TUBERKULOSIS
PEDOMAN DIAGNOSIS & PENATALAKSANAAN DI INDONESIA
Perhimpunan Dokter Paru Indoneia !""#
1. PENDAHUL PEND AHULUAN UAN 2. PATOGENESIS PATOGE NESIS 3. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS 4. DIAGNOSIS
7. 8. 9. 10.
TB PADA KEADAAN KHUSUS KOMPLIKASI DOT DO TS LAMPIRAN
5. PENGOBATAN TUBERKULOSIS 6. RESI R ESISTE STEN N GANDA GAN DA / MULTI UL TI DRUG RES ESIS ISTA TAN NE E ! MDR" MD R"
11. DAFTAR PUSAKA
BAB I PENDAHULUAN A.
EPIDEMIOLOGI Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) Organization (WHO) telah menanangkan tuberkulosis sebagai « Global Emerg Emergenc ency y ». ». !apora !aporan n WHO tahun tahun 2""# 2""# menyat menyataka akan n bah$a bah$a terdap terdapat at %&% 'uta 'uta kasus kasus baru baru tuberkulosis pada tahun 2""2& &9 'uta adalah kasus BT (Basil Tahan sam) positi*. +epertiga penduduk dunia telah terin*eksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO 'umlah terbesar kasus TB ter'adi di sia tenggara yaitu , dari seluruh kasus TB di dunia& namun bila dilihat dari 'umlah penduduk terdapat 1%2 kasus per 1"".""" penduduk. -i *rika hampir 2 kali lebih besar dari sia tenggara yaitu " per 1"".""" pendduduk& seperti terlihat pada tabel 1 -iperkirakan angka kematian akibat TB adalah %""" setiap hari dan 2 / 'uta setiap tahun. !aporan WHO tahun 2""# menyebutkan bah$a 'umlah terbesar kematian akibat TB terdapat di sia tenggara yaitu 02.""" orang atau angka mortaliti sebesar 9 orang per 1"".""" penduduk. ngka mortaliti tertinggi terdapat di *rika yaitu % per 1"".""" penduduk& prealens H3 yang ukup tinggi mengakibatkan peningkatan epat kasus TB yang munul. T#$%& 1. P%'()'##* )*+),%*+ TB ,#* #*-(# '#&)) 2002 (#++
Pembagian daerah WHO
B. .
!R)$" +emua +putum kasus (,) positi*
K#++ %' 100 000 %*,,( +emua kasus (,)
+putum positi*
K%#)#* #()$# TB !%'#+( (%#)#* TB #,# %*,%')# HI" 4umlah Per 1"" """ penduduk (5ibu) 0 % 0 1# 2%
*rika 2# (20) 1""" " 1#9 merika 6" (#) 10 # 19 7editeranian 022 (6) 269 12# timur 8ropa #62 () 211 # 2# 6 % sia Tenggara 2%9" () 129# 1%2 %1 02 9 Pasi*ik Barat 2"9" (2#) 99 122 6 22 lobal %696 (1"") 2%%6 1#1 0 1%2 29 ndonesia masih menempati urutan ke di dunia untuk 'umlah kasus TB setelah ndia dan :ina. +etiap +etiap tahun tahun terdap terdapat at 2"."" 2".""" " kasus kasus baru baru TB dan sekita sekitarr 1#"."" 1#".""" " kemati kematian an akibat akibat TB. TB. -i ndonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit 'antung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. DEFINISI Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh in*eksi Mycobacterium tuberculosis omple; BIOMOLEKULER M.Tuberculosis M'&-) ,#* S'(' B#(%') Mycobacterium tuberculosis berbentuk tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung& tidak berspora dan tidak berkapsul berkapsul.. Bakteri ini berukuran berukuran lebar "& < "&0 mm dan pan'ang pan'ang 1 < # mm. -inding -inding M. tuberculosis tuberculosis sangat kompleks& terdiri dari lapisan lemak ukup tinggi (0",). Penyusun utama dind dindin ing g sel sel M. tuberc tuberculo ulosis sis ialah ialah asam mikolat& mikolat& lilin lilin kompleks kompleks (omple;/ (omple;/$a;e $a;es)& s)& trehalosa trehalosa
dimikolat dimikolat yang disebut cord factor & dan dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam irulensi. sam mikolat merupakan asam lemak berantai pan'ang (:0" < :9") yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh 'embatan *os*odiester. =nsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabin arabinoma omanan nan.. +trukt +truktur ur dindin dinding g sel yang yang komple kompleks ks terseb tersebut ut menyeb menyebabk abkan an bakter bakterii M. tuberculosis bersi*at tuberculosis bersi*at tahan asam& yaitu apabila sekali di$arnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan
>at
$arna
tersebut
dengan
larutan
asam
<
alkohol.
?omponen antigen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu yaitu komponen lipid& lipid& polisakarida dan protei protein. n. ?arakt ?arakteri eristi stik k antig antigen en M. tube tuberc rcul ulos osis is dapat diidenti diidenti*ikasi *ikasi dengan dengan menggunaka menggunakan n antib antibodi odi monoklon monoklonal al . +aat +aat ini telah telah dikenal dikenal purified antigens dengan berat molekul 1# k-a (kilo-alton)& 19 k-a& % k-a& 0 k-a yang memberikan sensitiiti dan spesi*isiti yang berariasi dalam mendiagnosis TB. da 'uga yang menggolongkan antigen M. tuberculosis dalam kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). ntigen yang disekresi hanya dihasilkan oleh oleh basi basill yang yang hidu hidup& p& ont ontoh ohny nya a anti antige gen n "." ".""" "" a& prot protei ein n 7TP #" dan dan lain lain lain lain.. B)&%(&%' enom M. tuberculosis mempunyai ukuran # 7b (mega base) dengan kandungan guanin () dan sitosi sitosin n (:) (:) terbany terbanyak. ak. -ari -ari hasil hasil pemeta pemetaan an gen& gen& telah telah diketa diketahui hui lebih lebih dari dari 10 gen dan penanda genetik yang dibagi dalam kelompok. ?elompok 1 gen yang merupakan sikuen -@ mikobakteria yang selalu ada (onsered) sebagai -@ target& kelompok merupakan sikuen -@ yang menyandi antigen protein& sedangkan kelompok adalah sikuen -@ ulangan seperti elemen
sisipan.
en pab dan dan gen gro8! masing masing menyandi protein protein berikatan pos*at misalnya misalnya protein % k-a dan protein ke'ut panas (heat shok protein) seperti protein 0 k-a& gen kat menyandi katalase/peroksidase dan gen 10+r5@ (rrs) menyandi protein ribosomal +12 sedangkan gen rpoB
menyandi
5@
polimerase.
+ikue +ikuen n sisipa sisipan n -@ -@ (+) (+) adalah adalah eleme elemen n geneti genetik k yang yang mobile. mobile. !ebih dari 10 + ada dalam mikobakteria antara lain +011"& +1"%1 dan elemen seperti + (+/like element). -eteksi gen tersebut dapat dilakukan dengan teknik P:5 dan 5A!P (dikutip dari 11).
BAB II PATOGENESIS A.
TUBERKULOSIS PRIMER ?uman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di 'aringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni& yang disebut sarang primer atau a*ek primer. +arang primer ini mungkin timbul di bagian mana sa'a dalam paru& berbeda dengan sarang reaktiasi. -ari sarang sarang primer primer akan kelihatan peradangan peradangan saluran saluran getah bening menu'u menu'u hilus (lim*angit (lim*angitis is lokal). lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelen'ar getah bening di hilus (lim*adenitis regional). regional). *ek primer bersama/sama dengan lim*angitis regional dikenal sebagai kompleks primer. ?ompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut
+embuh dengan tidak meninggalkan aat sama sekali (restitution ad integrum) +embuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang hon& garis 2. *ibrotik& sarang perkapuran di hilus) . 7enyebar dengan ara a Perkontinuitatum& menyebar ke sekitarnya . +alah satu ontoh adalah epituberkulosis& yaitu suatu ke'adian penekanan bronkus& biasanya bronkus lobus medius oleh kelen'ar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan& dengan akibat atelektasis. ?uman tuberkulosis akan men'alar sepan'ang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut& yang d ikenal sebagai epituberkulosis. b Penyebaran seara bronkogen& baik di paru bersangkutan maupun ke paru . sebelahnya atau tertelan Penyebaran seara hematogen dan lim*ogen. Penyebaran ini berkaitan . dengan daya tahan tubuh& 'umlah dan irulensi kuman. +arang yang ditimbulkan dapat sembuh seara spontan& akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat& penyebaran ini akan menimbulkan keadaan ukup ga$at seperti tuberkulosis milier& meningitis tuberkulosis& typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini 'uga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya& misalnya tulang& gin'al& anak gin'al& genitalia dan sebagainya. ?omplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan / +embuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak setelah mendapat ense*alomeningitis& tuberkuloma ) atau / 7eninggal. +emua ke'adian diatas adalah per'alanan tuberkulosis primer. 1.
B.
TUBERKULOSIS POSTPRIMER Tuberkulosis postprimer akan munul bertahun/tahun kemudian setelah tuberkulosis primer& biasanya ter'adi pada usia 1/#" tahun. Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang bermaam/maam yaitu tuberkulosis bentuk de$asa& localized tuberculosis& tuberkulosis menahun& dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama men'adi masalah kesehatan masyarakat& karena dapat men'adi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini& yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus in*erior. +arang dini ini a$alnya berbentuk suatu sarang pneumoni keil. +arang pneumoni ini akan mengikuti salah satu 'alan sebagai berikut 1. -iresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan aat 2.
.
+arang tersebut akan meluas dan segera ter'adi proses penyembuhan dengan penyebukan 'aringan *ibrosis. +elan'utnya akan ter'adi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. +arang tersebut dapat men'adi akti* kembali dengan membentuk 'aringan ke'u dan menimbulkan kaiti bila 'aringan ke'u dibatukkan keluar. +arang pneumoni meluas& membentuk 'aringan ke'u ('aringan kaseosa). ?aiti akan munul dengan dibatukkannya 'aringan ke'u keluar. ?aiti a$alnya berdinding tipis& kemudian dindingnya akan men'adi tebal (kaiti sklerotik). ?aiti tersebut akan men'adi - meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. +arang pneumoni ini akan mengikuti pola per'alanan seperti yang disebutkan di atas - memadat dan membungkus diri (enkapsulasi)& dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh& tetapi mungkin pula akti* kembali& menair lagi dan men'adi kaiti lagi - bersih dan menyembuh yang disebut open healed caity & atau kaiti menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengeil. ?emungkinan
berakhir sebagai kaiti yang terbungkus dan meniut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).
ambar 1. +kema perkembangan sarang tuberkulosis postprimer dan per'alanan penyembuhannya
BAB III KLASIFIKASI TUBERKULOSIS A.
