TUGAS TUTORIAL 1
Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran di SD
Pokok Bahasan : 1. Konsep dasar penilaian dalam
Pembelajaran
2. Jenis dan fungsi dalam pembelajaran
3. Keunggulan dan kelemahan tes
4. Mengembangkan tes
5. Perencanaan Tes
Tutor Pengembang Soal : Febry Irsiyanto W. U, M.Pd
Masa Tutorial : 2015.2
No Soal : 1,2,3,4,5
Skor Maksimal :
Jenis Tugas : Penguasaan Konsep
KOMPETENSI KHUSUS
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep dasar penilaian dalam Pembelajaran
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Jenis dan fungsi dalam pembelajaran
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Keunggulan dan kelemahan tes
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Mengembangkan tes
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Perencanaan Tes
TUGAS TUTORIAL 1
Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran di SD
Soal no. 1
Jelaskan mengenai pengukuran, asesmen dan evaluasi!
Soal no. 2
Jelaskan tentang jenis dan fungsi penilaian dalam pembelajaran!
Soal no. 3
Jelaskan tentang keunggulan dan kelemahan tes objektif:
Soal no. 4
Sebutkan dan jelaskan secara ringkas hal-hal yang perlu
diperhatikan pada saat mengkonstruksi tes uraian!
Soal no. 5
Sebutkan hal penting yang harus diperhatikan dalam
membuat perencanaan tes!
1. pengukuran sifat suatu objek adalah suatu kegiatan menentukan
kuantitas suatu objek melalui aturan-aturan tertentu sehingga
kuantitas yang diperoleh benar-benar mewakili sifat dari suatu objek
yang dimaksud
pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
Pengertian yang lebih luas mengenai pengukuran dikemukakan
oleh Wiersma & Jurs (1990) bahwa pengukuran adalah penilaian numeric
pada fakta-fakta dari objek yang hendak diukur menurut criteria atau
satuan-satuan tertentu. Jadi pengukuran bisa diartikan sebagai proses
memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan fakta-fakta satuan tertentu
(Djaali & Pudji Muljono, 2007).
pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan
untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau
benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengukuran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan
fakta kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran
yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek
yang akan diukur. Pengukuran bukan hanya dapat mengukur hal-hal yang
tampak saja namun dapat juga mengukur benda-benda yang dapat di
bayangkan seperti kepercayaan konsumen, ketidak pastian dll.
ASSESMEN
Pada awalnya istilah assessment banyak digunakan dalam evaluasi untuk
mengambil keputusan dan kebijakan dan perencanaan pendidikan seperti need
assessment tentang pendidikan. Dalam perkembangannya assessment digunakan
terhadap semua aspek dalam bidang pendidikan, karena banyak informasi yang
dibutuhkan, tetapi tidak dapat dikumpulkan melalui pengukuran.
Assessment dapat diartikan sebagai proses pengumpulan informasi yang
diambil untuk mengambil keputusan tentang kebijakan pendidikan, mutu
pendidikan, mutu program pendidikan dan mutu input pendidikan.
Sejalan dengan perkembangan dalam bidang penelitian, para ahli mulai
meningalkan dikotomi kuantitatif dan kualitatif karena banyak instrumen
yang ada tidak dapat menyediakan informasi secara cukup bermakna. Para ahli
mulai menguakan bermacam pendekatan dan instrument yang sesuai dengan
kebutuhan. Oleh karena itu, assessment memberikan informasi lebih
konferensif dan lengkap dari pada pengukuran, sebab tidak hanya mengunakan
instrument tes saja, tetapi juga mengunakan tekhnik non tes lainya. Secara
umum dapat dikatakan bahwa assessment adalah suatu prosedur pengumpulan
informasi tentag orang yang mencakup kuantitas dan kualitasnya.
Untuk dapat lebih memahami tentang assessment berikut beberapa definisi
menurut para ahli sebagai berikut :
a. Menurut Hill (1993)
Assessment is the process of gathering evidence and documenting a child's
lerning and growth
Assessment adalah proses mengumpulkan peristiwa dan mendokumentasikan
pertumbuhan dan pembelajaran anak.
b. Menurut Robert M Smith (2002)
Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat
digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk
menyusun suatu rancangan pembelajaran.
c. Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
"Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi
untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu,
sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.
Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program
pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
d. Menurut sumarno (2003). Assessment adalah proses sistematis untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa assessment adalah
proses pengumpulan informasi untuk merancang proses pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan siswa.
Penilaian
Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem
pendidikan saat ini. Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan
gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu
membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri,
sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu
meningkatkan kemampuannya.
Untuk dapat memahaminya berikut ini merupakan beberapa pendapat ahli
tentang definisi penilaian.
a. Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran.
b. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai.
Oleh karena itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah
penilaian. Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang
terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk
nilai.
c. Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
d. Dalam buku, "Bimbingan Dan Konseling Disekolah", terbitan Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, departemen Pendidikan Nasional (2008:27) dijelaskan
bahwa Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program
bimbingan.
e. Dalam PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal 1 ayat
17 dikemukakan bahwa "penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik".
Dari beberapa pendapat ahli tadi dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah
pengambilan suatu keputusan atas pengukuran yang telah dilaksanakan dan dan
penilaian adalah bersifat kualitatif.
Evaluasi
Evaluasi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istila Evaluation. Gronlund
(1985) berpendapat evaluaasi adalah suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan proram telah
tercapai.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Wrightstone, dkk (1956) yang
mengemukakan bahwa evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap
pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan atau nilai-nilai yang telah
ditetapkan dalam kurikulum (Djaali & Pudji Muljono, 2007).
Sedangkan Endang Purwanti (2008: 6) Berpendapat bahwa evaluasi adalah
proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara
membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses
menilai sesuat berdasarkan criteria tertentu, yang selanjunya diikuti
dengan pengambilan sebuah keputusan atas objek yang dievaluasi.
2. JENIS PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN
30/07/2011 ADMIN 4 COMMENTS
Pre test-post test
Pre test adalah salah satu jenis tes yang dilaksanakan pada awal
pembelajaran. Materi pre test diambil dari seluruh materi yang akan
disampaikan dalam proses pembelajaran. Butir soal pre test dikembangkan
untuk mengukur semua tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Hasil pre test belum tentu lebih rendah dari post test, sebab informasi
tentang materi pelajaran bisa didapatkan siswa dari banyak sumber seperti
TV, koran, majalah internet dan lain-lain sebelum ia mendapatkannya dari
sekolah. Dengan demikian sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan
oleh guru kemungkinan telah dikuasai siswa. Jika ini terjadi maka tugas
guru tinggal menyampaikan materi yang belum dikuasai siswa saja.
Post test adalah salah satu jenis tes yang dilaksanakan setelah proses
pembelajaran berakhir untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu
pembelajaran. Pre test dan post test harus mengukur tujuan yang sama,
tetapi usahakan agar butir soal dari kedua tes tersebut berbeda.
Tes formatif
Tes formatif adalah salah satu jenis tes yang diberikan kepada siswa yang
dilaksanakan setelah menyelesaikan satu unit pembelajaran. Tes ini
dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran. Hasil tes formatif bukan memberi
nilai kepada siswa, tetapi digunakan untuk mengetahui apakah tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum. Fokus dalam
pelaksanaan tes formatif adalah ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, bukan mencari penyebab kesulitan belajar siswa. Mencari sebab
kesulitan belajar siswa dapat dilakukan dengan tes diagnostik.
Tes sumatif
Tes sumatif adalah salah satu jenis tes yang dilaksanakan pada akhir
pembelajaran dengan maksud untuk mengukur keberhasilan siswa dalam
menguasai seluruh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir soal
yang dikembangkan pada tes sumatifpun harus dapat mengukur ketercapaian
seluruh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Hasil tes sumatif harus segera diberitahukan kepada siswa yang bersangkutan
agar dia tahu tahap penguasaannya dalam bidang studi tertentu. Hasil tes
tersebut juga dapat dianalisis oleh guru untuk digunakan sebagai dasar
dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran yang akan datang.
Tes seleksi
Tes seleksi adalah salah satu jenis tes yang dilakukan oleh sekolah,
perusahaan, atau instasi untuk menyeleksi atau memilih calon yang dapat
diterima untuk mengikuti suatu program. Tes seleksi dapat dilaksanakan
secara tertulis, wawancara, atau keduanya, dan diadakan jika jumlah peminat
yang akan mengikuti program melebihi dari jumlah yang dibutuhkan.
