TOXOPLASMOSIS
A. Etiologi Penyakit Toxoplasmosis Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka penyakit yang disebabkan oleh
toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili babesiidae. Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel endothelial pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, pam-pam, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya. Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan seterusnya, belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni. Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat dibawah mikroskop, bentuk oval agak panjang dengan kedua Ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari
coccidium . Jika ditemukan diantara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak dibagian ujung yang berbentuk bulat. Toxoplasma gondii mudah mati dalam suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Cepat mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati jasad inipun ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya secara khronis. Bentuk pseudocyste ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis .
B. Siklus Hidup dan Morfologi Toxoplasmosis Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit. Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus atau gametogeni dan sporogoni . Yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk t erbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.
C. Cara Penularan Toxoplasmosis Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di
laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan
toxoplasma gondii .
Melihat cara penularan diatas maka kemungkinan paling besar untuk terkena infeksi toxoplamosis gondii melalui makanan daging yang mengandung Kemungkinan
ookista ke
dan
dua
yang
adalah
dimasak melalui
kurang hewan
matang. peliharaan.
Toxoplasmosis gondii yang tertelan melalui makanan akan menembus epitel usus dan diragositosis oleh makrofag atau masuk ke dalam limfosit akibatnya terjadi penyebaran limfogen. Toxoplasmosis gondii akan menyerang seluruh sel berinti, membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut destruksi akan berhenti bila tubuh telah membentuk antibodi. Pada alat tubuh seperti susunan syaraf dan mata, zat ini tidak dapat masuk karena ada sawar (barier) sehingga destruksi akan terus berjalan. Umumnya infeksi toxoplasmosis gondii ditandai dengan gejala seperti infeksi lainnya yaitu demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening
(toxoplasmosis limfonodosa
scuta ). ). Gejala mirip dengan mononukleosis infeksiosa. Infeksi yang mengenai
susunan
syaraf
pusat
menyebabkan
encephalitis
(toxoplasma ceebralis akuta ). ). Parasit yang masuk ke dalam otot jantung menyebabkan peradangan. Lesi pada mata akan mengenai khorion
dan
rentina
menimbulkan
irridosklitis dan
khorioditis
(toxoplasmosis ophithal mica akuta ). ). Bayi dengan toxoplamosis
kongenital akan lahir sehat tetapi dapat pula timbul gambaran eritroblastosis foetalis, hidrop foetalis.
D. Pencegahan Toxoplasmosis Dalam hal pencegahan toxoplasmosis yang penting ialah menjaga kebersihan, mencuci tangan setelah memegang daging mentah menghindari feces kucing pada waktu membersihkan halaman atau berkebun. Memasak daging minimal pada suhu 66°C atau dibekukan
pada
suhu
-20°C.
Menjaga
makanan
agar
tidak
terkontaminasi dengan binatang rumah atau serangga. Wanita hamil trimester
pertama
sebaiknya
diperiksa
secara
berkala
akan
kemungkinan infeksi dengan toxoplasma gondii. Mengobatinya agar tidak terjadi abortus, lahir mati ataupun cacat bawaan.
E. Pengobatan Toxoplasmosis Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25-50 mg per hari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari selama sebulan. Karena
efek
samping
obat
tadi
ialah
leukopenia
dan
trombositopenia, maka dianjurkan untuk menambahkan asam folat dan yeast selama pengobatan. Trimetoprimn juga temyata efektif untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi antara pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah efektifitasnya. Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa peneliti menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita
toxoplasmosis.
