Bahasa Indonesia
LEGENDA CIUNG WANARA (Cerita rakyat Pasundan)
Dahulu kala berdiri sebuah Kerajaan di Tatar pasundan Jawa barat yang bernama keraj aan Galuh. Pada masa itu raja yang memegang tam puk kepemimpinan bernama Raden Barma Wijaya Kusumah. Sang raja memiliki dua orang permaisuri. Yang pertama bernama Nyimas Dewi Naganingrum dan yang kedua bernama Nyimas Dewi Pangrenyep. Dan pada waktu itu kedua permaisuri ter sebut sedang dalam keadaan mengandung. Hingga tibalah saat melahirkan, Dewi pangrenyep melahirkan terlebih dahulu. Dari rahimnya lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Hariangbanga. Tidak lama kemudian, Dewi Naganingrum pun melahirkan, pada saat Dewi Naganingrum melahirkan yang bertindak sebagai bidan (Paraji sunda) adalah Dewi Pangrenyep. Dari rahim Dewi Naganingrum pun lahirlah seorang bayi laki-laki juga. Selama ini Dewi Pangrenyep tidak menginginkan seorang istri pesaing bagi dirinya, karena jika ada permaisuri lain maka kelak takhta kerajaan pun akan te rbagi menjadi dua dan itu sangat tidak di inginkannya. Tanpa sepengetahuan Dewi Naganingrum, bayi laki-lakinya telah ditukarnya dengan seekor anak anjing, sedangkan bayi yang sebenarnya telah dimasukannya ke dalam sebuah keranjang dengan disertakan sebutir telur ayam, lalu bayi dalam keranjang itu dihanyutkannya kesungai Citanduy. Pada saat murka Raja memanggil Ki Lengser (Penasehat raja), tetapi kali ini bukan untuk meminta nasehat, melainkan memerintahkan kepada Lengser agar Dewi Naganingrum segera dibunuh dan dibuang mayatnya ke tempat yang jauh. Tanpa pikir panjang Ki Le ngser pun segera pamitan dari hadapan rajanya untuk segera menjalankan tugasnya. Sepanjang perjalanan Ki Lengser berpikir keras, untuk menyelamatkan nyawa Dewi Naganingrum, karena dia yakin semua peristiwa yang terjadi adalah hasil rekayasa. Sesampainya di sebuah hutan belantara akhirnya ki Lengser berhenti dan meminta Dewi Naganingrum untuk ikut turun. Dibuatkannya sebuah gubug untuk tempat tinggal bagi Dewi Naganingrum, dengan segala kelengkapannya meski sangat sederhana. Setelah dirasa cukup memberi nasehat kepada Dewi Naganingrum, Ki Lengser berjanji akan menengoknya walaupun tidak bisa menjanjikan seberapa sering dan seberapa lama. Dewi Naganingrum dalam hatinya berharap agar suatu hari nanti ia akan bertemu dengan putranya yang sebenarnya, dan bisa kembali hidup di Istana Galuh bersama keluarganya. Ki Lengser pun pulang kembali ke keraton Galuh untuk melapor kepada raja bahwa tugasnya membunuh Dewi Naganingrum telah diselesaikannya dengan baik. Dan untuk buktinya Ki Lengser telah membasahi senjatanya dengan darah binatang buruan di hutan tadi. Sehingga nampak pada senjatanya garis-garis darah kering. Sementara di tempat lain, di sebuah kampung yang bernama kampung Gege rsunten hiduplah sepasang suami istri yang sudah cukup tua. Tetapi mereka tidak memiliki anak satu orang pun. Merekalah yang bernama Aki dan Nini Balangantrang. Suatu sore keduanya pergi ke pinggiran kali 1
Citanduy untuk menengok Babadon (perangkap ikan) yang sudah mereka pasang sejak pagi buta. Alangkah terkejutnya mereka dan sekaligus bahagia ketika sampai ditempat mereka memasang Babadon, karena disana mereka menjumpai sebuah keranjang besar yang ber isi seorang bayi laki-laki yang sangat lucu dan tampan, mungkin inilah jawaban doa yang selama ini mereka panjatkan tanpa lelah. Sebutir telur ayam yang disertakan dengan bayi tersebut, telah dikirimnya oleh Aki Balangantrang kepada se-ekor naga yang bernama Nagawiru dan bersemayam di gunung Padang. Naga ini bukanlah naga sembarangan melainkan jelmaan seorang dewa, dan sudah menjadi