TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS KONTAP WANITA (MOW) Dosen Pengampu: Ratifah, SST, M.Kes
Disusun Oleh : Aditya Antony
(P17420209001) (P174202090 01)
Iis Prihastuti Prihastuti
(P17420209015) (P17420209015)
Kuat Prasetyo
(P17420209019) (P17420209019)
Kukuh Pambudi
(P17420209020) (P174202090 20)
Maritha Wahyu R
(P17420209025) (P174202090 25)
Siti Solikhah
(P17420209039) (P17420209039) Kelas 2A
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO 2011
BAB I PENDAHULUAN
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi pertumbuhan penduduk yang terlalu pesat. Upaya yang telah dilakukan, antara lain dibuatnya undangundang perkawinan dan diberlakukannya program Keluarga Berencana. Keluarga Berencana merupakan program pemerintah yang bertujuan antara lain meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Program ini dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya kehamilan pada ibu. Oleh karena itu, dikenal istilah kontrasepsi. Kata ini berasal dari kata kontra yang berani melawan, dan konsepsi berarti pembuahan. Jadi, kontrasepsi dapat diartikan sebagai usaha mencegah pertemuan sel sperma dan sel telur agar tidak terjadi pembuahan. Untuk keperluan itu, berbagai alat dan cara kontrasepsi digunakan dalam teknik tersebut, antara lain kondom pada pria, diafragma pada wanita, dan IUD (Intra Uterine Device) dalam bentuk spiral pada wanita. Ketiga alat kontrasepsi tersebut berfungsi mencegah bertemunya sperma dengan sel telur sehingga tidak terjadi proses pembuahan. Cara lain yang digunakan untuk mencegah bertemunya sperma dengan sel telur adalah dengan sterilisasi. Cara ini bersifat permanen, karena orang yang menggunakan cara ini tidak akan rnempunyai anak lagi. Kontrasepsi ini dilakukan dengan cara operasi pada saluran kelamin, baik pada pria maupun wanita. Pada pria dikenal dengan vasektomi atau MOP (Metode Operasi Pria), sedangkan pada wanita disebut tubektomi atau MOW (Metode Operasi Wanita). Biasanya cara sterilisasi ini dilakukan oleh ibu yang tidak memungkinkan untuk hamil lagi karena faktor kesehatan ibu dan bayi. Dari kedua jenis kontrasepsi mantap diatas kami akan membahas mengenai MOW ( Metode Operasi Wanita ) yaitu tubektomi.
BAB II ISI
A. PENGERTIAN
Kontrasespsi
mantap
merupakan
terjemahan
dari
bahasa
Inggris
secure
contraception. Nama lain dari kontap adalah sterilisasi (sterilization) atau kontrasepsi operatif(surgical operatif(surgical contraception). contraception). Kontrasepsi mantap (kontap ) adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas dan dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami suami isteri atas permintaan yang yang bersangkutan secara secara mantap dan sukarela. Kontap dapat diikuti baik oleh oleh wanita maupun pria. Tindakan kontap pada wanita disebut kontap wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita ). Kontrasepsi mantap mantap pada pada wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita) Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen (Saifu ddin, ddin, 2003). Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang tidak akan mendapat keturunan lagi (Prawirohadjo, 2002). Selain pengertian pengertian diatas tubektomi tubektomi juga dapat dapat diartikan sebagai suatu suatu tindakan memotong tuba Fallopii / tuba uterina. Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterina dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur hidup. (http://kuliahbidan.wo ( http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/kon rdpress.com/2008/07/17/kontrasepsi-mantap-untuk trasepsi-mantap-untuk-wanita/)) wanita/ B.
CARA TINDAKAN
Tubektomi (MOW) menyebabkan perjalanan sel telur terhambat karena saluran sel telur tertutup.