Berikut analisis dari artikel di atas : 1. Penyebab penyakit toxoplasmosis Awalnya toxoplasma disebabkan oleh Ookista. Ukuran Ookista berkisar antara 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing
dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus atau
gametogeni dan sporogoni . Yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompokkelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Sehingga manusia harus menghindari daging mentah atau kurang matang untuk untuk dikonsumsi, dikonsumsi, karena karena daging daging yang yang masih mentah
masih
mengandung kista. Dimana penyakit ini dapat ditularkan melalui vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Disisi lain transmisi toxoplasma bisa menyerang ke janin dan terjadi utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Oleh sebab itu pastikan menjaga kebersihan, mencuci tangan setelah memegang daging mentah menghindari menghindari feces kucing kucing pada pada waktu waktu membersihkan halaman atau berkebun. Memasak daging minimal pada suhu 66°C atau dibekukan pada suhu -20°C. Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi dengan dengan binatang rumah atau serangga. 2. Interaksi Host, Agent dan Environmentnya pada toxoplasmosis Faktor Host : a.Genetik, pada penyakit ini tidak termasuk genetik karena ditularkan melalui ookista yang oleh hospes perantara b.Umur, jenis kelamin, etnik, status perkawinan, dalam hal ini juga tidak mempengaruhi terjadinya penyakit
toxoplasmosis c. Status Fisiologis, seperti kehamilan, penyakit toxoplasmosis jga menyerang wanita
hamil
sehingga
bayi
yang
dilahirkan
dengan
toxoplamosis kongenital akan lahir sehat tetapi dapat pula
timbul gambaran eritroblastosis foetalis, hidrop foetalis. Walaupun begitu hendaknya Wanita hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala akan kemungkinan infeksi dengan toxoplasma gondii. Mengobatinya agar tidak terjadi abortus, lahir mati ataupun cacat bawaan. d. Pengalaman imunologi sebelumnya, Dalam
hal
ini
juga
tidak
mempengaruhi
terjadinya
toxoplasmosis e. Perilaku, Hal ini sangat berpengaruh terjadinya penyakit toxoplasmosis . Gaya hidup sehat yang buruk, seperti pola makan yang tidak teratur, hygiene makanan yang buruk adalah penyebab utama terjadinya penyakit ini Faktor Agent :
a. Agent biologis : banyaknya bakteri penyebab toxoplasmosis , seperti toxoplasma gondii b.
Agent nutrient : tidak mempengaruhi terjadinya penyakit ini
c.
Agent fisik : adanya panas, radiasi, dingin dan kelembaban
sangat mempengaruri perkembangan hidup penyakit ini Faktor Lingkungan: a. Lingkungan fisik : kondisi kondisi udara dapat dapat mengakibatkan bakteri bakteri maupun virus penyebab penyakit ini mudah menyerang manusia b. Lingkungan biologi : kepadatan penduduk, hewan dan tumbuhan memberikan efek bagi perkebangan penyakit ini untuk mempermudah penyebaran Dari ketiga faktor tersebut saling berhubungan dan berpengaruh terhadap perkembangan penyakit toxoplasma .
3. Riwayat alamiah toxoplasmosis Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan penyakit secara alamiah, tanpa ikut campur tangan medis atau intervensi kesehatan lainnya. Tahapan riwayat alamiah toxoplasmosis : a. Fase Prepatogenesis telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit Toxoplasmosis gondii masih ada di luar tubuh manusia yang membentuk kista, dimana para kuman mengembangkan
potensi
infektifitas,
siap
menyerang
manusia dan belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih kuat. b. Fase Patogenesis, Patogenesis, ada 3 tahap : Tahap penyakit inkubasi : ditandai dengan gejala seperti infeksi lainnya yaitu demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening (toxoplasmosis limfonodosa scuta ). ). Tahap penyakit dini :
Toxoplasmosis gondii
tertelan melalui makanan akan
menembus epitel usus dan diragositosis oleh makrofag atau masuk ke dalam limfosit akibatnya terjadi penyebaran
Toxoplasmosis gondii akan menyerang seluruh sel limfogen. Toxoplasmosis berinti, membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut destruksi akan berhenti bila tubuh telah membentuk antibodi. Tahap penyakit lanjut : Pada alat tubuh seperti susunan syaraf dan mata, zat ini tidak dapat masuk karena ada sawar (barier) sehingga destruksi akan terus berjalan.
c. Fase Post Patogenesis Pada fase ini penderita bisa sembuh namun tidak 100%, jadi dapat dikatakan di dalam tubuhnya masih terdapat beberapa bakteri dari penyakit tersebut 4.
Model epidemiologi yang digunakan adalah : Model jaring-jaring sebab akibat, karena pada penyakit ini bukan penyakit menular tetapi disebabkan karena ookista kucing yang masuk ke tubuh manusia melalui hospes perantara, seperti daging sapi.