1
TIMBANGAN BUKU
I.
DATA BUKU
Judul Buku
:
Perang Saudara Lebanon 1975-1990
Pengarang
:
Syam Soemanegara, R. Dermawan Soemanegara
Penerbit
:
Rizky Offset
Jumlah Hal
:
139
Tahun Terbit :
II.
-
KATA PENGANTAR Buku yang berjudul perang saudara Lebanon ini merupakan cerita sebuah
tragedi kemanusiaan, perang tersebut hanya akan menorehkan catatan hitam pada lembaran sejarah bangsa tersebut. Sejarah kelam perang saudara akan selamanya meninggalkan kenangan pahit. Pada perang saudara Lebanon 1975-1990, ribuan orang menjadi korban. Sipil yang tidak berdosa menanggung akibat terbesar dari perang tersebut. Tatanan sosial dan hubungan harmonismultisektarian menjadi hancur. Pada perang saudara 15 tahun, bangsa Lebano tidak mendapatkan apapun, selain kerugian moril dan materiil yang besar. Sejarah akan perang saudara selalu berulang. Berulang di tempat dan pada waktu yang berlainan. Sesungguhnya bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat mengambi pelajaran dari sejarah bangsanya sendiri dan sejarah bangsa lain. Tragedi kemanusiaan yang terbesar, perang saudara, dapat trjadi pada masyarakat yang memiliki beragam perbedaan cara pandang, suku, agama dan kepentingan pribadi serta golongan III.
INTI ULASAN ISI BUKU 1. Pendahuluan
2
a.
Sebagai ilmu pengetahuan motivasi bersifat universal dan sistematis,
yaitu mencakupi kaidah-kaidah, prinsip-prinsip dan konsepsi serta mengacu pada landasan teoritis yang ada dalam melaksanakan fungsi-fungsi dasar dari
manajemen
umum;
tahap
perencanaan,
pengorganisasian,
pengoordinasian, dan hingga ke tahap penilaian (evaluasi). Sebagai suatu seni, manajemen merupakan bagaimana cara memimpin (leadership) orang lain demi mencapai tujuan bersama pada sebuah lembaga/organisasi, termasuk manajemen untuk mengelola bidang keuangan, manajemen pemasan, dan lain sebagainya. b.
Pada
dasarnya
Manajemen
pendidikan
perencanaan,pengorganisasian,pengarahan,
dan
adalah
pengendalian
proses usaha-
usaha personal pendidikan dalam mendayagunakan semua sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan. c.
Disamping itu, peranan pendidikan agar dapat berjalan efektif,efisien,
dan menghasilkan output yang berkualitas, manajemen pendidikan pun harus tertata dengan baik.Pada hakekatnya ,perencanaan pendidikan ialah proses pemikiran yang sistematis dan analisis rasional untuk meningkatkan mutu pendidikan agar lebih efektif dan efisien.
2. DUNIA MILIK ORANG BERANI, AKHIRAT MILIK ORANG BERTAQWA a.
Pepatah Dunia milik orang berani, akhirat milik orang bertaqwa
menarik kita untuk membahas, menganalisa dan mencermati makna berani dan taqwa. Berbicara tentang keberanian tentunya tidak terlepas dari rasa ketakutan. Ada yang mengatakan, begitu amat kabur batas antara keberanian dan ketakutan. Dapat dikatakan bahwa “seorang yang sangat berani karena keberaniannya yang sangat luar biasa akhirnya menjadi ketakutan sendiri. Sebaliknya seorang yang sangat penakut, karena ketakutannya yang luar biasa, akhirnya menjadi sangat pemberani” .
