A. Terbentuknya Telur Yang Abnormal Ada beberapa terbentuknya telur yang abnormal, dibagi menjadi: 1. Doble Yolk Egg : terbentuknya kuning telur yang ganda 2. Blood Spot : pada saat ovulasi pembuluh darah pada folicle ada yang pecah dan menimbulkan sedikit pendarahan, maka darah ini menempel pada yolk yang biasanya hanya berupa bintik darah. Apabila pendarahan terjadi pada oviduct maka darah akan menempel pada albumen dan jika darah yang menempel itu cukup besar maka disebut Meat spot. 3. Bloody Egg : Hal ini disebabkan oleh pendarahan yang hebat sekali, ada juga yang diturunkan secara genetik. 4. Kulit telur yang lembek. Hal ini disebabkan: - Ransum yang kekurangan kalsium - Ransum kekurangan vitamin D - Kelainan dari kelenjar kulit telur yang mensekresikannya - Karena ada rangsangan dari luar yang menyebabkan sebelum telur menjadi keras. 5. Telur dalam telur Telur terbentuk sempurna, terjadi kontraksi dan telur dari uterus terdorong kembali ke bagian atas. 6. Small Yolkless egg (telur yang tidak ada kuning telurnya) Hal ini terjaid karena benda asing yang masuk ke dalam oviduct, kemudian terjadi proses pembentukan telur. B. Macam-Macam Bentuk Abnormalitas Telur Menurut D.L Satie (1996), terdapat bermacam-macam bentuk abnormalitas telur yang dapat dikelompokkan berdasar penyebabnya, yaitu : a. Telur dengan kerabang keriput. Ini terjadi karena kerabang kehilangan bentuknya sewaktu penambahan zat penyusunannya sehingga lapisannya tidak rata. Penyebab utama hal ini adalah karena ayam terserang Infectious Bronchitis (IB). Penyebab lain yang memungkinkan adalah karena terjadi tekanan pada telur di dalam uterus ketika awal penambahan kalsium. Penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan mengontrol kembali program vaksinasi IB, disamping menghindarkan hal-hal di dalam kandang yang dapat menyebabkan terjadinya stres pada ayam. b. Telur dengan kerabang tebal di bagian tengah
Bentuk telur menjadi tidak oval karena terjadi penebalan pada bagian tengah yang melingkari telur. Ini disebabkan oleh rusaknya kerabang (di dalam uterus) sesaat menjelang pengerasan. Selanjutnya secara kompensatif, ayam berusaha memperbaikinya dengan cara penambahan ulang, maka terjadilah penebalan di bagian tengah. Masalah ini dapat ditanggulangi dengan menambah sarang bertelur di dalam kandang apabila menggunakan kandang sistem litter. Untuk kandang battery, mengurangi jumlah ayam di dalam sangkar merupakan cara penanggulangan yang baik. c. Telur terkontaminasi darah dan kotoran Telur kehilangan warna aslinya karena terkontaminasi darah dan kotoran. Hal ini disebabkan ayam mengalami pendarahan di bagian cloaca, akibat terlalu gemuk pada saat mulai bertelur atau terjadi kanibalisme diantara kelompok ayam. Pendarahan dapat dicegah dengan salalu mengontrol berat badan ayam dara, melakukan potong paruh serta memberikan hijauan utuh, misalnya daun pepaya. Sedangkan untuk menghindari kontaminasi oleh kotoran, usahakan lantai dan tempat bertelur agar selalu bersih. d. Telur dengan kerabang lunak Kerabang telur sangat tipis sehingga telur mengalami perubahan bentuk. Keadaan ini disebabkan oleh belum sipanya ayam untuk bertelur (terlalu dini). Penyebab lainnya mungkin karena ayam terserang IB, dan kekurangan unsur kalsium di dalam pakannya Pengontrolan dan perbaikan terhadap program vaksinasi IB merupakan tindakan pencegahan yang efektif, disamping menyediakan pecahan kulit kerang sebagai sumber tambahan kalsium. e.