TUBERKULOSIS PARU Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang 'aringan paru& tidak termasuk pleura. 1.
B%',#+#' #+)& %%')(+##* ,##( !BTA" TB paru dibagi atas a Tuberkulosis paru BT (C) adalah . / +ekurang/kurangnya 2 dari spesimen dahak menun'ukkan hasil BT positi* / Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menun'ukkan BT positi* dan kelainan radiologi menun'ukkan gambaran tuberkulosis akti* / Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menun'ukkan BT positi* dan biakan positi* b Tuberkulosis paru BT (/) . / Hasil pemeriksaan dahak kali menun'ukkan BT negati*& gambaran klinis dan kelainan radiologi menun'ukkan tuberkulosis akti*
2.
B.
/ Hasil pemeriksaan dahak kali menun'ukkan BT negati* dan biakan M. tuberculosis B%',#+#'(#* )% #+)%*
Tipe pasien ditentukan berdasarkan ri$ayat pengobatan sebelumnya. da beberapa tipe pasien yaitu a ?asus baru . dalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OT atau sudah pernah menelan OT kurang dari satu bulan. b ?asus kambuh (relaps) . dalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap& kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BT positi* atau biakan positi*. Bila BT negati* atau biakan negati* tetapi gambaran radiologi diurigai lesi akti* D perburukan dan terdapat ge'ala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan / !esi nontuberkulosis (pneumonia& bronkiektasis& 'amur& keganasan dll) / TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang b erkompeten menangani kasus tuberkulosis ?asus defaulted atau drop out . dalah pasien yang telah men'alani pengobatan E 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut/turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai. d ?asus gagal . dalah pasien BT positi* yang masih tetap positi* atau kembali men'adi positi* pada akhir bulan ke/ (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan. e ?asus kronik . dalah pasien dengan hasil pemeriksaan BT masih positi* setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan penga$asan yang baik * ?asus Bekas TB . / Hasil pemeriksaan BT negati* (biakan 'uga negati* bila ada ! dan gambaran radiologi paru menun'ukkan lesi TB yang tidak akti*& atau *oto serial menun'ukkan gambaran yang menetap. 5i$ayat pengobatan OT adekuat akan lebih mendukung / Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OT 2 bulan serta pada *oto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi TUBERKULOSIS EKSTRA PARU Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru& misalnya kelen'ar getah bening& selaput otak& tulang& gin'al& saluran kening dan lain/lain. -iagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positi* atau patologi anatomi dari tempat lesi. =ntuk kasus/kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu akti*.
ambar 2. +kema klasi*ikasi tuberkulosis
BAB I DIAGNOSIS .
GAMBARAN KLINIK -iagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan ge'ala klinis& pemeriksaan *isisD'asmani& pemeriksaan bakteriologi& radiologi dan pemeriksaan penun'ang lainnya
G%# (&)*)( e'ala klinis tuberkulosis dapat dibagi men'adi 2 golongan& yaitu ge'ala lokal dan ge'ala sistemik& bila organ yang terkena adalah paru maka ge'ala lokal ialah ge'ala respiratori (ge'ala lokal sesuai organ yang terlibat) 1.
e'ala respiratorik / batuk
>
2 minggu
/ batuk darah / sesak napas
2.
/ nyeri dada e'ala respiratori ini sangat berariasi& dari mulai tidak ada ge'ala sampai ge'ala yang ukup berat tergantung dari luas lesi. ?adang pasien terdiagnosis pada saat medical chec" up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit& maka pasien mungkin tidak ada ge'ala batuk. Batuk yang pertama ter'adi karena iritasi bronkus& dan selan'utnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. e'ala sistemik / -emam
/ ge'ala sistemik lain adalah malaise& keringat malam& anoreksia dan berat badan menurun . e'ala tuberkulosis ekstraparu e'ala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat& misalnya pada lim*adenitis tuberkulosis akan ter'adi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelen'ar getah bening& pada meningitis tuberkulosis akan terlihat ge'ala meningitis& sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat ge'ala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat airan. P%%')(+##* #+#*) Pada pemeriksaan 'asmani kelainan yang akan di'umpai tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru& kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (a$al) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. ?elainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (+1 dan +2) & serta daerah apeks lobus in*erior (+0). Pada pemeriksaan 'asmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial& am*orik& suara napas melemah& ronki basah& tanda/tanda penarikan paru& dia*ragma dan mediastinum. Pada pleuritis tuberkulosis& kelainan pemeriksaan *isis tergantung dari banyaknya airan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak& pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat airan. Pada lim*adenitis tuberkulosis& terlihat pembesaran kelen'ar getah bening& tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor)& kadang/kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelen'ar tersebut dapat men'adi Fold absessG ambar . Paru apeks lobus superior dan apeks lobus in*erior
,)() ,#') !312" P%%')(+##* B#(%')&-)( a.
b.
Bahan pemeriksasan Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak& airan pleura& li#uor cerebrospinal & bilasan bronkus& bilasan lambung& kurasan bronkoaleolar (bronhoaleolar laageDB!)& urin& *aees dan 'aringan biopsi (termasuk biopsi 'arum halusDB4H) :ara pengumpulan dan pengiriman bahan :ara pengambilan dahak kali (+P+) Se$aktu D spot (dahak se$aktu saat kun'ungan) Pagi ( keesokan harinya ) Se$aktu D spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi hari berturut/turut. Bahan pemeriksaanDspesimen yang berbentuk airan dikumpulkanDditampung dalam pot yang bermulut lebar& berpenampang 0 m atau lebih dengan tutup berulir& tidak mudah peah dan tidak boor. pabila ada *asiliti& spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas ob'ek (di*iksasi) sebelum dikirim ke laboratorium. Bahan pemeriksaan hasil B4H& dapat dibuat sediaan apus kering di gelas ob'ek& atau untuk kepentingan biakan dan u'i resistensi dapat ditambahkan @a:l "&9, / ml sebelum dikirim ke laboratorium. +pesimen dahak yang ada dalam pot ('ika pada gelas ob'ek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium& harus dipastikan telah tertulis identiti pasien yang sesuai dengan *ormulir permohonan pemeriksaan laboratorium. Bila lokasi *asiliti laboratorium berada 'auh dari klinikDtempat pelayanan pasien& spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui 'asa pos. :ara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring / ?ertas saring dengan ukuran 1" ; 1" m& dilipat empat agar terlihat bagian tengahnya / -ahak yang representati* diambil dengan lidi& diletakkan di bagian tengah dari kertas saring sebanyak C 1 ml / ?ertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu
.
u'ung yang tidak mengandung bahan dahak / -ibiarkan tergantung selama 2# 'am dalam suhu kamar di tempat yang aman& misal di dalam dus / Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastik keil / ?antong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi / -i atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak / -imasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui 'asa pos ke alamat laboratorium. :ara pemeriksaan dahak dan bahan lain. Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (airan pleura& liuor erebrospinal& bilasan bronkus& bilasan lambung& kurasan bronkoaleolar DB!& urin& *aees dan 'aringan biopsi& termasuk B4H) dapat dilakukan dengan ara / 7ikroskopik / Biakan Pemeriksaan mikroskopik 7ikroskopik biasa pe$arnaan Iiehl/@ielsen 7ikroskopik *luoresens pe$arnaan auramin/rhodamin (khususnya untuk sreening) lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari kali pemeriksaan ialah bila kali positi* atau 2 kali positi*& 1 kali negati* : BT positi* 1 kali positi*& 2 kali negati* : ulang BT kali& kemudian bila 1 kali positi*& 2 kali negati* : BT positi* bila kali negati* : BT negati* nterpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaa dengan skala =T!(rekomendasi WHO). +kala =T!- (nternational =nion gainst Tuberulosis and !ung -isease) / Tidak ditemukan BT dalam 1"" lapang pandang& disebut negati* / -itemukan 1/9 BT dalam 1"" lapang pandang& ditulis 'umlah kuman yang ditemukan / -itemukan 1"/99 BT dalam 1"" lapang pandang disebut C (1C) / -itemukan 1/1" BT dalam 1 lapang pandang& disebut CC (2C) / -itemukan E1" BT dalam 1 lapang pandang& disebut CCC (C) Pemeriksaan biakan kuman Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konensional ialah dengan ara / 8gg base media !o$enstein/4ensen (dian'urkan)& Oga$a& ?udoh / gar base media 7iddle brook 7elakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti& dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan 'uga Mycobacterium other than tuberculosis (7OTT). =ntuk mendeteksi 7OTT dapat digunakan beberapa ara& baik dengan melihat epatnya pertumbuhan& menggunakan u'i nikotinamid& u'i niasin maupun penampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang timbul
P%%')(+##* R#,)&-)( Pemeriksaan standar ialah *oto toraks P. Pemeriksaan lain atas indikasi *oto lateral& top/lordotik& oblik& :T/+an. Pada pemeriksaan *oto toraks& tuberkulosis dapat memberi gambaran bermaam/maam bentuk (multi*orm). ambaran radiologi yang diurigai sebagai lesi TB akti* / Bayangan bera$an D nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus ba$ah / ?aiti& terutama lebih dari satu& dikelilingi oleh bayangan opak bera$an atau nodular / Bayangan berak milier / 8*usi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral ('arang) ambaran radiologik yang diurigai lesi TB inakti* / Aibrotik / ?alsi*ikasi / +h$arte atau penebalan pleura !uluh paru (destroyed !ung ) / ambaran radiologi yang menun'ukkan kerusakan 'aringan paru yang berat& biasanya seara klinis disebut luluh paru . ambaran radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis& ektasisD multikaiti dan *ibrosis parenkim paru. +ulit untuk menilai aktiiti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi tersebut. / Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiiti proses penyakit !uas lesi yang tampak pada *oto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BT negati*) / !esi minimal bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (olume paru yang terletak di atas chondrostemal $unction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari ertebra torakalis # atau korpus ertebra torakalis )& serta tidak di'umpai kaiti / !esi luas Bila proses lebih luas dari lesi minimal. P%%')(+##* (++ +alah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya $aktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis seara konensional. -alam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidenti*ikasi kuman tuberkulosis seara lebih epat. 1 Pemeriksaan B:T8: . -asar teknik pemeriksaan biakan dengan B:T8: ini adalah metode radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan :O2 yang akan dideteksi gro%th inde& nya oleh mesin ini. +istem ini dapat men'adi salah satu alternati* pemeriksaan biakan seara epat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan u'i kepekaan (dikutip dari 1) Bentuk lain teknik ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Gro%th 'ndicator (ube (7T). 2 )olymerase chain reaction (P:5) . Pemeriksaan P:5 adalah teknologi anggih yang dapat mendeteksi -@&