Pada prinsipnya tubektomi dilakukan dengan membuat buntu atau oklusi tuba uterine. Pendekatannya dapat dilakukan dengan operasi baik operasi kecil (laparatomi mini) ataupun bersamaan dengan operasi sesar (seksio caesaria). Oklusi tuba dapat dilakukan secara laparoskopik. Tuba dibuat buntu dengan memasang cincin plastic (falopering) atau memasang klip atau dengan menggunakan kalter listrik. Pada dasarnya sterilisasi laparoskopi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih nyaman untuk klien. Pada awal tahun 1990-an dilakukan uji coba penutupan tuba dengan menggunakan pellet kuinakrin dan hasilnya cukup menjanjikan sebagai alt ernative sterilisasi wanita tanpa operasi. Ada 4 cara tindakan untuk mencapai tuba uterina yaitu laparatomi biasa, laparotomi mini, kolpotomi dan laparoskopi : a. Laparatomi Biasa Tindakan ini paling banyak dilakukan pada tubektomi di Indonesia sebelum tahun 70-an. Tubektomi dengan tindakan laparatomi biasa dilakukan terutama pasca persalinan. Selain itu, dapat dilakukan bersamaan dengan seksio sesarea. b. Laparatomi Mini Tindakan ini paling mudah dilakukan 1-2 hari pasca persalinan. Saat itu, uterus masih besar, tuba uterina masih panjang dan dinding perut masih longgar sehingga mudah dalam mencapai tuba uterina dengan sayatan kecil 1-2 cm dibawah pusat. Pasien dibaringkan. Lipatan kulit dibawah pusat yang berbentuk bulan sabit ditegangkan antara 2 buah doek klem hingga menjadi lurus. Pada tempat lipatan itu, dilakukan sayatan kecil 1-2 cm sampai hampir menembus rongga peritoneum.
c. Kolpotomi Kolpotomi ada dua jenis yaitu: 1. Kolpotomi posterior(culdotomy) posterior(culdotomy) a. Cara ini yang sering dipakai b. Cul-de-sac atau cavum douglas, yang terletak diantara dinding depan rectum dan dinding belakana uterus, dibuka melalui vagina untuk sampai pada tuba fallopii. Prosedur kolpotomi posterior : 1) Persiapan pre-operatif Pengosongan kandung kencing sendiri(sebaiknya jangan dilakukan kateterisasi) Tindakan antisepsis pada perineum, vulva, dan vagina dilakukan dengan penderita dalam posisi lithotomi 2) Neurolept-analgesia+anastesi Neurolept-analgesia+anastesi local lo cal Anestetik local disuntikkan pada pangkal ligamentum sacro-uterinum sacro-uterinum 3) Insisi dinding vagina transversal sepanjang 3-5cm dengan gunting atau scalpel Insisi vertical menyebabkan timbulnya jaringan parut di fornix posterior dengan akibat timbul dyspareunia. 2. Kolpotomi anterior a. Sudah jarang dilakukan pada saat sekarang (di Jepang yang masih suka melakukannya) b. Tuba fallopii dicapai melalui peritoneum vesico-uterina. c. Dibuat insisi vertical pada fornix anterior vagina, kandung kencing didorong, peritoneum dibuka, kemudian uterus diputar sehingga terlihat tuba falopii. d. Cara ini lebih sulit dan resiko perlukaan kandung kencing lebih besar dibandingkan dengan kolpotomi posterior. e. Mungkin dalam kasus-kasus tertentu, cara ini berguna misalnya bila ada sistokel, dilkukan kolpotomi anterior untuk kontap sambil sekaligus memperbaiki sistokelnya.
d. Laparoskopi Laparoskopi Laparoskopi adalah melihat isi rongga perut dengan menggunakan lensa, sejenis teleskop. Laparoskopi bisa bersifat diagnostik, hanya sekedar melihat, tetapi bisa juga untuk sebuah tindakan operasi sterilisasi wanita yakni menutup tuba dengan bantuan laparoskop. Laparoskopi bukan merupakan operasi terbuka sehingga resiko infeksi lebih rendah asal semua syarat asepsis diperhatikan. Laparoskopi tidak boleh dikerjakan pada wanita yang pernah mengalami operasi laparotomi karena adanya perlengketan pada organ dalam menyebabkan usus mudah terluka terutama pada saat memasukkan trokal.