Telur tanpa kerabang
Seperti halnya telur dengan kerabang lunak, penyebabnya adalah IB. Disamping itu ayam terganggu sewaktu proses pembentukan telur sedang berlangsung. Selain memperbaiki program vaksinasi IB, hal lain yang dapat membantu memecahkan masalah ini adalahmengurangi jumlah ayam di dalam kandang atau mengurangi kepadatan. f. Telur dengan darah atau daging di dalamnya Ini hanya dapat dilihat apabila telur dipecahkan, ternyata ditemukan darah atau daging. Penyebabnya adalah luka pada saluran darah di dalam ovarium sehingga sewaktu kuning telur dilepaskan, darah atau daging turut bersama-sama dalam proses
embentukan telur. Mengusahakan situasi yang tenang di dalam kandang dan mengontrol pakan dari masa kadaluarsa serta tercemarnya oleh air dan jamur, merupakan tindakan pencegahan dini. g. Telur dengan butir-butir kalsium Pada permukaan kerabang terdapat bintik/butir yang menempel. Apabila kita lepas, maka telur menjadi berlubang. Penyebab yang nyata dari kasus ini tidak jelas, tetapi besar kemungkinan disebabkan oleh adanya bahan atau benda yang asing di dalam oviduct. h. Telur dengan dua atau lebih kuning telur Hal ini terjadi karena pada waktu pelepasan oleh ovarium, secara bersama-sama jatuh dua atau lebih kuning telur ke dalam infundibulum. Kemudian proses pembentukan telur berjalan sebagaimana mestinya. i. Telur di dalam telur Terjadi karena oviduct terganggu sehingga telur yang sudah lengkap yang semestinya keluar akan terdorong kembali ke dalam uterus, bersamaan dengan datangnya telur dari istmus yang kemudian mengalami proses penambahan kerabang bersama-sama. Walaupun ini jarang terjadi, menjaga ketenangan ayam merupakan tindakan pencegahan dini yang efektif. j. Cacing di dalam telur Terjadi akibat masuknya cacing ke dalam saluran telur melalui cloaca dan akhirnya ikut terproses pada pembentukan telur. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengontrol program pemberian obat cacing secara reguler serta menjaga kebersihan kandang dan sarang bertelur. Ada juga beberapa abnormalitas pada telur, yaitu sebagai berikut : 1. Bagian Kulit
Retak kasar: retak yang besar bahkan sampai berlubang, bagian kulit luar dan dalam ada yang pecah.
Retak halus: retak sehalus rambut, memanjang. Diketahui dengan peneropong telur.
Retak bintang: retak halus yang melebar.
Kulit tipis atau tanpa kulit telur: dari ayam yg baru mulai bertelur.
Kulit kasar seperti berpasir: pada ayam yg baru mulai bertelur.
Kulit mengerut sebelah: ayam yg baru mulai bertelur.
Kulit berwarna: bagian kulit kotor karena darah & feses.
Kulit berlubang kecil karena ukuran terlalu kecil:meluncur terlalu cepat dari kandang.
Tanda lalat:di tempat ternak / penyimpanan telur banyak lalat.
Jerawat / bisul (pimples): gumpalan kecil dari cangkang.
Titik-titik jernih pada kulit (mottled atau glassy):titik-titik jernih seperti kaca disertai kulit tipis & rapuh.
2. Isi Telur Bercak darah (blood
spot): setitik kecil/sejumlah darah di dalam telur. Bercak daging (meat spot): karena jaringan organ tubuh (0,5-3 mm) Putih telur encer (watery whites): seperti air dan menyebar. Kuning telur pucat:karotenoid Telur tanpa kuning telur: karena kekagetan ayam. Telur dengan 2 kuning telur (telur jumbo):pada ayam yg baru mulai bertelur. Telur didalam telur: karena kekagetan ayam (suara ataupun benda asing).