termasuk -@ M.tuberculosis. +alah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan kontaminasi. :ara pemeriksaan ini telah ukup banyak dipakai& kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya. Hasil pemeriksaan P:5 dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepan'ang pemeriksaan tersebut diker'akan dengan ara yang benar dan sesuai standar internasional. pabila hasil pemeriksaan P:5 positi* sedangkan data lain tidak ada yang menun'ang ke arah diagnosis TB& maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB Pada pemeriksaan deteksi 7.tb tersebut diatas& bahan D spesimen pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstraparu sesuai dengan organ yang terlibat. Pemeriksaan serologi& dengan berbagai metoda a.1 . a. Enzym lin"ed immunosorbent assay (8!+) Teknik ini merupakan salah satu u'i serologi yang dapat mendeteksi respons humoral berupa proses antigen/antibodi yang ter'adi. Beberapa masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam $aktu yang ukup lama. b. :T ='i mmunohromatographi tuberulosis (:T tuberulosis) adalah u'i serologi untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum. ='i :T merupakan u'i diagnostik TB yang menggunakan antigen spesi*ik yang berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis& diantaranya antigen 7.tb % k-a. ?e antigen tersebut diendapkan dalam bentuk # garis melintang pada membran immunokromatogra*ik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) disamping garis kontrol. +erum yang akan diperiksa sebanyak " ml diteteskan ke bantalan $arna biru& kemudian serum akan berdi*usi mele$ati garis antigen. pabila serum mengandung antibodi g terhadap M.tuberculosis& maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan membentuk garis $arna merah muda. ='i dinyatakan positi* bila setelah 1 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada membran. . Mycodot ='i ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. ='i ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (!7) yang direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik. +isir plastik ini kemudian dielupkan ke dalam serum pasien& dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesi*ik anti !7 dalam 'umlah yang memadai sesuai dengan aktiiti penyakit& maka akan timbul perubahan $arna pada sisir dan dapat dideteksi dengan mudah d. ='i peroksidase anti peroksidase (PP) ='i ini merupakan salah satu 'enis u'i yang mendeteksi reaksi serologi yang ter'adi. -alam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh& para klinisi harus hati hati karena banyak ariabel yang mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi. e. ='i serologi yang baru D g TB ='i g adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan ara mendeteksi antibodi g dengan antigen spesi*ik untuk Mycobacterium tuberculosis. ='i g berdasarkan antigen mikobakterial rekombinan seperti % k-a dan 10 k-a dan kombinasi lainnya akan menberikan tingkat sensitiiti dan spesi*isiti yang dapat diterima untuk diagnosis. -i luar negeri& metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB ekstraparu& tetapi tidak ukup baik untuk diagnosis TB pada anak. +aat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis. P%%')(+##* P%**#*- )* 1 nalisis :airan Pleura . Pemeriksaan analisis airan pleura dan u'i 5ialta airan pleura perlu dilakukan pada pasien e*usi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis. nterpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah u'i 5ialta positi* dan kesan airan eksudat& serta pada analisis airan pleura terdapat sel lim*osit dominan dan glukosa rendah 2 Pemeriksaan histopatologi 'aringan . Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis TB. Pemeriksaan yang dilakukan ialah pemeriksaan histopatologi. Bahan 'aringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi& yaitu J Biopsi aspirasi dengan 'arum halus (B4H) kelen'ar getah bening (?B) J Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan 'arum abram& :ope dan 3een +ilerman) J Biopsi 'aringan paru (trans bronhial lung biopsyDTB!B) dengan bronkoskopi& trans thoraal needle aspirationDTT@& biopsi paru terbuka). J Otopsi Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan& satu sediaan dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan yang kedua di*iksasi untuk pemeriksaan histologi. Pemeriksaan darah . Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menun'ukkan indikator yang spesi*ik untuk tuberkulosis. !a'u endap darah ( !8-) 'am pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. !8- sering meningkat pada proses akti*& tetapi la'u endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. !im*ositpun kurang spesi*ik. # ='i tuberkulin . ='i tuberkulin yang positi* menun'ukkan ada in*eksi tuberkulosis. -i ndonesia dengan prealens tuberkulosis yang tinggi& u'i tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang de$asa. ='i ini akan mempunyai makna bila didapatkan konersi& bula atau apabila kepositian dari u'i yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan in*eksi H3 u'i tuberkulin dapat memberikan hasil negati*.
ambar #. +kema alur diagnosis TB paru pada orang de$asa
BAB PENGOBATAN TUBERKULOSIS Pengobatan tuberkulosis terbagi men'adi 2 *ase yaitu *ase intensi* (2/ bulan) dan *ase lan'utan # atau 6 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS !OAT" Obat yang dipakai 1.
2.
4enis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah J @H 5i*ampisin J Pira>inamid J +treptomisin J 8tambutol 4enis obat tambahan lainnya (lini 2) J ?anamisin J mikasin
J J
?uinolon
Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavulanat Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indone sia antara lain : J o o o o o
?apreomisin +ikloserino P+ (dulu tersedia) -eriat ri*ampisin dan @H Thioamides (ethionamide dan prothionamide)
K%#+#* / Obat tunggal& Obat disa'ikan seara terpisah& masing/masing @H& ri*ampisin& pira>inamid dan etambutol. / Obat kombinasi dosis tetap (Ai;ed -ose :ombination < A-:) ?ombinasi dosis tetap ini terdiri dari atau # obat dalam satu tablet D+)+ OAT T#$%& 2. %*)+ ,#* ,+)+ OAT
O$# D+)+
D+)+ ;- ,)#*'(#*
!M-/KBB/H#')" R H > E
812 46 2030 1520
S
1518
D+)+M#(+ !-"
H#')#* I*%')%* !-/ !-/K-/BB/(#&)" (-BB / #')" 10 10 5 10 25 35 15 30 15
15
600 300
1000
D+)+ !-" / $%'# $#,#* !(-" < 40 4060 =60
300 150 750 750 S%+#) BB
450 300 1000 1000
600 450 1500 1500
750
1000
Pengembangan pengobatan TB paru yang e *ekti* merupakan hal yang penting untuk menyembuhkan pasien dan menghindari 7-5 TB (multidrug resistant tuberulosis). Pengembangan strategi -OT+ untuk mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama W HO. nternational =nion gainst Tuberulosis and !ung -isease (=!T-) dan WHO menyarakan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada tahun 199%. -osis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap berdasarkan WHO seperti terlihat pada tabel . ?euntungan kombinasi dosis tetap antara lain 1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal 2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan pengobatan yang tidak disenga'a . Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang benar dan standar #. Perbaikan mana'emen obat karena 'enis obat lebih sedikit . 7enurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan 7-5 akibat penurunan penggunaan monoterapi Tabel . -osis obat antituberkulosis kombinasi dosis tetap Aase intensi*
Aase lan'utan
2 bulan BB
Harian
Harian
# bulan ;Dminggu
Harian
;Dminggu
5HI8
5HI
5HI
5H
5H
1"D6D#""D26
1"D6D#""
1"D1"D""
1"D6
1"D1"
"/6
2
2
2
2
2
%/#
/6"
#
#
#
#
#
E61
Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap # obat berdasarkan rentang dosis yang telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang e*ekti* atau masih termasuk dalam batas dosis terapi dan non toksik.
B.
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut& bila mengalami e*ek samping serius harus diru'uk ke rumah sakit D dokter spesialis paru D *asiliti yang mampu menanganinya. PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS Pengobatan tuberkulosis dibagi men'adi J TB paru (kasus baru)& BT positi* atau pada *oto toraks lesi luas Paduan obat yang dian'urkan 2 5HI8 D # 5H atau 2 5HI8D 0H8 atau 2 5HI8 D #5H Paduan ini dian'urkan untuk a. TB paru BT (C)& kasus baru b. TB paru BT (/)& dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh paru) Bila ada *asiliti biakan dan u'i resistensi& pengobatan disesuaikan dengan hasil u'i resistensi J TB Paru (kasus baru)& BT negati*& pada *oto toraks lesi minimal Paduan obat yang dian'urkan 2 5HI8 D # 5H atau 0 5H8 atau 2 5HI8D #5H J TB paru kasus kambuh +ebelum ada hasil u'i resistensi dapat diberikan 2 5HI8+ D 1 5HI8. Aase lan'utan sesuai dengan hasil u'i resistensi. Bila tidak terdapat hasil u'i resistensi dapat diberikan obat 5H8 selama bulan. J TB Paru kasus gagal pengobatan +ebelum ada hasil u'i resistensi seharusnya diberikan obat lini 2 (ontoh paduan /0 bulan kanamisin& o*loksasin& etionamid& sikloserin dilan'utkan 1/1% bulan o*loksasin& etionamid& sikloserin). -alam keadaan tidak memungkinkan pada *ase a$al dapat diberikan 2 5HI8+ D 1 5HI8. Aase lan'utan sesuai dengan hasil u'i resistensi. Bila tidak terdapat hasil u'i resistensi dapat diberikan obat 5H8 selama bulan. / -apat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil yang optimal / +ebaiknya kasus gagal pengobatan diru'uk ke dokter spesialis paru J TB P#' (#++ + $%'$# Pasien TB paru kasus lalai berobat& akan dimulai pengobatan kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut a. Berobat E # bulan 1) BT saat ini negati*
?linis dan radiologi tidak akti* atau ada perbaikan maka pengobatan OT dihentikan. Bila gambaran radiologi akti*& lakukan analisis lebih lan'ut untuk memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan 'uga kemungkinan penyakit paru lain. Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari a$al dengan paduan obat yang lebih kuat dan 'angka $aktu pengobatan yang lebih lama. 2) BT saat ini positi* Pengobatan dimulai dari a$al dengan paduan obat yang lebih kuat dan 'angka $aktu pengobatan yang lebih lama b. Berobat K # bulan 1) Bila BT positi*& pengobatan dimulai dari a$al dengan paduan obat yang lebih kuat dan 'angka $aktu pengobatan yang lebih lama 2) Bila BT negati*& gambaran *oto toraks positi* TB akti* pengobatan diteruskan 4ika memungkinkan seharusnya diperiksa u'i resistensi terhadap OT. J TB P#' (#++ ('*)( / Pengobatan TB paru kasus kronik& 'ika belum ada hasil u'i resistensi& berikan 5HI8+. 4ika telah ada hasil u'i resistensi& sesuaikan dengan hasil u'i resistensi (minimal terdapat # maam OT yang masih sensiti*) ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon& betalaktam& makrolid dll. Pengobatan minimal 1% bulan. / 4ika tidak mampu dapat diberikan @H seumur hidup / Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan / ?asus TB paru kronik perlu diru'uk ke dokter spesialis paru Tabel #. 5ingkasan paduan obat K#%-') K#++
P#,#* $# ;#*- ,)#'(#*
/ TB paru BT C&
2 5HI8 D # 5H atau
BT / & lesi luas
2 5HI8 D 0 H8
3
K%%'#*-#*
L25HI8 D #5H
/ ?ambuh
/5HI8+ D 15HI8 D sesuai hasil u 'i Bila streptomisin resistensi atau 25HI8+ D 15HI8 D alergi& dapat diganti / agal pengobatan 5H8 kanamisin
/ TB paru berobat
//0 kanamisin& o*loksasin& etionamid& sikloserin D 1/1% o*loksasin& etionamid& sikloserin atau 25HI8+ D 15HI8 D 5H8 putus+esuai lama pengobatan sebelumnya& lama berhenti minum obat dan keadaan klinis& bakteriologi dan radiologi saat ini (lihat uraiannya) atau
L25HI8+ D 15HI8 D 5H8 /TB paru BT neg.2 5HI8 D # 5H atau lesi minimal 0 5H8 atau
/ ?ronik
L25HI8 D# 5H 5HI8+ D sesuai hasil u'i resistensi (minimal OT yang sensiti*) C obat lini 2 (pengobatan minimal 1%
3
.