Pada dasarnya dasarnya ada dua cara untuk menutup menutup tuba tuba secara
Laparoskopik yakni secara elektris dan mekanis. Secara elektrik satu segmen tuba sepanjang 3-4 cm di daerah isthmus, dijepit dengan penjepit yang beraliran listrik. Dengan
cara
ini
segmen
tuba
yang
terjepit
akan
mengalami
koagulasi
(
electrocoagulation ). Secara mekanik tuba di buntu dengan memasang sebuah klip atau cincin yang terbuat dari karet silikon. Cara oklusi tuba falopii
Cara oklusi tuba falopii adalah dengan ligasi tuba falopii. Ligasi atau pengikatan tuba falopii untuik mencegah perjalanan dan pertemuan spermatozoa spermatozoa dan ovum . tekhnik ligasi tuba falopii antara lain: 1. Ligasi biasa Ligasi biasa jarang dikerjakan lagi sekarang karena angka kegagalan tinggi. Pernah dicoba untuk melakukan ligasi dengan dua ikatan tetapi menyebabkan terjadinya hydrosalpinx hydrosalpi nx diantara diantara dua ikatan sehingga cara ini tiadak dipakai lagi. 2. Ligasi +penjepitan tuba falopii Teknik Madlener Bagian tengah tuba falopii diangkat sehingga membentuk suatu loop. Dasar dari loop dijepit dengan klem kemudian diikat dengan benang yang tidak diserap(silk,silicon). 3. Ligasi + pembelahan/pembagian p embelahan/pembagian+penanaman +penanaman Ada dua teknik ligasi ini, yaitu : Teknik irving
a. Tuba falopii diikat pada 2 tempat dengan benang yang dapt diserap kemudian dibagi diantara kedua ikatan. b. Ujung atau puntung proximal ditanamkan dalam myometrium uterus
c. Ujung atau puntung distal ditanamkan kedalam mesosalpinx Teknik wood
a. Pars ampularis tuba falopii dibelah /dibagi(division) b. Kedua ujung atau puntung yang dibelah atau dibagi diikat dengan benang yang dapat diserap c. Ujung /puntung medial ditanamkan kedalam kantong yang dibuat dalam mesosalpinx. Teknik Cooke Suatu segmen tuba fallopii dijepit dan dirusak, kemudian ujung proximal ditanamkan dalam li gamentum rotundum. 4. Ligasi + Reseksi tuba fallopii Ada empat teknik dalam ligasi ini, yaitu : a. Salpingektomi
Sebagai suatu cara kontap wanita yang biasa / rutin , tidak / jarang dikerjakan karena prosedurnya luas, reversibilitas tidak ada dan morbiditas lebih tinggi ( perdarahan ) b. Teknik Pomeroy
1) Merupakan teknik kontap wanita yang paling sering dikerjakan. Bagian tengah tuba fallopii dijepit dengan klem lalu dia ngkat sehingga membentuk membentuk suatu loop. Dasar dari loop diikat dengan benang yang dapat diserap ( plain catgut ). Bagian loop diatas ikatan dipotong. 2) Dengan diserapnya benang ikatan maka ujung-ujung tuba fallopii akan saling terpisah. 3) Teknik Pomeroy memusnahkan tuba fallopii sepanjang kurang lebih 3-4 cm. Gambar teknik pomeroy
. Teknik Pritchard¶s = Teknik Parkland
c
1)
Suatu segmen kecil dari tuba fallopii dipisahkan dari mesosalpinx.