Dari keberanian tersebut ternyata tidak terlepas dari situasi, kondisi, latar belakang, nyali, pendidikan, latihan, profesi keahlian atau keyakinan masing-
3
masing. Permasalahn yang muncul yaitu pemberani ada yang tampak dan tidak tampak. Lebih lanjut mari kita cermati “apa” bentuk atau wujud keberanian itu? Apa yang menjadi standarnya? Dapatkah disamakan keberanian seorang pilot menerbangkan pesawatnya dengan seorang nahkoda menyelamkan kapalnya? Dapatkah pilot atau nahkoda tadi disamakan
standar
keberaniannya
dengan
seorang
pawing
yang
mempertontonkan kehebatannya kebal dari berbagai macam senjata tajam yang dihujamkan kedirinya tanpa meninggalkan goresan luka sedikitpun? Ini artinya menunjukan bahwa wujud dari keberanian menjadi sangat komplek yang tidak terlepas dari berbagai unsure sebagaimana kita telah menguraikannya. Pada dasarnya keberanian dapat dimanfaatkan pada setiap saat dan tempat baik dalam rangka pembelaan diri maupun dalam upaya penyampaian tujuan atau sasaran. Hal yang patut menjadi pertimbangan adalah efektif dan tidaknya keberanian itu dimanfaatkan. Artinya pemanfaatan keberanian sebaiknya sesuai takaran atau kebutuhan yang diinginkan. Bagaimana kita memperoleh keberanian tersebut dan bagaiman penerapannya? Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa saja berada di lingkungan keluarga, sekolahm bermain, kerja, organisasi bahkan pada lingkungan tingkat nasional, regional maupun internasional. Pada prinsipnya keberanian bisa diperoleh dan diterpkan dimanapun lingkungan berada. Kemudian pada gilirannya kini kita mengupas tentang “bagaimana” keberanian itu dibina dan dipelihar. Bahwa keberanian tidak mesti muncul begitu saja, melainkan sebagai akibat dari keturunan atau pembawaan, pendidikan, latihan, pengalaman maupun pengaruh lingkungan. Banyak cara untuk membina atau memelihara keberanian diantarnya kita memedomani SWOT( strength, Weeknes, Opportunity dan threat). Namun disisi lain, penambahan wawasan serta belajar dari pengalaman berharga orang lain juga menambah kelengkapan dalam membina dan memlihar keberanian kita.
4
Kini kita akan membahas tentang “Taqwa” itu sendiri. Taqwa dapat dimaknakan sebagaikonsistensiterhadap perintah, keharusan dan larangan yang sudah digariskan dalam ajaran agama, yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Disamping hal-hal yang berkaitan dengan duniawi atau jagad raya ini, masih afa alam lain yang belum kita lihat dan belum kita rasakan.
Namun
sudah
bisa
kita
bayangkan
sesuai
kemampuan,
pengetahuan dan kepercayaan kita masing-masing. Diantara alam-alam yang belum kita lihat tadi ada yang paling popular yang sering kita sebut “Alam Akhirat”. Di ala mini banyak diajarkan dan dicontohkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pe,balasan terhadap tingkah laku perbuatan seseorang sewaktu hidup di dunia. Dikaitkan dengan pembuktian atau kenyataan yang belum tampak tadi justru diperlukan hal yang sangat mendasar yaitu “Kepercayaan dan Keyakinan”. Berdasarkan kepercayaan itulah muncul istilah yang kita kenal dengan “Taqwa”. Jadi taqwa merupakan cerminan seseorang dalam melaksanakan perintah keharusan dan larangan melalui tingkah laku perbuatan sehari-hari berdasarkan keyakinan yang diyakini. Pada “Taqwa” ini terjadi prosers pertarungan sengit yang bisa berakibat positif atau negatif. Positif berarti merasa percaya atau yakin, negative berarti tidak percaya bahkan mengaanggap sesuatu yang hanya khayalan belaka. Baik positif maupun negatif tadi merupakan hak pikiran atau otak yang bisa terjadi pada otak seseorang yang bodoh, biasa-biasa saja atau yang pintar maupun genius sekalipun. Itulah sebabnya pemahaman tentang ketaqwaan menjadi semakin rumit namun tetap menarik. Selanjutnya apabila kita sandingkan antara berani – dunia dan taqwa – akhirat, maka kita ketemukan adanya kaitan, sambungan, lanjutan, dan keterhubungan timbal balik yang saling mendukung dan mempengaruhi. Artinya dengan memahami adanya dunia akhirat seseorang akan menggali wujud taqwa dan berani. Boleh jadi seseorang bisa berani karena ketaqwaannya pemberani.
atau
karena
ketaqwaannyalah
seseorang
menjadi
5
3.