C. Faktor-Faktor Yang Menentukan Kualitas Telur Secara keseleluruhan kualitas sebutir telur bergantung pada kuantitas isi telur dan kulit telur, selain itu juga berat telur mempengaruhi pula kuantitasnya. Kualitas isi telur (Interior) : untuk menentukan kualitas isi telur dapat dilihat dari bagian dalam telur. Seperti rongga udara, kuning telur dan putih telur. - Rongga Udara Telur yang masih segar memiliki rongga udara yang lebih kecil. Berikut
-
merupakan pembagian kualitas telur melalui kedalaman rongga udara : 1. kualitas AA memiliki kedalaman rongga udara sebesar 0,3cm 2. kualitas A memiliki kedalaman rongga udara sebesar 0,5cm 3. kualitas B memiliki kedalaman rongga udara lebih dari 0,5cm Kuning Telur
Telur yang segar memiliki kuning telur yang tidak cacat, bersih dan tidak terdapat pembuluh darah. Selain itu di dalam kuning telur tidak terdapat bercak maupun potongan daging. Abnormalitas kuning telur : Doble yolk egg atau kuning telur ganda. Hal ini diakibatkan stressnya ayam akibat faktor luar maupun penyakit pada ayam. Faktor-Faktor Penyebab Telur Tanpa Yolk Kerusakan ini biasanya ditandai dengan kocaknya isi telur dan bila dipecahkan isinya tidak mengumpul lagi. Adapun kualitas
atau mutu telur dapat dipengaruhi oleh: 1. Faktor keturunan 2. Kualitas pakan 3. Cara perawatan 4. Iklim Penanggulangan Telur tanpa Yolk Adapun cara mengatasi kualitas atau mutu telur agar dapat diperoleh telur dengan kualitas baik, tidak lembek, putih telur tidak encer dan kuning telur dalam kondisi normal dapat dilakukan hal-hal berikut: 1. 2. 3.
Melakukan seleksi unggas/culling sejak dari periode starter. Pemberian pakan yang berkualitas dan seimbang. Perawatan atau proses penanganan unggas secara baik yang berkaitan dengan kebersihan atau sanitasi kandang, lingkungan, serta kualitas pakan yang diberikan pada
4. 5.
ternak. Pengendalian suhu dalam kandang. Pengendalian kondisi lingkungan dengan pemilihan lokasi kandang yang tepat dalam artian tidak terlalu ramai atau jauh dari aktifitas publik.
-
Putih telur 1. Bersih Bebas dari perubahan warna atau benda-benda asing dipermukaanya (jangan dikelirukan antara kalaza yang nampak jelas dengan benda-benda asing). 2. Pekat (AA) Putih telur tebal atau kental sehingga batas kuning telur tidak jelas trerlihat ketika dicandling.bila telur dipecahkan,nilai HU > 72 dengan suhu pengukuran 45-60o F(7,2-15o). 3. Agak pekat (A)
Putih telur agak kurang tebal/kental dibanding AA.Hasil ini memungkinkan bagi yolk untuk mendekati kerabang sehingga garis batas yolk bisa dilihat dengan jelas ketika telur diputar.HU telur 60-72. 4. Sedikit encer (B) Putih telur sedikit encer,sehingga garis batas kuning telur bisa dilihat dengan jelas ketika telur diputar.HU 31-60. 5. Encer dan berair (B) Putih telur tipis dan kekentalanya turun.hal ini memungkinkan yolk mendekati kerabang dengan sangat dekat,sehingga kuning telur terlihat agak sangat jelas dan berwarna gelap ketika telur diputar.HU<31 6. Gumpalan dan bintik darah (bukan karena pertumbuhan embrio) Adalah gumpalan bitik darah tyang terdapat dipermukaan yolk atau mengambang dipermukaan putih telur.Gumpalan darah ini mungkin kehilangan karakteristik warna merahnya dan terlihat sebagai bintik kecil atau material asing,umum dikenal sebagai bintik daging.bila ukuranya kecil (diameter <1/8 incvi),telur bisa diklasifikasikan kedalam kualitas B.bila besar,atau terlihat difusi darah putih telur yang mengitarinya,maka teur dikllasifikasikan sebagai loss (dibuang).
