TUGAS MAKALAH MATA KULIAH ENERGI DAN LINGKUNGAN ANALISA GLOBAL WARMING BERDASARKAN FILM “AN IN CONVENIENT TRUTH” Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Rinaldy Dalimi Nama Mahasiswa: M. Kuncoro NPM: 1706992394
MAGISTER TEKNIK TENAGA LISTRIK & ENERGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2017
LATAR BELAKANG DAN SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Energi dan Lingkungan. Sistematika penyusunan makalah ini terdiri atas 3 bagian, yaitu: Bagian 1. Deskripsi tentang Global Warming berdasarkan gambaran film An Inconvenient Truth Bagian 2. Analisa kondisi Aktual global Warming berdasarkan data pengukuran dan pengamatan NASA dan sumber – sumber lainnya Bagian 3. Kesimpulan
LATAR BELAKANG DAN SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Energi dan Lingkungan. Sistematika penyusunan makalah ini terdiri atas 3 bagian, yaitu: Bagian 1. Deskripsi tentang Global Warming berdasarkan gambaran film An Inconvenient Truth Bagian 2. Analisa kondisi Aktual global Warming berdasarkan data pengukuran dan pengamatan NASA dan sumber – sumber lainnya Bagian 3. Kesimpulan
BAGIAN 1 DESKRIPSI GLOBAL WARMING BERDASARKAN FILM “AN INCONVENIENT TRUTH”
A. Resensi dan Mind Mapping Film
Film bergenre scienticif bergenre scienticif yang yang dibawakan oleh Al Gore, mantan wakil presiden Amerika Serikat An , An Inconvenient Truth Truth menceritakan tentang kondisi bumi saat ini. Banyak fakta-fakta mengejutkan mengenai keadaan bumi kita yang tidak disadari oleh umat manusia. Pemanasan global, sebuah fenomena luar biasa yang akselerasinya semakin cepat dari hari ke hari, membutuhkan tindakan nyata dari setiap manusia di muka bumi ini. Tempat tinggal kita terancam, dan kita tidak memiliki tempat tinggal lain. Bagaimanapun, kita wajib memahami dan bertindak cepat untuk menyelamatkan bumi. Film yang diluncurkan pada tahun 2006 ini menjelaskan mengenai global warming dengan sangat baik didukung oleh ilustrasi dan visualisasi yang mudah dipahami. Dalam film ini alur cerita yang digunakan dibuat mengalir untuk memberi pemahaman kepada audiens mengenai informasi yang menyeluruh mengenai global warming, mulai dari dasar – dasar dasar sains terkait global warming, tanda tanda vital terjadinya global warming, penyebab global warming, dampak global warming dan solusi terhadap masalah global warming. Keseluruhan hal tersebut dirangkum dalam mind mapping sebagaimana gambar berikut.
Berdasarkan gambar diagram mind mapping diatas, garis besar mate ri yang disampaikan dalam film An Inconvenient Truth adalah sebagai berikut: a. Dasar – Dasar – dasar dasar sains terkait global warming Pada bagian ini Al Gore membahas mengenai apa itu gas rumah kaca dan kaitannya dengan global warming. Selain itu juga dijelaskan mengenai metode pengukuran gas rumah kaca CO2 yang dilakukan dengan pengukuran konsentrasi CO2 secara langsung di atmosfer dengan balon udara maupun perhitungan konsentrasi CO2 dengan menggunakan analisis isotop inti es. Akhirnya diperoleh kesimpulan hubungan keterkaitan antara kenaikan konsentrasi CO2 dengan kenaikan suhu global dan fakta bahwa dalam jangka waktu 1 dekade terakhir tingkat konsentrasi CO2 mencapai 380 ppm, melampaui rekor 300 ppm dalam rentang waktu 650.000 tahun. b. Tanda – Tanda – tanda tanda vital terjadinya global warming Gore memberikan visualiasi yang sangat jelas mengenai tanda tanda vital bahwa bumi ini telah mengalami global warming, diantaranya dapat dilihat bahwa telah te rjadi pencairan es di kutub utara, kutub selatan, perubahan iklim yang ekstrim (gelombang panas, kekeringan, kebanjiran), meningkatnya frekuensi badai dan meningkatnya permukaan air laut. c. Dampak global warming Gore menjelaskan bahwa global warming mengakibatkan perubahan iklim yang berdampak luar biasa pada sistem sis tem ekologi, lingkungan dan sosial politik bagi manusia. Dampak global warming dirasakan saat ini dan diprediksi akan terjadi dimasa depan. Dampak global warming antara lain pergeseran musim, banjir, kekeringan, munculnya berbagai varian penyakit baru, terganggung ekosistem laut dan terumbu te rumbu karang, dan potensi terendamnya negara negara diwilayah pesisir karena naiknya permukaan laut serta terganggunya sirkulasi arus laut yang menghangatkan wilayah eropa. d. Penyebab global warming Gore menjelaskan bahwa CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca utama yang berkontribusi terhadap global warming. Penelitian dan pengukuran yang intensif telah membuahkan kesimpulan bahwa peningkatan kadar CO2 sebanding dengan kenaikan suhu global. Meningkatnya CO2 diatmosfer dikarenakan kontribusi manusia dalam melakukan pembakaran bahan bakar fosil.
e. Solusi penurunan emisi Dengan mengetahui penyebab global warming, maka dapat dilakukan langkah langkah mitigasi gas rumah kaca khususnya CO2. Tanggung jawab penurunan emisi merupakan tanggung awab seluruh masyarakat dunia. Namun sayangnya negara Amerika sebagai negara dengan kontribusi terbesar terhadap global warming belum memiliki langkah nyata untuk menurunkan emisi. Gore memberikan solusi untuk penurunan emisi yaitu efisiensi peralatan listrik dan transportasi, penggunaan energi terbarukan, pemanfaatan teknologi carbom capture storage.
B. Deskripsi Global Warming berdasarkan Film An Inconvenient Truth
B.1. Dasar – dasar Sains Pemanasan Global B.1.1. Efek Gas Rumah Kaca Sebagian besar ilmuwan iklim sepakat bahwa penyebab utama dari tren pemanasan global saat ini adalah perluasan manusia dari "efek rumah kaca" pemanasan yang terjadi saat atmosfer menjebak panas yang memancar dari Bumi ke angkasa. Kita tinggal di rumah kaca Kehidupan di Bumi bergantung pada energi yang berasal dari matahari. Sekitar setengah cahaya mencapai atmosfer bumi melewati udara dan awan ke permukaan, di mana ia diserap dan kemudian dipancarkan ke atas dalam bentuk radiasi inframerah. Radiasi matahari terutama inframerah ke dalam bumi yang tidak semuanya dipantulkan dan sebagian diserap atmosfir pada dasarnya baik untuk menjadikan bumi hangat dan dapat dihuni. Ilmuwan menyatakan bahwa sekitar 90 persen panas ini kemudian diserap oleh gas rumah kaca dan dipancarkan kembali ke permukaan, yang dihangatkan ke suhu ratarata 59 derajat Fahrenheit (15 derajat Celsius). Namun masalahnya adalah atmosfir menjadi semakin tebal oleh gas rumah kaca sehingga panas berlebih terjadi di bumi. Sebagaimana visualisasi berikut.
Apa itu Gas Rumah Kaca? Atmosfer bumi terdiri dari bermacam- macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32o Celcius. Namun jika terlalu banyak kandungan gas rumah kaca, maka seperti planet venus dengan suhu permukaan yang sangat panas dan tidak dapat ditempati oleh makhluk hidup. Efek rumah kaca yang tidak cukup: Planet Mars memiliki atmosfir yang sangat tipis, hampir semua karbon dioksida. Karena tekanan atmosfer yang rendah, dan dengan sedikit atau tidak ada metana atau uap air untuk memperkuat efek rumah
kaca
yang
lemah,
Mars
memiliki
permukaan yang sebagian besar beku yang tidak menunjukkan bukti kehidupan.
Terlalu banyak efek rumah kaca: Atmosfer Venus,
seperti
merupakan
Mars,
karbon
hampir
dioksida.
seluruhnya Tapi
Venus
memiliki sekitar 154.000 kali lebih banyak karbon dioksida di atmosfernya seperti Bumi (dan sekitar 19.000 kali lebih banyak dari Mars), menghasilkan efek rumah kaca yang sangat tinggi, suhu permukaan tinggi sehingga dapat melelehkan batuan.