tugasnya untuk mengerami sebutir telur yang disertakan dengan bayi dari putra Barma Wijaya Kusumah. Yang kelak di kemudian hari telur itu menetaskan seekor ayam j antan dan menjadi binatang piaraan serta kesayangan dari si anak bayi yang dihanyutkan. Waktu terus berlalu, tanpa terasa bayi itu sudah tumbuh remaja kini, tampan dan elok rupanya. Dengan penuh ketekunan dan ketelatenan Aki dan Nini Balangantrang mewariskan semua ilmu kesaktian yang mereka miliki kepada anak angkatnya. Pada suatu hari Aki Balangantrang kembali mengajak putranya untuk berburu ke hutan di sekitar tempat t inggal mereka. Sesampainya di hutan anak angkat Aki Balangantrang ini melihat seekor monyet yang dia anggap aneh karena baru melihatnya, monyet itu bernama wanara. Kemudian diapun melihat seekor burung yang baru dijumpainya, burung itu bernama ciung. Keduanya sepakat, nama dari kedua satwa itu digunakan sebagai nama anaknya. Jadilah ia bernama Ciung Wanara. Kini Ciung Wanara sudah tumbuh menjadi seorang pemuda. Ia ingin pergi ke Galuh. Berangkatlah Ciung Wanara ke kerajaan Galuh dengan membawa se rta ayam jantan kesayangannya. Sesampainya di Galuh, Ciung Wanara bertemu dengan dua orang patih yang bernama Purawesi dan Puragading. Kedua orang patih keraton itu tertarik melihat penampilan ciung Wanara, yang membawa bawa ayam jantan, akhirnya kedua patih itu menghampiri dan mengajak adu tanding dengan ayam miliknya masing-masing. Ciung Wanarapun tidak menolak ajakan kedua orang patih tersebut, maka terjadilah pertandingan sabung ayam di tengah alun-alun kota Galuh. Nasib baik berpihak pada Ciung Wanara, ayam jantan kesayangannya memenangkan pertandingan dan ayam kedua patih tersebut kalah sampai mati. Kemenangan Ciung Wanara atas ayam milik kedua patih tersebut segera tersiar ke seantero kerajaan Galuh hingga terdengar sampai ke ke raton. Bahwa di kota ada seorang pemuda tampan bernama Ciung Wanara memiliki seekor ayam jantan yang tangguh. Takdir telah mempertemukan antara ayah dan anak yang selama ini terpisah oleh fitnah jahat per buatan Dewi Pangrenyep. Setelah mendapat cukup penjelasan dari pemuda tersebut, sang Prabu Barma Wijaya Kusumah pun melanjutkan niatnya untuk mengajak pertandingan sabung ayam dengan Ciung Wanara. Dan ajakan itu pun disambut baik oleh Ciung Wanara. Keduanya bersepakat, jika Ciung Wanara menjadi pemenang dalam sabung ayam itu maka setengah dari kerajaan Galuh akan diberikan kepada Ciung W anara dan Ciung Wanara akan di akui sebagai anaknya. Ciung Wanara akan diangkat sebagai raja yang syah. Namun sebaliknya, jika Ciung Wanara kalah dalam pertandingan sabung ayam tersebut, maka nyawa Ciung Wanara menjadi taruhannya, dia akan dihukum mati sebagai bukti kekalahannya. Dan sabung ayam pun segera berlangsung dengan seru, pada awalnya ayam milik Ciung Wanara nampak kalah dan terdesak. Di saat yang sedang kritis itu Nagawiru pun datang dan masuk meraga sukma ketubuh ayam milik Ciung Wanara. Ayam itu pun dengan serta me rta menjadi segar dan kuat kembali. Ciung Wanara segera kembali membawa ayamnya yang sudah dimandikan dan pert andingan 2