NADA DAN IRAMA KEHIDUPAN Hampir semua manusia menyukai music atau nada. Barangkali kita sepakat
bahwa hidup ini terasa hampa jika tidak menikmati indahnya irama music atau sejenisnya. Bahkan setiap bangsa memiliki lagu-lagu kebangsaan, lagu wajib yang meningkatkan semangat, kegembiraan atau kesedihan. Kenikmatan, keindahan, keharuan atau semangat yang tercermin dalam nada irama, tiap orang, tiap bangsa bisa bisa berbeda-beda. Bisa jadi dilandasi oleh budaya, suasana kejiwaan atau kebatinan masing-masing individu atau kelompok bangsa. Namun ada yang jelas dari perbedaan-perbedaan itu, yaiutu tidak pernah ada keindahan dari nada irama yang merata. Dikatakan dan dirasakan bahwa kemerataan nada hanyalah sesuatu yang tidak mempunyai seni. Bahkan bisa membuat resah, jengkel atau stress. Dengan kata lain, irama yang indah adalah yang mempunyai makna seni yang menalun, meliuk-liuk, dll. Sesuai seni dan selera masing-masing akan membuat keseluruhan menjadi utuh dan indah. Uraian diatas, bila diresapi tidak jauh bahkan hamper sama seperti gambaran kehidupan kita. Artinya kita tidak bisa melihat sesuatu kehidupan manusia hanya sepenggal-sepenggal saja. Bahwa kehiduoan panjang, begitu luas, penuh liku-liku ada keindahan, ada kesedihan ada pula penuh ketidak pastian. Pengertian yang lebih sederhananya adalah agar kita senantiasa berupanya mengurangi jauh-jauh cara berfikir negative dan senantiasa berupaya mengembangkan sebanyak-banyaknya cara berpikir positif, dengan catatan, tidak boleh mengbaikan hal negative saat berpikir positif dan sebaliknya.
4. MENGHADAPI KEBAHAGIAAN DAN MENGATASI PENDERITAAN Tema diatas tepat dan menarik dikaitkan situasi dan kondisi yang berlaku saat itu, atau mungkin pula dengan sengaja pencetus ide tema atau mempunyai tujuan untuk menarik perhatian, membangkitkan semangat bahkan
6
sebagai sarana control terhadap pemerintah. Tetapi apabila kita cermati, benarkah dan tepatkah kalimat ini? Mungkin saja benar dan mungkin juga tepat jika dilihat dari kegunaan, kepentingan maupun tujuan pembuatan judul atau tema. Kehidupan yang begitu panjang, luas, keras dan penuh liku-liku ini, maknanya bahwa dalam kehidupan pasti ada bahagia-menderita, manis-pahit, mudah sulit, terang-gelap sakit-sehat dan lain sebagainya. Oleh karena itu kita perlu memahami tentang makna kebahagiaan dan penderitaan dalam kehidupan kita. Bahwa kebahagiaanharus kita terima dan kita akui sebagai hadiah, berkah, rahmat, anugerah, nikmat dari Tuhan YMEm yang sekaligus sebagai ujian bagi kita. Dalam kebahagiaan kita diuji sejauh mana kita merasakan dan memanfaatkan kebahagiaan itu, baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Juga dalam kebahagiaan itu kita diuji untuk tidak terjebak dalam kebahagiaan dan terperosok dalam penderitaan. Disisi lain bahwa penderitaan juga sebagai ujian dari Tuhan YME kepada umatnya untuk lebih memahami dan merasakan tentang kesedihan, kesulitan, penderitaan dan kebahagiaan. Jadi kalau kita cermati bahwa pada saat bahagia kita tidak boleh melupakan derita, sebaliknya pada saat kita menderita kita tidak boleh melupakan kebahagiaan. Banyak cara dalam menghadapi kebagiaan: Pertama, marilah kita senantiasa bersyukur kepada Tuhan YME atas karunia, rahmat, taufik dan hidayahnya. Kedua, kita