TERMINOLOGI RESEP A. Terminologi umum : 1. R/
resipe : buatkan / racikkan.
2. M.f
misce fac : campur dan buat.
3. P.r.n
pro
4. Pro
ditujukan
5. No
re nata : bila perlu. (nama pasien).
numero : jumlah wadah yang diberikan, ditulis dalam
angka romawi dan dalam jumlah genap. 6. c
7. Cito!
segera.
8. Urgent
penting.
9. Statim
penting
10. PIM
periculum
11. Iter
12. N.I 12. N.I
Ne
cum : dengan.
sekali.
iteratie
in mora : mora : berbahaya bila ditunda.
: resep dapat diulang hingga beberapa kali.
iteratie i teratie : resep tidak dapat diulang (biasanya resep
yang di dalamnya terdapat obat – obatan psikotropika dan narkotika). B. Terminologi dalam takaran : Terminologi dalam takaran di resep menggunakan angka romawi dalam penulisannya dan biasanya biasanya takaran dituliskan dalam angka yang yang genap (walaupun kita butuh satu setengah botol, harus digenapkan menjadi Fls. II saja. Penulisan resep standar tanpa komposisi, jumlah obat yang diminta ditulis dalam satuan mg, g, IU atau ml, kalau perlu ada perintah membuat bentuk sediaan (m.f. = misce fac, artinya campurlah,buatlah). Berikut ini istilah mengenai takaran yang sering dipakai dalam resep : 1. C
cochlear
: sendok makan (15 mL).
2. Cth
cochlear theae
: sendok tah (5 ml).
3. q.s
quantum sufficiat : secukupnya.
C. Terminologi pemakaian : 1. S .. dd
signa
2. dtd
da tales dosis
: seperti dosis di atas.
3. o. … . h
omni … hora
: tiap … jam.
4. h.s
hora somni
: sebelum tidur.
5. s.u.e
signatur
6. s.u.c
signatur
… di die
: tandai … per hari.
usus externus : tandai untuk pemakaian. usus cognitus : cara pemakaian sudah
diketahui. 7. i.m.m
in manum medici
: berikan pada dokter.
8. m.i
mi hipsi
: pemakaian sendiri.
9. Potio
obat
ditujukan untuk diminum
D. Terminologi bentuk sediaan obat : 1. Tab
tablet : obat dalam bentuk tablet.
2. Cap
capsula : obat dalam bentuk kapsul.
3. Pil
pilulae
4. Pulv.
pulveres
5. Loz
6. Fl.
floss
7. Talc.
8. Supp.
suppositoria
9. Gutt.
guttae
10. Garg.
gargarisma
11. cr.
12. Susp.
suspension
: obat dalam bentuk pil. : obat dalam bentuk puyer atau serbuk.
lozenges : obat dalam bentuk tablet isap. : obat disimpan dalam botol.
talcum : obat dalam bentuk bedak/talkum. : obat rektal.
: obat tetes. : obat untuk kumur dan buang.
cream : obat dalam bentuk krim. : obat dalam bentuk suspensi.
KESIMPULAN Berdasarkan skenario di atas tindakan yang dilakukan bidan sudah melanggar peraturan perundang – undangan karena sudah memberikan resep yang bertujuan untuk menggugurkan kandungan pasiennya. Selain itu tindakan bidan tadi sudah melanggar kode etik dan wewenangnya sebagai seorang bidan yaitu menuliskan resep kepada pasiennya terlebih lagi obat yang diberikan merupakan jenis obat keras. Namun tindakan yang dilakukan apoteker di apotik sudah tepat karena menolak memberikan obat yang dituliskan dalam resep karena resep tersebut tidak ditulis oleh dokter. Berdasarkan pembahasan pada learning objective, medikolegal adalah segala jenis hukum yang terkait dengan masalah – masalah medis, yang di dalamnya terdapat abortus, malpraktik, kelalaian, dan kecelakaan medis. Abortus dalam pandangan hukum di Indonesia dilarang dipraktikkan kecuali dala m kondisi – kondisi tertentu seperti mengancam keselamatan sang ibu, malpraktik dan kelalaian medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dapat dituntut apabila pasien melaporkan tindakan tersebut dan tindakan tadi terbukti tidak sesuai dengan prosedur, sedangkan untuk kecelakaan medis pelakunya bisa lolos dari jeratan hukum apabila kecelakaan tersebut murni tanpa unsur kelalaian. Penggolongan obat terbagi bermacam – macam berdasarkan keamanan, cara pemakaian, efek, bentuk sediaan obat (BSO), sumber pembuatannya, kelas terapi, keamanan pada ibu hamil, dan penamaan. Selain itu pemberian obat harus didasarkan pada prinsip pemberian obat terapi rasional, di mana obat yang diberikan harus tepat guna, dosis, waktu pemberian, BSO, dan cara pemberian. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan, dan praktisi lain, yang berizin, kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan / membuatkan obat dan menyerahkannya kepada penderita. Resep yang tertulis haruslah lengkap, jelas, dan dapat dibaca serta sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku. Resep dikatakan lengkap apabila memiliki : inscription, prescription, signatura, pro, dan subscriptio. Dosis juga perlu diperhatikan dalam memberikan resep terkait dengan efek yang diinginkan yaitu memberikan efek terapi kepada penderita.