Gas rumah kaca (GRK) adalah gas-gas di atmosfer yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia. Gas ini berkemampuan untuk menyerap radiasi matahari di atmosfer sehingga menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi lebih hangat. Meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer akibat aktivitas manusia pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu permukaan bumi secara global. Dalam Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change - UNFCCC), ada enam jenis gas yang digolongkan sebagai GRK, yaitu karbondioksida (CO2), dinitroksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksafluorida (SF6), perfluorokarbon (PFCs) dan hidrofluorokarbon (HFCs). GRK terutama dihasilkan dari kegiatan manusia yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil (minyak, gas dan batubara) seperti pada penggunaan kendaraan bermotor dan penggunaan alat-alat elektronik. Indeks Potensi Gas Rumah Kaca Dampak GRK terhadap pemanasan global sangat bervariasi. Untuk jumlah konsentrasi yang sama, tiap GRK memberikan dampak pemanasan global yang berbeda. Untuk memudahkan dalam membandingkan dampak yang berlainan ini, maka dipakailah Indeks Potensi Pemanasan Global (GWP – Global Warming Potential). Indeks GWP ditentukan dengan menggunakan CO2 sebagai acuan, yaitu dengan cara membandingkan satu satuan berat GRK tertentu dengan sejumlah CO2 yang memberikan dampak pemanasan global yang sama. Misalnya satu ton emisi gas metana (CH4) akan memberikan dampak yang sama dengan 21 gas CO2. Nilai GWP masing-masing GRK dapat dilihat pada tabel.
Tabel Indeks Potensi Pemanasan Global Beberapa GRK Terhadap CO2 dalam Waktu 100 tahun (GWP 1994)
B.1.2. Konsentrasi dan Pengukuran Karbondioksida Setelah menjelaskan mengenai efek gas rumah kaca terhadap pemanasan global, kemudian Gore menyampaikan bahwa terdapat hubungan linear antara kenaikan suhu global dengan kadar CO2 diatmosfer. Kadar CO2 diatmosfer dapat diketahui bahkan sampai keangka 650.000 tahun yang lalu dengan menggunakan perhitungan isotof karbon pada inti es. Gore menceritakan bahwa Prof. Roger Revelle bersama Charles David Keeling pada tahun 1957 meneliti kandungan karbon dioksida di atmosfir dengan cara menerbangkan balon cuaca ke samudera pasifik. Roger Revelle merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan hubungan antara kadar karbondioksida dengan naiknya suhu bumi. Pengukuran kadar karbondioksida tersebut dilakukan dengan sangat ketat dan tekun mulai tahun 1957 selama berpuluh-puluh tahun. Hasil penelitiannya bahwa karbon dioksida sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Trend tingkat kandungan CO2 diatmosfer terus meningkat s ejak 1958 hingga sekarang.
Gore juga menjelaskan mengapa grafik tingkat kandungan CO2 dalam 1 tahun turun naik karena pengaruh dari vegetasi belahan bumi utara dan selatan, pengaruh musim, sudut kemiringan bumi dan radiasi matahari dibelahan bumi utara dan selatan. Atmosfir penuh karbon dioksida di bagian selatan ketika musim semi dan musim panas, dan penuh karbon dioksida di bagian utara ketika musim gugur dan musim dingin.
Penelitian lain terhadap konsentrasi CO2 juga dilakukan oleh Lonnie Thompson dengan analisis isotop inti es di arktik dengan cara mengambil bongkahan es yang mengandung gelembung udara yang terperangkap dari atmosfer pada waktu turun salju dan mempelajari berapa tingkatan karbon dioksida di dalamnya. Hingga temperatur cuaca pada masa lalu dapat ditentukan dengan baik. Tersusun temperatur bumi hingga pada tahun 1000 masehi.
Seribu tahun sejarah suhu diperoleh dari analisis isotop inti es Berdasarkan grafik diatas, warna biru menunjukkan dingin dan warna merah menunjukkan hangat, maka lingkar kutub utara saat ini sedang mengalami titik suhu tertinggi, jauh lebih tinggi dari suhu tertinggi yang pernah terjadi pada tahun 1200. Kemudian berdasarkan perhitungan tingkat karbon pada isotop inti es dan grafik pengukuran kenaikan suhu disimpulkan bahwa terdapat suatu hubungan kecenderungan bahwa grafik temperatur menaik sesuai dengan konsentrasi karbon dioksida di atmosfir.
Seribu tahun data CO2 dan suhu - kurva memiliki bentuk yang sama
Peningkatan karbon dioksida yang tinggi ini bukan hal alami. Penelitian di Antartika bisa ditelusuri hingga 650.000 tahun lalu yang melibatkan 7 jaman es. Konsentrasi karbon dioksida tidak pernah melebihi dari skala 300 part per million. Sebelum masa industri tercatat kadar CO2 adalah 280 ppm. Namun pada tahun 2005, kadar CO2 ini meningkat menjadi 381 ppm. Bahkan jika tidak dilakukan pencegahan dan pengelolaan lingkungan, maka Gore memprediksikan konsentrasi CO2 diprediksi akan naik lebih tinggi (sampai 600 ppm) dalam 45 tahun.
Grafik suhu global dan konsentrasi CO2 dalam rentang waktu 650.000 tahun
B.2. Tanda Tanda Vital dan Dampak Global Warming B.2.1. Melelehnya Lapisan Es Gletser di Dunia Dalam presentasinya, Gore memberikan visualisasi yang sangat baik mengenai tanda tanda global warming bahwa salah satu dampak dari CO2 yang terus meningkat adalah semakin panasnya bumi dan nampak dari es di puncak gunung Kilimanjaro yang saat ini sudah tidak bersalju lagi dan melelehnya gletser di Himalaya, Italia, Amerika Selatan, dan tempat lainnya diberbagai belahan dunia. Sebagaimana diketahui sumber air bagi 40% penduduk dunia berasal dari gletser sehingga sangat berbahaya jika sumber air bagi penduduk dunia ini hilang. Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih, dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut dunia. Dan sayangnya itulah yang terjadi saat ini. Gletser-gletser dunia saat ini mencair hingga titik yang mengkhawatirkan! NASA mencatat bahwa sejak tahun 1960 hingga 2005 saja, jumlah gletser-gletser di berbagai belahan dunia yang hilang tidak kurang dari 8.000 meter kubik! Para ilmuwan NASA kini telah menyadari bahwa cairnya gletser, cairnya es di kedua kutub bumi, meningkatnya temperatur bumi secara global, hingga meningkatnya level air laut merupakan buktibukti bahwa planet bumi sedang terus memanas. Dan dipastikan bahwa umat manusialah yang bertanggung jawab untuk hal ini.
Grinnel Gletser National Park 1910
Grinnel Gletser National Park 1998
Bulder Gletser 1932
Bulder Gletser 1988
Gletser Nepal 1978
Gletser Nepal 2004
Gletser Adamello Mandion Italy
Gletser Adamello Mandion Italy
B.2.2. Peningkatan Suhu Global dan Dampaknya terhadap Gelombang Panas, Badai, Banjir dan Kekeringan Tanda vital utama dari global warming adalah terjadinya kenaikan suhu global. Pemeriksaan konsekuensi kenaikan suhu, dimulai dengan gambaran umum gelombang panas terakhir di Amerika Serikat, dan berlanjut dengan hubungan antara suhu laut yang meningkat dan frekuensi dan intensitas angin topan, yang membawa kerugian manusia dan ekonomi yang sangat besar, seperti dalam kasus Badai Katrina. Kemudian menjelaskan hubungan antara suhu
yang lebih hangat dan peningkatan curah hujan, menyebabkan banjir, dan penjelasan hubungan antara suhu yang lebih hangat dan curah hujan yang direlokasi, yang menyebabkan kekeringan.
Grafik diatas, menjelaskan gambaran kenaikan suhu lautan sejak 1940 s.d. 2005. Biru menunjukkan kisaran normal, hijau mengindikasikan kisaran yang diprediksi oleh model iklim karena penyebab manusia. Garis merah menunjukkan sejarah suhu laut sebenarnya. Memberikan kesimpulan bahwa suhu permukaan laut telah meningkat. Berdasarkan grafik tersebut juga diketahui bahwa mulai dari 1940 s.d. 2005, dampak global warming telah memicu terjadinya kondisi anomali kenaikan suhu permukaan bumi dimana berdasarkan catatan 10 suhu terpanas bumi tercatat pada 14 tahun terakhir.