Sekolah, perusahaan, atau instasi yang mengadakan tes seleksi biasanya
telah menetapkan kriteria yang harus dipenuhi oleh calon yang akan
mengikuti program. Pada tahap awal penyeleksian digunakan Penilaian Acuan
Kriteria, dan pada tahap selanjutnya jika peminat banyak yang lolos seleksi
hingga melebihi kapasitas yang dibutuhkan maka dilakukan Pendekatan Acuan
Norma.
Tes penempatan
Tes penempatan adalah salah satu jenis tes yang biasanya dilakukan sebagai
pre test dengan maksud untuk mengetahui kemampuan dan keterampilan yang
diperlukan siswa untuk mengikuti suatu program yang selanjutnya menempatkan
siswa tersebut sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Tes penempatan
dapat digunakan untuk mengelompokkan siswa dalam satu kelompok yang relatif
sama kemampuan dan keterampilannya, sehingga dapat mempermudah guru dalam
melaksanakan program agar menjadi lebih efektif dan efisien.
Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah salah satu jenis tes yang dilakukan untuk mengetahui
penyebab kesulitan yang dialami siswa. Materi tes dikembangkan dari konsep-
konsep yang sulit dipahami siswa. Guru harus selalu mendiagnostik kesulitan
siswa dalam mempelajari suatu konsep, jika tidak maka pemahaman siswa
terhadap suatu konsep akan salah sehingga terjadi miskonsepsi.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam tes diagnostik adalah kesulitan
belajar yang dialami antara siswa yang satu dengan siswa yang lain
cenderung berbeda, oleh karena itu walaupun tes diagnostik dilakukan secara
klasikal penanganan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar
harus dilakukan secara perorangan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEST OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF SERTA BENTUK-BENTUK
DARI TEST OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF
A. TEST OBJEKTIF
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes
bentuk essai (Arikunto, 2003:164).
Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar
diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban
singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes
objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan peserta didik yang mununtut
proses mental yang tidak begitu tunggi seperti kemampuan mengingat kembali,
kemampuan mengenal kembali, pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan
prinsip-prinsip.
a. Kelebihan Test Objektif yaitu:
1. Untuk menjawab test objektif tidak banyak memakan waktu.
2. Reabilitasnya lebih tinggi kalau di bandingkan dengan test Essay,
karena penilainnya bersifat objektif.
3. Pemberian nilai dan cara menilai test objektif lebih cepat dan mudah
karena tidak menuntut keahlian khusus dari pada si pemberi nilai.
4. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan
kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
5. Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain.
6. Tes Objektif tidak memperdulikan penguasaan bahasa, sehingga mudah
dilaksanakan.
b. Kelemahan Test Objektif yaitu :
1. Murid sering menerka-nerka dalam memberikan jawaban, karena mereka
belum menguasai bahan pelajaran tersebut.
2. Memang test sampling yang diajukan kepada murid- murid cukup banyak,
dan hanya membutuhkan waktu yang relative singkat untuk menjawabnya
3. Tidak biasa mengajak murid untuk berpikir taraf tinggi.
4. Banyak memakan biaya, karena lembaran item- item test harus sebanyak
jumlah pengikut test.
5. Kerjasama antar peserta didik pada waktu mengerjakan soal tes lebih
terbuka.
Tes obyektif ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;
1. Salah- Benar atau True- False (T- F)
Bentuk tes benar salah memiliki soal yang berupa statemen. Statemen
tersebut dapat disusun sedemikian rupa, ada yang benar dan ada yang salah.
a. Kelebihan S - B yaitu :
1. Soal ini baik untuk hasil- hasil, dimana hanya ada dua alternative
jawaban.
2. Tuntutan kurang ditekankan pada kemampuan baca.
3. Tidak begitu sulit menentukan jawaban pengecoh.
4. Pembuatan soal relative lebih mudah karena hanya mengarah pada 2
option jawaban.
5. Tidak perlu membuat jawaban
pengecoh
b. Kelemahan S - B yaitu
1. Sulit menuliskan soal diluar tingkat pengetahuan yang bebas dari
maksud ganda.
2. Jawaban soal tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan
baik.
3. Tidak bisa untuk mengukur kemampuan analisa.
4. Kurang cocok untuk soal hitungan
5. Soal kurang bervariasi.
6. Tidak ada informasi diagnostic dari jawaban yang salah.
7. Memungkinkan dan mendorong siswa untuk menerka-nerka.
2. Pilihan Berganda atau Multiple Choise ( M- Ch)
Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan
yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu
dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan. Tes pilihan
ganda adalah bentuk test yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling
tepat.
a. Kelebihan Pilihan Berganda yaitu:
1. Hasil belajar yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur.
2. Terstruktur dan petunjuknya jelas.
3. Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik.
4. Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban.
5. Dapat diaplikasikan dengan komputer baik penampilan soal dan
perhitungan nilainya, interaktif
b. Kelemahan Pilihan Berganda yaitu:
1. Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama.
2. Sulit menemukan pengacau
3. Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, kemampuan
untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide.
4. Kurang menggambarkan sebuah proses
5. Tingkat kemampuan yang terukur sangat terbatas
6. Jumlah soal harus banyak agar dapat mewakili semua materi yang telah
dipelajari
7. Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca.
3. Isian atau Completion
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik).
Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan
pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang
benar.
a. Kelebihan Isian atau Completion yaitu :
1. Sangat mudah dalam penyusunannyaLebih menghemat tempat ( menghemat
kertas ).
2. Persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh test model ini.
3. Digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar
mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja.
b. Kelemahan Isian atau Completion yaitu :
1. Lebih cenderung mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja.
2. Butir- butir item dari test model ini kurang relevan untuk diajukan.
3. Tester kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat dalam soal.
4. Jawaban Singkat atau Short Answer
Bentuk tes jawaban singkat ini menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau
angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal bentuk jawaban
singkat biasanya dekemukakan dalam bentuk pertanyaan. Dengan kata lain,
item tersebut berupa suatu kelimat bertanya yang dapat dijawab dengan
singkat.
a. Kelebihan Jawaban Singkat yaitu :
1. Mudah dalam perbuatan
2. Kemungknan menebak jawaban sangat sulit
3. Cocok untuk soal- soal hitungan
4. Hasil- hasil pengetahuan dapat diukur secara luas
b. Kelemahan Jawaban Singkat yaitu:
1. Sulit menyusun kata- kata yang jawabannya hanya satu.
2. Tidak cocok untuk mengukur hasil- hasil belajar yang komplek.
3. Penilaian menjemukan da memerlukan waktu banyak.
5. Menjodohkan atau Matching
Soal menjodohkan sebenarnya masih merupakan pilihan ganda. Perbedaanya
adalah pilihan ganda terdiri atas item dan option, kemudian testi tinggal
memilih salah satu option yang diberikan. Sedangkan bentuk menjodohkan
terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan
pada dua kolom yang berbeda. Kolom sebelah kiri menunjukan kumpulan soal,
dan kolom sebelah kanan menunjukan kumpulan jawaban. Jumlah alternatif
jawaban harus dibuat lebih banyak daripada soal.
a. Kelebihan Menjodohkan yaitu:
1. suatu bentuk yang efisien diberikan dimana sekelompok respon sama
menyesuaikan dengan rangkaian isi soal.
2. Waktu membaca dan merespon relative singkat.
3. Mudah untuk dibuat.
4. Mudah dalam pengoreksian.
5. Memudahkan siswa menjawab soal karena jawaban sudah tersedia.
6. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya
b. Kelemahan Menjodohkan yaitu:
1. Materi soal dibatasi oleh faktor ingatan/ pengetahuan yang sederhana
dan kurang dapat dipakai untuk mengukur penguasaan yang bersifat
pengertian dan kemampuan membuat tafsiran.
2. Sulit menyusun soal yang mengandung sejumlah respon yang homogen.
3. Terlalu banyak jawaban yang harus dipilih.
4. Sulit mencari pasangan-pasangan yang relevan dengan soal.
5. Hanya mengukur materi yang bersifat hapalan/recall.
6. Bila yang belum terjawab tinggal sedikit dapat ditebak.
B. TEST SUBJEKTIF
Pada umumnya test subjektif berbentuk tes esai (uraian). Ciri-ciri
pertanyaanya didahului dengan kata-kata seperti, uraikan, jelaskan,
mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya.
a. Kelebihan Test Subjektif yaitu:
1. Mudah dipersiapkan dan disusunT
2. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan
3. Mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat serta
menysun dalam bentuk kalimat yang bagus
4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengutarakan maksudnya
dengan gaya bahasa dan carannya sendiri.
