Kelompok 5 2 DIV POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II Jurusan Kesehatan Lingkungan Jln. Hang Jebat Raya no. 47A Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp : (021)7397641 Fax: (021) 7397769 Website : poltekkesjkt2.ac.id Jakarta, 2014
Pendahuluan
Seperti kita ketahui bersama bahwa lalat dianggap sebagai hewan yang lebih banyak menghantarkan kerugian bagi manusia. Semua bagian tubuh lalat bisa berperan sebagai alat penular penyakit (badan, bulu pada tangan dan kaki, feces dan muntahannya). Penyakit yang biasanya menjadi langganan penularan lalat di antaranya kolera, diare, disentri, tifus, dan virus penyakit saluran pencernaan. Kondisi lingkungan yang kotor dan berbau merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan lalat. Kondisi seperti ini mungkin dapat kita temui di TPS. Salah satu contoh media perkembangbiakan yang disukai oleh lalat adalah sampah basah hasil buangan rumah tangga, sampah basah merupakan tempat yang disukai lalat untuk mencari makanan sekaligus tempat berkembang biak. Lalat tidak hanya hinggap di gunungan sampah, namun dapat juga menyebar ke permukiman warga. Dengan keadaan tersebut sudah dapat kita ketahui bahwa kehadiran lalat cukup merepotkan dan mengganggu dalam kehidupan manusia, baik dalam segi estetika maupun kesehatan. Sehingga tingkat
frekuensi
populasi
lalat
perlu kita ketahui agar
masyarakat sadar akan mutu kesehatan, dan makin tanggap dalam penanganan kehadiran insekta ini. Maka dari itu sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat pada TPS tersebut, kami melakukan praktikum pengukuran kepadatan lalat menggunakan media Fly Trap,
agar
setelah
diketahui
tingkat
kepadatan
lalatnya
dapat
dilakukan
penanggulanagan selanjutnya.
I.
POKOK BAHASAN
Survey Perilaku Lalat Dengan Fly Trap II.
TUJUAN
1. Mengetahui tingkat frekuensi populasi lalat pada suatu tempat. 2. Mengetahui identitas species yang dominan lalat pada suatu priode tertentu. 3. Mengetahui pola perilaku lalat pada setiap periode tertentu pengamatan. III.
ALAT DAN BAHAN
1. Fly Trap
6. Antrekten
2. Stop Watch
7. Alat tulis
4. Senter
8. Piring plastik
5. Hygrometer
tahap
IV.
CARA KERJA
1. Melakukan survey awal. 2. Letakan Fly Trap pada lokasi yang telah ditentukan. 3. Letakan antractent di bawah Fly Trap. 4. Catat suhu dan kelembaban setiap 4 jam sekali, amati setiap 1 jam sekali keadaaan lalat dan jumlah lalat. 5. Hitung jumlah lalat selama 4 jam tersebut. 6. Siapkan alat kedua kemudian lakukan pengamatan setiap 4 jam sekali. 7. Seharusnya praktikum ini dilakukan selama 24 jam dan dicatat setiap 4 jam sekali. 8. Disederhanakan pratikum ini dilakukan selama 2 jam dan dicatat setiap 1 jam sekali. 9. Fly trap diletakkan miring agar lalat dapat masuk. 10. Dengan menggunakan antrakten udang busuk lihat berapa banyak lalat yang mau hinggap/mendekati Fly Trap tersebut. 11. Hitung juga berapa jenis lalat yang ada dan hitung jumlah tiap jenis lalat.
V.