harus menikmati kabahagiaan itu dengan rasa bahagia yang sebenarnya. Tidak semu, tidak dibuat-buat, tidak dipaksakan dan tidak berlebihan. Ketiga, kita harus pertahankan bahwa ditinggalkan hal-hal yang membuat kita bahagia. Keempat, kita harus perbanyak kebaikan kepada orang lain. Kelima, harus tetap wapada terhadap segala kemungkinan yang dapat membahayakan atau mengancam kebahagiaan kita. Keenam, harus siap meghadapi hal yang terburuk terhadap kebahagiaan kita. Dan bagaimana kita mengatasi penderitaan? Diantanranya : Pertama, mari kita senantiasa berdoa kepada Tuhan YME agar segera keluar dari penderitaan yang dihadapi, Kedua, tetap tegar, tabah, besar hati dan yakin penderitaan
7
akan berakhir. Ketiga, terus menerus berupaya dan berusaha untuk mendapatkan jalan yang terbaik. Keempat, jangan ragu dan jangan bimbang untuk meminta bantuan kepada orang lain. Kelima, tetap menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Keenam, pertahankan dan tingkatkan keprcayaan tadi menjadi suatu keberhasilan. Maka marilah kita kembali menyakini akan kebesaran Tuhan. Kita dituntut untuk tetap dan selalu ingat kebesaran itu, kapanpun dan dimanapun kita berada. Janganlah terlalu bersenang-senang pada saat dikaruniai kebahagiaan, tetapi juga harus kita terima dan kita syukuri serta kita nikmati kebahagiaan, tetapi juga kita terima dan kita syukuri serta kita nikmati kebagiaan itu. Sebaliknya janganlah terlalu sedih dan bermuram, dikala itu itu kita sedang diuji penderitaan, tetapi justru kita dituntut agar tetap tegar, percaya diri dan yakin adanya harapan, imbalan dan pembalasan dari Tuhan YME.
5.
BERAWAL DARI SENYUM, BERAKHIR DI SETIA Melalui ungkapan berangkat dari senyum, berakhir di setia kita akan
mencoba memahami dan mengkaitkannya dengan keberadaan dan kehidupan manusia di dunia. Dapat diibaratkan apabila kita berangkat dari tersenyum dan akan berakhir di setia maka kita akan lalui antara lain, salam, silahturahmi dan solid. Inilah suati jembatan atau pedoman yang digunakan dalam menelusuri jalan rintisan meneuju ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan. Perjalanan itu berangkat dari senyum terus ke salam, lanjut ke silahturahmi, lanjut ke solid dan berakhir di setia. Lintasan ini disebut 5 (lima) S, yaitu senyum, salam, silahturahmi, solid dan setiab. Senyum adalah
suatu
bukti
dari
seseorang
yang
mencerminkan
kegembiraan, kesuksesan, keceriaan, kesenangan bahkan kebahagiaan, meskipun
ada
kalanya
tersenyum
adalah
berpura-pura
atau
tindakan
pengelabuhan dari seseorang yang jengkel atau dendam kepada orang lain. Tersenyum yang dimaknakan dalam lintasan jalan kebahagiaan ini adalah tersenyum yang sesungguhnya, tersenyum yang tidak dibuat-buat atau untuk
8
menutup-nutupi rasa jengkel dan dendam ke orang lain. Suatu senyum yang tulus dari seseorang yang berasal dari hati yang paling dalam dan diteruskan ke mulut atau bibir, tanpa basa-basi,tanpa diada-adakan,sehingga benar-benar terasa menyenangkan, melegakan dan menyegarkan hati siapapun yang menyaksikan. Salam adalah adanya kontak fisik dan lebih jelas, antaranseseorang yang tersenyum dengan orang yang dituju atau orang yang disenyumi. Inilah langkah atau tahap yang lebih jauh dan lebih dalam dibandingkan dengan baru tersenyum
saja.