5. Dapat mengetahui sejauhmana peserta didik mendalami suatu masalah yang
diujikan/dites.
b. Kelemahan Test Subjektif yaitu:
1. Terbatasnya lingkup bahan pelajaran yang dinilai dan sulitnya
mengoreksi jawaban dengan objektif (Sudjana, 2001:262)
2. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-
mana dai pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
3. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran
yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas)
4. Cara pemeriksaannya banyak dipengaruhi oelh unsur-unsur subjektif
5. Pemeriksaaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual
lebih banyak dari penilai.
6. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang
lain.
Bentuk-bentuk Tes Subjektif:
1. Test Essay
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan
siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu
dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa
sendiri.
a. Kelebihan Test Essay yaitu:
1. Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya
sendiri.
2. Murid tidak dapat menerka- nerka jawaban soal.
3. Test ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu
proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan
test objektif.
4. Derajad ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat-
kalimatnya.
5. Jawaban diungkapakan dalam kata- kata dan kalimat sendiri, sehingga
test ini dapat digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan
bahasa yang baik, benar, dan cepat.
6. Test ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilih fakta
yang relevan dengan persoalan, dan Sukar dinilai secara tepat
mengorganisasikannya sehingga dapat mengungkapkan satu hasil pemikiran
yang terintegrasi secara utuh.
b. Kelemahan Test Essay yaitu:
1. Sukar dinilai secara tepat.
2. Bahan yang diukur terlalu sedikit, sehingga agak sulit untuk mengukur
penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
3. Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun
internasional.
4. Membutuhkan waktu memeriksa hasilnya.
2. Test Lisan
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya
jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. tes ini termasuk
kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa
lisan.
a. Kelebihan tes lisan:
1. Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta
didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan
langsung.
2. Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga
sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk
ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung
kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
3. Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
b. Kelemahan tes lisan:
1. Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes,
2. Waktu pelaksanaan yang diperlukan
4. Pengertian Tes Essay
Secara ontologis tes essay adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang
susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing
mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-
uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Sukardi,
2008). Menurut Suherman (1993) tes essay adalah tes yang menuntut
siswa untuk dapat menyusun dan memadukan gagasan-gagasan tentang hal-
hal yang telah dipelajarinya, dengan cara mengekspresikan atau
mengemukakan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-kata
sendiri.
Senada dengan itu, menurut Oemar Hamalik (2001) tes essay adalah salah
satu bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan essay,
yakni pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu oleh siswa secara
individu berdasarkan pendapatnya sendiri. Setiap siswa memiliki
kesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan jawaban
siswa lainnya.
Tes essay juga dapat disebut sebagai tes dengan menggunakan pertanyaan
terbuka, dimana dalam tes tersebut siswa diharuskan menjawab sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, menurut Suherman, E
(1993) tes essay juga sering disebut sebagai tes uraian karena untuk
menjawab soal siswa dituntut untuk menyusun jawaban secara terurai.
Jawaban tidak cukup hanya dengan satu atau dua kata saja, tetapi
memerlukan uraian yang lengkap dan jelas. Selain harus menguasai
materi tes, siswa dituntut untuk bisa mengungkapkannya dalam bahasa
tulisan dengan baik.
Tes essay yang biasa dipakai di sekolah mempunyai arti yang luas,
yaitu tidak hanya mengukur kemampuan siswa dalam menyajikan pendapat
pribadi, melainkan juga menuntut kemampuan siswa dalam hal
menyelesaikan hitungan, menganalisis masalah, dan mengekspresikan
pendapat.
2.2 Kelebihan dan Kelemahan Tes Essay
Dalam pembelajaran di kelas, tes essay masih banyak digunakan oleh
para guru, karena tes essay memiliki beberapa kelebihan. Menurut
Sukardi, H.M (2009) tes essay dapat digunakan untuk menilai hal-hal
berkaitan erat dengan beberapa butir berikut.
a. Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam
jawaban item secara tepat.
b. Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa
mereka sendiri.
c. Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan
menyatakan pemikiran siswa secara aktif.
d. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun
dalam bentuk kalimat mereka sendiri.
e. Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu
permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas.
Gronlund, N.E (1982) menyatakan bahwa karakteristik yang paling
menonjol dari tes essay adalah kebebasan respon yang diberikan oleh
para siswa. Karakteristik ini menjadi sebuah kelebihan dari tes essay.
Pertanyaan dalam tes essay ini mengharuskan siswa untuk memproduksi
jawaban mereka sendiri. Mereka relatif bebas untuk memutuskan
bagaimana mendekati masalah, informasi faktual apa yang digunakan,
bagaimana mengatur jawaban, dan apa penekanan yang diberikan pada
setiap aspek jawabannya. Dengan demikian, tes essay dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk memproduksi, mengintegrasikan, dan
mengekspresikan ide-ide. Menurut Azhar, L.M (1991) salah satu
kelebihan atau keuntungan tes essay yang lain adalah mencegah siswa
menjawab secara menebak serta relatif lebih mudah dan lebih cepat
dibuat dibandingkan dengan tes objektif.
Di samping beberapa kelebihan seperti yang telah diuraikan di atas,
ternyata tes essay juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu
diperhatikan oleh seorang guru. Menurut Suherman, E (1993) kelemahan
tes essay di antaranya sebagai berikut.
a. Ruang lingkup yang disajikan dalam bentuk tes essay kurang
menyeluruh. Hal ini disebabkan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan setiap butir soal cukup banyak, sehingga jumlah butir
soal yang disajikan sedikit. Pada tes essay ini, jika siswa kebetulan
mempelajari materi yang secara kebetulan sesuai dengan butir soal yang
disajikan, ia dapat dengan mudah menyelesaikannya. Sebaliknya jika
siswa tidak mempelajari dengan baik materi yang tersaji dalam soal itu
biasanya mendapat hasil yang kurang baik.
b. Sesuai dengan namanya, soal tipe subjektif ini dalam pemeriksaan
dan pemberian nilai akhir seringkali dipengaruhi faktor subjektivitas
dari pemeriksa atau pemberi nilai, sehingga nilai akhir yang diterima
siswa ada kemungkinan bias, kurang mencerminkan kemampuan sebenarnya.
Faktor subjektivitas itu sebagai akibat pengaruh kondisi pemeriksa,
siswa dan lingkungan.
c. Pemeriksaan jawaban pada tes essay ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang, tetapi harus diperiksa oleh orang yang benar-benar
ahli dalam bidangnya. Bila pemeriksa kurang mengetahui pokok persoalan
yang diujikan, akan mengakibatkan hasil pemeriksaan yang dapat
merugikan siswa. Demikian pula jika pemeriksa kurang memiliki
pengetahuan luas mengenai cara penyelesaian suatu soal, mungkin
langkah-langkah penyelesaian suatu soal tidak sama dengan kunci
jawaban akan dianggap salah, padahal pekerjaan itu benar.
d. Memeriksa jawaban tes essay cukup rumit sehingga memerlukan waktu
yang cukup banyak. Pola jawaban siswa untuk soal bentuk ini bisa
beraneka ragam, karena siswa diberi kebebasan untuk mengeluarkan
pendapatnya sendiri. Pengetahuan yang telah diperoleh dan dikuasainya
akan diutarakan sesuai dengan relevansi pada jawaban persoalan yang
ditanyakan. Tiap siswa tentu akan memberikan uraian yang berlainan dan
bermacam-macam, apalagi jika persoalannya divergen. Meskipun demikian
dalam matematika keanekaragaman ini tidak akan jauh berbeda karena
sifatnya eksak, lain halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Karena
keanekaragaman itu, baik cara penyelesaian maupun alur pikiran yang
terdapat di dalamnya, maka pemeriksaaan akan memerlukan banyak waktu
dan melelahkan.
Kelemahan-kelemahan menurut Suherman, E (1993) di atas hampir sama
dengan apa yang dinyatakan oleh Gronlund, N.E (1982). Selain kelemahan
tersebut, Gronlund, N.E (1982) juga menyatakan bahwa kelemahan tes
essay ini berkaitan dengan respon siswa. Karena siswa harus menulis
jawaban dengan kata-kata sendiri, maka kemampuan menulis cenderung
untuk mempengaruhi skor yang mereka terima. Miskin ekspresi dan
kesalahan dalam menggunakan tanda baca, ejaan, dan tata bahasa
biasanya mengurangi skor yang didapatkan.