/ 7-5 TB
bulan) +esuai u'i resistensi C OT lini 2 atau H seumur hidup
:atatan L Obat yang disediakan oleh Program @asional TB EFEK SAMPING OAT +ebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa e*ek samping. @amun sebagian keil dapat mengalami e*ek samping& oleh karena itu pemantauan kemungkinan ter'adinya e*ek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. 8*ek samping yang ter'adi dapat ringan atau berat (terlihat pada tabel #)& bila e*ek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian OT dapat dilan'utkan. 1. sonia>id (@H) +ebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa e*ek samping. @amun sebagian keil dapat mengalami e*ek samping& oleh karena itu pemantauan kemungkinan ter'adinya e*ek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. 8*ek samping yang ter'adi dapat ringan atau berat (terlihat pada tabel #)& bila e*ek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian OT dapat dilan'utkan. 2. 5i*ampisin 8*ek samping ringan yang dapat ter'adi dan hanya memerlukan pengobatan simptomatis ialah / +indrom *lu berupa demam& menggigil dan nyeri tulang / +indrom perut berupa sakit perut& mual& tidak na*su makan& muntah kadang/kadang diare / +indrom kulit seperti gatal/gatal kemerahan 8*ek samping yang berat tetapi 'arang ter'adi ialah / Hepatitis imbas obat atau ikterik& bila ter'adi hal tersebut OT harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus / Purpura& anemia hemolitik yang akut& syok dan gagal gin'al. Bila salah satu dari ge'ala ini ter'adi& ri*ampisin harus segera dihentikan dan 'angan diberikan lagi $alaupun ge'alanya telah menghilang / +indrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas 5i*ampisin dapat menyebabkan $arna merah pada air seni& keringat& air mata dan air liur. Warna merah tersebut ter'adi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada pasien agar mereka mengerti dan tidak perlu kha$atir. . Pira>inamid 8*ek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). @yeri sendi 'uga d apat ter'adi (beri aspirin) dan kadang/kadang dapat menyebabkan serangan arthritis out& hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. ?adang/kadang ter'adi reaksi demam& mual& kemerahan dan reaksi kulit yang lain. #. 8tambutol 8tambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya keta'aman& buta $arna untuk $arna merah dan hi'au. 7eskipun demikian keraunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai& 'arang sekali ter'adi bila dosisnya 1/2 mgDkg BB perhari atau " mgDkg BB yang diberikan kali seminggu. angguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. +ebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi . +treptomisin 8*ek samping utama adalah kerusakan syara* kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. 5isiko e*ek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. 5isiko tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan *ungsi ekskresi gin'al. e'ala e*ek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus)& pusing dan kehilangan keseimbangan. ?eadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi "&2gr . 4ika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli).
5eaksi hipersensitiiti kadang ter'adi berupa demam yang timbul tiba/tiba disertai sakit kepala& muntah dan eritema pada kulit. 8*ek samping sementara dan ringan ('arang ter'adi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat ter'adi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi "&2gr +treptomisin dapat menembus sa$ar plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada perempuan hamil sebab dapat merusak syara* pendengaran 'anin. T#$%& 5. E%( +#)*- OAT ,#* P%*##(+#*##**;# E%( +#)*-
K%*-()*#* P%*;%$#$
T##(+#*# OAT ,)%'+(#*
Tidak na*su makan& mual& sakit perut
5i*ampisin
?esemutan sDd rasa terbakar di kaki
Pyra>inamid @H
Warna kemerahan pada air seni
5i*ampisin
atal dan kemerahan pada kulit
angguan keseimbangan (ertigo dan nistagmus) Hepatitis mbas Obat (penyebab lain disingkirkan) 7untah dan on*usion (suspeted drug/indued pre/iteri hepatitis) angguan penglihatan ?elainan sistemik& termasuk syok dan purpura D.
+emua 'enis OT +treptomisin +treptomisin +ebagian besar OT
+ebagian besar OT 8tambutol 5i*ampisin
Obat diminum malam sebelum tidur Beri aspirin Dallopurinol Beri itamin B0 (piridoksin) 1 ; 1"" mg perhari Beri pen'elasan& tidak perlu diberi apa/apa H%*)(#* $#
Beri antihistamin dan diealuasi ketat +treptomisin dihentikan +treptomisin dihentikan Hentikan semua OT sampai ikterik menghilang dan boleh diberikan hepatoprotektor Hentikan semua OT dan lakukan u'i *ungsi hati Hentikan etambutol Hentikan ri*ampisin
PENGOBATAN SUPORTIF / SIMPTOMATIK Pada pengobatan pasien TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi ra$at& pasien dapat dibeikan ra$at 'alan. +elain OT kadang perlu pengobatan tambahan atau suporti*Dsimptomatis untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi ge'alaDkeluhan. 1. Pasien ra$at 'alan a. 7akan makanan yang bergi>i& bila dianggap perlu dapat diberikan itamin tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk pasien tuberkulosis& keuali untuk penyakit komorbidnya) b. Bila demam dapat diberikan obat penurun panasDdemam . Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi ge'ala batuk& sesak napas atau keluhan lain. 2. Pasien ra$at inap ndikasi ra$at inap TB paru disertai keadaanDkomplikasi sbb / Batuk darah masi* / ?eadaan umum buruk
D.
/ Pneumotoraks / 8mpiema / 8*usi pleura masi* D bilateral / +esak napas berat (bukan karena e*usi pleura) TB di luar paru yang menganam 'i$a / TB paru milier / 7eningitis TB Pengobatan suporti* D simptomatis yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan indikasi ra$at TERAPI PEMBEDAHAN &*,)(#+) %'#+) 1. ndikasi mutlak a.
+emua pasien yang telah mendapat OT adekuat tetetapi dahak tetap positi*
b.
Pasien batuk darah yang masi* tidak dapat diatasi dengan ara konserati*
.
Pasien dengan *istula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi seara konserati*
2. lndikasi relati* a. b. .
Pasien dengan dahak negati* dengan batuk darah berulang ?erusakan satu paru atau lobus dengan keluhan +isa kaiti yang menetap.
Tindakan nasi* (+elain Pembedahan) J Bronkoskopi J Punksi pleura
E.
J Pemasangan W+- (Water +ealed -rainage) EALUASI PENGOBATAN 8aluasi pasien meliputi ealuasi klinis& bakteriologi& radiologi& dan e*ek samping obat& serta ealuasi keteraturan berobat. E?#&#+) (&)*)( Pasien diealuasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan selan'utnya setiap 1 bulan / 8aluasi respons pengobatan dan ada tidaknya e*ek samping obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit / 8aluasi klinis meliputi keluhan & berat badan& pemeriksaan *isis. E?#&#+) $#(%')&-)( !0 2 6 /9 $* %*-$##*) J Tu'uan untuk mendeteksi ada tidaknya konersi dahak J Pemeriksaan M ealuasi pemeriksaan mikroskopik /
+ebelum pengobatan dimulai
/
+etelah 2 bulan pengobatan (setelah *ase intensi*)
/
Pada akhir pengobatan
J Bila ada *asiliti biakan dilakukan pemeriksaan biakan dan u'i resistensi E?#&#+) '#,)&-)( !0 2 @ 6/9 $* %*-$##*" Pemeriksaan dan ealuasi *oto toraks dilakukan pada / +ebelum pengobatan / +etelah 2 bulan pengobatan (keuali pada kasus yang 'uga dipikirkan kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan pengobatan) / Pada akhir pengobatan E?#&#+) %%( +#)*- +%#'# (&)*)( . Bila mungkin sebaiknya dari a$al diperiksa *ungsi hati& *ungsi gin'al dan darah lengkap . Aungsi hatiN +OT&+PT& bilirubin& *ungsi gin'al ureum& kreatinin& dan gula darah & serta asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau e*ek samping pengobatan . sam urat diperiksa bila menggunakan pira>inamid . Pemeriksaan isus dan u'i buta $arna bila menggunakan etambutol (bila ada keluhan) . Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa u'i keseimbangan dan audiometri (bila ada keluhan) . Pada anak dan de$asa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan a$al tersebut. ang paling penting adalah ealuasi klinis kemungkinan ter'adi e*ek samping obat. Bila pada ealuasi klinis diurigai terdapat e*ek samping& maka dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya dan penanganan e*ek samping obat sesuai pedoman E?#&+) (%%'#'#* $%'$# ang tidak kalah pentingnya adalah ealuasi keteraturan berobat dan diminum D tidaknya obat tersebut. -alam hal ini maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat. Penyuluhan atau pendidikan dapat diberikan kepada p asien& keluarga dan lingkungannya. / ?etidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi. ?riteria +embuh / BT mikroskopis negati* dua kali (pada akhir *ase intensi* dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat / Pada *oto toraks& gambaran radiologi serial tetap samaD perbaikan / Bila ada *asiliti biakan& maka kriteria ditambah biakan negati* E?#&#+) #+)%* ;#*- % +%$ P#+)%* TB ;#*- % ,)*;##(#* +%$ +%$#)(*;# %# ,)%?#&#+) )*)#& ,# 2 #* %'## +%% +%$ #& )*) ,)#(+,(#* *( %*-%#) (%(#$#*. H#& ;#*- ,)%?#&#+) #,# )('+()+ BTA ,##( ,#* '#(+. M)('+()+ BTA ,##( 3612 ,#* 24 $* !+%+#) )*,)(#+)/$) #,# -%#" +%% ,)*;##(#* +%$. E?#&#+) '#(+ 6 12 24 $* +%% ,)*;##(#* +%$ !$) #,# (%')-##* TB (#$".