pun dilanjutkan. Kali ini berkat ada kekuatan Nagawiru di dalam tubuh ayam milik Ciung Wanara maka dengan mudah dan cepat ayam milik Prabu Barma Wijaya Kusumahpun mulai kalah dan terdesak. Bahkan ayam itu sering lari ketakutan keluar dari arena pertandingan. Ciung Wanara kembali memenangkan pertandingan sabung ayam tersebut. Sesuai dengan kesepakatan Prabu Barma Wijaya Kusumah pun memenuhi janjinya dan mengakui Ciung Wanara sebagai putranya yang syah. Maka kerajaan Galuh pun dibagi dua oleh sang Prabu, setengahnya lagi diberikan kepada Hariangbanga dan diangkat pula menjadi raja menggantikan dirinya. Segala rahasia kehidupan Ciung Wanarapun terbuka sudah dan segala kesalahan yang dilakukan Dewi Pangrenyep terbongkar dengan sendirinya. Setelah Ki Lengser menceritakan bahwa ibunya Dewi Naganingrum masih ada dan di asingkan di sebuah hutan. Ciung Wanara sangat berbahagia dan segera menjemput ibundanya. Begitupun dengan kedua orang t ua angkatnya Aki dan Niini Balangantrang dibawa serta kekeraton. Kini Ciung Wanara telah menjadi seorang raja. Sementara itu Dewi Pangrenyep mulai hatinya ketar ket ir setelah tahu kalau Ciung Wanara adalah anak bayi yang dibuangnya dulu. Hingga akhirnya kegelisahan dan ke khawatirannya itu pun segera terjawab dan terwujud. Prabu Ciung Wanara setelah tahu apa yang telah dilakukan oleh Dewi Pangrenyep terhadap ibunda dan dirinya sendiri, maka segera membentuk pasukan khusus untuk menangkap Dewi Pangrenyep. Tanpa menemui kesulitan yang berarti Dewi pangrenyep segera tertangkap dan di jebloskan kedalam penjara istana untuk membayar segala kejahatan dan kekejiannya. Sementara Raden Hariangbanga sangat kaget ketika menget ahui kalau ibundanya tercinta telah ditangkap oleh tentara prabu Ciung Wanara dan dijebloskan ke dalam penjara. Pertarungan antara dua orang adik kakak beda ibu itupun tak dapat tere lakan lagi. Pertarungan sengit terus terjadi dan raden Hariangbanga harus berlaku satria dia kalah terdesak oleh adiknya Ciung Wanara. Konon menurut tutur yang beredar di masyarakat tatar Pasundan, karena kalah terdesak dalam pertarungan tubuh raden Hariangbanga dilempar oleh Ciung Wanara hingga menyebrangi sungai Cipamali, maka sejak itulah kerajaan Galuh benar benar terbagi menjadi dua.
...::: TAMAT :::....
3
Bahasa Sunda
LEGENDA CIUNG WANARA (Cerita rakyat Pasundan)
Dahulu basa tangtung hiji Karajaan di Tatar pasundan Jawa kulon anu namina karajaan Galuh. Dina mangsa eta raja anu nyepeng tampuk kapamingpinan namina Raden Barma Wijaya Kusumah. Sang raja ngabogaan dua jalmi permaisuri. Anu kahiji namina Nyimas Batari Naganingrum sarta anu kadua namina Nyimas Batari Pangrenyep. Sarta dina wanci eta kadua permaisuri kasebat kanggo dina kaayaan ngandung. Hingga tibalah wanci ngababarkeun, Batari pangrenyep ngababarkeun leuwih tiheula. Ti pianakan na lahirlah saurang orok salaki-salaki anu dibere wasta Hariangbanga. Henteu lami saterusna, Batari Naganingrum oge ngababarkeun, dina wanci Batari Naganingrum ngababarkeun anu bertindak minangka bidan (Paraji sunda) nyaeta Batari Pangrenyep. Ti pianakan Batari Naganingrum oge lahirlah saurang orok salaki-salaki oge. Selama ieu Batari Pangrenyep henteu hayangeun saurang pamajikan pesaing kanggo dirina, margi lamun aya permaisuri sanes mangka jaga takhta karajaan oge bade kabagi barobah kaayaan dua sarta eta henteu pisan di hoyong na. Tanpa sakanyaho Batari Naganingrum, orok salaki-salaki na atos ditukeur na kalawan seekor anak anjing, sedengkeun orok anu saleresna atos dimasukannya ka jero hiji karinjang kalawan diajak sebutir endog hayam, kaliwat orok dina karinjang eta dipalidkeun na ka w alungan Citanduy. Pada wanci murka Raja nyauran Ki Lengser (Penasehat raja), nanging ayeuna sanes kanggo neda nasehat, kalah marentahkeun ka Lengser supados Batari Naganingrum geura-giru dipaehan sarta dipiceun layon na ka tempat anu tebih. Tanpa ngamanah paos Ki Lengser o ge geura-giru pamitan ti hadapan raja na kanggo geura-giru ngajalankeun pancen na. Sepanjang lalampahan Ki Lengser mikir teuas, kanggo nyalametkeun nyawa Batari Naganingrum, margi anjeunna yakin sadaya kajadian anu lumangsung nyaeta kenging rekayasa. S esampainya disebuah