post-colonialism
P
ERSPEKTIF ERSPEKTIF pascakolo pascakolonial nial merupakan merupakan perspektif perspektif yang tergolong tergolong baru dalam membaca hubungan internasional. Latar belakang munculnya munculnya perspekti perspektiff ini dimulai dari perdebatan perdebatan tahun tahun 1990-an, 1990-an, saat kaum postposi postpositivi tivist st melakukan melakukan intervens intervensii dengan dengan memberi memberi stimu stimulan lan untuk untuk reflek refleksi si diri diri terhad terhadap ap sikapsikap-sik sikap ap dalam dalam disipl disiplin in ilmu ilmu hubungan internasional. Perspektif ini dimulai untuk berdialog dengan apa yang ang saat saat itu itu dise disebu butt “voi “voice cess excl exclud uded ed from from its its trad tradit itio iona nall purv purvie iew” w” ─perempuan, teori kritis, dan post-strukturalis. post-strukturalis. Pascakolonial ini mencoba memperlihatkan ironi hari ini, saat konsep-konsep dalam disiplin HI seakanakan dikuasai oleh pandangan Barat. Padahal, tiga perempat penduduk bumi tinggal di negara-negara miskin di bagian Selatan. Dengan kata lain, saat ini, tidak ada “global voices” seperti kata Rosenau (1993). Yang ada hanyalah konsep yang tidak terlalu “global”, yang hanya mengunggulkan pendekatan dalam cara pandang dan berpikir Barat. Pendekatan Pendekatan pascakolon pascakolonial ial mencoba mencoba mengurang mengurangii karakter karakter Barat-sent Barat-sentris ris tersebut, yang menganggap bahwa interpretasi hubungan internasional berakar pada pengalaman-pengalaman pengalaman-pengalaman dan praktek Barat. Mengambil tempat di Selatan, Selatan, teori pascakolo pascakolonial nial berfokus berfokus untuk “provinci “provincialize alize Europe” Europe” dalam melihat melihat hubungan hubungan kekuasaan/ kekuasaan/peng pengetahua etahuan n yang yang semakin semakin kompleks kompleks dalam tatanan dunia kontemporer. Tapi tentu saja ia juga terlihat marjinal, dengan bertempat pada bagian “peripheral”, yang dikuasai arus utama Barat. Namun, teori pascakoloni pascakolonial al membuat membuat Selatan Selatan lebih lebih terlihat terlihat dan memudahkan memudahkan kita mengetahui fondasi pendekatan konvensional Barat terhadap negara-negara di Selatan. Pascakolonial menggeser fokus bidang tradisional seperti negara, militer, dan diplomasi, menuju manusia, identitas, dan perlawanan. Bila ditelisik asal usulnya, arus utama Barat memang berfokus pada politik superpower, negara, dan keseimbangan kekuasaan. lahir di Eropa dan didominasi oleh akademisi AS, disiplin HI seperti itu menyediakan “worldview” yang terlihat oleh Barat dan gagal menjelaskan adanya orang-orang dan negara-negara miskin. Penulis pascakolonial biasanya memberikan perhatian lebih kepada identitas dan kultur, ras dan gender, serta mencoba menjelaskan hubungan kolonial antara “the (ex)colonizer (ex)colonizer dan the (de)coloni (de)colonized”. zed”. Dengan begitu, begitu, bisa dikatakan dikatakan bahwa kunci tujuan utama para teoritis pascakolonial adalah mengekspos apa yang berbeda dari arus utama dan mencoba membongkar dominasi “common sense” dalam melihat dunia. Istilah Istilah “pasca” “pasca” dalam pascakolo pascakolonial nial sendiri menjadi menjadi pemikiran pemikiran yang yang ambigu. ambigu. Kata “pasca” tidak bisa dipahami dipahami sebagai tanda yang sementara, sementara, namun mengindikasikan bahkan visi yang berbeda dari sejarah. Sementara kata kata “post” “post” dapat dapat menand menandai ai berakh berakhirny irnyaa koloni koloniali alism smee sebaga sebagaii domina dominasi si langsung, setidaknya di sebagian besar dunia, kata itu tidak berimplikasi pada periode “pascaimperialisme” “pascaimperialisme” sebagai kekuatan hegemoni hegemoni dunia. Spivak (1990:
166) 166) tanpa tanpa ragu ragu menye menyebut butkan kan bahwa bahwa “kita “kita hidup hidup di era pascak pascakolo olonia nial”, l”, menganggap bahwa ke-pascakolonial-an itu memperlihatkan hubungan yang erat erat anta antara ra neok neokol olon onia iall dala dalam m tata tatana nan n duni duniaa dan dan pem pembagi bagian an kela kelass multinasional yang baru. Dapat dikatakan “pasca” merupakan suatu indikasi dari `keberlanjutan` struktur dunia. Untuk memperjelas perspektif baru ini penulis akan memakai studi kasus mengenai pembebasan India yang diprakarsai Mahatma Gandhi. Sebelumnya, akan akan diba dibaha hass kara karakt kter eris isti tik k yang ada ada dala dalam m pers perspe pekt ktif if pasc pascak akol olon onia ial. l. Kemudian, esai ini akan membahas lebih lanjut latar belakang dan metode perlawanan yang dipimpin Mahatma Gandhi kepada penjajah Inggris atau kulit putih, baik di Afrika Selatan maupun di India. Di akhir, akan dipaparkan kesesuaian perlawanan India dengan perspektif pascakolonial. ●●●
Rita Rita Abra Abraha ham msen sen (200 (2007) 7) menc mencob obaa menca encata tatt bebe bebera rapa pa pend pendek ekat atan an pascakolonial dalam tiga tiga karakter. Pertama, Pertama, kuas kuasa/ a/pe peng nget etah ahua uan n dan dan repr repres esen enta tasi si poli politi tik. k. Sent Sentra rali lita tass kekuasaaan merupakan poin pertama yang secara umum patut dicatat. Dalam hal ini kita berbicara masalah kekuasaan, pengetahuan, dan politik praktis melalu melaluii penger pengertia tian n yang yang lebih lebih komple kompleks. ks. Contoh Contoh yang yang menari menarik k adalah adalah mengenai mengenai “developm “development” ent” dan “underdeve “underdevelopm lopment”. ent”. Menurut Menurut para analis analis pascakolonial, istilah tersebut tidak muncul dengan sendirinya, ia dikontruksi. Untuk mengetahui kategorisasi negara “development” dan “unde “underde rdevel velopm opment ent”, ”, diben dibentuk tuklah lah standa standarr kondis kondisii dalam dalam berbag berbagai ai hal. hal. Kategorisa Kategorisasi si tersebut tersebut kemudian kemudian menjadi menjadi legitimas legitimasii negara-neg negara-negara ara industri industri maju Barat untuk untuk melakukan melakukan intervensi intervensi terhadap terhadap Dunia Ketiga. Ketiga. Dari situ dapa dapatt dili diliha hatt bahw bahwaa penj penjel elas asan an atas atas keku kekuas asaa aan n akan akan menu menunj njuk ukka kan n keberpihakan politik yang penting bagi perspektif pascakolonial. Kedua, Kedua, identitas, hibriditas, dan otentisitas. Lagi-lagi masalah identitas ini dapat dipakai untuk mengerti kekuatan sebagai sebuah hasil yang bergantung dari subjek dan identitas. Ashis Nandy dalam The Intimate Enemy: Loss and Recovery of Self under Colonialisme Colonialisme (1983) menulis bahwa “kolonialisme pertama-tama adalah masalah kesadaran dan kebutuhan untuk dikalahkan di pikiran manusia”. Di sini pengaruh psikologis dan kultur menjadi pusat analisis, analisis, yang menggamba menggambarkan rkan kesiapan kesiapan untuk untuk keberlang keberlangsung sungan an kekuasaan kekuasaan kolonial yang lekat dalam pascakolonial itu sendiri. Adanya kolonial, seperti yang disebut Fanon (1986) dapat menghasilkan inferioritas kompleks. Contoh yang bagus mengenai hibriditas adalah masalah kulit hitam dan kulit putih. Penguasaan dan pengaturan kulit hitam oleh kulit putih didasarkan persepsi atas moral, rasional, dan keberadaban yang dibutuhkan untuk memberi Negro cap barbarian dan tidak tidak