BAB I RESISTEN GANDA !M&) D'- R%+)+#*%/ MDR" D%)*)+) 5esistensi ganda menun'ukkan M.tuberculosis resisten terhadap ri*ampisin dan @H dengan atau tanpa OT lainnya +eara
umum
resistensi
terhadap
obat
tuberkulosis
dibagi
men'adi
/ 5esistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan TB / 5esistensi inisial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasiennya sudah pernah ada ri$ayat pengobatan sebelumnya atau tidak / 5esistensi sekunder ialah apabila pasien telah punya ri$ayat pengobatan sebelumnya.
!aporan pertama tentang reistensi ganda datang dari merika +erikat& khususnya pada pasien TB dan -+ yang menimbulkan angka kematian 6", <9", dalam $aktu hanya # sampai 10 minggu. !aporan WHO tentang TB tahun 2""# menyatakan bah$a sampai " 'uta orang telah terin*eksi oleh kuman tuberkulosis yang resisten terhadap obat anti tuberkulosis. TB paru kronik sering disebabkan oleh 7-5 da beberapa penyebab ter'adinya resitensi terhadap obat tuberkulosis& yaitu / Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis / Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat& yaitu 'enis obatnya yang kurang atau di lingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan& misalnya memberikan ri*ampisin dan @H sa'a pada daerah dengan resistensi terhadap kedua obat tersebut sudah ukup tinggi / Pemberian obat yang tidak teratur& misalnya hanya dimakan dua atau tiga minggu lalu stop& setelah dua bulan berhenti kemudian berpindah dokter dan mendapat obat kembali selama dua atau tiga bulan lalu stop lagi& demikian seterusnya / Aenomena F addition syndromeG (:ro*ton& 19%6)& yaitu suatu obat ditambahkan dalam suatu paduan pengobatan yang tidak berhasil. Bila kegagalan itu ter'adi karena kuman TB telah resisten pada paduan yang pertama& maka FpenambahanG (addition) satu maam obat hanya akan menambah pan'ang da*tar obat yang resisten / Penggunaan obat kombinasi yang penampurannya tidak dilakukan seara baik& sehingga mengganggu bioaailabiliti obat / Penyediaan obat yang tidak reguler& kadang obat datang ke suatu daerah kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan/bulan / Pemakaian obat antituberkulosis ukup lama& sehingga menimbulkan ke'emuan / Pengetahuan pasien kurang tentang penyakit TB / ?asus 7-5/TB ru'uk ke dokter spesialis paru P%*-$##* T$%'(&+)+ R%+)+%* G#*,# !MDR" K+))(#+) OAT *( MDR ?riteria utama berdasarkan data biologikal dibagi men'adi kelompok OT 1.
Obat dengan aktiiti bakterisid aminoglikosid& tionamid dan pira>inamid yang beker'a pada pH asam
2.
Obat dengan aktiiti bakterisid rendah *luorokuinolon
.
Obat dengan akiiti bakteriostatik& etambutol& yloserin dan P+
F&'()*&* Aluorokuinolon (moksi*loksasin& leo*loksasin& o*loksasin digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini/1.
dan
sipro*loksasin)
dapat
R%+)+%*+) +)*Pada pengobataPada pengobatan 7-5 TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam memilih 'enis OT. Tidak e*ekti* memberikan OT dari golongan yang sama atau paduan OT yang berpotensi ter'adi resistensi silang. / Tionamid dan tiosetason 8tionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi ter'adinya resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan. +ering ditemukan resistensi silang antara tionamid dengan tioasetason& galur yang biasanya resisten dengan tiosetason biasanya masih sensiti* terhadap etionamid dan proteonamid. alur yang resisten terhadap etionamid dan proteonamid biasanya 'uga resisten 'uga terhadap tioasetason pada lebih dari 6", kasus. / minoglikosid alur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensiti* terhadap kanamisin dan amikasin. alur yang resisten terhadap kanamisin dapat menyebabkan resisten silang terhadap amikasin. alur yang resisten terhadap kanamisin dan amikasin 'uga menimbulkan resisten terhadap streptomisin. alur yang resisten terhadap streptomisin& kanamisin& amikasin biasanya masih sensiti* terhadap kapreomisin. . 5esisten terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin . 5esisten terhadap kanamisin atau amikasin gunakan kapreomisin / Aluorokuinolon O*loksasin dan sipro*loksasin dapat menginduksi ter'adinya resistensi silang untuk semua *luorokuninolon. tulah sebabnya penggunaan o*loksasin harus hati/hati karena beberapa kuinolon yang lebih akti* (leo*loksasin dan moksi*loksasin) dapat menggantikan o*loksasin di masa datang. / +ikloserin dan teri>idon Terdapat resistensi silang antara dua maam obat ini. Tidak terdapat resistensi silang dengan obat golongan lain. / Hingga saat ini belum ada paduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien 7-5/TB. Pemberian pengobatan pada dasarnya Ftailor madeG& bergantung dari hasil u'i resistensi dengan menggunakan minimal # OT masih sensiti* / Obat lini 2 yang dapat digunakan yaitu golongan *luorokuinolon& aminoglikosida& etionamid& sikloserin& klo*a>imin& amoksilinC as.klaulanat / +aat ini paduan yang dian'urkan ialah OT yang masih sensiti* minimal 2 < OT lini 1 ditambah dengan obat lini 2& yaitu +ipro*loksasin dengan dosis 1""" < 1"" mg atau o*loksasin 0"" < %"" mg (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali sehari) / Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan $aktu yang lama yaitu minimal 1% bulan / Hasil pengobatan terhadap TB resisten ganda ini kurang menggembirakan. Pada pasien non/ H3& konersi hanya didapat pada sekitar ", kasus& sedangkan response rate didapat pada 0, kasus dan kesembuhan pada 0, kasus. / Pemberian obat antituberkulosis yang benar dan penga$asan yang baik& merupakan salah satu kuni penting menegah resisten ganda. ?onsep *irectly Obsered (reatment +hort ,ourse (-OT+) merupakan salah satu upaya penting dalam men'amin keteraturan berobat. / Prioriti yang dian'urkan bukan pengobatan 7-5& tetapi penegahan 7-5/TB Tabel 0. Tingkatan OT untuk pengobatan 7-5/TB Tingkatan Obat minoglikosid a. +treptomisin b. ?anamisin atau amikasin . ?apreomisin
-osis harian
ktiiti antibakteri
1 mgDkg
Bakterisid menghambat organisme yang multiplikasi akti*
5asio kadar punak serum terhadap 7: 2"/" /6. 1"/1
Thiomides (8tionamid protionamid) Pira>inamid O*loksasin 8tambutol +ikloserin P+ asam
1"/2" mgDkg
Bakterisid
2"/" mgDkg
Bakterisid pada pH asam 6./1 mgDkg Bakterisid mingguan 1/2" mgDkg Bakteriostatik 1"/2" mgDkg Bakteriostatik 1"/12 g Bakteriostatik
#/% 6./1" 2./ 2/ 2/# 1""
BAB II PENGOBATAN TUBERKULOSIS PADA KEADAAN KHUSUS A TB MILIER J 5a$at inap J Paduan obat 2 5HI8D # 5H J Pada keadaan khusus (sakit berat)& tergantung keadaan klinis& radiologi dan ealuasi pengobatan& maka pengobatan lan'utan dapat diperpan'ang J Pemberian kortikosteroid tidak rutin& hanya diberikan pada keadaan /
Tanda D ge'ala meningitis
/
+esak napas
/
Tanda D ge'ala toksik
/
-emam tinggi
B. PLEURITIS EKSUDATIA TB !EFUSI PLEURA TB" P#,#* $# 2RH>E/4RH. 8akuasi airan& dikeluarkan seoptimal mungkin& sesuai keadaan pasien dan dapat diberikan kortikosteroid / Hati/hati pemberian kortikosteroid pada TB dengan lesi luas dan -7. / 8akuasi airan dapat diulang bila diperlukan . TB PARU DENGAN DIABETES MELITUS !DM" Paduan OT pada prinsipnya sama dengan TB tanpa -7& dengan syarat kadar gula darah terkontrol / pabila kadar gula darah tidak terkontrol& maka lama pengobatan dapat dilan'utkan sampai 9 bulan / Hati/hati dengan penggunaan etambutol& karena e*ek samping etambutol pada mataN sedangkan pasien -7 sering mengalami komplikasi kelainan pada mata / Perlu diperhatikan penggunaan ri*ampisin karena akan mengurangi e*ektiiti obat oral antidiabetes (sul*onil urea)& sehingga dosisnya perlu ditingkatkan / Perlu kontrol D penga$asan sesudah pengobatan selesai& untuk mengontrol D mendeteksi dini bila ter'adi kekambuhan D. TB PARU DENGAN HI / AIDS