Untuk lebih memahami karakteristik serta kelebihan dan kelemahan dari
tes essay, berikut disajikan perbedaan antara tes objektif dan tes
essay
Tabel 2.1 Perbedaan tes objektif dan tes essay
Tes Objektif Tes Essay
Tingkatan kemampuan hasil belajar yang diukur Baik digunakan untuk
mengukur kemampuan pada tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan
analisis. Tetapi tidak cocok digunakan untuk mengukur kemapuan pada
tingkat sintesis dan evaluasi
Tidak efektif digunakan untuk mengukur kemampuan pada tingkatan
pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Tetapi baik jika
digunakan untuk mengukur kemapuan pada tingkat sintesis dan evaluasi
Ruang lingkup materi yang disajikan Terdiri dari banyak item soal dan
mencakup materi yang cukup luas sehingga tes tersebut dapat mewakili
isi dari materi yang dipelajari Terdiri dari sedikit item soal dalam
jangkauan materi yang terbatas sehingga tes tersebut tidak
representatif dalam mewakili isi materi
Penyusunan tes Untuk mempersiapkan tes yang baik, diperlukan waktu
yang cukup lama Untuk mempersiapkan tes yang baik, diperlukan waktu
yang lebih cepat dan lebih mudah dibandingan dengan tes objektif
Penskoran Objektif, sederhana dan dapat diandalkan Subjektif, sulit,
dan kurang dapat diandalkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi skor yang diperoleh
Kemampuan membaca dan menebak-nebak Kemampuan menulis dan memberikan
penekanan dan jawaban
Kemungkinan efek yang ditimbulkan terhadap cara belajar siswa
Mendorong siswa untuk mengingat, menginterpretasikan dan menganalisis
ide-ide orang lain. Mendorong siswa untuk mengatur, mengintegrasikan,
dan mengekspresikan ide mereka sendiri
2.3 Jenis-Jenis Tes Essay
Menurut Suherman, E (1993), ditinjau dari cara menyajikan soal, tes
essay dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Tes essay (uraian) berstruktur
Tes essay bentuk ini disajikan secara terinci menjadi sub-sub masalah
yang sifatnya saling menunjang. Soal, biasanya disusun dari hal yang
elementer menuju pada hal yang sifatnya lebih kompleks.
Contoh:
Diketahui fungsi f dengan rumus fungsi
f(x) = 2x2 + 11x – 21
Tentukan :
a. Syarat agar fungsi memotong sumbu X
b. Titik potong dengan sumbu X
c. Syarat agar fungsi memotong sumbu Y
d. Titik potong dengan sumbu Y
e. Persamaan sumbu simetrinya
f. Titik balik fungsi
g. Gambar sketsa grafiknya
2. Tes essay (uraian) bebas
Tes essay bentuk ini disajikan secara global, tidak terinci. Dalam
menjawabnya siswa diperbolehkan mengerjakan bagian jawaban soal itu
secara bebas, asal masalah yang ditanyakan dapat dijawab secara benar.
Soal yang hanya terdiri dari satu masalah bisa tergolong pada Tes
essay bentuk bebas
Contoh:
Gambar sketsa grafik fungsi f dengan rumus fungsi
f(x) = 2x2 + 11x – 21
Pada soal tersebut, siswa bisa mengerjakannya secara langsung dengan
menggunakan percobaan titik-titik sampel atau dengan cara-cara yang
lain.
Ditinjau dari pola jawaban siswa dan cara pemberian skor untuk setiap
langkah jawaban itu, tes essay (uraian) dapat dikelompokkan menjadi
dua macam, yaitu:
1. Bentuk Uraian Objektif (BUO)
Bentuk uraian objektif adalah tes essay yang memiliki sekumpulan
jawaban dengan rumusan yang pasti sehingga dapat dilakukan penskoran
secara objektif. Ini berarti walaupun pemeriksanya berlainan dapat
menghasilkan skor yang sama. Untuk tes bentuk ini dapat dibuatkan
kunci jawaban dan pedoman penskorannya. Dengan kunci dan pedoman ini,
jawaban siswa yang bervariasi tetap dapat diperiksa oleh orang yang
berbeda tetapi skor yang diperoleh tidak berbeda. Cara pemberian skor
untuk soal bentuk BUO ini adalah bersifat dikotomi, yaitu jika jawaban
siswa benar diberi skor 1 sedangkan jika salah diberi skor 0.
2. Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO)
Bentuk uraian non objektif adalah tes essay yang menuntut siswa untuk
memberikan jawaban berdasarkan pendapat, pikiran, atau pandangan
pribadinya. Untuk soal bentuk ini, kunci jawaban bersifat relatif
karena kemungkinan jawaban yang diberikan siswa bisa bervariasi,
malahan bisa juga muncul jawaban yang tidak diduga sebelumnya oleh
pembuat soal (guru). Dalam pemeriksaan dan pemberian skor terhadap
jawaban siswa cenderung dipengaruhi oleh pertimbangn, situasi,
kondisi, lingkungan dan pengalaman pemeriksa. Dengan demikian unsur
subjektivitasnya bisa dominan, sehingga kurang objektif.
Untuk soal jenis ini skor dijabarkan dalam skala rentangan. Makin baik
jawaban siswa, makin tinggi pula skor yang diperoleh. Sebaliknya,
semakin kurang bemutu, makin rendah pula skor yang diberikan. Besarnya
rentangan itu ditetapkan oleh guru, misalnya 1 – 5, 1 – 10, 0 – 4.
Kualitas jawaban siswa biasanya diperhitungkan dari banyaknya kata
kunci yang dijawab dengan benar, sistematika jawaban, dan pengertian
logis dari jawaban itu.
2.4 Jenis-jenis Pertanyaan dalam Tes Essay
Kebebasan respon yang dihasilkan dari pertanyaan essay adalah
bervariasi. Siswa mungkin diminta untuk memberikan respon yang singkat
dan tepat, atau mereka mungkin diberikan kebebasan yang lebih luas
dalam menentukan bentuk dan ruang lingkup jawaban mereka. Terkait
dengan kebebasan respon di atas, menurut Gronlund, N.E (1982)
pertanyaan essay dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu
1. Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbatas (restricted-response
questions)
Pertanyaan dengan jawaban terbatas memiliki kedudukan yang terbatas
pada jawaban yang diberikan. Batas-batas subjek yang harus
dipertimbangkan biasanya didefinisikan secara sempit dalam masalah dan
jawabannya spesifik yang ditunjukkan dengan kata-kata seperti
"daftarkan", "definisikan", dan "berikan alasan". Dalam beberapa
kasus, lebih lanjut jawaban dibatasi dengan menggunakan kata pengantar
atau dengan menggunakan arah khusus:
Contoh:
Menjelaskan manfaat relatif dari item tes objektif dan pertanyaan
essay untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat pemahaman. Batasi
jawaban Anda pada satu halaman.
Membatasi bentuk dan ruang lingkup dari jawaban-jawaban pertanyaan
essay memiliki kelebihan dan kekurangan. Pertanyaan seperti itu dapat
dibuat lebih mudah, lebih terkait langsung dengan hasil pembelajaran
yang spesifik, dan menskor lebih mudah. Di sisi lain, pertanyaan essay
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka
dalam mengatur, mengintegrasikan, dan mengembangkan pola-pola jawaban
baru. Pembatasan yang ditetapkan dalam membuat item dengan jawaban
terbatas sangat berguna untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat
pemahaman, aplikasi, dan analisis dalam pembelajaran. Pertanyaan
dengan jawaban terbatas kurang relatif untuk mengukur hasil
pembelajaran pada tingkat sintesis dan evaluasi.
2. Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka (extended-response
questions)
Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka (extended-response
questions) digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat
sintesis dan evaluasi. Pertanyaan ini memberikan kebebasan kepada
siswa yang hampir tak terbatas untuk menentukan bentuk dan ruang
lingkup jawaban mereka. Meskipun masih terdapat beberapa batasan-
batasan, seperti batasan waktu atau batasan halaman, batasan pada
bahan-bahan materi yang termasuk dalam jawaban dan bentuk jawaban
dapat diminimumkan. Siswa harus diberikan kebebasan yang cukup untuk
menunjukkan kemampuan sintesis dan evaluasi, dan cukup dikontrol untuk
memastikan bahwa keahlian dan kemampuan intelektual akan dipanggil
keluar oleh pertanyaan itu. Dengan demikian jumlah struktur akan
bervariasi dari item ke item, yang bergantung pada hasil pembelajaran
yang diukur.