leuweung belantara ahirna ki Lengser eureun sar ta neda Batari Naganingrum kanggo ngiring turun. Dipangnyieunkeun na hiji gubug kanggo tempat tinggal kanggo Batari Naganingrum, kalawan saniskanten kelengkapannya cacak basajan pisan. Sanggeus dirasa cekap masihan nasehat ka Batari Naganingrum, Ki Lengser berjanji bade ngalayad na sanaos henteu tiasa ngajangjian sabaraha sering sarta sabaraha lami. Batari Naganingrum dina hatena ngaharepkeun supados hiji dinten antos manehna bade patepang kalawan putra na anu saleresna, sarta tiasa balik hirup di Karaton Galuh sareng kulawargana. Ki Lengser oge wangsul balik ka ke raton Galuh kanggo ngalapor ka raja yen pancen na maehan Batari Naganingrum atos dipungkas na kalawan sae. Sarta kanggo buktos na Ki Lengser atos ngabaseuhan pakarangna kalawan getih sato buruan di leuweung tadi. Ku kituna nampak dina pakarangna gurat-gurat getih tuus. Samentara di tempat sanes, disebuah lembur anu namina lembur Gege rsunten hiduplah sapasang salaki-pamajikan anu atos cekap se puh. Nanging maranehanana henteu ngabogaan anak hiji 4
jalmi oge. Merekalah anu namina Aki sarta Nini Balangantrang. Hiji sonten duanana mios ka pinggiran kali Citanduy kanggo ngalayad Babadon (jebak lauk) anu atos maranehanana pasang saprak isuk lolong. Alangkah kaget na maranehanana sarta sakaligus bingah sabot dugi ditempat maranehanana masangkeun Babadon, margi disana maranehanana nepungan hiji karinjang ageung anu eusina saurang orok salaki-salaki anu lucu pisan sarta tampan,manawi ieu pisan jawaban dua anu salila ieu maranehanana panjatkan tanpa lungse. Sebutir endog hayam anu diajak kalawan orok kasebat, atos dikirim na ku Aki Balangantrang ka se-buntut naga anu namina Nagawiru sarta bersemayam di gunung Lapangan. Naga ieu lain naga gagabah kalah jelmaan saurang dewa, sarta atos barobah kaayaan pancen na kanggo mengerami sebutir endog anu diajak kalawan orok t i putra Barma Wijaya Kusumah. Anu jaga di poe kahareupnakeun endog eta menetaskeun seekor jago sarta barobah kaayaan sato piaraan sarta kanyaah ti si anak orok anu dipalidkeun. Wanci teras langkung, tanpa karasaeun orok eta atos tumuwuh rumaja kiwari, tampan sarta endah rupina. Kalawan caos ketekunan sarta ketelatenan Aki sarta Nini Balangantrang ngawariskeun sadaya elmu kesaktian anu maranehanana piboga ka anak leumpang na. Dina hiji dinten Aki Balangantrang balik ngajak putra na kanggo moro ka leuweung di kira-kira tempat tinggal maranehanana. Sesampainya di leuweung anak leumpang Aki Balangantrang ieu ningali seekor monyet anu anjeunna anggap aheng margi anyar ningali na, monyet eta namina wanara. Saterusna anjeunna oge ningali seekor manuk anu anyar ditepungan na, manuk et a namina ciung. Duanana sapuk, wasta ti kadua satwa eta dipake minangka wasta anakna. Jadilah manehna namina Ciung Wanara. Kiwari Ciung Wanara atos tumuwuh barobah kaayaan saurang nonoman. Manehna hoyong mios ka Galuh. Berangkatlah Ciung Wanara ka karajaan Galuh kalawan ngabantun sarta jago kanyaah na. Sesampainya di Galuh, Ciung Wanara patepang kalawan dua jalmi patih anu namina Purawesi sarta Puragading. Kadua jalmi patih keraton eta kabetot ningali penampilan ciung Wanara, anu ngabantunbantun jago, ahirna kadua patih eta nyampeurkeun sarta ngajak aben ge lut kalawan hayam bogana sewang-nasing. Ciung Wanara oge henteu nampik ajakan kadua jalmi patih kasebat, m angka terjadilah pertandingan adu hayam di keur alun-alun dayeuh Galuh. Nasib sae berpihak dina Ciung Wanara, jago kanyaah na meunang pertandingan sarta hayam kadua patih kasebat eleh dugi nilar. Kameunang Ciung Wanara luhur hayam kaduh kadua patih kasebat geura-giru