Sulit
untuk
mengukur
atau
memastikan
berapa
perbandingannya antara senyum dengan salam. Salam merupakan ucapan, sapaan, atau teguran yang diberikan dari seseorang kepada orang lain yang dituju. Salam bisa disampaikan kepada satu orang atau kepada banyak orang sekaligus. Teguran atau sapaan salam biasanya akan dijawab dengan salam juga disertai dengan anggukan dan senyuman. Dari salam terjadilah komunikasi yang menjadi lebih dekat, lebih banyak, lebih dalam dan lebih luas. Artinya setelah penyampain salam ditanggapi dengan baik dan dibalas, akan sangat berkemungkinan ada lanjutan komunikasi berikutnya, mungkin pertanyaan atau mungkin suatu berita. Silahturahmi, adalah kedatangan atau kunjungan seseorang, atau sejumlah orang ke tempat orang lain dengan tujuan tertentu, lebih menonjolkan kekeluargaan mempunyai dan mempunyai makna yang sangat luas. Jadi istilah ini memiliki/mencerminkan adanya hubungan yang baik, saling memahami, saling mengerti, saling bisa menerima dan saling memaafkan. Solid mempunyai arti sebagai sesuatu yang siap, yang utuh, yang lengkap, yang kuat, yang mandiri. Pada lintasan jalan kebahagiaan, solid mengandung pengerian yaitu seseorang atau sejumlah orang yang telah melewati tahap silahturahmi, selanjutnya memantapkan jati dirinya agar lebih baik dan lebih maju. Sehingga hasil silahturahmi digunakan sebagai momentum untuk menuju solid, dengan kesolidan itulah pihak-pihak yang tadinya hanya simpatik bisa berubah meningkat menjadi percaya.
9
Setia atau kesetiaan adalah wujud atau cerminan dari seseorang atau sejumlah orang tehadap sesuatu yang sudaj diyakini, di sepakati, atau diputuskan sebelumnya. Kesetiaan bisa ditunjukan kepada seseorang tertentu yang dicintai, dikasihi, disegani atau dihormati. Tapi kesetiaan juga bisa ditujukan kepada suatu badan, orgnisasi, bahkan kepada bangsa daqn Negara. Kepada siapapun kesetiaan itu ditujukan, namun pada hakekatnya kesetiaan akan didukung atau deisertai denga niat dan tekat yang tulus,ikhlas, yakin, mantap, bulat untuk menjaga, memelihara, mempertahankan, mempertahankan dan memegang teguh terhadap apa yang pernah diucapkan, dipahami dan diyakini walaupun mempertaruhkan suatu pengorbanan yang berharga. Pada hakekatnya, kita semua ingin suatu kebahagiaan yang hakiki. Kebahagiaan lahir dan batin. Dengan mempedomaninya, mendekati sekaligus bisa mawas diri. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk membina, memeihara dan meningkatkannya, antara lain bahwa kita harus senantiasa yakin tentang keesa yang maha pencipta. Pemahaman inilah saqlah satu cara dari sekian banyak cara untuk membina, memelihara dan meningkatkan kedekatan kita dengan lintasan jalan kebahagiaan tadi.
6.
MENCIPTAKAN MUSUH Setiap orang pada umumnya menginginkan Susana kehidupan yang lebih
baik dan lebih maju “Hari ini lebih baik dibandingkan hari kemarin, hari esok lebih baik dibandingkan hari ini”. Itulah pepatah yang sering
dipedomani oleh orang-orang yang menginginkan kehidupan yang lebih abaik dan lebih maju. Namun dalam kenyataannya hal itu tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Bahkan rencana yang sudah disusun sedemikain cermat dan rapi masih sering mengalami kegagalan. Kerja keras, keuletan, ketekunan yang telah didukung doapun masih banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi yang pada akhirnya menemui kebuntuan dan kegagalan. Semua itu menggambarkan bahwa begitu sulit dan rumitnya proses menuju keberhasilan. Bukan hanya itu saja bahkan saingan tersebut menjadi sebagai “musuh” usahanya yang harus disingkirkan, dihancurkan, atau dibinasakan. Masalah
10
musuh menjadikan hal yang paling mengganggu, paling menghantui dan paling menghalangi, bahkan bisa lebih dari itu, artinya musuh dapat membunuh “usaha” kita dimanapun dan kapanpun dikehendaki, Itulah sebabnya setiap usaha harus mempertimbangkan factor keamanan serta
