TUGAS 1 T E OR OR I E K ON ON OM OM I M A K R O I
HELDAYANTI 815 103
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH BONE 2017
TEORI EKONOMI MAKRO 1
PEMBAHASAN
A. Teori Klasik Vs Teori Modern 1. Teori klasik
Teori-teori ekonomi klasik sering mengaitkan antara tingginya tingkat kesejahteraan dengan kualitas hidup yang semakin tinggi pula. Semakin tinggi pendapatan akan menyebabkan semakin tinggi pula kesejahteraan yang dilihat dari besarnya konsumsi mereka, namun teori kesejahteraan seperti itu masih terlalu sempit bagi para ahli modern, karena pengukuran kesejahteraan sifatnya relatif (Widyastuti, 2012:8). Teori ekonomi klasik adalah pemikiran tentang keadaan ekonomi yang benar-benar didesak oleh keadaan masyarakat zamannya dan kemudian berusaha menyusun teori ekonomi yang dapat menolong memberikan jawabannya tokohtokohnya antara lain: Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan Karl Marx. The Wealth of Nations karya Adam Smith pada tahun 1776 dianggap sebagai penanda dimulainya era ekonomi klasik. Aliran ini mengemuka hingga pertengahan abad ke-19, dan kemudian digantikan oleh ekonomi neoklasik, yang lahir di Britania Raya pada tahun 1870. Definisi ekonomi klasik diperdebatkan oleh sejumlah pakar, terutama pada periode 1830 – 1870-an, dan keberlanjutannya ke ekonomi neoklasik. Istilah "ekonomi klasik" awalnya dicetuskan oleh Karl Marx untuk merujuk pada ekonomi Ricardian – aliran ekonomi yang dikembangkan oleh David Ricardo dan James Mill serta pendahulunya. Namun, penggunaan istilah ini kemudian diperluas untuk merujuk pada semua pengikut Ricardo. The Wealth of Nations menjadi berpengaruh karena telah dengan keras membuat bidang ekonomi dan perkembangannya ke dalam disiplin yang sistematis dan berdiri sendiri. Dalam dunia barat, masih dibincangkan kalau ini merupakan buku paling berpengaruh dalam subyek tersebut yang pernah diterbitkan. Ketika buku tersebut menjadi manifestasi klasik melawan merkantilisme (teori di mana cadangan besar dari logam mulia merupakan keharusan bagi suksesi ekonomis), muncul pada tahun
1
TEORI EKONOMI MAKRO 1
1776, ada kesadaran kuat untuk perdagangan bebas baik di Inggris maupun Amerika.
Perasaan
baru
ini
telah
dilahirkan
dari
kesusahan
keadaan
ekonomi dan kemiskinan yang diakibatkan oleh Perang kemerdekaan Amerika. Bagaimanapun, pada saat publikasinya, tidak semua orang lantas yakin pada kelebihan perdagangan bebas: publik dan parlemen di Inggris masih memakai sistem merkantilisme untuk beberapa tahun kedepannya. Ekonomi klasik menyatakan bahwa pasar bebas akan mengatur dirinya sendiri jika tidak ada campur tangan dari pihak apapun. Adam Smith menyebutnya dengan metafora "tangan tak terlihat", yang akan menggerakkan pasar menuju keseimbangan alami mereka tanpa adanya campur tangan dari luar (Alam., Nurhardiansyah dan Rozi, 2014: 3). 1) Dasar Filsafat Mazhab Klasik Mazhab Klasik yang dipelopori oleh Adam Smith (1732-1790) yang tercermin dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1776 dengan judul An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation dianggap sebagai ibu dari kelahiran ilmu ekonomi. Prinsip utama dalam mazhab klasik adalah kepentingan pribadi (self interest) dan semangat individualisme (laissez faire). Kepentingan pribadi merupakan kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi dan kekuatan untuk mengatur kesejahteraannya sendiri. Berdasarkan prinsip tersebut para penganut mazhab klasik percaya bahwa sistem ekonomi liberal atau sistem di mana setiap orang betul-betul bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi apa saja bisa mencapai kesejahteraan masyarakat secara otomatis. Sistem ekonomi liberal, dimana campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi sangat kecil (dapat dianggap tidak ada), menurut mazhab klasik dapat menjamin tercapainya: a) Tingkat kegiatan ekonomi nasional optimal ( full employment level of activity), b) Alokasi sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun faktor-fakto produksi lainnya di dalam berbagai kegiatan ekonomi, secara efisien. Dengan demikian peranan pemerintah harus dibatasi seminimal mungkin, karena apa yang dapat dikerjakan oleh pemerintah dapat dikerjakan oleh swasta dengan lebih efisien. Pemerintah diharapkan hanya mengerjakan kegiatan yang betul-betul tidak dapat dilakukan oleh swasta secara efisien, seperti di bidang