HASIL PENGAMATAN
Survey awal a. Fisik 1) Jenis sampah : basah dan sampah kering. 2) Lokasi : TPS Warteg Amelia 3) Tingkat kepadatan : tinggi b. Biologi 1) Jenis predator : kucing, tikus, dan tawon 2) Tingkat kebauan : menyengat c. Sosial 1) Keberadaan warung makan di sekitar TPS 2) Frekuensi lintasan : ramai d. Perlakuan Pemberian udang busuk sebagai antrakten (umpan)
Data Perlakuan (Kegiatan pagi dan siang hari) Periode 1
Periode 2
(Pukul 12.45-13.45 WIB)
(Pukul 11.45-12.45 WIB) •
Suhu : 32° C
•
Kelembaban : 57%
•
Suhu : 31,6° C
•
Kelembaban : 55%
•
Jumlah lalat : a) Lalat hijau : 30 ekor
•
Jumlah lalat :
b) Lalat rumah : 13 ekor
a) Lalat hijau : 35 ekor b) Lalat rumah : 20 ekor
Tabel Kunjungan atau Tangkapan Lalat Pada Fly Trap
3. Kealahan Relatif (KR) KR = X + Y = X – Y = 43
Standar Indeks Kepadatan Lalat: 0 - 2 : Rendah / tidak bermasalah 3 - 5 :Sedang perlu pengamanan terhadap perkembangbiakan 6 - 0 :Padat
/
perlu
pengamanan
terhadap
tempat
perkembang
biakan
dan
pengendalian. Lalat dewasa. :Sangat padat / harus ada pengamanan
20
tempat
perkembangbiakan
dan
pengendalian terhadap lalat dewasa ..
VI.
ANALISIS HASIL
Indeks kepadatan lalat yang didapat adalah 6 yang artinya keberadaan lalat di TPS warteg Amelia tergolong padat dan perlu pengamanan terhadap tempat perkembangbiakan dan pengendalian lalat dewasa.
•
Kepadatan lalat ditempat pembuangan sampah dekat Warteg Amelia tergolong tinggi karena menggunakan umpan udang yg sudah busuk.
•
Jenis lalat yg ditemukan di TPS tersebut adalah lalat rumah dan lalat hijau karena jenis sampah terdiri dari sampah organik.
•
Keberadaan warteg disekitar TPS menunjang tingginya jumlah lalat karena banyak nya sampah organik yg dibuang oleh warteg tersebut.
•
Kepadatan lalat tinggi karena jumlah predator dekat TPS sedikit, diantaranya kucing dan tawon.
•
Seharusnya kepadatan lalat bisa lebih rendah dari hasil yg ditemukan karena lokasi TPS yg ramai kendaraan bermotor.
•
Pengangkutan sampah yg lama menyebabkan tumpukan sampah dan menimbulkan bau tak sedap yg mengundang datangnya lalat.
•
Jenis sampah banyak terdiri dari sampah basah
hasil buangan rumah tangga yg
merupakan tempat yg disukai oleh lalat rumah utk mencari makan sekaligus tempat berkembang biak. •
Sebenarnya keberadaan warteg disekitar TPS tidak baik karena dapat memicu datangnya lalat.
•
VII.
Keberadaan warteg dekat TPS mengurangi nilai estetika dan tidak baik utk kesehatan.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yg dilakukan pada TPS Warteg Amelia, hasil yg didapatkan adalah 65 ekor lalat hijau dan 38 ekor lalat rumah dengan menggunakan antrekten udang busuk. Indeks kepadatan lalat yang didapat adalah 6 yang artinya keberadaan lalat di TPS warteg Amelia tergolong padat dan perlu pengamanan terhadap tempat perkembangbiakan dan pengendalian lalat dewasa. Dengan menggunakan Fly Trap kita dapat mengetahui jumlah species dan kepadatan serta frekuensi populasi lalat pada tempat sampah tersebut.
VIII.
Saran
1. Sebaiknya TPS dekat warteg Amelia atau pusdiklat menggunakan tutup agar lalat tidak mudah masuk kedalam TPS dan menimbulkan gangguan kesehatan 2. Sebaiknya tidak boleh ada warteg didekat TPS karena akan berbahaya bagi konsumen dalam segi kesehatan dan estetika berupa bau yang tidak sedap. 3. Seharusnya pengangkutan sampah di TPS dekat warteg Amelia dilakukan secepat mungkin untuk menghindari penumpukan sampah yang menjadi pemicu datangnya lalat. 4. Sebaiknya dilakukan pemilahan sampah organic dan anorganik pada TPS tersebut sehingga bahan organic dapat dijadikan kompos sehingga sampah organic akan berkurang dan meminimalisir keberadaan lalat.