berperadab berperadaban. an. Hal itu menjadikan menjadikan Negro minder. Namun hibriditas hitam-putih menunjukkan oposisi yang tak bisa mutlak didominasi putih: penjajah (the colonized) tak akan bisa sama dengan yang dijajah (the colonizer). Dari situ bisa timbul kesadaran perlawanan terhadap dominasi. dominasi. Contoh Contoh lain adalah identitas identitas Tibetan sebagai sebagai alasan alasan penguatan penguatan untuk untuk lepas lepas dari dari Cina Cina yang yang telah telah meneka menekan n mereka mereka.. Sehing Sehingga, ga, di sisi sisi ini
identitas hibrid dirayakan, di sisi lain ia mengangkat identitas dan kultur lokal menjadi keistimewaan untuk bertahan dari pemaksaan kekuatan global. Kita bisa menyebutnya menyebutnya nasionalisme atau lokalisme. lokalisme. Ketiga, Ketiga, resistensi atau perlawanan. Hampir sama seperti karakter kedua tentang tentang identitas identitas,, perlawanan perlawanan yang terjadi terjadi menunjuk menunjukkan kan bahwa apa yang yang terjadi antara Utara-Selatan tidak bisa hanya dapat dipahami dalam satu cara pandang dominasi. Resistensi ini, tentu saja, terbit karena adanya dominasi dari negara penjajah penjajah kepada negara negara terjajah. terjajah. Resistens Resistensii itu bisa berbentuk berbentuk macam-macam, sebagaimana yang dikatakan Mbembe, dalam bentuk slogan, berita orang per orang, ataupun kartun yang populer. Dominasi, dengan kata lain, tidak pernah total, dan golongan bawah ( the subaltern) subaltern ) selalu memiliki subjektivitasnya subjektivitasnya sendiri. Dengan skeptisisme pascakolonial pada kebenaran universal universal dan kebenaran kebenaran meta-naratif, meta-naratif, bisa dicatat dicatat bahwa ke-lokal-a ke-lokal-an n itu, perjuangan mikro melawan tatanan yang dominan, merupakan satu bagian terpenting. ●●●
Memang, ada keterbatasan dalam dalam penggunaan perspektif pascakolonial ini. Selama ini, sebagian besar teori pascakolonial menganggap bahwa fokus pembahasan adalah mengenai penolakan ketidakadilan struktural atas kekuatan dan kesejahteraan antara Utara dan Selatan, bahwa hal itu tidak sesuai sesuai dengan dengan perjua perjuanga ngan n melaw melawan an kemisk kemiskina inan n dan pemarji pemarjinal nalisa isasia sian. n. Namun, melalui pendekatan yang sama, apa yang bisa dijelaskan pascakolonial mengenai eksploitasi negara miskin oleh aktor kapital transnasional, krisis hutang, hutang, dan proteksionisme proteksionisme perdagangan perdagangan Barat? Inilah yang yang kemudi kemudian an menjad menjadii tantan tantangan gan para para teorit teoritisi isi pascak pascakolo oloni nial, al, untuk untuk menjawab tantangan-tantangan masa kini yang semakin kompleks. Secara akademis, akademis, terdapat terdapat beberapa beberapa kesimpulan kesimpulan.. Pertama, Pertama, pendekata pendekatan n pascakolonial membuat Selatan lebih terlihat dalam hubungan internasional. Kedua, kritik pascakolonial dapat menunjukkan “interconnectedness” antara Utara dan Selatan, serta relevanasi hubungan timbal-balik tersebut. Ketiga, pendekatan pascakolonial membuka dialog dalam HI dan menunjukkan perspektif Dunia Ketiga. Keempat, teori pascakolonial mempertanyakan interpret interpretasi asi yang dominan di kalangan kalangan akademisi akademisi HI yang yang sebagian sebagian besar berasal dari Barat. Kelima, dengan adanya karakteristik tertentu yang telah disebutkan, itu berarti menggeser sebuah disiplin yang telah lama dominan. Keen Keenam am,, teor teorii pasc pascak akol olon onia iall meng mengha hasi silk lkan an tant tantan anga gan n poli politi tik k dalam dalam konteksnya konteksnya di tatanan dunia kontemporer.