Puncaknya pada tahun 2005 terjadi gelombang panas yang membunuh ribuan orang, antara lain Eropa mereka memiliki gelombang panas besar yang menewaskan 35.000 orang. Di India di tahun yang sama suhu di sana melesat ke 122 derajat Fahrenheit. Begitupun di Amerika bagian barat pada musim panas 2015, ada banyak kota yang memecahkan semua catatan waktu untuk suhu tinggi dan untuk hari berturut-turut dengan suhu lebih dari 100 derajat Fahrenheit.
Pengaruh Kenaikan Suhu Permukaan Laut dan Terjadinya Badai Bukan hanya udara, lautan juga mengalami peningkatan suhu dan menyebabkan badai. saat lautan menjadi lebih hangat, itu menyebabkan badai yang lebih kuat. Pengaruh naiknya suhu permukaan laut yaitu peningkatan frekuensi terjadinya badai dan topan sebagaimana kurva berikut.
Dalam rentang waktu 2000 s.d. 2004, banyak badai besar di kawasan amerika dan eropa antara lain Badai Jean, Francis dan Ivan. Badai juga terjadi di Jepang yang merupakan badai kesepuluh dan rekor badai yang mereka miliki di tahun 2004. Bahkan badai juga terjadi dikawasan Atlantik Selatan dan brazil yang secara historis t idak pernah mengalami badai. Yang pertama adalah Emily yang socked ke Yucatan Kemudian Badai Dennis datang dan melakukan banyak kerusakan, termasuk ke industri minyak.
Gore menyajikan data bahwa seiring dengan meningkatnya suhu samudra maka badai semakin meningkat dan munculnya kerugian akibat badai yang harus ditanggung oleh i ndustri asuransi semakin besar sehingga meningkatkan tren pembayaran asuransi sebagaimana grafik dibawah.
Peningkatan Curah Hujan dan Bencana Banjir Selain menyebabkan badai, peningkatan suhu permukaan laut yang meningkatkan presipitasi juga menyebabkan insiden banjir besar yang telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Berikut adalah grafik frekuensi peningkatan terjadinya banjir besar di eropa
Berikut gambar bencana banjir di negara Swiss pada 2005
Selain itu di Asia, khususnya India telah terjadi anomali cuaca yang melampaui catatan dimana hujan lebat 37 inci (94 cm) dalam 24 jam membanjiri Mumbai, India pada Juli 2005 yang menyebabkan kematian sedikitnya 1000 orang. Banyak banjir di China juga Pemanasan global secara paradoks menyebabkan tidak hanya banjir yang lebih banyak, tapi juga lebih banyak kekeringan.
Perubahan Pola Curah Hujan karena Global Warming Pemanasan global juga mengakibatkan kadar air hujan meningkat. Presipitasi global telah meningkat di abad terakhir sebesar 20% namun tidak merata. Beberapa daerah menerima curah hujan yang melebihi rata-rata, beberapa daerah lainnya mengalami penurunan curah hujan bahkan daerah di Sub-Sahara Afrika tidak menerima hujan dalam jangka waktu yang sangat lama.
Global warming telah menciptakan paradoks bahwa. Di sebuah tempat, hujan bisa terjadi dengan sangat derasnya hingga mengakibatkan banjir serta tanah longsor. Namun di propinsi sebelahnya, hujan bisa tidak turun sama sekali berbulan-bulan sehingga terjadi kekeringan yang membuat tanah retak-retak. Akibat pemanasan global, siklus air menjadi labil dan tidak teratur. Hal ini berarti tingkat resiko bencana banjir bertambah. Salah satu alasan hal ini ada hubungannya dengan kenyataan bahwa pemanasan global tidak hanya meningkatkan curah hujan di seluruh dunia, tapi juga memindahkan presipitasi terutama pada bagian Afrika di pinggir Sahara. Rendahnya curah hujan diafrika menyebabkan suhu ekstrim dan kekeringan serta musim kemarau yang sangat panjang. Menyebabkan tanah menjadi retak retak karena tidak adanya kandungan air dalam tanah.
Dampak jangka panjang terhadap kekeringan akibat global warming ini telah teramati dari surutnya air danau chad di sahara afrika negara bagian nigeria. Danau Chad 1963
Danau Chad 2004
B.2.3. Mencairnya Lapisan Es Kutub Utara dan Pengaruhnya Kenaikan suhu mungkin terjadi mempengaruhi kehidupan di Arktik: mencairnya rak es mungkin menyebabkan kenaikan permukaan laut di wilayah Kutub Utara kematian beruang kutub karena tenggelam. Juga, pencairan es Arktik bisa terjadi perubahan pola arus laut saat
ini, mengakibatkan perubahan iklim drastis di Atlantik Utara. Selain itu, mengubah iklim daerah tertentu bisa berarti mengubah ekologi mereka. Bentuk es laut dari air laut beku. Selama musim dingin, wilayah Samudera Arktik yang ditutupi oleh es laut meningkat dan selama musim panas daerah tersebut ditutup menurun. Selama setidaknya 30 tahun terakhir, wilayah yang ditutupi oleh es laut Arktik telah menurun secara dramatis, dengan penurunan paling ekstrem yang terlihat di musim panas yang meleleh. Es laut arktif penting karena memantulkan sinar matahari, menjaga daerah kutub menjadi dingin dan dengan demikian memoderasi iklim global. Sebenarnya ketika sinar matahari menghantam es, sekitar 90% radiasi yang diterima akan dipantulkan ke luar angkasa seperti cermin sehingga bumi tetap sejuk. Namun ketika cahaya mahatari menghantam lautan, sebaliknya lautan akan menyerap sekitar 90% radiasi matahari yang menyebabkan air menghangat dan es pun pada akhirnya meleleh. Ba yangkan ketika es di kutub mencair semua menjadi air di lautan maka lebih dari 90% radiasi diserap bumi dan bumi akan semakin panas. Tentu tidak baik bagi makhluk hidup baik di kutub seperti beruang kutub yang pertama kali ditemukan mati tenggelam karena tidak menemukan es.
Salah satu bukti melelehnya lapisan es arktik/alaska
Melelehnya lapisan es arktik/alaska menyebabkan terjadinya pergerakan/pergeseran lapisan es dialaska. Dan sebagaimana diketahui bahwa banyak bangunan dan infrastruktur yang dibangun diatas lapisan es alaska. Berikut adalah gambar kerusakan akibat melelehnya lapisan es.
Global warming juga berdampak terhadap perubahan iklim dialaska dimana siklus musim semi Alaska dari 225 hari sekarang menjadi hanya 75 hari. Gore menambahkan bahwa saat ini laju pencairan lapisan es di alaska telah mengkhawatirkan karena tercata sejak 1970 s.d. 2005, lapisan es arktik telah mencair seluas 1,5 juta km2.
B.2.3.1. Iklim Bumi adalah Mesin
Iklim
bumi
seperti
mesin
besar
untuk
mendistribusikan panas dari khatulistiwa ke arah kutub. Hal itu dilakukan dengan arus laut dan arus angin. Ilmuwan menyatakan, bahwa iklim bumi adalah sistem non linier dimana perubahan pada iklim bumi terjadi secara bertahap.
Secara global suhu rata-rata tahunan sekitar 58 derajat Fahrenheit Jika kita mengalami kenaikan 5 derajat, yang berada di ujung bawah proyeksi, lihat bagaimana hal itu diterjemahkan
secara global. Itu berarti kenaikan hanya 1 derajat di khatulistiwa tapi lebih dari 12 derajat di kutub. Jadi semua angin dan pola arus laut yang telah terbentuk sejak zaman es terakhir dan telah terjadi relatif stabil, mereka semua di udara dan mereka berubah.
B.2.3.2. Arus Laut dan Pengaruhnya terhadap Perubahan Iklim Salah satu cara laut mempengaruhi iklim di tempat-tempat seperti Eropa adalah dengan membawa panas ke utara di Samudera Atlantik. Jalan ke utara, air dingin di samudera Atlantik Utara tenggelam sangat dalam dan menyebar ke seluruh dunia. Air yang tenggelam diganti dengan air hangat di dekat permukaan yang bergerak ke utara. Ilmuwan menyebutnya sebagai Great Ocean Conveyor Belt. Panas yang dibawa ke utara membantu menjaga samudra Atlantik tetap hangat di musim dingin, yang juga menghangatkan negara-negara di dekatnya.