Pertanyaan dengan jawaban terbuka (exended-response question)
menyediakan ide-ide kreatif yang terintegrasi, mengevaluasi secara
keseluruhan materials, dan merupakan pendekatan pemecahan masalah
(problem solving). Itu semua merupakan hasil belajar yang penting, dan
tidak dapat diukur dengan jenis item-item tes lainnya oleh orang lain.
Secara umum, tentu saja mengevaluasi jawaban-jawaban dengan cukup
handal untuk menyediakan manfaat dalam mengukur hasil pembelajaran.
Hal ini tentu sangat sulit untuk dilakukan dan merupakan tugas time-
consuming, namun pentingnya hasil nampaknya memerlukan pembenaran dari
additional care dan effort.
2.5 Aturan Mengkonstruksi Pertanyaan dalam Tes Essay
Menurut Gronlund, N.E (1982), aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam
tes essay sehingga menghasilkan soal essay dengan kualitas yang tinggi
adalah sebagai berikut.
1. Gunakan pertanyaan essay sebagai alat ukur hasil belajar yang
kompleks.
Sebagian besar pemerolehan hasil belajar diukur dengan menggunakan
pertanyaan essay. Hasil-hasil tersebut biasanya dapat diukur secara
efektif dengan item objektif, yang masalahnya disampling dan diskor
melalui pertanyaan essay. Hal itu mungkin terdapat pengecualian,
seperti ketika menyediakan jawaban sebagai hasil belajar, namun untuk
mengukur prestasi belajar pertanyaan essay hendaknya dapat diukur
kehandalannya (reliable) tanpa adanya compensating benefits.
Pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis dalam pembelajaran, tes
objektif maupun tes essay masih tetap digunakan. Meskipun tes objektif
memiliki prioritas, tes essay juga memiliki prioritas dimana menuntut
siswa untuk memberikan alasan, menjelaskan hubungan, mendeskripsikan
data, merumuskan kesimpulan, atau memberikan langkah-langkah jawaban
yang tepat. Dimana memberikan jawaban merupakan hal yang sangat
penting, oleh karena itu pertanyaan restricted-response dikonstruksi
dengan benar sehingga menghasilkan pertanyaan yang tepat.
Pada tingkat sintesis dan evaluasi dalam pembelajaran, tes objektif
maupun tes restricted-response memiliki nilai batas. Tes-tes ini dapat
digunakan untuk mengukur beberapa aspek tertentu dari proses total
dalam pembelajaran, namun menghasilkan karya yang lengkap (seperti
rencana dalam operasi) atau evaluasi keseluruhan suatu karya
(misalnya, evaluasi dari sebuah novel maupun dari suatu eksperimen)
memerlukan penggunaan pertanyaan extended-response.
2. Hubungkan pertanyaan-pertanyaan langsung yang berhubungan dengan
hasil belajar yang diukur.
Pertanyaan essay tidak dapat mengukur hasil belajar secara kompleks
kecuali jika pertanyaan essay telah dikonstruksi secara hati-hati
untuk hal itu. Setiap pertanyaan sebaiknya dirancang secara spesifik
untuk mengukur satu atau lebih hasil yang didefinisikan dengan baik
(well-difined). Dengan demikian, tempat untuk memulai, sama halnya
seperti pada item objektif, yaitu dengan deskripsi yang tepat
performance yang diukur. Hal ini sangat berguna untuk membantu
menentukan isi maupun bentuk dari item dan membantu dalam pembentukan
suku kata (phrasing) dalam pertanyaan itu.
Item restricted-response dihubungkan dengan hasil belajar yang
spesifik karena hal tersebut terstruktur dengan baik. Tanggapan dari
beberapa siswa juga sangat diperlukan guna memungkinkan pengambilan
suku kata (phrase) dalam pertanyaan sehingga maksudnya dapat dipahami
dengan jelas oleh siswa. Item extended-response, memerlukan kebebasan
yang lebih besar dari respon dan biasanya melibatkan sejumlah hasil
pembelajaran. Hal ini membuat lebih sulit untuk menghubungkan
pertanyaan dengan hasil yang diharapkan dan menyatakan inti dari
jawaban yang diinginkan melalui ungkapan pertanyaan. Jika tugas yang
sulit diberikan dalam pertanyaan, maka kebebasan siswa untuk memilih,
mengatur, dan menjawab pertanyaan cenderung tidak dihiraukan oleh
mereka. Salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah
dengan menunjukkan kepada siswa kriteria yang akan digunakan dalam
mengevaluasi jawabannya. Sebagai contoh, pernyataan seperti: "jawaban
Anda akan dievaluasi dalam hal kelengkapan jawabannya, relevansi dari
argumennya, kesesuaian dengan contoh, dan keterampilan yang
digunakan". Hal ini menjelaskan tugas yang diberikan kepada siswa
tanpa membatasi kebebasan mereka, dan membuat item lebih mudah
berhubungan dengan hasil belajar yang didefinisikan secara jelas.
3. Rumuskan pertanyaan yang menyajikan tugas yang jelas untuk
dilakukan.
Ungkapan sebuah pertanyaan essay sehingga diperoleh respon yang
diinginkan bukanlah hal yang mudah. Memilih kalimat yang tepat dan
hati-hati dan mengulang pertanyaan dengan respon yang diinginkan dalam
pikiran akan membantu memperjelas tugas siswa. Karena pertanyaan essay
ini digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, maka
sebaiknya menghindari pertanyaan yang diawali dengan kata-kata
seperti: "siapa", "apa", "kapan", "dimana", "nama", dan "daftar".
Istilah-istilah ini cenderung untuk membatasi respon pada hasil
pengetahuan. Pertanyaan essay yang digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang kompleks ditandai dengan penggunaan kata-kata seperti:
"mengapa", "gambarkan", "jelaskan", "bandingkan", "hubungkan",
"bedakan", tafsirkan", analisa", "kritik", dan "evaluasi". Istilah-
istilah khusus yang digunakan tentu saja sebagian besar ditentukan
oleh perilaku spesifik yang dijelaskan dalam hasil belajar yang
diukur.
Tidak ada cara yang lebih baik untuk memeriksa ungkapan sebuah
pertanyaan essay daripada membuat model jawaban, atau setidaknya
merumuskan jawaban dari suatu pertanyaan. Hal ini akan membantu
pembuat tes untuk mendeteksi ambiguitas dalam pertanyaan, membantu
dalam memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk
mengembangkan jawaban yang memuaskan, dan memberikan garis-garis besar
pada proses mental yang diperlukan. Prosedur ini dapat dikerjakan
dengan mudah dalam item restricted-response, jawaban yang lebih
terbatas dan lebih mudah dipahami. Dengan bentuk extended-response
memungkinkan memerlukan satu atau lebih rekan untuk membaca bentuk dan
ruang lingkup jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
4. Hindari penggunaan pertanyaan pilihan kecuali pertanyaan hasil
belajar yang memerlukan itu.
Dalam tes prestasi belajar, yang terbaik adalah semua siswa manjawab
pertanyaan yang sama. Jika mereka dibolehkan untuk menjawab hanya
sebagian dari pertanyaan-pertanyaan itu, hingga tiga perlimanya, maka
jawaban mereka tidak dapat dievaluasi secara komparatif. Demikian
juga, karena siswa akan cenderung memilih pertanyaan-pertanyaan mereka
yang paling siap untuk dijawab, tanggapan mereka atas pertanyaan yang
diberikan menunjukkan sampel dari prestasi mereka bahwa kurang
representatif terhadap pertanyaan opsional yang diperoleh. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu keterbatasan dari tes
essay adalah menyediakan sampling yang terbatas dan tidak
representasional. Memberikan siswa pertanyaan pilihan hanya
mempersulit masalah sampling lebih lanjut dan menghasilkan
penyimpangan (distortion) yang lebih besar dalam hasil tes.
Dalam beberapa situasi penggunaan pertanyaan opsional mungkin masih
dapat dipertahankan. Sebagai contoh, jika pertanyaan essay digunakan
untuk mengukur keterampilan menulis saja, maka beberapa pilihan topik
untuk ditulis mungkin diperlukan sekali. Hal ini juga terjadi jika
pertanyaan essay digunakan untuk mengukur beberapa aspek dari
kreativitas, atau jika siswa telah mempunyai kepentingan individual
melalui studi independen. Kemampuan untuk mengatur, mengintegrasikan,
dan mengekpresikan ide-ide ditentukan dengan melibatkan kompleksitas
isi.
