Nama
: Hendra Setiawan
Nim
: 710014035
Kelas
: 01
Tugas
: Geoteknik Tambang
SOAL 1. Analisis longsoran apa saja, tentukan metodenya 2. Kriteria dari Mohr Coulomb dan Hoek Brown 3. Uraikan sejarah RMR dan modifikasinya 4. Uraikan sejarah Q sistem dan modifikasinya 5. Tentukan perbedaan antara RMR dan Q system 6. Apa itun Q? carilah persamaan yang menghubungkan antara Q dan RMR 7. Sumber atau daftar pustaka Jawaban :
1. Longsoran Baji Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari sa tu bidang lemah yang saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya tetapi lebih kecil dari kemiringan lereng. Metode Hoek & Bray dapat digunakan untuk menganalisis longsoran pada lereng batuan Longsoran Baji. Dalam analisis ini, longsoran baji dianggap hanya akan terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah. 2. A) -Kriteria Keruntuhan Mohr-Coloumb Parameter geoteknik yang banyak digunakan saat ini adalah berdasarkan kriteria keruntuhan Mohr-Coloumb, sehingga perlu ditentukan kesetaraan nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam ( ϕ) untuk setiap massa batuan. Hal ini dilakukan dengan cara mencocokan kurva hasil perhitungan kriteria keruntuhan Hoek-Brown untuk berbagai nilai tegangan principal minimum. Nilai kohesi dan sudut geser dalam dapat dihitung menggunakan persamaan.
Φ’ = sin
—1
(
6 (+σ′3) 2 (1+)( 1+)(2+ 2+))+6 (+σ′3n) 3n) )
σ ci ( (1+2a) 1+2a)s+( s+(1−a) 1−a)mbσ′3n(s+mbσ′3n) C’ = (1+)( 1+)(2+ 2+))√ 1+( 1+(6( 6(+σ′3n) 3n) ) (( (( 1+)( 1+)( 2+ 2+ ))
-
B) Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown Kriteria keruntuhan Hoek-Brown pertama kali dikembangkan untuk analisa terowongan pada massa batuan terkekarkan
σ’3 + s )a σci
σ’1 = σ’3 + σci ( mb
σ’1 dan σ’3 adalah tegangan efektif maksimum dan minimum pada saat runtuh, mb konstanta
Hoek-Brown, m untuk massa batuan, s dan a adalah konstanta yang ter gantung kepada karakteristik massa batuan, dan σci adalah nilai kuat tekan batuan utuh.
3. Rock Mass Rating pada awalnya telah dikembangkan pada South African Council of Scientific and Industrial Research (CSIR) oleh Bieniawski (1973) berdasarkan pengalamannya di terowongan dangkal pada batuan sedimen (Kaiser et al., 1986; dalam Singh, 2006). Klasifikasi geomekanik didasarkan pada hasil penelitian 49 terowongan di Eropa dan Afrika, dimana klasifikasi ini menilai beberapa parameter yang kemudian diberi bobot (rating) dan digunakan untuk perencanaan terowongan (Bieniawski, 1973, 1976, 1984; dalam Nurfalah, 2010). Tujuan menggunakan klasifikasi ini dalah sebagai bentuk komunikasi para ahli untuk menyelesaikan permasalahan geoteknik. Seperti dapat memperkirakan sifat-sifat dari massa batuan dan dapat juga merencanakan kestabilitas terowongan atau lereng. Klasifikasi geomekanik system RMR adalah suatu metode empiris untuk menentukan pembobotan dari suatu massa batuan, yang digunakan untuk mengevaluasi ketahanan massa batuan sebagai salah satu cara untuk menentukan kemiringan lereng maksimum yang bisa diaplikasikan untuk hal pembuatan terowongan (Bieniawski, 1973). Modifikasi Sistem RMR banyak dilakukan, diantaranya oleh Unal (1983) untuk analisis stabilitas batuan atap di tambang batubara bawah tanah. Lauffer (1988) merevisi diagram dengan stand-up time khusus untuk penggalian dengan mesin bor terowongan (Tunnel Bor Machine, TBM). Nicholson dan Bieniawski (1986) mengusulkan Sistem RMR untuk menentukan hubungan konstitutif massa batuan. Di tambang batubara bawah tanah, Sistem RMR dipakai untuk memperkirakan kekuatan pilar batubara (Trueman dan kawan-kawan 1992). 