menyiapkan
perangkat
guna
penangkalan,
pencegahan
dan
penanggulangan terhadap ancaman musuh. Selanjutnya apa saja, bilamana, dimana, bagaimana dan mengapa “musuh harus diciptakan”. Disini musuh tidak hanya diartikan dalam pengertian sempit seperti yang digambarkan diatas, yaitu halk yang jahat, yang berbahaya dan mengerikan saja. Disamping pengertian sempit tadi, musuh juga dapat diartikan dalam arti luas. Jadi musuh tidak hanya menjadi ancaman, tantangan atau hambatan saja, melainkan sebagai mitra pendorong dan dukungan obat yang menyehatkan. Kita harus melihat jauh kedepan dengan keyakinan, kekuatan dasar pijakan kita tanpa mengabaikan situasi dan kondisi lingkungan sekitar kita. Dan kita juga harus bernai dan bisa melihat kekurangan-kekurangan tadi agar dapat disusun dan direncanakan prioritasnya. Dalam istilah “keprajuritan” menguasai kemampuan sendiri, mengetahui kemampuan musuh, seribu kali perang, seribu kali menang . Artinya dengan memahami kondisi musuhserta memahami kondisi kita sendiri, kita akan dapat menghitung, mempertimbangkan, menyusun, menyiapkan dan menghadapkan secara tepat untuk memperoleh kemenangan.
7.
KESEIMBANGAN DAN KEBAHAGIAAN Keseimbangan dunia akhirat, keseimbangan lahir batin, keseimbangan
pengeluaran dan pendapatan, keseimbangan antara doa dan tindakan dan tindakan-tindakan lainnyamerupakan kalimat-kalimat yang sering kita dengar dan kita ucapkan. Namun barangkali belum jelas atau berbeda-beda dalam menafsir atau memaknai “keseimbangan” tersebut. Keseimbangan atau seimbang memiliki pengertian adanya kesamaan tingkat, jenis maupun golongan misalnya sama berat, sama besar, sama unsure dan sejenisnya antara satu dengan yang lainnya. Namun arti lain keseimbangan disini lebih menggambarkan kepada hal-hal yang berlawanan
11
atau bertolak belakang antara yang satu dengan penyeimbang lainnya. Contoh keseimbangan dunia akhirat, keseimbangan lahir batin, keseimbangan politik luar dan dalam negeri dan sejenisnya. Lantas bagaimana cara membina dan meningkatkan atau ketenangan? Banyak yang bisa dilakukan, namun beberpa hal yang perlu diperhatikan antara lain: pertama, pahami, jaga dan tunjukkan kepada orang lain tentang jadi diri kita melalui pola piker, pola sikap dan pola tindak. Dalam penerapannya bukan kita yang mengatakn, tapi justru orang lainlah yang menyatakan tentang diri kita. Kedua, pahami dan kuasai pengetahuan, wawasan sesuai profesi, pangkat, kedudukan, jabatan, tingkat atau status kita. Ini untuk mendapatkan simpati dan kepercayaan, melalui kepercayaan inilah kita memperoleh peluang untuk mencapai hasil yang maksimal. Ketiga, lakukan dan jaga silahturahmi, koordinasi, konsultasi dan bersinergi baik dengan teman seprofesi maupun teman lainnya. Ini untuk memkperoleh pengetahuan.
Keempat, tempatkan
secara tepat situasi dan kondisi didalam pergaulan baik terhadap sesame teman, bawahan maupun atasan. Ini juga unuk memperoleh simpati dan kemudahan.
Kelima,
peduli
dan
antisipatif
terhadap
lingkungan
dan
perkembangannya, agar tidak ketinggalan informasi dan siap langkah-langkah menghadapinya. Keenam, biasakan mawas diri seobyektif mungkin melalui pemahaman kekuatan dan kelemahana kita. Memanfaatkan peluang serta memperkecil anggapan negative untuk diri kita. Ini cara yang sangat sederhana untuk meningkatkan prestasi. Ketuju, biasakan berpikir positif. Kedelapan, pikirkan pertimbangan dan tentukan keputusan yang tepat sebelum bertindak, selanjutnya konsisten dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan termasuk resiko yang dihadapi. Kesembilan, perbanyak berdoa dan berbuat kebajikan. Melalui langkah-langkah tersebut niscaya kita lebih berhasil dan akan memperoleh ketenangan.