"Great Ocean Belt Conveyor" mengacu pada arus samudra utama yang memindahkan air hangat dari khatulistiwa ke kutub dan air dingin dari kutub ke arah khatulistiwa. Jumlah garam di air laut juga mempengaruhi arus. Air lebih asin lebih berat daripada air kurang asin. Saat air laut asin membeku, es tidak bisa lagi menahan garam. Sebaliknya, garam mencampur dengan air di bawahnya sehingga lebih asin dan lebih berat. Gletser, es tanah dan gunung es terbuat dari air tawar, jadi apa yang terjadi saat es ini mencair?
Sabuk Konveyor Great Ocean membawa air yang lebih hangat dan kurang asin dari khatulistiwa ke kutub, dan air dingin yang lebih asin dari kutub kembali ke arah khatulistiwa. Air yang lebih dingin dan air yang asin lebih berat daripada ai r yang lebih hangat dan air kurang asin. Air di Atlantik Utara tenggelam karena dingin, tapi juga karena asin. Menjadi dingin dan asin membuatnya sangat berat, sehingga bisa tenggelam sangat jauh. Tapi jika terlalu banyak es mencair di Atlantik Utara, airnya bisa menjadi kurang asin. Jika itu terjadi, bagaimana dengan Sabuk Conveyor Laut? Apakah akan menghentikan pemanasan Atlantik Utara? Bisakah Eropa menjadi sangat dingin? Para ilmuwan mengatakan tampaknya tidak mungkin, namun satelit NASA tetap memperhatikan es yang mencair dan arus laut untuk mencoba memahami sistem rumit ini dengan lebih baik. 2.3.3. Gangguan Konveyor Kelautan Dampak global akan nampak pada sirkulasi panas udara dan air di bumi dari ekuator ke kutub. Sebuah pola teratur dari jaman es sebelumnya akan berubah. Terlihat dari sirkulasi air panas dan dingin di lautan. Air dingin yang bersirkulasi dari utara atlantik memiliki sifat yang lebih berat karena suhu dan kandungan garam yang dimilikinya sehingga akan berada pada lautan dalam. Namun seiring dengan pemanasan global, cadangan es yang ada di utara Amerika tepatnya Greenland yang berupa air dingin yang tawar at au segar akan masuk ke lautan atlantik dan mencampuri siklus air lautan ini. Yang terjadi berikutnya adalah sirkulasi ini akan terhenti karena air dingin yang seharusnya berat dan pekat tadi tercampur dengan air dingin tawar dan menyebabkan air tidak bergerak dan siklus berhenti menyebabkan ketidakseimbangan alam. Dampak berikutnya Eropa tidak akan mendapatkan uap hangat lagi dari sirkulasi tadi dan akan kembali membeku seperti jaman es ribuan tahun yang lalu.
B.2.4. Melelehnya Lapisan Es Antartika dan Greenland dan Naiknya Permukaan Laut B.2.4.1. Melelehnya Lapisan Es Antartika Empat puluh empat persen garis pantai Antartika terdiri dari rak es - lapisan tebal es yang menempel di pantai, dan membentang di atas lautan. Rak es memiliki ketebalan sekitar 2002.500 meter (656-8,202 kaki), dan dapat bertahan selama ribuan tahun. Di tepi laut mereka, es rak gunung es secara berkala, beberapa ukuran negara A.S. kecil. Karena mereka terkena pemanasan udara di atas dan pemanasan laut di bawahnya, rak es merespons lebih cepat daripada lapisan es atau gletser sampai suhu yang meningkat. Menurut beberapa penelitian, rak es menipis pada tingkat yang lebih cepat karena ai r laut lebih hangat. Lapisan Es Antartika terdiri atas lapisan es yang mengambang pada permukaan laut (Sea Based Ice) dan lapisan gunung es (Land Based Ice). Dampak global warming pada mencairnya lapisan es antartika telah terjadi penyusutan lapisan es diantartika pada bulan Januari 31 Desember 2002, dalam jangka waktu 35 hari, lapisan es (sea based ice) telah menghilang karena mencair.
Penelitian di Antartika menunjukkan es yang semakin meleleh sangat cepat melebihi prediksi ilmuwan. Masalah yang ditimbulkan es yang meleleh menjadi air dan masuk ke dalam lautan adalah terjadi penambahan tinggi muka air laut. Ilustrasi yang dilakukan adalah perbedaan antara es yang mengambang di atas air dibandingkan dengan tumpukkan es yang dari dasar hingga menonjol ke permukaan.
B.2.4.2. Pencairan Es di Greenland Lapisan es Greenland memiliki luas 1,7 juta kilometer persegi, ketebalan rata-rata 2,3 kilometer (1,4 mil), dan menampung 7 persen air tawar dunia. Gletser di pantai Greenland memindahkan es dari pedalaman pulau ke Atlantik Utara, di mana mereka berpisah seperti gunung es dan akhirnya meleleh ke laut. Sejak tahun 2000, Greenland telah kehilangan sekitar 739 miliar ton es. Massa lapisan es Greenland telah menurun dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir karena pencairan permukaan dan gunung es. Gletser mencair di greenland
Infografis pelelehan salju greenland
2.4.3. Dampak kenaikan dari permukaan laut setinggi 20 kaki Permukaan air laut akan meningkat 20 kaki ketika es barat antartika meleleh. 20 kaki juga akan disumbangkan oleh Greenland jika meleleh. Jika keduanya meleleh maka perlu penggambaran ulang peta dunia karena hampir semua pesisir di dunia akan tenggelam.
B.2.5. Dampak Global Warming terhadap pergeseran iklim Gore memberikan ilustrasi terhadap dampak gelombang warning terhadap pergeseran iklim. Contohnya studi dari Belanda. 20 tahun lalu migrasi burung terjadi pada akhir April dan generasi burung berikutnya menetas pada bulan Juni bersamaan dengan lahi rnya ulat di musim semi. Namun iklim berubah dan ulat menetas lebih cepat dua minggu sehingga burung dalam masalah besar karena tidak ada makanan untuk anak-anaknya.
Ini adalah contoh kecil dari sistem ekologi yang terganggu, dan masih banyak sistem ekologi yang lain yang terganggu karena global warming. B.2.6. Munculnya Vektor dan Wabah Penyakit menular Gore menjelaskan bahwa salah satu dampak dari global warming adanya fenomena yakni naiknya jangkauan terbang nyamuk ke kota-kota yang beberapa puluh tahun lalu tidak terjangkau. Sejak meningkatnya suhu bumi, udara yang lebih tinggi menjadi lebih hangat bagi nyamuk sehingga nyamuk dapat terbang lebih tinggi. Selain nyamuk, vektor penyakit lainnya juga semakin bermunculan ke lokasi yang lebih hangat.
Selain itu berdasarkan fakta dilapangan, telah muncul berbagai macam penyakit yang baru yang berbahaya bagi manusia, antara lain: TBC, SARS, Ebola dan lain sebagainya.
B.2.7. Gejala Bleaching Pada Terumbu Karang Suhu udara dan suhu udara yang lebih hangat yang dibawa oleh karang dampak perubahan iklim dan mengubah komunitas terumbu karang dengan mendorong kejadian pemutihan karang
dan mengubah kimia laut. Dampak ini mempengaruhi karang dan banyaknya organisme yang menggunakan terumbu karang sebagai habitatnya. Suhu air yang hangat akan menyebabkan karang stress karena sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Jika suhu air tetap lebih tinggi dari biasanya selama beberapa minggu, zooxanthellae bergantung pada beberapa makanan mereka meninggalkan jaringan mereka. Tanpa zooxanthellae, karang menjadi putih karena zooxanthellae memberi warna pada koral. Karang putih dan tidak sehat disebut dikelantang. Karang yang dikelantang lemah dan kurang mampu melawan penyakit. Peristiwa pemutihan di terumbu karang di seluruh dunia diamati pada tahun 1998 (Barat dan Salm 2003). Di beberapa pulau Pasifik, sedikit pemutihan biasa terjadi di musim panas; Namun, ada saat pemutihan sangat buruk di wilayah ini (Craig 2009). Misalnya, peristiwa pemutihan yang lebih besar dari normal di Taman Nasional Samoa Amerika terjadi pada tahun 1994, 2002, dan 2003 (Craig 2009). Seiring berlanjutnya perubahan iklim, pemutihan akan menjadi lebih umum, dan keseluruhan kesehatan terumbu karang akan menurun. Gambar berikut memberikan ilustrasi kondisi karang pada saat sehat dan kondisi bleaching karena pemanasan global
B.3 Pandangan Al Gore : Benturan Peradaban Manusia dengan Ekologi
Gambaran tentang tiga faktor utama yang telah mengubah secara radikal umat manusia hubungan dengan lingkungan: ledakan populasi, teknologi dan respon/ketidakmampuan manusia untuk memahami tingkat keparahan krisis iklim saat ini. 1. Populasi
Terdapat generasi baby boom setelah perang dunia 2 hingga lebih dari 2 miliar orang bahkan akan mencapai 9 miliar ketika tahun 2050.