2)
Masing-masing ujung dari segmen tersebut diikat dengan benang chromic kemudian dipotong diantara kedua ikatan dan segmen tuba fallopii dibuang.
d. Fimbriektomi Fimbriektomi Kroener
Bagian 1/3 distal tuba fallopii diikat dengan dua ikatan benang silk dan ujung fimbrae dieksisi. Pada teknik ini tidak didapatkan gangguan suplai darah ovarium. 5. Ligasi + Reseksi + Penanaman tuba fallopii Ada dua teknik dalam ligasi ini,yaitu : a. Reseksi Cornu
Merupakan prosedur yang ekstensif yang memerlukan laparotomi. Utero tubal junction diikat dengan benang yang dapat diserap. Insisi tuba fallopii proximal dari ikatan, membebaskannya dari mesosalpinx kemudian membuang 1 cm dari tuba fallopii. Myometrium uterus disekitarnya dieksisi terbentuk baji(
untuk mencegah endometriosis dan kehamilan ektopik ) dan bagian proximal dari segmen distal tuba fallopii ditanam kedalam ligamentum latum. b. Teknik Uchida
1)
Larutan garam fisiologis- adrenalin ( 1 : 1000 ) disutikan dibawah serosa pars ampularis, sehingga terjadi spasme vaskuler local dan pembengkakan dari mesosalpinx, dan terjadi pemisahan dari permukaan serosa dengan bagian muskularis tuba fallopii.
2)
Serosa diinsisi dan dibebaskan kebelakang.
3)
Segmen sepanjang 5 cm dari bagian proximal tuba fallopi diputuskan / dipotong, ujung yang pendek diikat dengan benang yang tidak diserap dan segmen tuba fallopii dibuang. Maka ujung tuba fallopii yang telah diikat secara otomatis membenamkan dirinya dibawah serosa .
4)
Pinggir dari insisi serosa dikumpulkan sekitar ujung distal tubafallopii dan diikat secara ikatan rangkaian kantong sehingga tuba fallopii ditinggalkan menonjol ke dalam cavum abdomen.
Elektro-koagulasi / termo koagulasi (fulgurasi)
Elektro-koagulasi adalah tindakan membakar suatu segmen dari tuba falopi dengan arus listrik frekuensi tinggi atau dengan panas, sehingga terjadi oklusi dari tuba falopii. Dikenal 2 macam elektro-koagulasi : a. Elektro-koagulasi Uni polar -
Dikembangkan pada tahun 1960 an
-
Arus listrik mengalir dari forsep laparoskop melalui tubuh wanita ke suatu lempeng logam yang diletakan di bawah bokong atau paha wanita.
-
Bahaya koagulasi Unipolar dapat terjadi luka bakar pada jaringan atau organ lain, terutama luka bakar usus
-
Elektro-koagulasi Uni polar merusak 20-50 % dari tuba falopi
b. Elektro-koagulasi Elektro-koagulasi Bipolar -
Dikembangkan pada tahun 1970an, untuk mengurangi terjadinya luka bakar usus.
-
Arus listrik mengalir di antara kedua jepitan dari forsep laparoskop sehingga hanya sebagian kecil saja dari tuba falopi yang terlibat.
Thermo-koagulasi
Merusak Tuba falopi dengan panas sehingga shock dan luka bakar elektrik tidak terjadi pada jaringan/organ lain.Thermo-koagulasi belum banyak dipakai dan efektivitasnya masih belum diketahui dengan jelas. Dengan memakai aliran listrik voltase rendah (6 volt ) ata u temperature rendah(umumnya rendah(umumnya 0
<140 C), resiko terjadinya luka pada jaringan/organ sekitarnya dapat dikurangi. dikurangi.
Tubal Clips
Tubal clips tidak dipakai sesering seperti ligasi atau fulgurasi tuba fallopi disebabkan karena angka kegagalannya cukup tinggi. Tubal clips dipasang pada isthmus tuba falopii 2-3 cm dari uterus melalui laparotomi, laparotomi, laparoskopi, kolpotomi atau kuldoskopi. Tubal clips menyebabkan kerusakan yang lebih sedikit/ kecil pada tuba falopii (kirakira 4 mm)dibandingkan cara-cara oklusi tuba falopii lainnya. Dengan tubal clips, kerusakan tuba falopii < 1 cm dibandingkan denagan 1-3 cm pada tubal rings, 3-4 cm pada pomeroy dan 3-6 cm elektrokoagulasi. Macam-macam tubal clips: 1. Tantalum hemo-clips Terbuat dari tantalum, suatu logam yang tidak bereaksi dengan jaringan(non tissue reactive), mempunyai alur-alur pada bagian dalamnya agar lebih kuat menjepit tuba falopii. Tantalum hemo-clips kurang efektif, dengan angka kegagalan lebih dari 10 % yang disebabkan karena: -
Terlepas/merosot Terlepas/merosot dari t uba falopii
-
Klips membuka sedikit sehingga timbul lagi tubal patensi (mungkin disebabkan oleh tekanan sekresi intra luminal yang meninggi )
-
Klips memutuskan/ memotong tuba falopi sehingga t erjadi erjadi rekanalisasi r ekanalisasi..