5. Sediakan waktu yang cukup untuk menjawab dan memberikan batas waktu
pada setiap pertanyaan.
Karena pertanyaan essay paling sering dirancang untuk mengukur
keterampilan dan kemampuan intelektual, maka diperlukan waktu untuk
berpikir maupun menulis. Dengan demikian batas waktu yang cukup tentu
diperlukan. Sebagai contoh, daripada mengharapkan beberapa orang siswa
untuk menjawab pertanyaan essay selama satu periode kelas, lebih baik
siswa difokuskan pada satu atau dua pertanyaan saja. Hal itu nampaknya
menyebabkan kecenderungan bagi guru untuk memberikan pertanyaan-
pertanyaan begitu banyak dalam tes essay tunggal bahwa skor tertinggi
adalah mengukur dari kecepatan menulis yang menunjukkan prestasi
siswa. Ini mungkin merupakan suatu usaha untuk mengatasi masalah
pengambilan sampel secara terbatas, namun hal ini cenderung menjadi
solusi yang tidak diinginkan. Dalam mengukur prestasi belajar yang
kompleks, tampaknya lebih baik untuk menggunakan pertanyaan yang lebih
sedikit dan meningkatkan sampel dengan pengujian yang lebih sering.
Menginformasikan kepada siswa mengenai banyaknya waktu yang diperlukan
untuk menjawab setiap pertanyaan akan membantu mereka dalam
menggunakan waktu yang diberikan secara lebih efisien, secara ideal,
dan juga akan memberikan sampel yang lebih memadai terhadap prestasi
mereka. Jika panjang jawabannya tidak didefinisikan dengan jelas dari
pertanyaan yang diberikan, seperti pada pertanyaan extended-response,
mungkin diperlukan juga informasi mengenai batas halamannya.
Sementara menurut Sukardi, H.M (2009), untuk meningkatkan mutu
pertanyaan essay sebagai alat pengukur hasil belajar yang kompleks,
memerlukan dua hal penting yang perlu diperhatikan oleh para
evaluator. Kedua hal tersebut yaitu (1) bagaimana mengkonstruksi
pertanyaan essay yang mengukur perilaku yang direncencanakan, dan (2)
bagaimana menskor jawaban yang diperoleh dari siswa. Untuk
mengkonstruksi pertanyaan essay dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti berikut.
1. Para guru hendaknya memfokuskan pertanyaan essay pada materi
pembelajaran yang tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya
tes objektif. Ada beberapa faktor penting dalam kegiatan pembelajaran
yang hanya bisa diungkap oleh tes essay, antara lain: pembelajaran
yang kompleks, organisasi materi, integrasi penyusunan jawaban, dan
ekspresi penuangan ide dari pemikiran siswa ke dalam bentuk jawaban
soal. Hal ini menjadikan tes essay tetap menjadi pilihan para guru
atau para evaluator.
2. Para guru hendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap
perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar. Tes
yang direncanakan oleh guru, baik tes objektif maupun tes essay perlu
tetap mengukur penilaian tujuan instruksional. Pertanyaan yang tidak
mengarah pada tujuan instruksional sebaiknya dikesampingkan lebih
dahulu.
3. Item-item pertanyaan tes essay sebaiknya jelas dan tidak
menimbulkan kebingungan (tidak mengandung makna ambigu) sehingga para
siswa dapat menjawab dengan tidak ragu-ragu. Menggunakan kata-kata
yang spesifik, seperti terangkan, bandingkan, buktikan, nyatakan dalam
kesimpulan, gunakan dan sebagainya.
4. Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar
para siswa dapat memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis dan
menuangkan ide sesuai dengan waktu yang disediakan. Pertimbangan waktu
tersebut hendaknya didasarkan pada tingkat kesulitan setiap
pertanyaan.
5. Ketika mengkonstruksi sejumlah pertanyaan essay, para guru
hendaknya menghindari menggunakan pertanyaan pilihan. Pertanyaan
pilihan biasanya terletak pada kalimat instruksi pengerjaan pada awal
tes, misalnya "pilih empat soal dari lima pertanyaan yang tersedia".
Penggunaan pertanyaan pilihan dimungkinkan mempengaruhi reliabilitas
tes essay yang direncanakan.
2.6 Upaya Meningkatkan Objektivitas Penilaian dalam Tes Essay
Menurut Gronlund, N. E (1982), terdapat beberapa upaya untuk
meminimalkan subjektivitas penilaian dan memberikan keseragaman
standar penilaian dari siswa yang satu ke siswa yang lainnya, yaitu
sebagai berikut.
1. Evaluasi jawaban-jawaban soal essay dalam hubungannya dengan hasil
belajar yang sedang diukur.
Tes essay, seperti halnya tes objektif, digunakan untuk memperoleh
bukti yang jelas mengenai sejauh mana hasil pembelajaran telah
tercapai. Dengan demikian, kinerja siswa yang diinginkan dalam hasil
pembelajaran harus sesuai dengan panduan baik dalam mengkontruksi
pertanyaan maupun mengevaluasi jawaban. Jika suatu pertanyaan
dirancang untuk mengukur "kemampuan untuk menjelaskan hubungan sebab-
akibat", misalnya jawabannya harus dievaluasi dalam hal bagaimana
siswa dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat tertentu yang disajikan
dalam pertanyaan, maka semua faktor-faktor lain, seperti informasi
faktual yang menarik tapi asing, gaya menulis, dan kesalahan dalam
mengeja dan tata bahasa, harus diabaikan (sejauh mungkin) selama
evaluasi. Dalam beberapa kasus, untuk kemampuan mengeja maupun menulis
mungkin memberi skor-skor yang terpisah, tetapi hal ini seharusnya
tidak diperbolehkan karena dapat mencemarkan (contaminate) skor yang
mewakili pencapaian tingkat prestasi dari hasil pembelajaran yang
dimaksudkan.
2. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas (restricted-response
questions), berilah skor dengan metode point (point method), gunakan
suatu model jawaban (pedoman jawaban) sebagai petunjuk.
Menskor dengan bantuan kunci jawaban yang sebelumnya disiapkan adalah
mungkin dengan item restricted-response karena keterbatasan pada
jawabannya. Prosedur ini melibatkan penulisan suatu model jawaban
untuk setiap pertanyaan dan menentukan jumlah point-point yang akan
diperlukan untuk itu dan untuk bagian-bagian di dalamnya. Distribusi
point-point dalam jawaban tentu saja harus mempertimbangkan semua unit
scorable yang ditandai dalam hasil pembelajaran yang diukur. Misalnya,
point-point dapat diberikan pada relevansi contoh yang digunakan dan
struktur jawabannya, serta isi dari jawaban: jika hal ini merupakan
aspek yang sah dalam hasil belajar.
3. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response
questions), skorlah dengan rating method, gunakan kriteria tertentu
sebagai pedoman penskoran.
Item-item extended-response menuntut jawaban yang terbuka dan bebas
sehingga sering kali tidak mungkin untuk menyiapkan pedoman
jawabannya. Oleh karena itu, biasanya guru atau pembuat tes itu
menilai tiap jawaban dengan menimbang-nimbang kualitasnya dalam
hubungannya dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, jadi
bukan menskor point demi point dengan kunci jawaban. Kriteria untuk
menilai kualitas dari suatu jawaban ditentukan oleh sifat pertanyaan
dan demikian juga oleh hasil pembelajaran yang diukur. Jika para siswa
diminta untuk "menjelaskan rencana lengkap dari tes prestasi belajar",
misalnya kriteria akan mencakup hal-hal seperti (1) kelengkapan
rencana (misalnya, apakah itu termasuk pernyataan objektif, kumpulan
dari perencanaan yang terperinci, dan jenis yang sesuai item, (2)
kejelasan dan akurasi dengan setiap langkah yang telah dijelaskan, (3)
kecukupan pembenaran untuk setiap langkah, dan (4) tingkat keterpaduan
dari bagian-bagian rencana.
Biasanya kriteria untuk mengevaluasi jawaban digunakan untuk
mengklasifikasikan jawaban-jawaban itu ke dalam lima tingkat, yang
selanjutnya diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 atau A, B, C, D, dan E.