2
TEORI EKONOMI MAKRO 1
pertahanan, hukum, dan sebagainya. Esensi teori ekonomi klasik adalah bahwa: suatu perekonomian liberal (laissez faire) mempunyai kemampuan untuk menghasilkan tingkat kegiatan (GDP = Gross Domestic Product ) yang full employment secara otomatis, yang juga dikenal sebagai self regulating (mengatur sendiri secara otomatis). Pada suatu waktu tertentu GDP mungkin saja berada di bawah atau di atas tingkat full employment, tetapi akan segera kembali ke tingkat full employment semula. Kaum klasik mengatakan bahwa yang mengatur adalah “tangan pengendali yang tidak kentara” atau “tangan gaib” (the invisible hand). 2) Pasar barang Menurut kaum klasik, di pasar barang tidak mungkin akan kekurangan produksi atau kelebihan produksi dalam jangka waktu lama, sehingga selalu terjadi pasar bersih (clearing market) atau pasar dalam kondisi keseimbangan atau ekuilibrium. Jika pada suatu waktu terjadi kelebihan atau kekurangan produksi, maka mekanisme pasar akan secara otomatis mendorong kembali perekonomian tersebut pada kondisi dimana tingkat produksi total masyarakat (penawaran agregat) akan memenuhi permintaan total masyarakat secara tepat (full employment level of activity). Pendapat ini dilandasi adanya kepercayaan di kalangan kaum klasik bahwa di dunia nyata ini: Berlaku hukum Say (Say’s Law) yang mengatakan bahwa “setiap barang yang diproduksikan selalu ada yang membutuhkannya” (supply creates its own demand),dan Harga-harga dari hampir semua barang-barang dan jasa-jasa adalah fleksibel, yaitu dapat dengan mudah berubah (naik atau turun) sesuai dengan daya tarikmenarik antara permintaan dan penawaran. Ditinjau dari segi kebijakan ekonomi, berarti pemerintah tidak perlu melakukan campur tangan atau intervensi apapun. Kalau terjadi resesi atau depresi (GDP menurun dan terjadi pengangguran) kita cukup menunggu saja sampai perekonomian
tersebut
melakukan
proses
penyesuaian,
dan
keadaan
keseimbangan pasti akan kembali terjadi. 3) Pasar tenaga kerja Kaum klasik menganggap bahwa di pasar tenaga kerja, seperti halnya di pasar barang, apabila harga tenaga kerja (upah) cukup fleksibel maka permintaan tenaga kerja selalu seimbang dengan penawaran tenaga kerja. Menurut definisi,
3
TEORI EKONOMI MAKRO 1
tidak ada kemungkinan timbulnya pengangguran sukarela. Artinya pada tingkat upah riel yang berlaku di pasar tenaga kerja semua orang yang bersedia bekerja pada tingkat upah tersebut akan memperoleh pekerjaan. Dengan demikian, mereka yang menganggur adalah mereka yang tidak bersedia bekerja pada tingkat upah yang berlaku. Jadi mereka ini adalah penganggur yang sukarela. Pengangguran sukarela itu berlangsung hanya sementara saja. Sejalan dengan proses penyesuaian dalam pasar barang, pada saat jumlah barang berada pada posisi keseimbangan, maka posisi full employment tercapai kembali. Pada keadaan demikian semua angkatan kerja dapat bekerja pada tingkat upah riel yang lama. 4) Pasar uang Kaum klasik memiliki teori permintaan akan uang yang cukup terkenal, yaitu teori kuantitas. Teori kuantitas mengatan bahwa masyarakat memerlukan uang tunai untuk keperluan transaksi tukar menukar (misal: jual beli barang dan jasa), bukan untuk tujuan lain. Menurut kaum klasik karena uang tidak bisa menghasilkan apa-apa kecuali hanya untuk mempermudah transaksi, maka uang yang diminta oleh masyarakat hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk membiayai proses transaksi mereka. Jadi, semakin banyak transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, semakin banyak pula uang tunai yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut. Volume transaksi di dalam masyarakat tergantung pada dua hal, yaitu : (1) volume barang/jasa yang diproduksi masyarakat (yang diukur dengan GDP riel atau GDP pada harga konstan), dan (2) tingkat harga umum. Semakin besar GDP diharapkan semakin banyak transaksi yang dilakukan oleh masyarakat dan semakin tinggi harga umum semakin banyak uang tunai yang dibutuhkan untuk menutup setiap transaksi. Jadi, penawaran uang (MS) ditentukan oleh kebijakan moneter. Oleh karenanya, variabel ini disebut variabel eksogen, yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh unsur di luar sistem persamaan. Permintaan uang: MD = k PQ, dimana: k = suatu konstanta Q =GDP riel
4
TEORI EKONOMI MAKRO 1
P = harga umum.