Dari generasi baby boom ini fakta menunjukkan bahwa negara berkembang memiliki dampak yang sangat signifikan pada pertambahan populasi dunia
Meningkatnya populasi penduduk dunia akan langsung berdampak pada peningkatan kebutuhan makanan, air, dan sumber daya lainnya untuk menghidupi mereka semua.
Yang disayangkan bahwa negara negara berkembang yang mengalami baby boom mengandalkan eksploitasi pemanfaatan sumber daya alam secara kurang arif lingkungan yang dapat meningkatkan resiko global warming. 2. Teknologi
Al Gore juga menjelaskan terdapat konsekuensi yang harus dihadapi. Kebiasaan lama + Teknologi lama = Konsekuensi yang terprediksi. Namun ketika teknologi lama tadi diganti dengan teknologi baru maka akan terjadi perubahan peradaban yang dramatis. Bagaimana teknologi yang berkembang pesat berpengaruh terhadap pemanasan bumi. Pada jaman dahulu,
kita melakukan segala-galanya dengan cara tradisional atau tanpa mesin. Namun kini, kita sangat bergantung pada mesin. Bahkan dalam berperang pun, kita menggunakan tenaga penghancur luar biasa yang sangat merusak, yakni bom atom. Tak dapat disangkal, penggunaan teknologi manusia seperti nuklir turut meningkatkan resiko perusakan lingkungan menjadi semakin tinggi. Semakin tinggi teknologi, tanggung jawab manusia seharusnya juga bertambah tinggi bukan malah sebaliknya. 3. Respon
Salah satu alasan kurangnya pemahaman ini adalah bahwa perubahan iklim terjadi secara bertahap waktu, jadi sulit bagi manusia untuk memperhatikan bahwa hal itu sedang terjadi. Ilustrasinya Katak yang langsung masuk ke dalam air mendidih akan segera menyelamatkan diri karena merasakan bahaya. Berbeda dengan katak yang masuk ke dalam air yang hangat yang dipanaskan. Katak tersebut akan tetap berada di dalam air hingga ia men yadari air tersebut mendidih, semuanya sudah terlambat. Hal yang sama juga berlaku bagi manusia. Disinformasi adalah alasan kedua mengapa manusia sering tidak dapat memahami tingkat keparahan krisis iklim saat ini. Sebenarnya, ada jurang antara apa yang ilmiah masyarakat tahu tentang pemanasan global dan apa pemerintahan tertentu, seperti Pemerintahan Bush-Cheney, dan beberapa perusahaan tertentu, seperti Exxon Mobil, menyebarluaskan tentang pemanasan global Apalagi kita lamban dalam mengubah kebijakan karena kita percaya bahwa produk ramah lingkungan akan menjadi beban ekonomi, atau karena kita percaya bahwa krisis menjadi begitu besar, sehingga tidak ada yang bisa benar-benar menyelesaikannya. Perhatian dunia cukup tinggi terbukti dengan adanya 928 jurnal membahas pemanasan global ini dan tidak ada satu pun yang membantahnya. Namun ada sekelompok kecil orang yang memprotes hal ini. Catatan internal mereka mengatakan bahwa pemanasan global ini lebih ke arah teori dibandingkan fakta. Hal ini pernah terjadi saat pembelokan isu tentang rokok. Mereka juga menyatakan bahwa keraguan adalah produk kami karena itu adalah cara terbaik untuk menciptakan kontroversi di benak masyarakat. Apakah mereka berhasil? Separuh dari responden di dunia menjadi meragukan jurnal-jurnal tadi. Masyarakat menjadi bingung apakah ini masalah atau bukan. Ilmuwan memiliki aturan untuk tidak menyembunyikan apalagi untuk membuat sebuah kebohongan mengenai apa yang mereka teliti. Namun pada kenyataannya ilmuwan-ilmuwan di Amerika Serikat cenderung diam atau dibuat sedekimian rupa sehingga diam karena hal yang mereka dapatkan adalah sebuah kenyataan yang tidak mengenakan. Isu berikutnya adalah hubungan lingkungan dan ekonomi. Bayangkan berapa banyak diantara kita yang dapat
memutuskan memilih antara batangan emas yang banyak dibandingkan dengan keseluruhan bumi ini. B.4.Negara Kontributor Global Warming
Setelah panjang lebar menjelaskan kondisi terkini dan dampak global warming kemudian Gore menyampaikan bahwa global warming merupakan tangung jawab bersama seluruh masyarakat dunia. Terlebih lagi merupakan tanggung jawab moral bagi negara – negara yang merupakan negara kontributor global warming sebagaimana gambar dibawah.
Berdasarkan gambar diatas, Amerika Serikat merupakan kontributor pemanasan global yang paling tinggi. Hal ini disebabkan oleh teknologi yang digunakan Amerika Serikat merupakan yang paling canggih, seperti banyaknya pengguna kendaraan bermotor dan berdirinya pabrik pabrik yang turut menyumbang terhadap pemanasan global. Meski sulit diterima, namun kenyataan bahwa kemajuan teknologi tidak selalu diiringi dengan penanganan lingkungan yang baik harus diterima oleh masyarakat Amerika Serikat. Kemudian dari tingkat emisi karbon per individu ataupun per negara, masih menempatkan amerika sebagai negara penghasil polutan utama gas rumah kaca yang menyebabkan global warming.
B.5. Solusi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Diakhir presentasi Gore menyatakan bahwa Amerika Serikat dapat mengurangi level emisinya pada tahun 2050 ke tingkat pra-1970 dengan kombinasi pendekatan solusi
Penggunaan
peralatan
listrik
yang lebih efisien
Penggunaan konsep bangunan yang hemat energi
Penggunaan
mobil
dengan
efisiensi yang lebih baik dan jarak tempuh yang lebih tinggi
Penggunaan moda transportasi umum
Pemanfaatan Teknologi Energi Terbarukan
Pemanfaatan Teknologi Carbon Capture Storage
Pada Akhir Film An Inconvenient Truth diberikan tips yang dapat dilakukan oleh masing masing pribadi individu untuk turut serta mengurangi global warming. 1.
Pergi ke situs www.climatecrisis.net untuk informasi lebih jauh mengenai pemanasan global.
2.
Belilah peralatan elektronik yang hemat energi.
3.
Gunakan pemanas ruangan (untuk negara yang mengalami musim dingin) dan AC ( Air Conditioner ) yang hemat energi.
4.
Rancang bentuk rumah yang hemat energi yang sesuai dengan cuaca tempat kita ti nggal.
5.
Lakukan daur ulang sampah.
6.
Jika bisa, gunakan mobil hibrid.
7.
Bepergianlah dengan berjalan kaki atau naik sepeda jika masih bisa dilakukan.
8.
Jika bisa, gunakan transportasi publik.
9.
Beritahu orang tua kita agar tidak merusak lingkungan yang akan kita tinggali di masa depan.
10. Jika kita memiliki anak, bantu anak-anak kita untuk menyelamatkan bumi. 11. Beralihlah ke sumber energi yang dapat diperbaharui.