Pada daerah dengan angka prealens H3 yang tinggi di populasi dengan kemungkinan koin*eksi TB/H3& maka konseling dan pemeriksaan H3 diindikasikan untuk seluruh TB pasien sebagai bagian dari penatalaksanaan rutin. Pada daerah dengan prealens H3 yang rendah& konseling dan pemeriksaan H3 hanya diindikasi pada pasien TB dengan keluhan dan tanda tanda yang diduga berhubungan dengan H3 dan pada pasien TB dengan ri$ayat risiko tinggi terpa'an H3. 4adi tidak semua pasien TB paru perlu diu'i H3. Hanya pasien TB paru tertentu sa'a yang memerlukan u'i H3& misalnya a. da ri$ayat perilaku risiko tinggi tertular H3 b. Hasil pengobatan OT tidak memuaskan . 7-5 TB D TB kronik Pemeriksaan minimal yang perlu dilakukan untuk memastikan diagnosis TB paru adalah pemeriksaan BT dahak& *oto toraks dan 'ika memungkinkan dilakukan pemeriksaan :-#. ambaran penderita H3/TB dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. ambaran TB/H3 I*%(+) ,)*) !D4=200/3" +putum mikroskopis +ering positi* TB ekstra pulmonal 4arang 7ikobakterimia Tidak ada Tuberkulin Positi* Aoto toraks 5eaktiasi TB& kaiti di punak denopati hilusD mediastinum Tidak ada 8*usi pleura Tidak ada
I*%(+) * !D4<200/3" +ering negati* =mumD banyak da @egati* Tipikal primer TB milier D interstisial da da
Pengobatan OT pada TB/H3 / Pada dasarnya pengobatannya sama dengan pengobatan TB tanpa H3D-+. / Prinsip pengobatan adalah menggunakan kombinasi beberapa 'enis obat dalam 'umlah ukup dan dosis serta 'angka $aktu yang tepa / Pemberian tiaseta>on pada pasien H3D-+ sangat berbahaya karena akan menyebabkan e*ek toksik berat pada kulit / n'eksi streptomisin hanya boleh diberikan 'ika tersedia alat suntik sekali pakai yang steril. / -esensitisasi obat (@H& ri*ampisin) tidak boleh dilakukan karena mengakibatkan toksik yang serius pada hati / Pada pasien TB dengan H3D-+ yang tidak memberi respons terhadap pengobatan& selain dipikirkan terdapat resistensi terhadap obat 'uga harus dipikirkan terdapatnya malabsorpsi obat. Pada pasien H3D-+ terdapat korelasi antara imunosupresi yang berat dengan dera'at penyerapan& karenanya dosis standar OT yang diterima suboptimal sehingga konsentrasi obat rendah dalam serum / +aat pemberian obat pada koin*eksi TB/H3 harus memperhatikan 'umlah lim*osit :-# dan sesuai dengan rekomendasi yang ada (seperti terlihat pada tabel %) Tabel %. Pengobatan TB/H3 R%)%* ;#*- ,)#*'(#* 7ulai terapi TB
K%%'#*-#* -ian'urkan 5T
7ulai 5T segera setelah terapi TB dapat 8A3 merupakan kontra indikasi untuk ibu hamil atau perempuan usia subur tan ditoleransi (antara 2 minggu hingga 2 bulan) 8A3 dapat diganti dengan Paduan yang mengandung 8A3b&.d
/ +3D5T3 #""D#"" mg 2 kali sehari
/ +3D r 10""D2"" # kali sehari (dalam *ormula so*t gel/sg) atau / !P3D5T3 #""D#"" mg 2 kali sehari
7ulai terapi TB
B: Pertimbangan 5T /
7ulai salah satu paduan di ba$ah ini setelah selesai *ase intensi* (mulai lebi berat) Paduan yang mengandung 8A3b (IT atau d#T) C T: C 8A3 (0"" atau %"" mgDhari) atau
7ulai terapi TB 7ulai terapi TB
/ Paduan yang mengandung @3P bila paduan TB *ase lan'utan tidak menggun atau d#T) C T:C@3P Tunda 5T Perimbangan 5T
?eterangan a. +aat menga$ali 5T harus didasarkan atas pertimbangan klinis sehubungan dengan adanya tanda lain dari imunode*isiensi. =ntuk TB ekstraparu& 5T harus diberikan seepatnya setelah terapi TB dapat ditoleransi& tanpa memandang :-# b. +ebagai alternati* untuk 8A3 adalah +3Dr (#""D#"" mg 2 kali sehari atau g 10""D2"" 1 kali sehari)& !P3Dr (#""D#"" mg 2 kali sehari) dan B: ("" mg 2 kali sehari) . @3P (2"" mg sehari selama 2 minggu diikuti dengan 2"" mg 2 kali sehari) sebagai pengganti 8A3 bila tidak ada pilihan lain. 5e'imen yang mengandung @3P adalah d#TDT:D@3P atau I-3DT:D@3P d. Paduan yang mengandung 8A3 adalah d#TDT:D8A3 dan I-3 D T: D 8A3 e. ?euali pada H3 stadium 3& mulai 5T setelah terapi TB selesai *. Bila tidak ada tanda lain dari imunode*isiensi dan penderita menun'ukkan perbaikan setelah pemberian terapi TB& 5T diberikan setelah terapi TB diselesaikan nteraksi obat TB dengan 53 (nti 5etroirus) Pemakaian obat H3D-+ misalnya >idoudin akan meningkatkan / kemungkinan ter'adinya e*ek toksik OT / Tidak ada interaksi bermakna antara OT dengan 53 golongan nukleosida& keuali -idanosin (dd) yang harus diberikan selang 1 'am dengan OT karena bersi*at sebagai buffer antasida / nteraksi dengan OT terutama ter'adi dengan 5T golongan nonnukleotida dan inhibitor protease. 5i*ampisin 'angan diberikan bersama dengan nel*inair karena ri*ampisin dapat menurunkan kadar nel*inair sampai %2,. 5i*ampisin dapat menurunkan kadar neirapin sampai 6,& tetapi sampai saat ini belum ada peningkatan dosis neirapin yang d irekomendasikan %*)+ ART Tabel 9. Obat 5T
G&*-#* O$# @ukleosida 5T (@s5T)
D+)+
J
bakair (B:)
"" mg 2;Dhari atau #"" mg 1;Dhari
J
-idanosin (ddl)
2" mg 1;Dhari (BBK0" ?g)
J
!amiudin (T:)
1" mg 2;Dhari atau "" mg 1;Dhari
J
+taudin (d#T)
#" mg 2;Dhari (" mg 2;Dhari bila BBK0" ?g)
J Iidoudin (I-3) @ukleotida 5T
"" mg 2;Dhari
J T-A @on nukleosid 5T (@@5T)
"" mg 1;Dhari
J
0"" mg 1;Dhari
8*airen> (8A3)
J @eirapine (@3P) Protease inhibitor (P)
2"" mg 1;Dhari untuk 1# hari kemudian 2"" mg 2;Dhari
J
ndinairDritonair (-3Dr)
%"" mgD1"" mg 2;Dhari
J
!opinairDritonair (!P3Dr)
#"" mgD1"" mg 2;Dhari
J
@el*inair (@A3)
12" mg 2;Dhari
J
+auinairDritonair (+3Dr)
1"""mgD 1"" mg 2;Dhari atau 10"" mgD2"" mg 1;Dhari
J
5itonair (5T3Dr)
?apsul 1"" mg& larutan oral #"" mgD ml.
E. TB PARU PADA KEHAMILAN DAN MENCUSUI / Obat antituberkulosis harus tetap diberikan keuali streptomisin& karena e*ek samping streptomisin pada gangguan pendengaran 'anin / Pada pasien TB yang menyusui& OT dan + tetap dapat diberikan& $alaupun beberapa OT dapat masuk ke dalam +& akan tetetapi konsentrasinya keil dan tidak menyebabkan toksik pada bayi / Pada perempuan usia produkti* yang mendapat pengobatan TB dengan ri*ampisin& dian'urkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal& karena dapat ter'adi interaksi obat yang menyebabkan e*ektiiti obat kontrasepsi hormonal berkurang. / Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan F. TB PARU PADA GAGAL GINAL / 4angan menggunakan streptomisin& kanamisin dan kapreomisin /
/
+ebaiknya hindari penggunaan etambutol& karena $aktu paruhnya meman'ang dan ter'adi akumulasi etambutol. -alam keadaan sangat diperlukan& etambutol dapat diberikan dengan penga$asan kreatinin +edapat mungkin dosis disesuaikan dengan *aal gin'al (::T& ureum& kreatinin)
/
5u'uk ke ahli Paru
G. TB PARU DENGAN KELAINAN HATI / Bila ada keurigaan penyakit hati& dian'urkan pemeriksaan *aal hati sebelum pengobatan / Pada kelainan hati& pira>inamid tidak boleh diberikan / Paduan obat yang dian'urkan (rekomendasi WHO) ialah 2 +H58D0 5H atau 2 +H8D1" H8 / Pada pasien hepatitis akut dan atau klinis ikterik & sebaiknya OT ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan sangat diperlukan dapat diberikan + dan 8 maksimal bulan sampai hepatitis menyembuh dan dilan'utkan dengan 0 5H / +ebaiknya ru'uk ke dokter spesialis paru H. HEPATITIS IMBAS OBAT / dalah kelainan *ungsi hati akibat penggunaan obat/obat hepatotoksik (drug indued hepatitis) / Penatalaksanaan . Bila klinis (C) (kterik QCR& ge'ala mual& muntah QCR) : OAT S . Bila ge'ala (C) dan +OT& +PT E kali& OT stop . Bila ge'al klinis (/)& !aboratorium terdapat kelainan Bilirubin E 2 : OT +top +OT& +PT E kali OT stop +OT& +PT E kali : teruskan pengobatan& dengan penga$asan P#,#* OAT ;#*- ,)#*'(#* /
+top OT yang bersi*at hepatotoksik (5HI) +etelah itu& monitor klinis dan laboratorium. Bila klinis dan laboratorium kembali normal (bilirubin& +OT& +PT)& maka tambahkan H (@H) desensitisasi sampai dengan dosis penuh ("" mg). +elama itu perhatikan klinis dan periksa laboratorium saat @H dosis penuh & bila klinis dan laboratorium kembali normal& tambahkan ri*ampisin& desensitisasi sampai dengan dosis penuh (sesuai berat badan). +ehingga paduan obat men'adi 5H8+ Pira>inamid tidak boleh diberikan lagi
/
/
I. TUBERKULOSIS PADA ORGAN LAIN Paduan OT untuk pengobatan tuberkulosis di berbagai organ tubuh sama dengan TB paru menurut T+& misalnya pengobatan untuk TB tulang& TB sendi dan TB kelen'ar lama pengobatan OT dapat diberikan 9 < 12 bulan. Paduan OT yang diberikan adalah 25HI8 D 6/1" 5H. Pemberian kortikosteroid pada perikarditis TB untuk menurunkan kebutuhan interensi operasi dan menurunkan kematian& pada meningitis TB untuk menurunkan ge'ala sisa neurologis. -osis yang dian'urkan ialah "& mgDkgBBD hari selama /0 minggu.