Untuk mengurangi angka kegagalan dan mempertinggi efektivitasnya dicoba dengan
memasang
dua
tubal
clips
pada
masing-masing
tuba
falopii(wheeless dan penelitian-penelitian lain) tetapi ternyata angka kegagalannya masih tetap tinggi. t inggi. 2. Spring - loaded clips Ditemukan dan dipakai awal 1970-an oleh Hulka- Clemens. Terdiri dari 2 rahang bergigi palstik yang dipegang oleh suatu pegas stainless steel yang harus didorong kedepan agar cipsnya menutupi dan menjepit tuba falopii, bila dipasang dengan benar angka kegagalan < 0,5 per 100 wanita dengan model spring loaded clips
mutahkir(dikanal mutahkir( dikanal dengan sebagai
Rocket Clips di inggris dan dan Wolf Clips di
amerika serikat). Morbiditas dengan tuba clips hanya minor saja: -
Reflex vaso-vagal seperti mual, pingsan, brankhikardia dan hipotensi.
-
Nyeri atau kejang perut.
3. Filshie=nothingham clips a. Dikembangkan pada tahun 1973 oleh G.M Filshie, terbuat dari titanium dengan permukaan dalam clips dilapisi silicon. b. Setelah dipasang pada tuba falopii silicon akan ditekan sehingga terjadi atrofi jaringan tuba falopii, yang disusul dengan mengembangnya silicon sehingga tuba falopii tetap t etap tersumbat. c. Terdapat 6 model Filshie clips yang telah dicoba pada > 10.000 wanita di seluruh dunia dengan angka kegagalan 0,6 per 100. Pada model mutakhir filishe clips yaitu Mark-6, angka kegagalan lebih rendah lagi yaitu hanya 1 kehamilan pada 1.200 wanita. Sejak januari 1983 telah dilakuakan 43.000 kontap wanita. Dengan Mark-6 clips dan dilaporkan terjadi hanya 20 kehamilan.
Gambar filshie clips
4. Bleier Clips a. Dikembangkan awal 1970-an oleh W.Bleier di jerman mempunyai panjang 10 mm dan lebar 4 mm terbuat dari plastic b. Sekarang bleier clips tidak dibuat dan tiadak dipakai lagi oleh karena angka kegagalannya yang tinggi sekali dan sering timbul persoalan-persoalan dengan aplikatornya.
Tubal bands = tubal ring
Dikenal juga sebagai: sebagai: Falope ring = Yoon band = silastic band. Dikembangkan tahun 1973 oleh In Bae Yoon (John Hopkins School of Medicine), berbentuk cincin silicon berdiameter (dalam) 1 mm yang telah diapasang dengan aplikatornya akan kembali 90-100 % keukuran aslinya asal saja tidak teregang 6 mm. tubal ring dapat dipakai pada minilaparatomi, laparoskopi, dan cara trans vaginal dan pada ampula atau ampulari isthmic junction, 2-3 cm dari uterus. Tubal ring merusak tuba falopii sepanjang 1-3 cm. C.