Kualitas luar telur ( Exterior ) : kualitas telur sebelah luar dapat dilihat dari beberapa parameter yang dapat menjadi dasar acuan: 1. kebersihan kulit telur 2. kondisi kulit telur 3. warna kulit 4. bentuk telur 5. berat telur Gambar Anatomi Telur
D. Penyebab Pucatnya Warna Kerabang Telur Ayam 1. Proses pewarnaan kerabang telur Proses pewarnaan kerabang telur tidak lepas kaitannya dengan proses pembentukan sebutir telur Pewarnaan telur terjadi di 90 menit terakhir proses kalsifikasi untuk membentuk kerabang telur akan berakhir. Secara teori, warna kerabang telur terjadi karena proses pigmentasi di uterus dengan adanya dua pigmen yaitu biliverdin dan protoporphynin. Biliverdin merupakan suatu pigmen biru yang dapat menyebabkan warna hijau kebiruan pada kerabang telur seperti pada itik sedangkan protoporphynin merupakan pigmen coklat yang menyebabkan warna coklat kemerahan pada kerabang telur (Miksik et al., 1994). Pada ayam yang menghasilkan telur berkerabang coklat hanya memproduksi senyawa protoporphyrin. Protoporphyrin merupakan suatu senyawa yang diproduksi oleh sel-sel epitel yang ada di dinding uterus dan saat proses pewarnaan berlangsung, sel-sel tersebut mensekresikan senyawa protoporphyrin dan pada akhirnya akan terdeposit di dalam permukaan kerabang telur (Liu et al., 2010). Pada saat 3 hingga 4 jam sebelum pembentukan kerabang telur berakhir, sel-sel epitel uterus yang bersinggungan langsung dengan telur pada proses kalsifikasi, kemudian mensintesis dan mengakumulasi produksi protoporphyrin. Saat 90 menit sebelum proses pembentukan kerabang telur berakhir, pigmen protoporhyrin kemudian ditransfer bersamaan dengan kutikula, suatu cairan yang kaya akan protein dan menyelimuti seturuh bagian kerabang telur. Beberapa senyawa protoporhyrin kemudian terserap kedalam jaringan palisade kerabang telur (Adkerson, 2011).
2. Faktor yang menyebabkan pucatnya warna kerabang
Setelah memahami proses pewarnaan kerabang telur, kini akan dibahas mengapa warna kerabang telur yang seharusnya berwarna coklat namun bisa memudar hingga berwarna putih. Secara umum, terbagi dua kriteria penyebab pucatnya warna kerabang telur yaitu kerabang telur pucat disebabkan karena faktor normal dan pudar dikarenakan faktor abnormal. Kerabang telur pudar karena faktor normal Kerabang telur pudar karena faktor normal terjadi karena tiga hal yaitu genetik ayam, umur ayam petelur yang semakin bertambah dan degenerasi sel epitel dinding uterus. Genetik Produksi senyawa protoporphyrin sebagai pigmen coklat diatur oleh gen yang ada di dalam sel epitel uterus. Kita ketahui bahwa gen merupakan suatu unit pewarisan sifat pada makhluk hidup. Pada ayam petelur, gen yang mengatur produksi senyawa protoporphyrin telah diturunkan dari induknya. Proses seleksi ayam petelur tipe kerabang tetur coklat (brown-egg laying hens) memang mengarahkan gen yang memproduksi senyawa protoporphyrin selalu menjadi gen dominan dan induk (parent stock) ke anak (final stock) dengan tujuan agar senyawa protoporphyrin dihasilkan dalam jumlah yang banyak oleh sel epitel uterus sehingga kerabang telur berpigmen coktat. Namun pada sebagian kecil ayam petelur ada juga yang diwariskan gen resesif dari induknya sehingga sel epitel yang bertugas memproduksi protoporphyrin karena ditanami gen resesif akan menghasilkan protoporphyrin dalam jumlah yang tidak banyak. Efeknya, walaupun ayam bertipe kerabang tetur coklat namun telur yang dihasilkan akan memiliki warna kerabang yang seakan-akan pucat atau coktat muda. Umur Ayam Umur ayam petelur juga mempengaruhi proses pewarnaan kerabang telur terutama ayam baru akan bertelur dan ayam yang sudah berumur tua. Pada periode peralihan dari grower ke layer (periode pre-layer atau awal produksi) di mana ayam masih belajar untuk bertelur (HDP biasanya di bawah 5 %), ada kecenderungan muncul telur tanpa kerabang, ukuran
telur
masih
belum
normal,
telur
berkerabang
tipis
dan
sebagainya.