Lebih lanjut keseragaman standar dari grading biasanya diperoleh
dengan membaca jawaban dua kali untuk setiap pertanyaan. Selama
membaca bacaan pertama, tulisan harus disortir secara tentatif menjadi
lima tumpukan, mulai dari kualitas yang tinggi ke rendah atau
sebaliknya. Pembacaan kedua dapat mencapai tujuan memeriksa
keseragaman jawaban di setiap tumpukan dan membuat sebuah perubahan
penting dalam menilai.
4. Evaluasi semua jawaban-jawaban siswa untuk satu pertanyaan sebelum
melanjutkan ke pertanyaan berikutnya.
Menskor atau menilai tes essay dengan pertanyaan demi pertanyaan,
lebih baik daripada siswa demi siswa, hal ini memungkinkan untuk
mempertahankan standar keseragaman dalam menilai jawaban untuk setiap
pertanyaan. Prosedur ini juga membantu untuk menghindari halo effect
dalam menilai. Manfaatnya adalah agar guru dapat membandingkan jawaban-
jawaban siswa dalam tingkat-tingkat yang lebih tepat, dan agar guru
hanya berpegang pada satu daftar angka guna menjamin ketepatan dalam
menilai.
5. Evaluasi jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahuai identitas
penulis.
Hal ini merupakan upaya lain untuk mengontrol personal bias selama
menskor. Jawaban-jawaban dari soal essay dievaluasi dalam bentuk
tertulis, bukan dalam bentuk apa yang diketahui penulis dari kontak
langsung dengan siswa. Cara terbaik untuk mencegah pembiasan dalam
penilaian adalah mengevaluasi setiap jawaban tanpa mengetahui
identitas penulis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menginformasikan kepada siswa untuk menuliskan namanya dibelakang
kertas jawabannya atau dengan menggunakan kode nomor sebagai pengganti
nama.
6. Bila memungkinkan, mintalah dua atau lebih orang guru lain yang
mengetahui masalah itu, untuk menskor tiap jawaban.
Hal ini diperlukan untuk mengecek kehandalan scoring terhadap jawaban-
jawaban essay itu. Tentu saja hal ini tidak perlu dilakukan pada
setiap penskoran, tetapi sewaktu-waktu saja, misalnya jika diperlukan
untuk memilih siswa-siswa yang akan dicalonkan untuk mengikuti latihan
tertentu atau untuk memilih juara sekolah.
Sementara, menurut Azhar, L. M (1991), terdapat beberapa upaya untuk
meningkatkan objektivitas penilaian dalam tes essay yaitu sebagai
berikut.
1. Baca beberapa lembar jawaban yang diambil secara acak (random)
sebagai gambaran umum sebelum mulai memberikan penilaian.
2. Usahakan tidak melihat nama testi. Bila perlu digunting dan diberi
kode seperti pada saat memeriksa tes Ebtanas.
3. Jangan memberi skor dipengaruhi oleh tulisan yang baik/buruk.
4. Periksalah nomor yang sama untuk seluruh testi baru ke nomor
berikutnya.
5. Buatlah pedoman penilaian sebelumnya (terlebih-lebih untuk tes
essay yang diperiksa lebih dari seorang) hingga skor yang diberikan
relatif sama.
6. Buat pula kunci jawaban yang memuat hal-hal pokok yang harus ada
dalam masing-masing jawaban.
7. Bila tes essay disatukan dengan tes objektif maka tes essay dapat
dikategorikan "sukar" dalam merancang kisi-kisi untuk tingkat
kesukaran soal tetapi bila seluruh tes adalah tes essay soal dapat
dibagai menjadi 3 atau 5 tingkatan. Dengan demikian untuk yang terbagi
menjadi 3 tingkatan akan terdapat soal-soal yang mudah (md), sedang
(sd), dan sukar (sk). Demikian juga untuk yang terbagi menjadi 5
tingkatan akan terdapat soal-soal yang lebih mudah (lmd), mudah (md),
sedang (sd), sukar (sk) dan lebih sukar (lsk).
8. Menggunakan metode berikut dalam menskor tes essay, antara lain:
a. Metode analisis: yakni menskor dengan menyiapkan model jawaban
berdasarkan tahapan tingkat kebenaran suatu jawaban dengan memberikan
skor tertentu. Misalnya: ¼ benar diberikan skor 2,5; ½ benar diberikan
skor 5; ¾ benar diberikan skor 7,5; dan benar semuanya diberikan skor
10 untuk setiap item.
b. Metode sortir: yakni menskor dengan terlebih dahulu melakukan
sortir terhadap keseluruhan pekerjaan testi. Penyortiran dilakukan
dengan mengklasifikasikan jawaban yang ada. Misalnya jawaban benar
(baik), cukup, sedang, kurang, dan kurang sekali. Tiap klasifikasi
diberikan skor misalnya 9 – 10; 7 – 8; 5 – 6; 3 – 4; dan 1 – 2 dari
yang baik hingga ke yang kurang sekali.
c. Metode keseluruhan (whole method): yakni pemeriksaan secara nomor
demi nomor bagi seluruh testi hingga diperoleh jawaban dari tingkat
yang paling baik hingga ke yang paling buruk lalu dilakukan pemberian
skor. Misalnya yang paling baik diberikan skor 10; baik diberikan skor
8; cukup diberikan skor 6; sedang diberikan skor 4; dan kurang
diberikan skor 2 untuk setiap item tes.
d. Metode pembobotan (weight system): yakni dengan memberikan
perbandingan bobot skor dari setiap item tes berdasarkan tingkat
kesukaran (difficulty index) soal. Misalnya untuk soal mudah dengan
bobot 2, sedang 3, sukar 4 dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh Sa (skor akhir) untuk siswa A dan siswa B yang
mengikuti tes essay dengan 5 item tes berikut!
Keterangan:
No : nomor soal
TK : tingkat kesukaran soal
n : skor setiap soal
W : weight/bobot skor
n × W : skor kali bobot
Sa : skor akhir
Rumus Sa =
Dari contoh di atas, ternyata antara siswa A dan B dengan (n) yang
sama yakni 35 ternyata (Sa) berbeda setelah dibobotkan yakni siswa A
memperoleh skor 7,47 dan siswa B memperoleh skor 6,93.
Sementara, menurut Sukardi, H.M (2009), pemberian skor pada tes essay
dapat dikatakan mudah dan juga dapat dikatakan sulit. Dikatakan mudah,
karena setiap guru pasti merasa bisa memberikan skor jawaban para
siswanya termasuk penggunaan jawaban yang berasal dari tes essay,
karena dalam pemberian skor pada tes essay tidak ada eksplanasi
penilaian angka secara pasti diberikan. Sebaliknya dikatakan sulit,
karena banyak faktor selalu muncul yang dapat mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan pada penilaian siswa. Faktor-faktor tersebut
diantaranya subjektivitas, pertimbangan, dan pengaruh interaksi antara
guru dengan para siswa selama dalam proses pembelajaran berlangsung.
Untuk mengatasi faktor-faktor di atas, berikut beberapa petunjuk yang
dapat digunakan sebagai acuan para guru, antara lain:
1. Menyusun jawaban kunci untuk setiap pertanyaan yang mengandung
materi penting yang dapat digunakan sebagai acuan dasar ketika
melakukan penilaian.
2. Menentukan skor dari setiap pertanyaan berdasarkan bobot
permasalahan, kompleksitas jawaban, dan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan jawaban.
3. Memutuskan berapa poin pengurangan skor penilaian apabila siswa
melakukan kesalahan kecil, misalnya kesalahan ejaan, tanda baca, dan
penggunaan kata.
4. Mengevaluasi satu pertanyaan pada semua lembar jawaban, sebelum
lanjut ke pertanyaan berikutnya.
5. Guna mencek kesamaan kualitas jawaban, kelompokkan lembar jawaban
siswa ke dalam 3 – 5 tumpukan dengan memperhatikan ranking dari yang
tertinggi sampai terendah dan menempatkan lembar jawaban siswa ke
dalam tumpukan yang ada atas dasar skor yang dicapai.
6. Usahakan dalam proses penilaian jawaban soal tidak melihat nama
siswa penjawabnya.
7. Disarankan untuk sering beristirahat untuk mencegah kelelahan dan
kejenuhan yang dapat mengakibatkan pemberian skor berubah secara
signifikan.
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Tes essay adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya
terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung
permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata
yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa.