KEUNTUNGAN
Secara umum keuntungan kontap wanita dibandingkan dengan kontrasepsi lain adalah : 1. Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan cara kontrasepsi lain 2. Lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja 3. Lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil dan merupakan cara kontrasepsi yang permanen per manen 4. Lebih ekonomis, karena hanya memrlukan biaya untuk satu kali tindakan saja Secara khusus keuntungan kontap wanita adalah : 1. Sangat efektif dan ³permanen´ 2. Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99% 3. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang 4. Tidak mempengaruhi proses menyusui 5. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local 6. Tidak menggangu hubungan seksual
D. KERUGIAN
1. Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan 2. Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan 3. Klien dapat menyesal dikemudian hari 4. Risiko komplikasi kecil (meningkat bila digunakan anestesi umum) 5. Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan 6. Dilakukan oleh dokter yang terlatih 7. Tidak melindungi melindungi diri dari Infeksi Menular Seksual (IMS)
E. SYARAT
Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat, yaitu: 1.
Sukarela Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela menerima pelayanan kontap; artinya secara sadar dan dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai cara kontrasepsi
2.
Bahagia Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia; artinya : a.
Calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah tela h dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan jasmani.
b.
Bila hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang terkecil paling sedikit umur sekitar 2 tahun.
c. 3.
Umur isteri paling muda sekitar 25 tahun.
Kesehatan Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan; artinya tidak ditemukan adanya hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontap. Oleh karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah cukup sehat untuk dikontap atau tidak. Selain itu juga setiap calon peserta kontap harus mengikuti konseling (bimbingan tatap muka) dan menandatangani formulir persetujuan tindakan medik (Informed Consent)
F.
WANITA YANG DAPAT MENJALANI
1.
Usia lebih dari 26 tahun
2.
Sudah punya anak cukup (2 anak), ank terkecil harus berusia minimal 5 (lima) tahun
3.
Yakin telah mempunyai keluarga yag sesuai dengan kehendaknya
4.
Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
5.
Ibu pascapersalinan
6.
Ibu pasca keguguran
G. WANITA YANG SEBAIKNYA TIDAK MENJALANI
1.
Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai) dicurigai)
2.
Menderita tekanan darh tinggi
3.
Kencing manis (diabetes)
4.
Penyakit Penyakit jantung
5.
Penyakit Penyakit paru-paru
6.
Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi)
7.
Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol)
8.
Ibu yang tidak boleh menjalani pembedahan
9.
Kurang pati mengenai keinginannya untuk fertilisasi di masa depan
10. Belum memberikan persetujuan tertulis
H.
WAKTU PELAKSANAAN
1. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil 2.
Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi
3.
Pascapersalinan -
Minilap: di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau ata u 12 minggu
-
Laparoskopi: Laparoskopi: tidak tepat unntuk klie-klien pasca persalinan
4. Pasca keguguran -
Triwulan Triwula n pertama: perta ma: dalam wakru 7 hari sepanjang sepanja ng tidak tida k ada bukti infeksi pelvik)
minilap atau laparoskopi) -
Triwulan Triwula n kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik
(minilap saja)
I.
TEMPAT PELAYANAN
Rumah sakit. Jika ada keluhan, pemakai harus ke Rumah Sakit
J.
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap wanita adalah: 1.
Puasa mulai tengah malam malam sebelum sebelum operasi, operasi, atau sekurang-kurangnya sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi. Bagi calon akseptor yang menderita Maag (kelaianan lambung agar makan obat maag sebelum dan sesudah puasa
2.
Mandi dan membersihkan membersi hkan daerah kemalua kemaluan n dengan sabun mandi sampai bersih, dan juga daerah perut bagian bawah
3.
Tidak memakai perhiasan, kosmeti kosmetik, k, cat kuku, dll
4.
Membawa surat surat perset persetujuan ujuan dari suami yang sudah ditandatangani ditandata ngani atau di cap jempol
5.
Menjelang Menjelan g operasi harus kencing terlebih terlebi h dahulu
6.
Datang ke rumah ruma h sakit tepat pada pada waktunya, dengan ditemani anggota anggot a keluarga; sebaiknya suami.
K.
PERAWATAN SETELAH TINDAKAN
1.
Istirahat selama 1-2 hari dan hindarkan hindar kan kerja berat berat selama 7 hari
2.