Pada periode tersebut juga dijumpai telur dengan kerabang berwarna pudar dan bahkan berwarna putih. Ada dua faktor yang menyebabkan warna kerabang tetur masih belum normal pada periode awal produksi tersebut, yang pertama adalah kondisi sel epitel pada dinding uterus yang mulai perlahan-lahan memproduksi protoporphyrin sebagai senyawa pigmen coklat kerabang tetur. Pada hari-hari pertama ayam bertelur, jumlah senyawa
protoporphyrin masih terbatas sehingga proses pewarnaan kerabang tetur masih belum normal dan kerabang telur masih belum berwarna coklat tua. Namun dalam jangka waktu yang relatif cepat, sel-sel epitel dinding uterus mulai memproduksi protoporphyrin dalam jumlah yang banyak seiring dengan semakin sempurnanya proses pembentukan kerabang telur. Faktor berikutnya adalah proses kalsifikasi kerabang telur yang masih belum sempurna. Proses kalsifikasi kerabang tetur yang normal berjalan selama 8 jam dan pada 90 menit terakhir proses kalsifikasi kerabang tetur, senyawa protoporphyrin mulai ditransfer ke permukaan kerabang telur Namun pada periode pre -layer, belum sempurnanya proses kalsifikasi menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk membentuk kerabang telur lebih cepat dan kesempatan pigmentasi kerabang telur juga berjatan dengan singkat. Hal ini yang menyebabkan pada periode awal produksi telur seringkali dijumpai kerabang telur berwarna pudar. Dalam kondisi normal, ayam akan memproduksi pigmen coklat untuk kerabang telur dalam jumlah yang sama walaupun ayam memproduksi telur dengan ukuran besar maupun kecil (Solomon, 1997). Jika dilihat dari luas permukaan, telur berukuran besar ataupun jumbo akan memiliki luas permukaan yang lebih besar bila dibandingkan dengan yang berukuran normal. Oleh karena itu, telur ayam berukuran besar akan memiliki warna kerabang telur coklat namun lebih muda dan bahkan lebih pudardibandingkan dengan telur ayam berukuran lebih kecil. Seiring dengan pertambahan umur ayam akan memproduksi telur berukuran lebih besar dan berat dan kerabang telur akan berwarna coklat lebih muda dibandingkan pada saat ayam di awal produksi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Odabasi et al., 2007) seperti tampak pada gambar. Penelitian tersebut untuk mengetahui perkembangan warna kerabang telur dan ukuran telur ayam dan awal ayam mulai berproduksi telur hingga dalam kurun waktu tertentu. Dan hasil penelitian diketahui bahwa di awal pnoduksi, kerabang telur berwarna coklat tua dan seiring dengan bertambahnya umur, ukuran telur ayam akan bertambah besar dan warna kerabang telur menjadi lebih pudar. Degradasi sel epitel dinding uterus Faktor terakhir terjadinya kerabang telur pudan adalah tenjadinya degenerasi sel epitel dinding uterus. Degenerasi sd epitel merupakan suatu proses penuaan sel-sel sehingga kemampuan sel dalam bekerja sudah mulai terjadi penurunan. Kondisi ini terjadi pada ayam petelur yang telah berumur diatas 80 minggu dimana produksi protoporphyrin sudah mulai menurun dikarenakan sel epitel dinding uterus sudah mengalami degenerasi sehingga kemampuan pigmentasi kerabang telur juga mengalami penurunan.