tersiar ka sakuliah dayeuh Galuh dugi kadenge dugi kekeraton. Yen di dayeuh aya saurang nonoman tampan namina Ciung Wanara ngabogaan seekor jago anu tangguh. Takdir atos mempertemuke un antawis bapa sarta anak anu salila ieu terpisah ku fitnah jahat gawena Batari P angrenyep. Sanggeus mendapat cekap wawaran ti nonoman kasebat, sang Prabu Barma Wijaya Kusumah oge neruskeun niat na kanggo ngajak pe rtandingan adu hayam kalawan Ciung Wanara. Sarta ajakan eta oge dipapag sae ku Ciung Wanara. Duanana bersepakat, L amun Ciung Wanara barobah kaayaan pinunjul dina adu hayam eta mangka palih ti karajaan Galuh bade dibikeun ka C iung Wanara sarta Ciung Wanara bade di angken minangka anakna. Ciung Wanara bade diangkat minangka raja anu syah. Nanging sawangsulna, lamun Ciung Wanara eleh dina pertandingan adu hayam kasebat, mangka nyawa Ciung Wanara barobah kaayaan taruhannya, anjeunna bade dihukum nilar minangka buktos kaeleh na. Sarta adu hayam oge geura-giru lumangsung kalawan seru, dina mimitina hayam kaduh Ciung Wanara nampak eleh sarta terdesak. Disaat anu kanggo k ritis eta Nagawiru oge dongkap sarta lebet meraga sukma ketubuh hayam kaduh Ciung Wanara. Hayam eta oge kalawan sarta merta barobah kaayaan seger sarta kiat balik. Ciung Wanara geura-giru balik ngabantun hayam na anu atos 5
dimandikeun sarta pertandingan oge dituluykeun. Ayeuna berkat aya kakiatan Nagawiru didalam salira hayam kaduh Ciung Wanara mangka kalawan gampil sarta enggal hayam kaduh Prabu Barma Wijaya Kusumah oge mimiti eleh sarta terdesak. Sumawonten hayam eta sering lumpat sieun kajabi ti arena pertandingan. Ciung Wanara balik meunang pertandingan adu hayam kasebat. Luyu kalawan kasapukan Prabu Barma Wijaya Kusumah oge nyumponan jangji na sarta ngajirim Ciung Wanara minangka putra na anu syah. Mangka karajaan Galuh oge dibagi dua ku sang Prabu, palih na deui dibikeun ka Hariangbanga sarta diangkat deui barobah kaayaan raja ngagantikeun dirina. Saniskanten rusiah kahirupan Ciung Wanara oge kabuka atos sarta saniskanten kalepatan anu dipigawe Batar i Pangrenyep kabongkar ku sorangan. Sanggeus Ki Lengser nyaritakeun yen indungna Batari Naganingrum aya keneh sarta di asingkan di hiji leuweung Ciung Wanara berbahagia pisan sarta geura-giru mapag ibu na. Be gitu oge kalawan kadua sepuh leumpang na Aki sarta Niini Balangantrang dibawa sarta kekeraton. Kiwari Ciung Wanara atos barobah kaayaan saurang raja. Samentara eta, Batari Pangrenyep mimiti hatena ketar ketir sanggeus terang lamun Ciung Wanara nyaeta anak orok anu dipiceun na tiheula. Dugi ahirna kege lisahan sarta ka khawatirannya eta oge geura-giru kajawab sarta kabiruyungan. Prabu Ciung Wanara sanggeus te rang naon anu atos dipigawe ku Batari Pangrenyep ka ibu sarta dirina sorangan, mangka geura-giru nyieun pasukan husus kanggo nyerek Batari Pangrenyep. Tanpa manggihan kahese anu hartina Batari pangrenyep geura-giru tertangkap sarta di jebloskan kedalam panjara karaton kanggo mayar saniskanten kajahatan sarta kekejiannya . Samentara Raden Hariangbanga reuwas pisan sabot terang lamun ibuna tercinta ato s ditewak ku soldadu prabu Ciung Wanara sarta diasupkeun ka jero panjara. Pertarungan antawis dua jalmi adi raka benten indung eta oge tak tiasa terelakan deui. Pertarungan hapeuk teras lumangsung sarta raden Hariangbanga kedah lumangsung satria anjeunna eleh terdesak ku adi na Ciung Wanara. Konon nurutkeun ceuk anu medar di balarea tatar P asundan, margi eleh terdesak dina pertarungan salira raden Hariangbanga dialung ku Ciung Wanara dugi menyebrangi walungan Cipamali, mangka saprak eta pisan karajaan galuh leres leres kabagi barobah kaayaan dua.
