https://www.mail-archive.com/
[email protected]/msg27800.html Dalam beberapa kesempatan menganalisis fenomena struktur regional di Indonesia sebagai bagian penelitian pribadi, saya berhubungan dengan gravity tectonics yang variasinya pernah dikemukakan oleh beberapa peneliti, a.l. van Bemmelen. Mencoba menganalisisnya dengan gaya lateral plate tectonics, ternyata tidak pas. Berikut adalah ringkasannya. Sebelum ke aplikasi struktur-struktur di Indonesia yang saya maksudkan, saya ingin menyegarkan ingatan kita semua tentang teori tektonik undasi, teori, bukan hipotesis, begitu penggagasnya (van Bemmelen) menyebutnya. Alergi terhadap Teori Undasi? Teori Undasi yang dikemukakan Reinout Willem van Bemmelen (1931), seorang ahli geologi Belanda yang pernah bekerja di Indonesia dari awal 1930-an sampai menjelang Perang Dunia II (1942), penulis buku magnum opus "The Geology of Indonesia" (1949) dalam tiga volume yang dilengkapi sekitar 45 peta besar yang disebutnya plates; tidak sepenuhnya dikenal orang. Saya tidak yakin bahwa para mahasiswa geologi sekarang diajarkan secara detail teori undasi van Bemmelen ini. Mereka pada umumnya, seperti kepada saya juga pada tahun 1980-an saat masih menjadi mahasiswa geologi, langsung diajarkan teori tektonik sejagat alias global tectonics atau lebih terkenal dengan nama teori tektonik lempeng yang mengristal teorinya pada tahun 1968. Secara samar-samar, memang kami sebagai mahasiswa saat itu mendengar juga teori-teori seperti geosinklin, undasi, tektonik gayaberat; tetapi kami tidak tahu pasti isi teori-teori tersebut dan mencoba menggalinya sendiri juga tidak mudah sebab publikasi-publikasinya tidak banyak, jauh lebih sedikit dibandingkan publikasi-publikasi bernuansa tektonik lempeng.
Lalu, kami juga melihat semacam "alergi" di antara para dosen atau para ahli geologi ketika mereka menyebut geosinklin atau undasi. Dan bila ada ahli geologi yang menganut geosinklin atau undasi, nampak sebagai orang yang aneh sendiri, dan mungkin terkucil atau dikucilkan para ahli lainnya. Ini kenyataan sebab saat itu kami juga mendengar selentingan bahwa seorang dosen drop out dari pendidikan doktornya karena ia penganut geosinklin. Berita-berita seperti tersebut menimbulkan pertanyaan, ada apa sebenarnya di antara geosinklin, undasi dan tektonik lempeng. Karena kepada kami ketiganya tidak diajarkan secara seimbang baik di kampus maupun di lapangan, akhirnya tektonik lempeng menjadi suatu fakta tidak terbantahkan, sementara geosinklin dan undasi menjadi dua misteri. Setelah saya lulus kuliah pada tahun 1989 dan dalam dua puluh tahun terakhir ini banyak berhubungan dengan literatur-literatur geologi, bekerja di lapangan, bekerja dengan banyak aneka data geologi dan geofisika, dan meneliti serta menulis banyak makalah geologi, akhirnya saya dapat memahami isi, perbedaan, persamaan, pertentangan, dan isu-isu di antara teori-teori geosinklin, undasi dan tektonik lempeng. Dalam beberapa kasus, saya pun cukup yakin menyebutkan bahwa suatu gejala tektonik itu bukan akibat tektonik lempeng, tetapi undasi; atau sebaliknya. Tulisan ini akan menunjukkan beberapa kasus struktur geologi di Indonesia yang menerangkan bahwa antara tektonik lempeng dan undasi (dalam bentuk gliding tectonics - tektonik gayaberat/gravity tectonics) tidaklah bertentangan, tetapi saling melengkapi. Sedikit tentang Teori Undasi (van Bemmelen 1927-1977) Bila teori tektonik lempeng dikembangkan oleh banyak ahli geologi dan geofisika di antara akhir tahun 1950-an sampai awal 1970-an, teori undasi hanya dikembangkan oleh van Bemmelen, yang dimulainya pada tahun 1927, pertama dipublikasikan pada tahun 1931, yang terus ditelitinya, dimodifikasi bila diperlukan, diverifikasi dan diklarifikasi sampai tahun 1977. Tidak banyak
orang seperti van Bemmelen, yang selama 50 tahun konsisten meneliti dan mengembangkan sebuah teori yang diyakininya. Selama 50 tahun itulah, van Bemmelen mengembangkan atau menyesuaikan teorinya dengan berbagai bukti geologi yang baru. Hal ini telah menyebabkan bahwa van Bemmelen membangun teorinya dengan landasan fixism pada periode dari 1928-1958, kemudian memodifikasi teorinya dengan landasan mobilism sejak 1958 sampai akhir hayatnya pada tahun 1983. Bila teori tektonik lempeng lebih menyoroti gerak-gerak lempeng-lempeng litosfer dan semua fenomena dinamika di permukaan yang diakibatkannya, meskipun juga mendiskusikan arus konveksi mantel di bagian mantel paling atas (astenosfer) yang