Nama : Arum Teza Kinanti NPM : 1612011011 1612011011 Tugas 6.10. Coba Anda telusuri implikasi dari pemahaman di atas dalam proses pembumian Islam di Indonesia! Faktorfaktor apa saja yang kemungkinan menjadi pendukung atau penghambat? Diskusikan dengan teman-teman Anda! Jawab : Implikasi dari pemahaman secara teologis dan filosofis adalah bahwa pribumisasi Islam didasari oleh paradigma sufistik tentang substansi k eberagamaan, yang dalam paradigma sufistik, agama memiliki dua wajah yaitu aspek esoteris es oteris (aspek dalam) dan aspek eksoterik (aspek luar). Dalam tataran esoteris, semua agama adalah sama karena ia berasal dari Tuhan Yangtunggal. Dalam pandangan sufistik, bahkan dikatakan semua yang maujud di alam ini pada hakikatnya berasal dari Wujud Yangsatu (Tuhan Yang Maha Esa). Alam ciptaan dengan pluralitas manifestasinya pada hakikatnya diikat oleh sebuah kebenaran universal yang berasal dari Sang Pencipta Yangtunggal. Maka dari sini dapat disimpulkan bahwa substansi keagamaan adalah satu, cara manusia dapat menyembah (tunduk, patuh, dan berserah diri) kepada Tuhan sebagai kebenaran universal. Adapun ekspresi keberagamaan atau aksentuasi paham keagamaan pasti berbedabeda karena perbedaan kebutuhan kebutuhan dan tuntutan fisik dan materi yang berbeda pula. Serta tauhid bukan sekedar pengakuan atau persaksian bahwa tiada Ilah sela in Allah, tapi pemaknaan terhadap tauhid melampaui dari sekedar pengakuan atas e ksistensinya yang tunggal, maka tauhid berarti pengakuan akan pluralitas atas selain Dia (makhluk-Nya). Hanya Dia yang tunggal, tunggal, dan selain Dia adalah plural. Al-Quran juga mengemukakan, bahwa Allah menakdirkan pluralitas sebagai karakteristik makhluk ciptaan-Nya. Tuhan tidak menakdirkan pluralitas dalam ciptaan untuk mendorong ketidakharmonisan dan perang. Hal di atas sejalan dengan isyarat Allah dalam QS AlMaidah/5: 48 bahwa tujuan penciptaan realitas yang plural adalah agar manusia saling berlomba-lomba untuk berjuang mewujudkan masyarakat utama. Hal ini berarti, bahwa Islam tidak berupaya mengingkari dan melenyapkan atau memaksa “yang lain” (QS AlBaqarah/2: 256) karena Tuhan menciptakan perbedaan sebagai sarana untuk mendorong berlomba dalam kebaikan di antara umat manusia/ Faktor Pendukung Pembumian Islam di Indonesia : 1. Faktor Agama . Faktor agama, yaitu yaitu akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang yang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan seperti Brahmana dalam system kasta yang diajarkan hindu. Masyarakat diyakinkan diyakinkan bahwa Islam semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak ada yang lebih utama dalam pandangan Allah SWT, kecuali kecuali karena taqwanya.mereka juga sama dalam hukum,tidak ada yang diistimewakan meskipun ia keturunan bangsawan. Semua lapisan masyarakat dapat saling hidup rukun, bersaudara, bergotong royong, saling menghargai, saling mengasihi, bersikap adil, sehingga toleransi Islam merupakan ciri utama bangsa ini yang di kenal dunia hingga dewasa ini. 2. Faktor Politik. Faktor politik ini diwarnai oleh pertarungan dalam negeri antara Negaranegara dan penguasa Indonesia, serta oleh pertarungan Negara-negara bagian itu dengan pemerintah pusat yang beragama Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di Negara-negara bagian tersebut untuk menganut menganut
agama Islam, yang dipandang mereka sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu, agar mendapat dukungan kuat dari seluruh lapis an masyarakat. 3. Faktor Ekonomis. Yang pertama yaitu diperankan oleh pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke Cina, India, dan Teluk Arab/Parsi yang merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikan keuntungan yang tidak sedikit se kaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, baik menyangkut barang barang yang masuk maupun yang keluar. Terdapat para penguasa-penguasa bagian, pejabat-pejabat Negara dan kaum bangsawan. Karena perdagangan melalui lautan Indonesia dan india hampir seluruhnya dikuasai para pedagang Indonesia yang terdiri dari pejabat dan bangsawan itu, yang bertindak sebagai agen-agen barang Indonesia yang akan dikirim keluar dan sebagai penyalur barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak berhubungan dengan para pedagang muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka kepada agama baru itu. Faktor Penghambat Pembumian Islam di Indonesia : 1. Penjajahan