BAB III KOMPLIKASI Pada pasien tuberkulosis dapat ter'adi beberapa komplikasi& baik sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan. Beberapa komplikasi yang mungikin timbul adalah /
Batuk darah
/
Pneumotoraks
/
!uluh paru
/
agal napas
/
agal 'antung
/
8*usi pleura
BAB I DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE !DOTS" Organisasi ?esehatan -unia (WHO) menyatakan bah$a kuni keberhasilan program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan menerapkan strategi -OT+& yang 'uga telah dianut oleh negara kita. Oleh karena itu pemahaman tentang -OT+ merupakan hal yang sangat penting agar TB dapat ditanggulangi dengan baik. -OT+ mengandung lima komponen& yaitu 1. ?omitmen pemerintah untuk men'alankan program TB nasional 2. Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BT mikroskopis . Pemberian obat 'angka pendek yang dia$asi seara langsung& dikenal dengan istilah -OT (-iretly Obsered Therapy) #. Pengadaan OT seara berkesinambungan . 7onitoring serta penatatan dan pelaporan yang baku Dstandar +aat ini terdapat 0 elemen kuni dalam strategi stop TB yang direkomendasi oleh WHO 1. Peningkatan dan ekspansi -OT+ yang bermutu& meningkatkan penemuan kasus dan penyembuhan melalui pendekatan yang e*ekti* terhadap seluruh pasien terutama pasien tidak mampu 2. 7emberikan perhatian pada kasus TB/H3& 7-5/TB& dengan aktiiti gabungan TB/H3& -OT+/ P!=+ dan pendekatan/pendekatan lain yang relean . ?ontribusi pada sistem kesehatan& dengan kolaborasi bersama program kesehatan yang lain dan pelayanan umum #. 7elibatkan seluruh praktisi kesehatan& masyarakat& s$asta dan nonpemerintah dengan pendekatan berdasarkan )ublic-)riate Mi& (PP7) untuk mematuhi 'nternational +tandards of ( ,are /. 7engikutsertakan pasien dan masyarakat yang berpengaruh untuk berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan yang e*ekti* 0. 7emungkinkan dan meningkatkan penelitian untuk pengembangan obat baru& alat diagnostik dan aksin. Penelitian 'uga dibutuhkan untuk meningkatkan keberhasilan program A. T#* J 7enapai angka kesembuhan yang tinggi J 7enegah putus berobat J 7engatasi e*ek samping obat 'ika timbul J 7enegah resistensi B. P%*-##+#*
Penga$asan terhadap pasien TB dapat dilakukan oleh P#+)%* $%'$# #* Bila pasien mampu datang teratur& misal tiap minggu maka paramedis atau petugas sosial dapat ber*ungsi sebagai P7O. Bila pasien diperkirakan tidak mampu datang seara teratur& sebaiknya dilakukan koordinasi dengan puskesmas setempat. 5umah P7O harus dekat dengan rumah pasien TB untuk pelaksanaan -OT ini Beberapa kemungkinan yang dapat men'adi P7O 1.
Petugas kesehatan
2.
Orang lain (kader& tokoh masyarakat dll)
.
+uamiDstriD?eluargaDOrang serumah
P#+)%* ,)'## +elama pera$atan di rumah sakit yang bertindak sebagai P7O adalah petugas rumah sakit& selesai pera$atan untuk pengobatan selan'utnya sesuai dengan berobat 'alan.
. L#*-(# P%(+#*##* DOT -alam melaksanakan -OT& sebelum pengobatan pertama kali dimulai& pasien diberikan pen'elasan bah$a harus ada seorang P7O dan P7O tersebut harus ikut hadir di poliklinik untuk mendapat pen'elasan tentang -OT
D. P%'+;#'##* PMO •
•
P7O bersedia dengan sukarela membantu pasien TB sampai sembuh selama pengobatan dengan OT dan men'aga kerahasiaan penderita H3D-+. P7O diutamakan petugas kesehatan& tetapi dapat 'uga kader kesehatan& kader dasa$isma& kader PPT& P??& atau anggota keluarga yang disegani pasien
E. T-#+ PMO
•
Bersedia mendapat pen'elasan di poliklinik 7elakukan penga$asan terhadap pasien dalam hal minum obat
•
7engingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai 'ad$al yang telah ditentukan
•
7emberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat seara teratur hingga selesai
•
7engenali e*ek samping ringan obat& dan menasehati pasien agar tetap mau menelan obat
•
7eru'uk pasien bila e*ek samping semakin berat
•
7elakukan kun'ungan rumah
•
•
7engan'urkan anggota keluarga untuk memeriksa dahak bila ditemui ge'ala TB
F. P%*;&#* Penyuluhan tentang TB merupakan hal yang sangat penting& penyuluhan dapat dilakukan seara
PerorangaDndiidu Penyuluhan terhadap perorangan (pasien maupun keluarga) dapat dilakukan di unit ra$at 'alan& di apotik saat mengambil obat dll ?elompok Penyuluhan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok pasien& kelompok keluarga pasien& masyarakat pengun'ung rumah sakit dll #'# %$%')(#* %*;&#* . +esuaikan dengan program kesehatan yang sudah ada . 7ateri yang disampaikan perlu diu'i ulang untuk diketahui tingkat penerimaannya sebagai bahan untuk penatalaksanaan selan'utnya . Beri kesempatan untuk menga'ukan pertanyaan& terutama hal yang belum 'elas . unakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang mudah dimengerti& kalau perlu dengan alat peraga (brosur& lea*let dll) PENATATAN DAN PELAPORAN Penatatan dan pelaporan merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam sistem in*ormasi penanggulangan TB. +emua unit pelaksana pengobatan TB harus melaksanakan suatu sistem penatatan dan pelaporan yang baku. =ntuk itu penatatan dibakukan berdasarkan klasi*ikasi dan tipe penderita serta menggunakan *ormulir yang sudah baku pula. Penatatan yang dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan meliputi beberapa itemD*ormulir yaitu 1. ?artu pengobatan TB ("1) 2. ?artu identiti penderita TB (TB"2) . 5egister laboratorium TB (TB"#) #. Aormulir pindah penderita TB (TB"9) . Aormulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan (TB1") :ara pengisisan *ormulir sesuai dengan buku pedoman penanggulangan TB @asional (P2TB) 4ika memungkinkan data yang ada dari *ormulir TB"1 dimasukkan ke dalam *ormulir 5egister TB (TB"). ###* . Bila seorang pasien TB paru 'uga mempunyai TB di luar paru& maka untuk kepentingan penatatan pasien tersebut harus diatat sebagai pasien TB paru. . Bila seorang pasien ekstraparu pada beberapa organ& maka diatat sebagai ekstraparu pada organ yang penyakitnya paling berat . :ontoh *ormulir terlampir
LAMPIRAN LAMPIRAN I
ALUR DIAGNOSIS P!TB
LAMPIRAN II .INTERNATIONAL STANDARD FOR TUBERCULOSIS CARE 'nternational +tandard for (uberculosis ,are (+T:) merupakan standar yang melengkapi guideline program penanggulangan tuberkulosis nasional yang onsisten dengan rekomendasi WHO. +tandar tersebut bersi*at internasional dan baru di launching pada bulan *ebruari 2""0 serta akan segera dilaksanakan di ndonesia. 'nternational +tandard for (uberculosis ,are terdiri dari 16 standar yaitu 0 estSndar untuk diagnosis & 9 estSndar untuk pengobatan dan 2 standar yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. dapun ke 16 standar tersebut adalah 1. +etiap indiidu dengan batuk produkti* selam 2/ minggu atau lebih yang tidak dapat dipastikan penyebabnya harus diealuasi untuk tuberkulosis 2. +emua pasien yang diduga tenderita TB paru (de$asa& rema'a dan anak anak yang dapat mengeluarkan dahak) harus men'alani pemeriksaan sputum seara mikroskopis sekurang/kurangnya 2 kali dan sebaiknya kali. Bila memungkinkan minimal 1 kali pemeriksaan berasal dari sputum pagi hari . +emua pasien yang diduga tenderita TB ekstraparu (de$asa& rema'a dan anak) harus men'alani pemeriksaan bahan yang didapat dari kelainan yang diurigai. Bila tersedia *asiliti dan sumber daya& 'uga harus dilakukan biakan
dan pemeriksaan histopatologi #. +emua indiidu dengan *oto toraks yang menurigakan ke arah TB harus men'alani pemeriksaan dahak seara mikrobiologi . -iagnosis TB paru& BT negati* harus berdasarkan kriteria berikut negati* paling kurang pada kali pemeriksaan (termasuk minimal 1 kali terhadap dahak pagi hari)& *oto toraks menun'ukkan kelainan TB& tidak ada respons terhadap antibiotik spektrum luas (hindari pemakaian *lurokuinolon karena mempunyai e*ek mela$an 7.tb sehingga memperlihatkan perbaikan sesaat). Bila ada *asiliti& pada kasus tersebut harus dilakukan pemeriksaan biakan. Pada pasien denagn atau diduga H3& ealuasi diagnostik harus disegerakan. 0. -iagnosis TB intratoraks (paru& pleura&?B hilusDmediastinal) pada anak dengan BT negati* berdasarkan *oto toraks yang sesuai dengan TB dan terdapat ri$ayat kontak atau u'i tuberkulinDinter*eron gamma release assay positi*. Pada pasien demikian& bila ada *asiliti harus dilakukan pemeriksaan biakan dari bahan yang berasal dari batuk& bilasan lambung atau induksi sputum. 