2. Kelebihan tes essay diantaranya : (a) mengukur proses mental para
siswa dalam menuangkan ide-ide ke dalam jawaban, (b) mengukur
kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri,
(c) mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan
menyatakan pemikiran siswa secara aktif, (d) mendorong siswa untuk
berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat
mereka sendiri, (e) mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan
mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di
dalam kelas, (f) kebebasan respon yang diberikan oleh para siswa, (g)
mencegah siswa menjawab secara menebak serta relatif lebih mudah dan
lebih cepat dibuat dibandingkan dengan tes objektif. Sedangkan
kelemahannya diantaranya: (a) ruang lingkup yang disajikan dalam
bentuk tes essay kurang menyeluruh, (b) dalam pemeriksaan dan
pemberian nilai akhir seringkali dipengaruhi faktor subjektivitas, (c)
pemeriksaan jawaban pada tes essay ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang, (d) memeriksa jawaban tes essay cukup rumit.
3. Ditinjau dari cara menyajikan soal, tes essay dapat dikelompokkan
menjadi dua macam, yaitu: Tes essay (uraian) berstruktur dan Tes essay
(uraian) bebas. Sedangkan jika ditinjau dari pola jawaban siswa dan
cara pemberian skor untuk setiap langkah jawaban itu, tes essay
(uraian) dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: Bentuk Uraian
Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO).
4. Jenis-jenis pertanyaan dalam tes essay meliputi: (a) pertanyaan-
pertanyaan dengan jawaban terbatas (retricted-response questions) yang
berguna dalam mengukur hasil pembelajaran pada tingkat pemahaman,
aplikasi, dan analisis, dan (b) pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban
terbuka (extended-renponse questions) yang digunakan untuk mengukur
hasil pembelajaran pada tingkat sintesis dan evaluasi. Pertanyaan ini
memberikan kebebasan kepada siswa yang hampir tak terbatas untuk
menentukan bentuk dan ruang lingkup jawaban mereka.
5. Aturan-aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes essay yaitu: (a)
gunakan pertanyaan essay sebagai alat ukur hasil belajar yang
kompleks, (b) hubungkan pertanyaan-pertanyaan langsung yang
berhubungan dengan hasil belajar yang diukur, (c) rumuskan pertanyaan
yang menyajikan tugas yang jelas untuk dilakukan, (d) hindari
penggunaan pertanyaan pilihan kecuali pertanyaan hasil belajar yang
memerlukan itu, dan (e) sediakan waktu yang cukup untuk menjawab dan
memberikan batas waktu pada setiap pertanyaan.
6. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan objektivitas
penilain dalam tes essay, diantaranya: (a) evaluasi jawaban-jawaban
untuk soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar yang sedang
diukur, (b) untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas (restricted-
response), berilah skor dengan metode point (point method), gunakan
suatu model jawaban (pedoman jawaban) sebagai petunjuk, (c) untuk soal-
soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response answer), skorlah
dengan rating method, gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman
penskoran, (d) evaluasi semua jawaban-jawaban siswa untuk satu
pertanyaan sebelum melanjutkan ke pertanyaan berikutnya, (e) evaluasi
jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahuai identitas penulis, dan
(f) bila memungkinkan, mintalah dua atau lebih orang guru lain yang
mengetahui masalah itu, untuk menskor tiap jawaban.
5.
a. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan
tes antara lain:
1. Pemulihan sampel materi yang akan diujikan hendaknya dilakukan dengan
mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;
2. Jenis tes yang akan digunakan berhubungan erat dengan jumlah sampel
materi yang akan diukur, tingkat kognitif yang akan diukur, jumlah peserta
tes, serta jumlah soal yang akan dibuat;
3. Jenjang kemampuan berfikir yang ingin diuji
Setiap mata pelajaran mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda dalam
mengembangkan proses berfikir siswa. Dengan demikian jenjang kemampuan
berfikir yang akan diuji pun berbeda-beda. Jika tujuan suatu pelajaran
lebih menekankan pada pengembangan proses berfikir analisis, evaluasi, dan
kreasi maka butir soal yang akan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur
kemampuan tersebut demikian juga sebaliknya.
4. Ragam tes yang digunakan
Ragam tes yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur hasil belajar siswa
baik itu berupa tes objektif maupun tes uraian.
5. Sebaran tingkat kesukaran butir soal
Pada umumnya ahli pengukuran sepakat bahwa butir soal yang dapat memberikan
informasi yang besar kepada guru adalah butir soal yang tingkat
kesukarannya sedang (harga p di sekitar 0,5). Secara teoritis dapat dilihat
bahwa butir soal dengan tingkat kesukaran = 0,5 akan sangat memungkinkan
indeks daya beda maksimal (mendekati 1).
6. Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan ujian
Lamanya waktu ujian merupakan faktor pembatas yang harus diperhatikan dalam
membuat perencanaan tes. Lamanya waktu ujian (misalnya 90 menit) akan
membawa konsekuensi kepada banyaknya butir soal yang harus dibuat.
7. Jumlah butir soal.
Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujian tergantung
pada beberapa hal antara lain: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
ragam soal yang akan digunakan, proses berfikir yang ingin diukur, dan
sebaran tingkat kesukaran dalam set tes tersebut.
b. Langkah-langkah dalam menyusun tes
a) Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karna
setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan
tes prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan atau
diukur disesuaikan seperti untuk kuis/menanyakan materi yang lalu,
pertanyaan lisan di kelas, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian
praktik
b) Memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar
kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus
diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan
kompetensi dasar.
c) Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non tes atau
mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi
penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang
diajukan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik).
Kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap
mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi
(UKRK). Langkah selajutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan
apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila
jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan
bentuk soal atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang
tepat adalah tes perbuatan: kinerja
(performance),Penugasan (Project), hasil karya (Product), atau lainnya.
d) Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir-butir soal beserta pedoman
penskorannya. Dalam menulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.
Contoh format kisi-kisi:
Kisi-kisi Tes Akhir Semester
Mata Pelajaran :
Kelas :
Waktu Ujian :
Penulis :
Bentuk soal :
Jumlah butir soal :
Sekolah :
"No."Pokok "Jenjang kemampuan dan tingkat kesukaran "Jumlah"
" "Bahasan" " "
" "Sub " " "
" "Pokok " " "
" "Bahasan" " "
" "C1 "C2 "C3 "C4, 5,6 " " " " "md "sd "sk "md "sd "Sk "md "sd "sk "md "sd
"sk " " " " " " " " " " " " " " " " "
" "Langkah-langkah pengisian format kisi-kisi:
1. Siapkan format kisi-kisi dan buku materi yang akan digunakan
sebagai sumber dalam pembuatan kisi-kisi
2. Tentukan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan
dipilih sebagai sampel materi yang akan diujikan. Kemudian tuliskan pokok
bahasan tersebut pada lembar kisi-kisi. Pemilihan ini hendaknya harus
memperhatikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapaidan waktu ujian yang
telah ditentukan.
3. Tentukan berapa jumlah butir soal yang layak ditanyakan
dalam satu waktu ujian tersebut. Petentuan jumlah butir soal harus
memperhatikan tingkat kesukaran butir soal dan pproses berfikir yang akan
diukur
4. Sebarkan jumlah butir soal tersebut per pokok bahasan.
Penentuan jumlah butir soal per pokok bahasan hendaknya dilakukan secara
profesional berdasarkan kepentingan atau keluasan pokok bahasan. Jadi
jumlah butir soal per pokok bahasan tidak harus sama
5. Distribusikan jumlah butir soal per sub pokok bahasan
tersebuut ke dalam sub pokok bahasan
6. Distribusikan jumlah butir soal per sub pokok bahasan
tersebut ke dalam kolom-klom proses berfikir dan tingkat kesukaran butir
soal. Pendistribusian ini harus berpedoman pada tujuan ppembelajaran yang
akan diukur ketercapaiannya dan proses berfikir yang dikembangkan selama
proses pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam penyusunan perencanaan tes perlu diperhatikan tes hasil belajara
harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar. Disamping itu tes juga
harus dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki
cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
Dalam perencanaan tes sangat diperlukan kisi-kisi agar tes objektif yang
akan ditulis tidak melenceng dari meteri yang telah diajarkan selama proses
pembelajaran dan juuga menjadi pedoman bagi penulis dalam menulis setiap
butir soal.
Saran
Dengan adanya perencanaan tes diharapkan suatu tes benar-benar dapat
menjadi instrumen yang dapat mengukur kemampuan siswa
6.
-----------------------
Sumber Materi:
BMP 4301
Modul 1- 6