Dalam jangka pendek k tidak berubah. Q atau GDP riel ditentukan di pasar barang, dan tingkat Q yang normal adalah Q pada tingkat full employment. Dengan demikianQ ditentukan diluar pasar uang, sehingga dapat dianggap s esuatu yang mendekati suatu konstanta (ditentukan sebelumnya). Ini berarti bahwa penawaran uang tidak mempengaruhi tingkat output nasional. Mekanisme pasar akan menyamakan penawaran uang dengan permintaan uang, sehingga dapat ditulis dalam persamaan: MS = MD = kPQ
5) Pasar luar negeri Di pasar luar negeri, kaum klasik juga menganut pandangan bahwa dunia secara otomatis mengoreksi ketidakseimbangan. Implikasi dari pandangan ini adalah bahwa suatu perekonomian nasional tidak perlu merepotkan diri untuk menyeimbangkan neraca perdagangan mereka dengan kebijakan-kebijakan khusus, asal saja pemerintah mau memakai salah satu dari sistem pembayaran luar negeri di bawah ini: a) Sistem Standar Emas: yaitu sistem yang memberlakukan uang dalam negeri (misalnya rupiah) dijamin dengan emas. Artinya setiap satuan uang tersebut (misalnya satu rupiah) selalu dapat ditukar dengan emas murni seberat x gram di Bank Sentral. b) Standar Kertas dan Kurs Devis yang fleksibel: yaitu sistem keuangan dalam negeri yang dapat menggunakan standar kertas atau menggunakan uang kertas yang tidak dijamin dengan emas, dan harus menganut sistem kurs devisa mengambang. Asalkan semua negara memakai standar emas maka setiap perekonomian nasional akan mempunyai suatu sistem neraca perdagangan yang dapat mengoreksi ketidakseimbangan secara otomatis. 2. Teori modern Teori modern (Aliran Keynesian) yang dipelopori oleh John Maynard Keynes muncul untuk mengatasi krisis yang melanda Eropa pada 1930-an pasca perang Dunia I. Pada saat itu teori klasik dan neoklasik sudah tidak mampu lagi
5
TEORI EKONOMI MAKRO 1
menjelaskan fenomena yang terjadi dan mengatasi krisis yang dihadapi. Bukunya “The General Theory of Employment , Interest and Money” merekomendasikan agar perekonomian tidak begitu saja diserahkan kepada mekanisme pasar, namun diperlukan peran pemerintah dalam sistem perekonomian, yang justru dalam teori klasik dan neoklasik peran pemerintah diharamkan. a) Dasar filsafat teori Keynes Inti dari ideologi Keynesianisme adalah untuk mengatasi masalah krisis ekonomi, pemerintah harus melakukan lebih banyak campur tangan secara aktif dalam mengendalikan perekonomian nasional. Kegiatan produksi dan pemilikan faktorfaktor produksi masih dapat dipercayakan kepada swasta, tetapi pemerintah wajib melakukan kebijakan-kebijakan untuk mempengaruhi perekonomian. Misalnya, dalam masa depresi pemerintah harus bersdia melakukan kegiatankegiatan yang langsung dapat menyerap tenaga kerja yang tidak dapat bekerja pada swasta, walaupun hal ini dapat menyebabkan defisit dalam anggaran belanja negara. Dalam hal ini Keynes tidak percaya pada sistem liberalisme yang mengkoreksi diri sendiri, untuk kembali pada posisi full employment secara otomatis.
Full
employment
hanya
dapat
dicapai
dengan
tindakan-tindakan terencana, bukan datang dengan sendirinya. b) Pasar tenaga kerja Berbeda dengan teori klasik yang menganggap permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja selalu seimbang (equilibrium) karena harga-harga fleksibel, maka menurut Keynes pasar tenaga kerja jauh dari seimbang, karena upah tidak pernah fleksibel, sehingga permitaan dan penawaran hampir tidak pernah seimbang
sehingga
pengangguran
sering
terjadi.