4. Q-System digunakan dalam klasifikasi massa batuan sejak tahun 1980 di Iceland. Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh Barton, dkk di 1974 berdasarkan pengalaman pembuatan terowongan terutama di Norwegia dan Finlandia. Pembobotan Q-System didasarkan atas penaksiran numerik kualitas massa batuan berdasarkan 6 parameter berikut; 1. RQD (Rock Quality Designation) 2. Jumlah Kekar/Joint Set Number (Jn) 3. Kekasaran Kekar atau Kekar Utama/Joint Roughness Number (Jr) 4. Derajat Alterasi atau pengisian sepanjang kekar yang paling lemah/Joint Alteration Number (Ja) 5. Aliran Air/Joint Water Reduction Number (Jw) 6. Faktor Reduksi Tegangan /Stress Reduction Factor (SRF) Menurut Barton, dkk parameter Jn, Jr dan Ja memiliki peranan yang lebih penting dibandingkan pengaruh orientasi bidang diskontinu. Oleh karena itu dalam Q-system tidak terdapat parameter adjustment terhadap orientasi bidang diskontinu.
Nilai Q yang didapat dihubungkan dengan kebutuhan penyanggan terowongan dengan menetapkan dimensi ekivalen (equivalent dimension) dari galian. Dimensi ekivalen merupakan fungsi dari ukuran dan kegunaan dari galian, didapat dengan membagi span, diameter atau tinggi dinding galian dengan harga yang disebut Excavation Support Ratio (ESR). 5. Dari data yang didapatkan bisa disimpulkan bahwa perbedaan antara Q System dan RMR yaitu: RMR tidak memperhitungkan Tegangan sedangkan Q System memperhitungkan Tegangan 6. Beberapa ahli telah melakukan penelitian untuk mengetahui korelasi antara dua sistem klasifikasi RMR dan Q system. Korelasi ini dikembangkan di lokasi yang bermacam-macam dengan karakteristik batuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu hasil yang didapat juga berbeda-beda. Pada tabel dibawah terdapat beberapa korelasi antara RMR dan Q serta ahli yang mengusulkannya dan daerah tempat korelasi ter sebut diturunkan.
Perbandingan nilai Q system dengan klasifikasi RMR dapat diinterpretasikan sebagai grafik seperti ditunjukkan pada gambar dibawah.
7.
a.) http://duniatambang2012.blogspot.co.id/2012/04/ b.)http://download.portalgaruda.org/article.php?article=257546&val=5709&title=KAJIAN%20KL
ASIFIKASI%20MASSA%20BATUAN%20DAN%20ANALISIS%20STEREOGRAFIS%20TERHADAP%20ST ABILITAS%20LERENG%20PADA%20OPERASI%20PENAMBANGAN%20TAMBANG%20BATUBARA% 20AIR%20LAYA,%20DESA%20TANJUNG%20ENIM,%20KABUPATEN%20MUARA%20ENIM,%20SU MATERA%20SELATAN c.) http://ilmubatugeologi.blogspot.co.id/2016/04/rock-mass-rating-rmr-penilaian-
terhadap.html d.) http://matakuliahteknikpertambangan.blogspot.co.id/2015/09/metoda-empirik-
dalamrancangan.html e.) http://rosalianarima.blogspot.co.id/2015/10/klasifikasi-massa-batuan-q-system.html f.) http://tambangunp.blogspot.co.id/2015/11/rock-mass-quality-q-system.html g.) http://stfisika.blogspot.co.id/2015/11/q-system-dan-hubungannya-dengan-rmr.html