan untuk mengkonversi minyak yang berbentuk cair menjadi bentuk
13
semipadat atau padat. Kondisi proses hidrogenasi bervariasi tergantung pada produk yang akan di hasilkan. B.Fraksionasi
Pada proses pertama PKO di-fraksinasi dengan temperatur rendah (17 deg) dan segera terjadi kristal yang tidak stabil yang kemudian dapat menjadi kristal yang lebih stabil sesudah melalui proses filter press yang menghasilkan kristal yang lebih homogen serta lebih tahan tekanan pada temperatur lebih tinggi (18 deg).Dari PKO dengan IV 18, sesudah melalui static fractionation dihasilkan, PK Olein – IV 27 sekitar 58%. PK stearin IV 5, sekitar 29 % dan PK Stearin IV 7 – 13 %, dari ketiga out put ini, PKS IV 5 unhardened dapat digunakan langsung sebagai CBS, sedangkan PKS IV 7 harus melalui hydrogenation total sebelum digunakan sebagai CBS (Setyamidjaja,2006).
C.Interesterifikasi
Reaksi Interesterifikasi pada lemak dan minyak akan menyebabkan pertukaran antara satu asam lemak dengan asam lemak yang lain didalam molekul trigliserida atau antara trigliserida yang dapat mengubah sifat kimia dan fisika pada lemak. Melalui proses interesterifikasi antara minyak kelapa dengan stearin kelapa sawit dengan menggunakan katalis natrium etoksida dengan perbandingan hasil interesterifikasi minyak kelapa dengan stearin kelapa sawit (70gr: 30gr) diperoleh kandungan lemak padat yang rendah (4,29%) pada suhu tubuh dan padat pada suhu kamar dan memnuhi syarat sebagai pengganti mentega coklat. memiliki struktur padat pada suhu kamar. Berdasarkan persyaratan bahan pangan , mentega coklat yang baik yaitu mentega yang padat pada suhu kamar dan meleleh pada suhu tubuh serta memiliki kandungan lemak padat yang rendah, maka interesterifikasi antara minyak kelapa dengan stearin kelapa sawit menggunakan katalis natrium etoksida untuk memenuhi persyaratan sebagai pengganti mentega coklat.
14
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Salah satu komoditas yang berpotensial di Indonesia adalah kelapa sawit yang banyak digunakan untuk pembuatan CPO ( Crude Palm Oil ) dan PKO ( Palm Kernel Oil ). Dua produk ini biasnya dijual secara langsung tanpa adanya proses lebih lanjut sehingga harganya relative murah. Dengan melalui proses fraksinasi, rafinasi, hidrogenasi, deodorisasi, esterifikasi, dan pemurnian, CPO bisadisulap menjadi 81 komoditas turunan, seperti minyak goreng, margarin, cocoa butter substitute, es krim, dan biodiesel. CBS ( Cocoa Butter Substitute ) merupakan salah satu produk turunan dari kelapa sawit yang dapat menjadi bahan alternative pengganti coklat. Dengan mengkonversi minyak sawit menjadi CBS dapat menigkatkan harga jual dari komoditas kelapa sawit, mengingat bahwa permintaan coklat di berbagai kalangan yang semakin meningkat. Hal ini merupakan peluang untuk mengembangkan produk ini demi meningkatkan penghasilan penduduk dan produktivitas hasil pertanian. Minyak inti sawit melalui proses modifikasi, yaitu interesterifikasi dan hidrogenisas sehinga dapat digunakan untuk membuat CBS.
3.2 Saran
Pada saat ini kelapa sawit lebih digunakan untuk pembuatan CPO ( Crude Palm Oil ) . Harga CPO yang tidak stabil menyebabkan kerugian bagi para petani dan negara. Oleh Karena itu, seharusnya dilakukan penelitian penelitian dalam rangka mengembangkan produk-produk berbahan kelapa sawit yang lebih memiliki nilai tambah dan dapat dijual dengan harga yang tinggi. Dengan adanya add value pada CPO ini maka dapat meningkatkan penghasilan petani dan Negara.
15
DAFTAR PUSTAKA
Pardamean, Maruli. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit . Jakarta : Agromedia Pustaka. Sastrosayono, Selardi. 2003. Budi Daya Kelapa Sawit . Jakarta : Agromedia Pustaka. Setyamidjaja, Djoehana. 2006. Kelapa Sawit Tehnik Budi Daya,Panen dan Pengolahan. Yogyakarta : Kanisius. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit . Jakarta : Agromedia Pustaka.
16