12. Beritahu perusahaan yang menyediakan sumber energi bagi rumah kita untuk menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. 13. Pilih pemimpin yang peduli akan permasalahan li ngkungan. 14. Berikan suara untuk menyelamatkan lingkungan kepada perwakilan rakyat. 15. Jika wakil rakyat tidak peduli terhadap masalah lingkungan, jadilah wakil rakyat yang peduli terhadap masalah lingkungan. 16. Tanamlah pepohonan. 17. Tanamlah pepohonan sebanyak mungkin (ditekankan sekali lagi). 18. Jelaskan mengenai kerusakan lingkungan kepada orang-orang di sekitar kita. 19. Berbicaralah mengenai kerusakan lingkungan di radio-radio atau tulislah artikel mengenai pemanasan global di koran. 20. Yakinkan mengenai dampak emisi karbondioksida yang dihasilkan. 21. Bergabunglah dengan organisasi internasional untuk melindungi bumi. 22. Hilangkan ketergantungan kita terhadap minyak impor. (Amerika Serikat sangat bergantung pada Timur Tengah untuk suplai minyak bumi). 23. Bantulah para petani untuk menghasilkan sumber daya minyak alkohol. 24. Capailah standar bahan bakar yang ramah lingkungan yang menghasilkan lebih sedikit emisi bagi kendaraan bermotor. 25. Jika kita percaya terhadap kekuatan doa, berdoalah untuk orang-orang yang belum sadar agar mereka berusaha untuk menjaga bumi. 26. Ikuti pepatah Afrika, saat berdoa, langkahkan kaki kita (berusahalah). 27. Beritahu sebanyak mungkin orang untuk menonton film An Inconvenient Truth. 28. Belajarlah sebanyak mungkin mengenai krisis lingkungan. 29. Terapkan apa yang sudah kita pelajari ke dalam aksi n yata.
BAGIAN II KONDISI TERKINI GLOBAL WARMING
Berikut akan dijabarkan informasi mengenai kondisi terkini global warming berdasarkan data dari https://climate.nasa.gov dan beberapa sumber informasi lainnya. A. Kenaikan Konsentrasi CO2 Nasa melakukan pengukuran konsentrasi CO2 di atmosfer dengan dua metode yaitu pengukuran langsung CO2 di stasiun Mauna Loa Observatory dan pengukuran tidak langsung dengan analisa isotop karbon pada inti es. Hasil pengukuran terkini pada Agustus 2017, tingkat konsentrasi CO2 sebesar 406,94 ppm. Jauh melebihi konsentrasi tahun 2006 saat dipresentasikan oleh Gore dalam An Inconvenient Truth sebesar 381 ppm. Konsentrasi CO2: August 2017 406.94 ppm
Grafik pertama menunjukkan tingkat CO2 di atmosfer yang diukur di Mauna Loa Observatory, Hawaii, dalam beberapa tahun terakhir, dengan siklus musiman rata-rata dikeluarkan.
Grafik kedua menunjukkan tingkat CO2 selama tiga siklus glasial terakhir, seperti yang direkonstruksi dari inti es.
Konsentrasi gas rumah kaca utama, termasuk karbon dioksida (CO2), metana dan nitrous oxide, naik ke nilai rekor baru yang tinggi selama tahun 2016. Konsentrasi CO2 atmosfer rata-
rata tahunan global adalah 402,9 bagian per juta (ppm), yang melampaui 400 ppm untuk pertama kalinya. dalam catatan pengukuran atmosfer modern dan catatan inti es yang berasal dari 800.000 tahun yang lalu. Ini adalah 3,5 ppm lebih dari 2015, dan ini merupakan kenaikan tahunan terbesar yang tercatat dalam catatan 58 tahun. Tampilan Pengukuran dan Pemantauan CO2 berdasarkan data Satelit AIRS AIRS (Atmosferic Infrared Sounder) salah satu instrumen pada sate lit Aqua milik NASA yang dirancang khusus untuk mengukur indikator perubahan iklim global. Teknologi AIRS berfungsi untuk mengamati siklus air dan energi global, variasi dan tren iklim, dan respon sistem iklim terhadap peningkatan gas rumah kaca.
B. Kenaikan Suhu Global Nasa mencatat bahwa suhu permukaan planet rata-rata telah meningkat sekitar 2,0 derajat Fahrenheit (1 derajat Celcius) sejak akhir abad 19, sebuah perubahan yang sebagian besar didorong oleh peningkatan karbon dioksida dan emisi buatan manusia lainnya ke atmosfir. Sebagian besar pemanasan terjadi di masa lalu 35 tahun, dengan 16 dari 17 tahun terpanas
dalam catatan yang terjadi sejak tahun 2001. Tidak hanya tahun 2016 yang terpanas dalam catatan, namun delapan dari 12 bulan yang merupakan tahun - dari bulan Januari sampai September, kecuali Juni - adalah terpanas dalam catatan untuk bulan-bulan tersebut. Kenaikan Suhu global Rata rata tahun 2016 0,99 ° C
Grafik ini menggambarkan perubahan suhu permukaan global relatif terhadap suhu rata-rata 1951-1980. Enam belas dari 17 tahun terpanas dalam catatan 136 tahun semuanya telah terjadi sejak tahun 2001, kecuali tahun 1998. Tahun 2016 menempati urutan terpanas dalam catatan. (Sumber: NASA / GISS). Data ini mengacu kepada penelitian Climatic Research Unit dan National Oceanic and Atmospheric Administration. Grafik waktu di bawah ini menunjukkan variasi rata-rata suhu permukaan global lima tahun. Biru gelap mengindikasikan daerah lebih dingin dari rata-rata. Merah gelap mengindikasikan daerah lebih hangat dari rata-rata.
Data suhu dari empat lembaga sains internasional. Semua menunjukkan pemanasan yang cepat dalam beberapa dekade terakhir dan bahwa dekade terakhir ini merupakan rekor terpanas. Sumber data: Institut Goddard NASA untuk Studi Luar Angkasa, Pusat Data Iklim Nasional NOAA, Met Office Hadley Center / Climatic Research Unit dan Badan Meteorologi Jepang. Beberapa penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah peer-review1 menunjukkan bahwa 97 persen atau lebih ilmuwan ilmuwan iklim yang aktif sepakat: Tren pemanasan selama abad yang lalu sangat mungkin terjadi karena aktivitas manusia. Selain itu, sebagian besar organisasi
ilmiah terkemuka di seluruh dunia telah mengeluarkan pernyataan publik yang mendukung posisi ini. Berikut ini adalah daftar sebagian dari organisasi-organisasi ini, beserta kaitannya dengan pernyataan mereka yang dipublikasikan dan pilihan sumber daya terkait.
Visualisasi di bawah ini menunjukkan variasi rata-r ata suhu permukaan global lima tahun. Biru gelap mengindikasikan daerah lebih dingin dari rata-rat a. Merah gelap mengindikasikan daerah lebih hangat dari rata-rata.
Dampak Kenaikan Suhu Global Suhu Udara Naik 1 ºC:
Beberapa gletser kecil di Andes menghilang seluruhnya dan mengancam persediaan air bagi 50 juta orang
Kenaikan moderat hasil panen sereal di wilayah beriklim sedang Setidaknya 300.000 orang setiap tahunnya meninggal karena penyakit akibat perubahan iklim (terutama diare, malaria, dan kekurangan gizi), akan tetapi ada pengurangan angka kematian pada saat musim dingin di wilayah yang lebih tinggi (Eropa Utara, AS)
Lapisan es di belahan bumi utara mencair dan menyebabkan kerusakan jalan-jalan dan bangunan-bangunan di sebagian Kanada dan Rusia
Setidaknya 10% spesies darat akan punah, 80% terumbu karang rusak, termasuk Terumbu Karang Great Barrier terbesar di dunia yang terletak di timur laut Australia.
Arus Teluk melemah.
Suhu Udara Naik 2 ºC:
Air menyusut sebesar 20 – 30% di beberapa wilayah yang rentan, seperti Afrika bagian Selatan dan Mediterania
Hasil panen merosot tajam di wilayah-wilayah tropis (5-10% di Afrika)
40-60 juta lebih orang menderita malaria di Afrika
Sekitar 10 juta orang lebih menderita banjir setiap tahunnya 15-40% spesies terancam punah; spesies Kutub Utara, misal beruang kutub dan karibau, kemungkinan besar bisa punah.
Lapisan es Greenland mulai mencair tak terkendali.