8.
TITIK KEHEBATAN Sejak dahulu telah banyak bermunculan orang-orang hebat. Hebat dalam
arti sesuai jamannya. Ada cerita-cerita tentang pewayangan atau raj-raja kuno,
12
ada kisah tokoh-tokoh sakti, ada juga kisah pahlawan-pahlwan pemberani. Dunia
terus
berputar,
jaman
terus
berubah
dan
pengetahuan
terus
berkembang, demikian pula predikat kehebatan mulai berubah. Muncullah tokoh-tokoh
baru
dengan
tampil
beda,
yang
disebut
atropolog,
psikolog,sosiolog, dll. Mereka pula memiliki keahlian macam-macam. Ada yang keahlian dan kehebatan itu diperoleh melalui pengalaman atas keberhasilan dalam hal ilmu atau teori tertentu. Ada pula yang keahlian dan kehebatannya itu diperoleh melalui pengalaman atas keberhasilannya dalam memciptakan sesuatu yang mempunyai nilai yang berarti dan bermanfaat untuk orang banyak. Ada pula yang diperoleh melalui pengalaman atas keberhasilan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kepentingan kemanusiaan atau lingkungan. Namun apabila dicermati disamping ada perbedaan-perbedaan ada pula kesamaan-kesamaan dalam meraih gelar tadi. Pada dasarnya kesamaan itu adalah, mereka berlandaskan kepada kenyataan, ilmu dan wawasan. Uniknya ada system kerjanya yang secara terencana sistematis dan terpadu, namun ada juga yang bekerja memulai dari akhir fan mengakhiri di awal. Namun
sehebat-hebatnya
seseorang,segenius-geniusnya
si
cerdas
maupun seluas-luasnya pengetahuan pada dasarnya mereka memulai dari hal kecil dan terendah. Banyak hal-hal kecil yang mempunyai makna lebih luas dibandingkan hal-hal yang lebih besar. Sesuatu kecil tadi kita sebut saja “titik”. Karena focus kita pada kehebaqtab maka sebut saja “titik kehebatan”. Dari titik inilah kita merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan jurus-jurus kehebatan dan juga menganalisa dan mengevaluasi kehebatan. Siapa yang menentukan titik kehebatan? Yang memilih dan menentukan titik kehebatan adalah kita sendiri, yang tentunya berdasarkan penilaian dan pertimbangan kita. Bahwa dimanapun kita berada, dimana tempat itu kita pilih dan kitaq tentukan sebagai titik kehebatan, maka dari tempat itulah kita mulai bekerja. Oleh karena itu di dalam pemilihan sebaiknya ada beberapa alternative yang perlu dipertimbangkan untung ruginya. Sehingga apabila ada perubahan
13
karena perkembangan yang diluar dugaan kita sudah siap alternative-alternatif lainnya.
Ini
digunakan
agar
membiasakan
bekerja
secara
sistematis,
terencana,terpadu dan bersinergi. Disamping itu akan membiasakan kita bekerja secara teratur, terukur, terkendali dan terawasi. Disisi lain kita terbiasa dengan kecermatan dan atisipatif.
PENUTUP a.
Kesimpulan.
Dari uraian diatas, maka penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut: 1) Untuk memiliki motivasi dalam melakukan setiap kegiatan kita dapat menggunakan metode-metode yang ada pada buku ini. 2) Serta pendidikan harus memiliki fungsi-fungsi pendidikian yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, agar tercipta kehidupan atau aturan yeng tersusun dengan rapi dan disiplin. b.
Tanggapan dan Saran
1) Buku ini penting untuk dibaca oleh para prajurit kususnya para perwira remaja agar dapat mendapatkan langkah-langkah yang tepat dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam organisasi. 2) Buku
ini
juga
dapat
dijadikan
pegangan
karena
memberikan
pengetahuan praktis mengenai teori-teori motivasi dan ada contoh-contoh yang diberikan dalam buku ini yang dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Cimahi, Desember 2013 Penulis,