Kebersihan harus harus dijaga terutama teruta ma daerah luka operasi jangan sampai terkena air selama 1 minggu (sampai benar -benar kering)
3.
Makanlah obat yang diberikan diberika n dokter secara teratur sesuai petunjuk
4.
Senggama boleh dilakukan setelah setela h 1 minggu, yaitu setelah luka operasi operasi kering. Tetapi bila tubektomi dilaksanakan setelahmelahirkan atau kegugurang, kegugurang, senggama baru boleh dilakukan setelah 40 hari zietraelmart.multiply.com/journal/item/58
L.
KOMPLIKASI
Komplikasi akibat sterilisasi dapat dibagi dalam dua kategori yakni komplikasi akibat anestesi dan komplikasi akibat tindakan operasi. Komplikasi akibat anestesi antara lain adalah perasaan mual sampai muntah, pusing, pneumonia aspirasi, alergi sampai shock anafilaksis ( terutama terhadap lidokain ) dan pada keadaan yang sangat, dapat berakibat kematian. Oleh karena itu, persiapan minimal dalam sebuah tindakan sterilisasi adalah tersedianya obat anti anafilaksis ( adrenalin, antihistamin, kortikosteroid, dopamin ) cairan infus dan oksigen.
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan operasi oleh WHO dibagi dalam komplikasi minor dan komplikasi mayor. Komplikasi minor antara lain adalah rasa sakit pada tempat irisan, demam, perdarahan ringan, dan infeksi luka maupun PRP yang tidak memerlukan pemondokan. Komplikasi mayor adalah perdarahan banyak yang membutuhkan operasi lebih jauh dan atau transfusi, perlukaan usus, atau kandung kencing, infeksi panggul berat, sepsis dan kematian. Komplikasi minor bervariasi antara 1,5 % (PRP ringan ), 2 % ( infeksi pada luka irisan ) Sampai 18,6 % ( sakit ditempat irisan ). PRP dan infeksi luka irisan dengan mudah dapat diatasi dengan pemberian antibiotika sedang rasa sakit dengan analgesika. Perdarahan dapat terjadi baik dari tempat irisan maupun dari mesosalpink dan jarang memerlukan tambahan transfusi. Komplikasi mayor bervariasi antara 0,5 % - 1,5 % sedang kematian kematian karena sterilisasi wanita bervariasi antara 3-9 per 100.000 wanita, meskipun beberapa negara pernah melaporkan angka kematian yang sangat tinggi yakni 99 ( Bangladesh ), 76 ( India ), dan 71 ( Thailand ) masing-masing per 100.000 wanita. Di Indonesia kematian akibat sterilisasi wanita bervariasi antara 2-30 per 100.000 wanita. Sebab kematian pada umumnya adalah komplikasi anestesi, perdarahan dan infeksi. Bagaimanapun angka kematian akibat sterilisasi wanita masih lebih kecil ketimbang angka kematian maternal, yang di Indonesia masih cukup tinggi, yakni antara 360-400 ribu per 100.000 persalinan. Efek samping jangka panjang ( late side effect ) adalah penyesalan ( regret ) yang telah dibicarakan didepan. Pengobatannya sangat sukar, tetapi pencegahannya justru lebih mudah yakni dengan konseling yang sebaik-baiknya.
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian Dilakukan pada tanggal««««« A. Identifikasi pasien dan penanggung jawab B. Keluhan utama Penderita datang pada tanggal««..jam««.ingin menjadi akseptor KB kontap ( tubektomi ) C. Riwayat KB Riwayat KB sebelumnya yang digunakan D. Riwayat penyakit dahulu Penyakit keturunan, menular dan berat E. Riwayat keluarga Penyakit keturunan, menular, dan berat F. Riwayat haid Menarche, lama haid, siklus, banyaknya, dismenorhea, dismenorhea, keputihan G. Riwayat perkawinan Umur waktu perkawinan, berapa kali, berapa lama H. Riwayat psikososial Ketidaktahuan ibu tentang kontrasepsi ( tubektomi ) I. Kebiasaan sehari ± hari Nutrisi, eliminasi, PH, istirahat, tidur, spiritual J. Pemeriksaan fisik 1)
System kardiovaskular : untuk mengetahui tanda ± tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, edema, dan kelainan bunyi jantung
2)
System hematologi : untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan perdarahan, mimisan, splenomegali.