Suhu Udara Naik 3 ºC:
Di Eropa Selatan, kekeringan hebat terjadi sekali set iap 10 tahun; 1-4 miliar orang lebih menderita kekurangan air, sementara 1-5 miliar orang di tempat lain menderita banjir,
150-550 juta orang kelaparan
1-3 juta orang lebih mati karena kekurangan gizi; penyakit seperti malari a tersebar luas ke wilayah-wilayah baru
1-170 juta lebih orang di pesisir pantai menderita banjir 20-50% spesies terancam punah, termasuk di sini, 25-60% mamalia, 30-40% burung, dan 15-70% kupu-kupu di Afrika Selatan; hancurnya Hutan Amazon
Bencana akibat cuaca yang berubah semakin meningkat, runtuhnya Lapisan Es Antartika Barat.
Suhu Udara Naik 4 ºC:
Persediaan air menyusut 30-50% di Afrika bagian Selatan dan Mediterania
Suhu udara yang bertambah panas menyebabkan lenyapnya gletser-gletser Himalaya dan mempengaruhi jutaan orang di China dan India.
Panen merosot 15-35% di Afrika dan di seluruh lumbung produksi pangan dunia (misalnya di sebagian Australia).
80 juta orang lebih menderita malaria di Afrika.
7-300 juta orang lebih di pesisir pantai menderita banjir setiap tahunnya.
Lenyapnya separuh wilayah tundra di Kutub Utara; hutan hujan Amazon mati; menyusutnya lapisan es menyebabkan naiknya air laut setinggi 7 meter.
Suhu Udara Naik Di Atas 5 ºC:
Bukti terbaru menunjukkan bahwa rata-rata suhu Bumi akan naik lebih dari 5 atau 6ºC bila emisi gas rumah kaca terus bertambah dan menimbulkan bahaya besar pelepasan karbon dioksida dari permukaan tanah dan pelepasan metana dari lapisan es di Kutub Utara maupun dari dasar laut. Kenaikan suhu udara global ini akan setara dengan pemanasan global yang pernah terjadi pada Zaman Es terakhir dan, bila suhu Bumi sampai memanas 6ºC, dampaknya di luar perkiraan manusia.
C.
Penyusutan Lapisan ES
C.1. Lapisan Es Arktik Northwest Passage The Northwest Passage adalah rute laut melalui Samudra Arktik di utara Kanada yang menghubungkan Samudera Atlantik dan Pasifik. Di masa lalu, paket es di Arktik mencegah pengiriman komersial sepanjang tahun, namun perubahan iklim mengurangi paket es dan membuat saluran air lebih mudah dinavigasi. Pada bulan Agustus 2007, kapal-kapal dapat berlayar melewati Jalur Northwest tanpa memerlukan pemecah es. Sejak saat itu, Northwest Passage secara reguler dibuka selama periode Agustus. Mampu berlayar melewati jal an setapak ribuan mil dari rute pengiriman.
Es laut Arktik mencapai minimum setiap bulan September. September es laut Arktik sekarang menurun pada tingkat 13,3 persen per dekade, relatif terhadap rata-rata tahun 1981 sampai 2010. Grafik ini menunjukkan luas laut Arktik rata-rata di laut pada bulan September sejak tahun 1979, yang berasal dari pengamatan satelit. Luas laut es Arktik untuk bulan September 2017 rata-rata 4,87 juta kilomete r persegi (1,88 juta mil persegi), yang terendah ketujuh dalam catatan satelit 1979 sampai 2017. Ini adalah 1,67 juta kilometer persegi (645.000 mil persegi) di bawah rata-rata tahun 1981 sampai 2010, dan 1,24 juta kilometer persegi (479.000 mil persegi) di atas rekor terendah September yang ditetapkan pada tahun 2012. Setelah mencapai minimum pada tanggal 13 September (kedelapan terendah), ti ngkat awalnya meningkat perlahan (sekitar 20.000 kilometer persegi atau 8.000 mil persegi per hari). Namun, mulai tanggal 26 September dan bertahan sampai akhir bulan, tingkat pertumbuhan es meningkat menjadi sekitar 60.000 kilometer persegi (per hari). Selama paruh kedua bulan ini, tingkat meningkat di semua sektor kecuali di Laut Beaufort, di mana beberapa retret es lokal bertahan. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi di sepanjang sisi Siberia di Samudra Arktik, di mana tepi esnya melaju sejauh 150 kilometer pada akhir paruh kedua bulan September. Pada
akhir September, tepi es di Laut Beaufort dan Chukchi tetap berada jauh di utara daripada tipikal
Visualisasi di bawah ini menunjukkan es laut Arktik tahunan minimal sejak tahun 1979, berdasarkan pengamatan satelit. Luas es laut 2012 adalah yang terendah dalam rekaman satelit. Luas es laut Arktik untuk bulan September 2017 adalah 4,87 juta kilometer persegi (1,88 juta mil persegi). Garis magenta menunjukkan tingkat rata-rata tahun 1981 sampai 2010 untuk bulan itu. Kredit: National Snow and Ice Data Center / Observatorium Bumi NASA.
C.2. Lapisan Es Kutub Selatan Tentang Rak Es Antartika Empat puluh empat persen garis pantai Antartika terdiri dari rak es - lapisan tebal es yang menempel di pantai, dan membentang di atas lautan. Rak es memiliki ketebalan sekitar 2002.500 meter (656-8,202 kaki), dan dapat bertahan selama ribuan tahun. Di tepi laut mereka, es rak gunung es secara berkala, beberapa ukuran negara A.S. kecil. Karena mereka terkena pemanasan udara di atas dan pemanasan laut di bawahnya, rak es merespons lebih cepat daripada lapisan es atau gletser sampai suhu yang meningkat. Menurut beberapa penelitian, rak es menipis pada tingkat yang lebih cepat karena ai r laut lebih hangat. Penurunan Massa Es Data dari satelit GRACE NASA menunjukkan bahwa lembaran es tanah di kedua Antartika (grafik atas) dan Greenland (lebih rendah) telah kehilangan massa sejak 2002. Kedua lapisan es tersebut telah melihat percepatan hilangnya massa es sejak 2009. (Sumber: data satelit GRACE )
Massa lapisan es Antartika telah berubah selama beberapa tahun terakhir. Penelitian berdasarkan pengamatan dari satelit twin and twin Experimental Twin and Climate Experiment (GRACE) Twin NASA / German Aerospace Center menunjukkan bahwa antara tahun 2002 dan 2016, Antartika menumpahkan sekitar 125 gigaton es per tahun, menyebabkan permukaan laut global meningkat 0,35 milimeter per tahun. . Gambar-gambar ini, yang dibuat dengan data GRACE, menunjukkan perubahan pada massa es Antartika sejak tahun 2002. Warna oranye dan merah menunjukkan daerah yang kehilangan massa es, sementara nuansa biru muda menunjukkan area yang memperoleh massa es. Putih
menunjukkan daerah di mana terjadi sedikit perubahan atau tidak adanya massa es sejak tahun 2002. Secara umum, daerah-daerah di dekat pusat Antartika mengalami sejumlah kecil perubahan positif atau negatif, sedangkan Lembar Es Antartika Barat mengalami kehilangan massa es yang signifikan (gelap merah) selama periode empat belas tahun. Rak es terapung yang GRACE besarnya tidak diukur berwarna abu-abu. Tahun 2002
Tahun 2016
C.3. Greenland Lapisan es Greenland memiliki luas 1,7 juta kilometer persegi, ketebalan rata-rata 2,3 kilometer (1,4 mil), dan menampung 7 persen air tawar dunia. Gletser di pantai Greenland memindahkan es dari pedalaman pulau ke Atlantik Utara, di mana mereka berpisah seperti gunung es dan akhirnya meleleh ke laut. Sejak tahun 2000, Greenland telah kehilangan sekitar 739 miliar ton es Jika Greenland mencair sepenuhnya, permukaan laut global akan meningkat hingga 7 meter (23 kaki). Massa lapisan es Greenland telah menurun dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir karena pencairan permukaan dan gunung es. Penelitian berdasarkan pengamatan dari satelit twin gravity recovery and Climate Experiment (GRACE) NASA / Jerman Aerospace Center menunjukkan bahwa antara tahun 2002 dan 2016, Greenland menumpahkan sekitar 280 gigaton es per tahun, menyebabkan permukaan laut global naik 0,03 inci (0,8 milimeter ) per tahun.