menyebabkan gerakan lempeng; teori undasi meliputi segmen Bumi yang lebih luas yaitu dari permukaan sampai mantel bagian bawah, bahkan inti bumi. Teori undasi mulai dari gerak konveksi material mantel secara periodik yang kemudian akan menyebabkan perbedaan gerakan vertikal di permukaan yang disebut undasi. Undasi adalah differential vertical movements at the surface. Gerak vertikal undasi akan menghasilkan energi gayaberat potensial yang memiliki medan internal stress-nya tersendiri. Ini kemudian akan mengakibatkan gerakan lateral akibat gayaberat yang disebut gravity tectonics/tektonik gayaberat. Undasi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Latin 'unda' yang artinya gelombang, van Bemmelen menerapkannya untuk proses dan struktur geodinamik yang disebabkan perbedaan gerakan vertikal Teori undasi memberikan sintesis komprehensif tektonik Bumi yang menyatukan fenomena geokimia dan geofisika mantel serta ekspresi geologi di permukaan. Apa yang diterangkan oleh plume tectonics yang mulai berkembang pada tahun 1990-an dan mendapatkan sokongan melalui teknik mantle tomography mulai pada tahun 2000, dan secara umum menerangkan gerakan material mantel (plume) dalam konteks keseimbangan geokimia dan geofisika, sebenarnya telah puluhan tahun sebelumnya
digagas oleh van Bemmelen melalui teori undasi. Berdasarkan respon tektonik di permukaan, van Bemmelen membagi dimensi dan penyebab undasi menjadi lima kelas magnitude ruang dan waktu: mega-undasi, geo-undasi, meso-undasi, minor-undasi, dan lokal undasi, berturut-turut dengan respon ruang-waktu yang makin mengecil dan memendek. Mega-undasi melibatkan ruang berukuran diameter ribuan km dan waktu evolusi lebih daripada 100 juta tahun, lokal-undasi melibatkan ruang berdiameter ratusan meter dan skala waktu ratusan tahun. Mega-undasi berdimensi global dihasilkan oleh naiknya material mantel dari mantel bawah menghasilkan pengangkatan lapisan-lapisan luar Bumi, yang secara volumetrik dikompensasi oleh penenggelaman zona-zona geosinklin di dekatnya. Stress field akibat gerakan ini diyakini van Bemmelen telah menyebabkan bergeraknya benua-benua (continental drift) dan membukanya cekungan-cekungan samudera (sea-floor spreading). Geo-undasi diakibatkan naiknya material mantel atas (dikenal sebagai upwelling mantle plume dalam teori plume tectonics). Geo-undasi terjadi di bawah perisai benua sebagai pusat-pusat diastrofisme yang bisa mengerosi kerak benua (dikenal sebagai fenomena crustal delamination dalam teori tektonik lempeng). Diastrofisme ini menyebabkan area-area kerak bumi yang terangkat seperti bengkak di permukaan tubuh dikelilingi oleh palung-palung yang lebih sempit dan tenggelam. Adalah geo-undasi juga yang mengangkat material mantel membentuk pematang tengah samudera (mid-oceanic ridge) yang lalu melalui tektonik gayaberat menggelincir (glides) ke kedua sisi membuka cekungan samudera yang terjadi melalui mega-undasi. Meso-undasi dinyatakan dalam pembentukan jalur pegunungan dan busur kepulauan yang berasal dari pengangkatan bagian dalam (foredeep) palung di sebelahnya. Pengangkatan pegunungan ini secara volumterik akan dikompensasi oleh
penenggelaman dalaman-dalaman di sisinya, ini adalah fase molasse suatu orogenesa. Tektonik gayaberat kemudian akan menghasilkan bidang gelincir (decollements) pada endapan sedimen yang kemudian mendeformasi tutupan sedimen secara thin-skinned tectonics. Atau bila ada intracrustal listric fault, kompleks batuan dasar pun bisa ikut terdeformasi. Minor-undasi berhubungan dengan diapirisme batolit dan kubah genesik (gneissic dome). Tektonik gayaberat yang diakibatkan akan membentuk intracrustal mushrooming (diapirisme magmatik di dalam kerak), erupsi ignimbrit dari retakan-retakan hasil tarikan, atau terbentuknya gunungapi. Lokal-undasi terjadi di dalam endapan sedimen karena pembalikan densitas lapisan-lapisan yang diendapkan, atau terjadi di kantong-kantong magma subvolkanik. Naiknya diapirisme di sini akan diikuti tektonik gayaberat berupa: mushrooming, erupsi lumpur, garam, lava dan melange atau runtuhnya gunungapi. Demikian, sekilas tentang teori undasi. Pola-pola umum dan khusus teori undasi sebenarnya menunjukkan sistem aliran energi yang koheren dan komprehensif dari inti bumi ke permukaan bumi. Dalam tulisan-tulisan berikutnya, saya akan menganalisis kejadian beberapa struktur regional di Indnonesia sebagai fenomena gerak undasi, sebuah pemikiran alternatif. salam, Awang