menghentikan dakwah. Begitu kaum penjajah masuk ke tanah air kita, pemimpin-pemimpin Islam terpusat perhatiannya menghadapi penjajahan, terbukti sejak awal sampai akhir perlawanan bangsa kepada kaum penjajah semua dipelopori pemimpin-pemimpin Islam. Sejak dari masa Teuku Umar sampai Diponegoro dan ratusan pemimpin-pemimpin perlawanan terhadap kaum penjajah sebagian besar lahir atas aspirasi Islam. Karena itu penyebaran Islam terhenti seluruhnya kita hanya melihat umat yang telah ada. 2. Umat Islam Terbagi dalam Aneka Ragam Kelompok Penjajah berhasil mengelompokkan umat Islam menjadi beberapa kelompokdengan pengelompokan silang karena perbedaan motifasi : Pertama, timbul kelompok karena pendidikan, sehingga ada yang disebut kaum muslimin pesantrenan dan kaum muslimin sekolahan. Kaum pesantren rata-rata mengisi kehidupan pedesaan sedangkan kaum terpelajar sekolah mengisi masyarakat perkotaan, berkumpul sekitar kauman. Akibat pengelompokan ini timbullah kekuatan politik yang beradaptasi kepada penguasa dengan mempergunakan segala fasilitasnya dan kaum yang sama sekali tidak mau bergaul dengan kaum penjajah, sehingga timbul hukum Islam yang dipergunakan untuk memberi warna anti penjajah atau anti kaum kafir. Kedua, pengelompokan berdasarkan paham keagamaan, timbul masalah madzhab, taqlid dan arruju ilal quran wassunah (kembali pada hukum yang ditetapkan Quran dan sunnah). Dalam paham keagamaan bukan hanya terdiri dari dua kelompok karena masalah-masalah fiqih, tetapi timbul juga perbedaan karena masalah akidah, diantara mereka yang anti tahayul dan khufarat dengan yang sebaliknya. Sekalisekali umat Islam bersatu, kalau kepentingan bersama ata u menyangkut masalah bersama yang sepaham terganggu
Amati teks berikut dengan cermat! Islam pada satu sisi dapat disebut sebagai high tradition, dan pada sisi lain disebut sebagai low tradition. Dalam sebutan pertama Islam adalah firman Tuhan yang menjelaskan syariat-syariat-Nya yang dimaksudkan sebagai petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, termaktub dalam nash (teks suci) kemudian dihimpun dalam shuḫuf dan Kitab Suci (Al-Quranul Karim). Secara tegas dapat dikatakan hanya Tuhanlah yang paling mengetahui seluruh maksud, arti, dan makna setiap firman-Nya. Oleh karena itu. kebenaran Islam dalam dataran high tradition ini adalah mutlak. Bandingkan dengan Islam pada sebutan kedua: low tradition. Pada dataran ini Islam yang terkandung dalam nash atau teks-teks suci bergumul dengan realitas sosial pada pelbagai masyarakat yang berbeda-beda secara kultural. Islam dalam kandungan nash atau teksteks suci dibaca, dimengerti, dipahami, kemudian ditafsirkan dan dipraktikkan dalam masyarakat yang situasi dan kondisinya berbedabeda. Kata orang, Islam akhirnya tidak hanya melulu ajaran yang tercantum dalam teks-teks suci melainkan juga telah mewujud dalam historisitas kemanusiaan. Bila dalam sebutan pertama Islam adalah agama wahyu yang seolaholah berada di langit dan kebenarannya bersifat mutlak, maka pada sebutan kedua Islam telah berada di bumi menjadi agama masyarakat dan kebenarannya pun menjadi relatif. Implikasinya, pada dataran ini Islam berubah menjadi “Islams”. Tugas 6.1. Lakukan kajian dengan membandingkan dua corak Islam ter sebut! Coba Anda identifikasi ciri masing-masing dan sebutkan implikasinya terhadap kehidupan beragama (Islam)! Dalam konteks keindonesiaan bagaimana Islam harus diartikulasikan? Komunikasikan sikap Anda kepada dosen untuk memperoleh penajaman! Jawab : Ciri-Ciri high tradition : 1. Kebenarannya bersifat mutlak, 2. Hanya Tuhanlah yang paling tahu maksud,arti, dan makna setiap firman-Nya, 3. Hanya mewujud dalam nash (teks suci) dan Kitab Suci (Al-Quranul Karim), 4. Dipraktikkan dan ditafsirkan dengan kondisi dan situasi yang sama. Ciri-Ciri low tradition : 1. Kebenarannya bersifat relatif (tergantung pada kondisi & situasi), 2. Tidak hanya tercantum dalam Kitab Suci, melainkan dalam historitas kemanusiaan juga, 3. Dipraktikkan dan ditafsirkan dengan kondisi dan situasi yang berbeda-beda. Implikasi “Islams” terhadap kehidupan beragama (Islam) adalah bahwa islam saat ini tidak hanya mewujud dalam Kitab Suci, melainkan juga berwujud pada historitas kemanusiaan. Dan dengan realitas sosial pada berbagai masyarakat yang berbeda-beda secara kultural, kebenaran dalam islam bersifat relatif. Artinya tidak tergantung pada kondisi & situasi dan tidak melulu mutlak.