Gambar-gambar ini, yang dibuat dari data GRACE, menunjukkan perubahan pada massa es Greenland sejak tahun 2002. Warna oranye dan merah menunjukkan area yang kehilangan massa es, sementara nuansa biru muda menunjukkan area yang memperoleh massa es. Putih menunjukkan daerah di mana terjadi sedikit sekali atau tidak ada perubahan pada massa es sejak tahun 2002. Tahun 2002
D.
Tahun 2016
Kenaikan Permukaan Air Laut
Tingkat permukaan rata-rata global naik ke rekor tertinggi baru di tahun 2016 dan sekitar 3,25 inci (82 mm) lebih tinggi dari rata-rata tahun 1993, tahun yang menandai awal rekaman altimeter satelit. Ini juga menandai tahun keenam berturut-turut, permukaan laut global telah meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Selama dua dekade terakhir, permukaan laut telah meningkat pada tingkat rata-rata sekitar 0,13 inci (3,4 mm) per tahun, dengan tingkat kenaikan tertinggi di Samudera Pasifik dan Hindia bagian barat. Nasa merilis data kenaikan permukaan air laut pada Juni 2017 sebagai berikut. Kenaikan Permukaan Air Laut: Juni 2017 85,9 mm Kenaikan permukaan laut terutama disebabkan oleh dua faktor yang berkaitan dengan pemanasan global: penambahan air dari lapisan es dan gletser yang mencair dan perluasan air laut saat menghangat. Grafik pertama melacak perubahan di permukaan laut sejak 1993 seperti yang diamati oleh satelit.
Grafik kedua, yang berasal dari data pengukur pasang surut pantai, menunjukkan seberapa besar permukaan laut berubah dari tahun 1870 sampai 2000.
Tingkat permukaan laut global sejak dimulainya rekaman satelit pada tahun 1993 (garis hitam). Estimasi independen dari jumlah tren karena ekspansi termal (kenaikan volume air akibat pemanasan) ditunjukkan dengan warna merah. Garis biru menunjukkan perkiraan independen jumlah air yang ditambahkan ke laut dengan mencairnya lapisan es dan gletser. Garis ungu menunjukkan jumlah dari dua kontribusi dan seberapa baik perkiraan sesuai dengan pengamatan satelit. Grafik NOAA Climate.gov, diadaptasi dari Gambar 3.15a di Negara Bagian Iklim tahun 2016.
E.
Mencairnya Methane Hydrates = Kiamat???
Satu lagi berita buruk, pemanasan global juga membawa satu potensi bencana besar bagi planet kita, yaitu mencairnya methane hydrates: metana beku yang tersimpan dalam bentuk es. Jumlahnya cukup mencengangkan: 3.000 kali dari metana yang saat ini ada di atmosfer. Planet bumi menyimpan metana beku dalam jumlah yang sangat besar; disebut dengan methane ydrates atau methane clathrates.
Methane hydrates banyak ditemukan di kutub utara dan kutub selatan, dimana suhu permukaan air kurang dari 00 Celcius, atau dasar laut pada kedalaman lebih dari 300 meter, dimana temperatur air ada di kisaran 20 Celcius. Methane hydrates juga ditemukan di danau-danau yang dalam, seperti danau Baikal di Siberia. Metana adalah gas dengan emisi rumah kaca 23 kali lebih ganas dari karbondioksida (CO2), yang berarti gas ini Methane
H ydrates
terlihat
seperti es yang dapat menyala bila disulut dengan api
kontributor yang sangat buruk bagi pemanasan global yang sedang berlangsung.
Berita buruknya adalah pemanasan global membuat suhu es di kutub utara dan kutub selatan menjadi semakin panas, sehingga metana beku yang tersimpan dalam lapisan es di kedua kutub tersebut juga ikut terlepaskan ke atmosfer. Para ilmuwan memperkirakan bahwa Antartika menyimpan kurang lebih 400 miliar ton metana beku, dan gas ini dilepaskan sedikit demi sedikit ke atmosfer seiring dengan semakin banyaknya bagian-bagian es di antartika yang runtuh. Anda bisa membayangkan betapa mengerikannya keadaan ini: Bila Antartika kehilangan seluruh lapisan esnya, maka 400 miliar ton metana tersebut akan terlepas ke atmosfer! Ini belum termasuk metana beku yang tersimpan di dasar laut yang juga terancam mencair karena makin panasnya suhu lautan akibat pemanasan global. Sekali terpicu, siklus ini akan menghasilkan pemanasan global yang sangat parah sehingga mungkin dapat disetarakan dengan kiamat! Apakah ini fantasi yang dibuatbuat oleh aktifis lingkungan dan ilmuwan- ilmuwan paranoid? Sayangnya tidak. Bukti-bukti geologi yang kuat menyatakan sedikitnya sudah dua kali planet kita mengalami kejadian ini. Para ahli geologi menemukan bahwa malapetaka besar ini pernah terjadi kurang lebih 55 juta tahun lalu yang disebut oleh para ilmuwan sebagai Paleocene-Eocene Thermal Maximum (PETM). Saat itu semburan metana naik ke permukaan sehingga mengakibatkan pemanasan planet dengan sangat cepat dan menyebabkan kematian massal, kemudian mengganggu keadaan iklim bumi hingga 100.000 tahun kemudian. Selain PETM, malapetaka besar ini juga pernah terjadi 250 juta tahun lalu, pada akhir dari periode Permian, dimana semburan metana menyapu bersih hampir seluruh kehidupan di planet bumi. Lebih dari 94% spesies laut yang sekarang kita jumpai sebagai fosil mengalami kepunahan mendadak karena turunnya level oksigen. Lebih dari 500.000 tahun kemudian, beberapa spesies yang tersisa berjuang untuk bertahan di lingkungan yang tidak bersahabat tersebut.
BAGIAN III KESIMPULAN
Berdasar kepada analisa dan ulasan mengenai deskripsi Global Warming dari film An Inconveninent Truth beserta data – data yang dirilis oleh NASA dan berbagai sumber lainnya mengenai kondisi aktual planet bumi terhadap ancaman global warming, maka dapat disimpulkan hal hal sebagai berikut: 1.
Saat ini planet bumi secara nyata telah mengalami global warming. Alam memberikan alarm tentang terjadinya global warming melalui tanda – tanda yang sangat jelas, meliputi kenaikan suhu global, kenaikan konsentrasi CO2, melelehnya lapisan es, pergeseran musim, meningkatnya permukaan air laut dan munculnya anomali iklim hampir dis eluruh belahan bumi.
2. NASA melalui website https://climate.nasa.gov telah mempublikasikan hasil pengukuran yang intensif mengenai tanda tanda global warming dan hasilnya bahwa tren peningkatan tanda – tanda global warming semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari kondisi saat ini (data agustus 2017) bahwa kenaikan suhu global, kenaikan konsentrasi CO2, melelehnya lapisan es dan meningkatnya permukaan air laut yang jauh lebih tinggi dari kondisi yang dipresentasikan oleh Al Gore melalui An Inconvenient Truth. 3.
Satu lagi berita buruk, pemanasan global juga membawa satu potensi bencana besar bagi planet kita, yaitu mencairnya methane hydrates: metana beku yang tersimpan dalam bentuk es dengan jumlah yang sangat besar “3.000 kali dari metana yang saat ini ada di atmosfer”. Planet bumi menyimpan metana beku dalam jumlah yang s angat besar; disebut dengan methane ydrates atau methane clathrates. Semakin banyak lapisan es yang mencair maka semakin banyak methane hydrates yang lepas ke atmosfer. Para ahli geologi menemukan bahwa malapetaka dalam masa kurang lebih 55 juta tahun lalu terjadi Paleocene-Eocene Thermal Maximum (PETM). Saat itu semburan metana naik ke permukaan sehingga mengakibatkan pemanasan planet dengan sangat cepat dan menyebabkan kematian massal, kemudian mengganggu keadaan iklim bumi hingga 100.000 tahun kemudian.
4.
Melihat ancaman global warming, maka mulai dari setiap individu, kelompok masyarakat/komunitas, hingga seluruh negara didunia memiliki tanggung jawab dan peran serta dalam mengurangi emisi dan laju percepatan dampak global warming. Hal tesebut dapat dilakukan dengan perubahan pola sikap dan hidup dengan beralih ke penggunaan
peralatan listrik dan transportasi yang efisien, penghijauan, penggunaan energi baru terbarukan, pemanfaatan teknologi carbon capture storage dan tindakan nyata lain yang ramah lingkungan.