...::: TAMAT :::....
6
UNSUR-UNSUR INTRINSIK LEGENDA CIUNG WANARA
1. Tema: Bahasa Indonesia
Kerajaan
Bahasa Sunda
Karajaan
2. Penokohan: Bahasa Indonesia
a. Ciung Wanara
: Baik, pemberani, sabar, dan pantang menyerah. b. Raden Barma Wijaya Kusumah : Mudah marah, angkuh, tepat janji, dan adil. c. Nyimas Dewi Naganingrum : Sabar, dan tidak mudah putus asa. d. Nyimas Dewi Pangrenyep : Jahat, dengki, dan pembohong. e. Ki Lengser : Baik, dan suka menolong. f. Aki dan Nini Balangantrang : Suka menolong, sakti, baik, ulet, dan tekun. g. Nagawiru : Sakti, baik, dan mau menolong. h. Raden Hariangbanga : Tidak dapat menerima kenyataan, dengki, dan pemberani. Bahasa Sunda
a. Ciung Wanara
: Sae, gede wananen, sabar, jeung pantang nyerah. b. Raden Barma Wijaya Kusumah : Gampil ambek, angkuh, pas jangji, jeung adil. c. Nyimas Batari Naganingrum : Sabar, jeung henteu gampil paturay pangharepan. d. Nyimas Batari Pangrenyep : Jahat, julig, jeung pembohong. e. Ki Lengser : Sae, jeung resep nulungan. f. Aki sarta Nini Balangantrang : Resep nulungan, sakti, sae, ulet, jeung leukeun. g. Nagawiru : Sakti, sae, jeung hoyong nulungan. h. Raden Hariangbanga : Henteu tiasa nampi kanyataan, julig, jeung gede w ananen. 3. Alur: Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Maju Maju
7
4. Latar: Bahasa Indonesia
(1)
Latar Waktu
: Dahulu kala, saat melahirkan, sejak pagi buta, suatu sore. (2) Latar Tempat : Sebuah Kerajaan di Tatar pasundan Jawa barat yang ber nama kerajaan Galuh, sungai Citanduy, kampung Gegersunten, gunung Padang, Keraton, penjara istana, sungai Cipamali. (3) Latar Suasana : Menegangkan, dan mengharukan. Bahasa Sunda
(1)
Latar Waktu
: Kapungkur basa,wanci ngababarkeun,saprak isuk lolong,hiji sonten. (2) Latar Tempat : Hiji Karajaan di Tatar pasundan Jawa kulon anu namina karajaan Galuh, walungan Citanduy, lembur Gegersunten, gunung Lapangan, Keraton, panjara karaton, walungan Cipamali. (3) Latar Suasana : Menegangkeun,sarta matak kagagas. 5. Amanat: Bahasa Indonesia
Janganlah dengki terhadap kebahagiaan orang lain apalagi sampai berbuat
jahat, sabar dalam menghadapi cobaan, selalu membantu orang lain yang sedang berada dalam kesulitan, ikhlas dalam menghadapi kenyataan, dan Bahasa Sunda
jangan mudah marah. Ulah julig ka kabagjaan batur sumawonten dugi migawe jahat, sabar dina nyanghareupan cocobi, sok ngabantuan batur anu kanggo aya dina kahese, cios dina nyanghareupan kanyataan, jeung ulah gampil ambek.
8