3)
System urogenital : ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang .
4)
System musculoskeletal : untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakan, sakit pada tulang sendi, dan terdapat fraktur atau tidak. tida k.
K. Pemeriksaan penunjang 1)
Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi
2)
Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca bedah.
II.
Diagnosa keperawatan A. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi pada abdomen bawah post operasi tubektomi B. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder terhadap nyeri C. Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive tubektomi
III.
Intervensi Keperawatan A. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi pada abdomen bawah post operasi tubektomi y
Tujuan Nyeri berkurang / hilang
y
Kriteria Hasil Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat
y
Intervensi 1. Kaji skala nyeri lokasi,karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat. R : Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien. 2. Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler R : Berguna dalam pengawasan dan keefisian obat, kemajuan penyembuhan, perubahan dan karakteristik nyeri. 3. Berikan aktivitas hiburan R : Meningkatkan relaksasi 4. Kolaborasi tim dokter dalam pemberian analgetik R : Menghilangkan nyeri
B. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder terhadap nyeri y
Tujuan Toleransi aktivitas
y
Kriteria Hasil 1. Klien dapat bergerak tanpa pembatasan 2. Tidak berhati-hati dalam bergerak
y
Intervensi 1. Catat respon emosi terhadap mobilitas R : Imobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan 2. Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan kli en R : Menghindari risiko cidera. 3. Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif R : Memperbaiki mekanika tubuh 4. Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan R : Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.
C. Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive tubektomi y
Tujuan Infeksi tidak terjadi
y
Kriteria Hasil Tidak terdapat tanda tanda infeksi dan peradangan
y
Intervensi 1. Ukur tanda vital R : Untuk mendeteksi secara dini gejala a wal terjadinya infeksi 2. Observasi tanda tanda infeksi R : Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah 3. Lakukan perawatan luka dengan menggunakan prinsip septik dan aseptic R : Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran infeksi 4. Observasi luka insisi R : Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kontrasepsi mantap pada pada wanita
atau
MOW (Metoda (Metoda Operasi Wanita) Wanita) atau
tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Ada 4 cara tindakan untuk mencapai tuba uterina yaitu: a. Laparatomi biasa b.
Laparotomi mini
c.
Kolpotomi
d.
Laparoskopi
Keuntungan kontap wanita wanita adalah a dalah : a.
Sangat efektif dan ³p ermanen´
b.
Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
c.
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
d.
Tidak mempengaruhi proses menyusui
Syarat Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat, yaitu : 1.
Sukarela
2.
Bahagia
3.
Kesehatan
B. Saran
Kontap merupakan salah satu alternative yang dapat dilakukan oleh wanita untuk mencegah terjadinya pembuahan. Oleh karena itu bagi para wanita yang tidak ingin memiliki keturunan lagi dapat melakukan KB dengan menggunakan kontap ( tubektomi ).
DAFTAR PUSTAKA
Emilia, Ova, dkk. 2001. T eknologi eknologi Kontrasepsi. Kontrasepsi . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hartanto, Hanafi. 1991. Keluarga 1991. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Kontrasepsi . Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC. Wiknjosastro, Wiknjosastro, Hanifa.1999. Ilmu Ilmu Kebidanan, ed. III. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed 3. Jakarta : EGC. Nanda. 2005. Diagnosis 2005. Diagnosis Keperawatan Nanda: Definisi & Klasifikasi 2005-2006 . 2005-2006 . Jakarta : prima Medika. http://www.kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/1 http://www.kuliahbidan .wordpress.com/2008/07/17/kontrasepsi-mantap-un 7/kontrasepsi-mantap-untuk-wanita/ tuk-wanita/