6. +etiap petugas yang mengobati pasien TB dianggap men'alankan *ungsi kesehatan masyarakat yang tidak sa'a memberikan paduan obat yang sesuai tetapi 'uga dapat memantau kepatuhan berobat sekaligus menemukan kasus/kasus yang tidak patuh terhadap re'imen pengobatan. -engan melakukan hal tersebut akan dapat men'amin kepatuhan hingga pengobatan selesai. %. +emua pasien (termasuk pasien H3) yang belum pernah diobati harus diberikan paduan obat lini pertama yang disepakati seara internasional menggunakan obat yang bioaibilitinya sudah diketahui. Aase a$al terdiri dari @H& ri*ampisin& pira>inamid dan etambutol diberikan selama 2 bulan. Aase lan'utan yang dian'urkan adalah @H dan ri*ampisin yang selama # bulan. Pemberian @H dan etambutol selama 0 bulan merupakan paduan alternati* untuk *ase lan'utan pada kasus yan keteraturannya tidak dapat dinilai tetapi terdapat angka kegagalan dan kekambuhan yang tinggi dihubungkan dengan pemberian alternati* tersebut diatas kususnya pada pasien H3. -osis obat antituberkulosis ini harus mengikuti rekomendasi internasional. 0i&ed dose combination yang terdiri dari 2 obat yaitu @H dan ri*ampisin& yang terdiri dari obat yaitu @H& ri*ampisin& pira>inamid dan yang terdiri dari # obat yaitu @H& ri*ampisin& pira>inamid dan etambutol sangat dian'urkan khususnya bila tidak dilakukan penga$asan langsung saat menelan obat. 9. =ntuk men'aga dan menilai kepatuhan terhadap pengobatan perlu dikembangkan suatu pendekatan yang terpusat kepada p asien berdasarkan kebutuhan pasien dan hubungan yang saling menghargai antara pasien dan pemberi pelayanan. +uperisi dan dukungan harus memperhatikan kesensiti*an gender dan kelompok usia tertentu dan sesuai dengan interensi yang dian'urkan dan pelayanan dukungan yang tersedia termasuk edukasi dan konseling pasien. 8lemen utama pada strategi yang terpusat kepada pasien adalah penggunaan pengukuran untuk menilai dan meningkatkan kepatuhan berobat dan dapat menemukan bila ter'adi ketidak patuhan terhadap pengobatan. Pengukuran ini dibuat khusus untuk keadaan masing masing indiidu dan dapat diterima baik oleh pasien maupun pemberi pelayanan. Pengukuran tersebut salah satunya termasuk penga$asan langsung minum obat oleh P7O yang dapat diterima oleh pasien dan sistem kesehatan serta bertanggung'a$ab kepada pasien dan sistem ke sehatan 1". 5espons terapi semua pasien harus dimonitor. Pada pasien TB paru penilaian terbaik adalah dengan pemeriksaan sputum ulang (2;) paling kurang pada saat menyelesaikan *ase a$al (2 bulan)& bulan ke lima dan pada akhir pengobatan. Pasien dengan BTC pada bulan ke lima pengobatan dianggap sebagai gagal terapi dan diberikan obat dengan modi*ikasi yang tepat (sesuai
standar 1# dan 1). Penilaian respons terapi pada pasien TB paru ekstraparu dan anak/anak& paling baik dinilai seara klinis. Pemeriksaan *oto toraks untuk ealuasi tidak diperlukan dan dapat menyesatkan (misleading) 11. Penatatan tertulis mengenai semua pengobatan yang diberikan& respons bakteriologis dan e*ek samping harus ada untuk semua pasien 12. Pada daerah dengan angka prealens H3 yang tinggi di populasi dengan kemungkinan o in*eksi TB/H3& maka konseling dan pemeriksaan H3 diindikasikan untuk seluruh TB pasien sebagai bagian dari penatalaksanaan rutin. Pada daerah dengan prealens H3 yang rendah& konseling dan pemeriksaan H3 hanya diindikasi pada pasien TB dengan keluhan dan tanda tanda yang diduga berhubungan dengan H3 dan pada pasien TB dengan ri$ayat risiko tinggi terpa'an H3. 1. +emua pasien TB/H3 harus diealuasi untuk menentukan apakah mempunyai indikasi untuk diberi terapi antiretroiral dalam masa pemberian OT.Perenanaan yang sesuai untuk memperoleh obat antiretroiral harus dibuat bagi pasien yang memenuhi indikasi. 7engingat terdapat kompleksiti pada pemberian seara bersamaan antara obat antituberkulosis dan obat antiretroiral maka dian'urkan untuk be rkonsultasi kepada pakar di bidang tersebut sebelum pengobatan dimulai& tanpa perlu mempertimbangkan penyakit apa yang munul lebih dahulu. 7eskipun demikian pemberian OT 'angan sampai ditunda. +emua pasien TB/H3 harus mendapat kotrimoksasol sebagai pro*ilaksis untuk in*eksi lainnya. 1#. Penilaian terhadap kemungkinan resistensi obat harus dilakukan pada semua pasien yang berisiko tinggi berdasarkan ri$ayat pengobatan sebelumnya& pa'anan dengan sumber yang mungkin sudah resisten dan prealens resistensi obat pada komuniti. Pada pasien dengan kemungkinan 7-5 harus dilakukan pemeriksaan kultur dan u'i sensiti*ity terhadap @H& ri*ampisin dan etambutol. 1. Pasien TB dengan 7-5 harus diterapi dengan paduan khusus terdiri atas obat/obat lini kedua. Paling kurang diberikan # maam obat yang diketahui atau dianggap sensiti* dan diberikan selama paling kurang 1% bulan. =ntuk memastikan kepatuhan diperlukan pengukuran yang berorientasi kepada pasien. ?onsultasi dengan pakar di bidang 7-5 harus dilakukan. 10. +emua petugas yang melayani pasien TB harus memastikan bah$a indiidu yang punya kontak dengan pasien TB harus diealuasi (terutama anak usia diba$ah tahun dan penyandang H3)& dan ditatalaksana sesuai dengan rekomendasi internasional. nak usia diba$ah tahun dan penyandang H3 yang punya kontak dengan kasus in*eksius harus diealuasi baik untuk pemeriksaan TB yang laten maupun yang akti* 16. +emua petugas harus melaporkan baik TB kasus baru maupun kasus pengobatan ulang dan keberhasilan pengobatan kepada kantor dinas kesehatan setempat sesuai dengan ketentuan hukum dan kebi'akan yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA 1. WHO Tuberulosis Aat +heet no. 1"#. ailable at httpDD$$$.$ho.Tuberulosis.htm. esed on 7arh & 2""#. 2. lobal tuberulosis ontrol. WHO 5eport& 2"". . 5as'id 5. Pato*isiologi dan diagnostik tuberkulosis paru. -alam usu* & T'okronegoro . Tuberkulosis paru pedoman penataan diagnostik dan terapi. 4akarta& Balai Penerbit A?=& 19%1/11. #. Pedoman @asional Penanggulangan Tuberkulosis& eds 9. 4akarta& -epartemen ?esehatan 5epublik ndonesia& 2"".
. ditama T& !uthni 8. Buku petun'uk teknik pemeriksaan laboratorium tuberkulosis& eds 2. 4akarta& !aboratoirum 7ikrobiologi 5+ Persahabatan dan WHO :enter *or Tuberulosis& 2""2. 0. Hope$ell P:& Bloom B5. Tuberulosis and other myobaterial disease. n 7urray 4A& @adel 4. Te;tbook o* respiratory mediine 2 nd ed. Philadelphia& WB +aunders :o& 199#N1"9/1"". 6. 77urray -@. 7yobateria and noardia. n Baron +. 7edial mirobiology rd ed. @e$ ork& :hurhil !iingstone& 1991N #1/%. %. Besara +& :hather'ee -. !ipid and arbohydrate o* 7yobaterium tuberulosis. n Bloom B5. Tuberulosis. Washington -:& +7 Preess& 199#N2%/"1. 9. 8d$ard :& ?irkpatrik :H. The imunology o* myobaterial disease. m 5e 5espir -is 19%0N1#1"02/61. 1". ndersen B& Brennan P. Proteins and antigens o* 7yobaterium Tuberulosis. n n Bloom B5. Tuberulosis. W ashington -:& +7 Preess& 199#N"6/2. 11. 5osila$ati 7!. -eteksi 7yobaterium tuberulosis dengan reaksi berantai Polimerasa D Polymerase :hain 5eation (P:5). Tesis khir Bidang lmu ?esehatan lmu Biomedik Program Pasa +ar'ana =niersitas ndonesia. 4akarta& 199%. 12. @etter AH. 5espiratory system. n -iertie 7B& Brass . The :iba olletion o* medial illustrations. :B Pharmaeutials :ompany& 19691%9. 1. Winariani. Pedoman penanganan tuberkulosis paru dengan resistensi multi obat (7-5/TB). ?umpulan naskah ilmiah tuberkulosis. Pertemuan lmiah @asional Tuberkulosis P-P& Palembang 1996. 1#. merian Thorai +oiety Workshop. 5apid diagnosti test *or tuberulosis. m 4 5espir :rit :are 7ed& 1996N11%"#/1#. 1. :T -iagnosti. Per*ormane harateristis o* the :T tuberulosis test in :hina& 1996N1/9. 10. :ole 5& !u H7& +hi I& Wang 4& -e Hua T& Ihun T. :linial ealuation o* a rapid immunohromatographi assay based on the % k-a antigen o* 7yobaterium tuberulosis in :hina. Tuberle !ung -is 1990N660/%. 16. 7yodot test kit untuk mendeteksi antibodi terhadap 7yobaterium spp sebagai alat Bantu dalam mendiagnosis TB akti*. 7yodot diagnosa epat tuberulosis. PT. 8nseal Putera 7egatrading. 1%. ?elompok ?er'a TB/H3 Tingkat Pusat. Prosedur tetap penegahan dan pengobatan tuberkulosis pada orang dengan H3 D -+. 4akarta& -epartemen ?esehatan 5& 2"". 19. +oepandi PI. +top mutation $ith *i;ed dose ombinantion. -epartemen o* 5espiratory 7ediine& Aaulty o* 7ediine& =niersity o* ndonesia Persahabatan Hospital& 4akarta/ndonesia. 2". +oepandi PI. Penatalaksanaan kasus TB dengan resistensi ganda (7ulti -rug 5esistaneD7-5). Bagian Pulmonologi dan lmu ?edokteran 5espirasi A?=& 5+ Persahabatan / 4akarta. 21. ?haled @& 8narson -. Tuberulosis a manual *or medial students. WHO& 2"". 22. Treatment o* Tuberulosis. uidelines *or @ational Programmes rd ed. WHO < enea& 2"". 2. Pedoman Pengobatan ntiretroiral (5T) di ndonesia. -epartemen ?esehatan 5 -irektorat 4enderal Pemberantasan Penyakit 7enular dan Penyehatan !ingkungan& 2""#. 2#. Prihatini +. -iretly obsered treatment shortourse. +imposium tuberulosis terintegrasi. ?egiatan dies natalis =niersitas ndonesia ke/#9. A?=& 4akarta