3. Kerabang Telur Pudar Karena Faktor Abnormal Kerabang telur pudar karena faktor abnormal terjadi karena berbagai macam faktor antara lain
Stres, Adanya infeksius penyakit, dan Faktor nutrisi pakan. Stres Faktor stres menurut beberapa ahli menjadi salah satu faktor terbesar penyebab
pucatnya warna kerabang telur Ayam petelur yang mengalami cekaman stres akan mengalami gangguan dalam proses pembentukan telur terutama pada fase akhir kalsifikasi sebutir telur dan proses pewarnaan kerabang telur kanena telur yang pucat disebabkan karena tidak sempurnanya proses pigmentasi kerabang telur. Ayam yang stres akan menunjukkan peningkatan produksi hormon epinephrine yang dapat menunda proses oviposisi telur dan menghambat pembentukan jaringan kutikula pada kelenjar cangkang sehingga proses pigmentasi menjadi terhambat (Butcher dan Miles, 2003) Infeksius Penyakit Penyakit pada ayam petelur menjadi faktor berikutnya yang menyebabkan pucatnya warna kerabang telur. Penyakit seperti ND, IB, Al, EDS dan Mycoplasma akan mempengaruhi pucatnya warna kerabang telur. Hal ini dikarenakan virus atau bakteri tersebut menyerang sel-sel saluran reproduksi sehingga pigmentasi akan berjalan kurang maksimal. Roberts (1994) menjelaskan bahwa penyakit pernapasan seperti lB mudah menjangkiti ayam petelur dengan gejala awal memudarnya warna kerabang telur. Oleh karena itu, peternak perlu melihat rekording vaksinasi yang dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu terutama vaksinasi ND dan lB sehingga apabila dalam kurun waktu tersebut ayam belum divaksin, sistem imunitas dalam ayam akan menunun sehingga mudah terinfeksi penyakit. Jika diperlukan, lakukanlah uji titer antibodi sebelum melakukan vaksinasi sebagai pentimbangan kapan harus mulai dilakukan vaksinasi. Pemberian antibiotik sebagai terapi (terutama dari golongan tetrasiklin dan amoxicillin) dalam penyembuhan penyakit juga menyokong kasus memucatnya warna kerabang telur walaupun beberapa peneliti belum bisa menyimpulkan keterkaitan antara penggunaan antibiotik dan memucatnya warna kerabang telur. Faktor Nutrisi Pakan
Faktor lain adalah dari sisi pakan, ada beberapa komponen dari pakan yang berkontribusi menyebabkan warna kerabang telur memucat dan sebagian yang akan dibahas oleh penulis antara lain level mikotoksin, kandungan vanadium, rasio kalsium dan fosfor dan defiensi mineral mikro dan vitamin. Mikotoksin kerap kali disangkut pautkan dengan kasus pucatnya warna kerabang telur. Mikotoksin merupakan zat metabolit yang dihasilkan oleh fungi (jamur) dan golongan Fusarium, Aspergillus dan sebagainya yang bersifat racun bagi unggas. Golongan mikotoksin antara lain aflatoksin, deoxynivalenol, T-2 toxin, okratoksin, fumonisin, zearalenone dan sebagainya. Dari hasil penelitian, senyawa aflatoksin merupakan jenis mikotoksin yang seringkali dijumpai pada tanaman jagung di Indonesia karena didukung oleh cuaca, curah hujan, kelembaban dan temperatur yang sesuai dengan perkembangbiakan Aspergillus flovus sebagai penghasil aflatoksin. Mikotoksin juga dijumpai pada bahan baku nabati lainnya seperti bungkil kedelai, DDGS, CGM dan sebagainya dengan jenis dan level mikotoksin yang bervariasi. Dalam bahan baku juga tidak menutup kemungkinan mengandung dua atau lebih golongan mikotoksin dengen level yang berbeda-beda. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mikotoksin terutama dan golongan aflatoxin dan oknatoksin yang terakumulasi dalam tubuh dalam level yang tinggi akan mengganggu fungsi kerja saluran reproduksi dan mempengaruhi proses pembentukan dan pewarnaan kerabang telur. Efek mikotoksin juga menyebabkan penurunan produksi telur ayam dan daya tetas pada ayam pembibit.