Menurut
Keynesian
pengangguran bisa terjadi terus menerus dan jenis pengangguran tersebut ada tiga macam: 1) Pengangguran karena adanya pergeseran tingkat oputput dari berbagai sektor dan ini bersifat sementara ( frictional unemployment ), 2) Pengangguran musiman, yang jumlahnya tergantung dengan musim ( seasonal unemployment ), 3) Pengangguran yang “dibuat” (institutional unemployment). c) Pasar barang
6
TEORI EKONOMI MAKRO 1
Perbedaan pasar barang menurut Keynesian dengan klasik terletak pada Hukum Say bahwa permintaan sama dengan penawaran sehingga tidak akan terjadi kelebihan atau kekurangan permintan atau penawaran. Menurut Keynesian permintaan barang tidak selalu sama dengan penawaran karena tidak semua income dibelanjakan tetapi sebagian dari pendapatan tersebut akan disimpan dalam bentuk tabungan (saving). Tabungan tidak menambah permintaan efektif terhadap barang dan jasa kalau tidak segera diinvestasikan sehingga akan terjadi kelebihan stok barang atau kelebihan produksi barang (penawaran). Apa akibat dari ketidakseimbanganpermintaan dengan penawaran ini terhadap perekonomian negara? Ada dua akibat yang akan terjadi. Pertama, para produsen akan mengurangi jumlah produksi mereka pada tahun atau periode berkutnya, artinya output atau GDP akan berkurang pada tahun berikutnya. Bila output berkurang maka dampaknya akan sangat serius terhadap variabel makro karena income, lapangan pekerjaan, konsumsi, investasi dan seterusnya akan menurun. Kedua, akbat dari turunnya GDP dan income maka harga-harga akan turun karena turunnya permintaan akibat penurunan income. Apabila harga-harga (harga barang dan harga tenaga kerja) tidak kaku tetapi fleksibel dan turun sebanding dengan penuruan income, seperti yang diasumsikan oleh teori Klasik, maka keadaan down turn ini tidak akan berlangsung lama karena harga yang turun akan kembali mendorong naiknya permintaan (sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran). Naiknya permintaan akan mendorong produsen kembali menggenjot produksi mereka dan keadaan terpuruk akan segera terkoreksi kembali. Pabrik dan industri tidak akan tutup sehingga para buruh tidak banyak yang kena PHK. Berbeda dengan teori Klasik yang mengasumsikan harga-harga adalah fleksible, kenyataannya menurut Keynes, harga-harga adalah tidak fleksible tetapi kaku (rigid), tidak mau turun. Akibatnya permintaan akan turun dan produksi tidak akan naik sehingga ekonomi akan terjebak pada resesi atau depresi. Keadaan sebaliknya bisa juga terjadi yaitu terjadinya kelebihan permintaan dan kekurangan produksi. Misalnya produsen membuat perhitungan yang optimis dengan menambah investasi sehingga permintaan aggregate naik (ingat investasi adalah komponen Aggregate Demand). Bila kapasitas terpasang pabrik sudah penuh
7
TEORI EKONOMI MAKRO 1
maka tidak akan terjadi peningkatan produksi sehingga produksi berkurang dan sementara permintaan naik. Kenaikan permintaan dan kekurangan produksi ini akan ditransmisikan kedalam inflasi. d) Pasar uang Perbedaan teori Klasik dan Keynesian dalam hal uang adalah, dan ini yang merupakan perbedaan besar, Keynesian tidak setuju dengan pendapat bahwa permintaan uang hanya ditentukan oleh kebutuhan transaksi dimana transaksi ini dipengaruhi oleh volume barang, harga barang dan kecepatan perputaran uang. Menurut Keynesian permintaan uang ditentukan oleh tiga faktor yaitu: 1) Kebutuhan transaksi (transaction motive), 2) Kebutuhan untuk berjaga-jaga (precautionary motive) dan 3) Kebutuhan untuk berspekulasi (speculation motive) atau investasi. Kebutuhan transaksi sama dengan pendapat klasik dimana tergantung dengan volume barang, harga dan konstanta. Tetapi untuk dua faktor lagi Keynesian berpendapat bahwa permintaan akan uang juga ditentukan oleh faktor berjaga-jaga dan spekulasi. Kebutuhan berjaga-jaga adalah suatu kebutuhan untuk mengahadapi situasi yang tidak normal atau darurat, misalnya sakit, kecelakaan atau ada kebutuhan mendadak yang memerlukan uang yang tidak terduga sebelumnya. Jumah kebutuhan untuk jenis ini sama dengan kebutuhan transaksi, yakni tergantung dengan income. Bila dilihat secara prinsip maka kebutuhan
jenis
ini
juga
hampir
sama
dengan
kebutuhan
transaksi.
Faktor ketiga yang menentukan permintaaan uang adalah spekulasi, berbeda secara significant dengan teori klasik. Kebutuhan spekulasi adalah kebutuhan untuk mencari keuntungan dari permaian resiko dan keberuntungan. Sama seperti teori klasik, menurut Keynes uang tidak memberikan penghasilan apa-apa, misalnya dalam bentuk bunga, sehingga rugi kalau disimpan dalam jumlah yang terlalu banyak. Pada waktu teori ini dicetuskan oleh Keynes uang memang tidak memberikan keuntungan apa-apa kecuali untuk mempermudah proses transaksi seharihari. Sebagai alternatif dari memegang uang adalah membeli aset lain seperti obligasi (bonds) yang dikeluarkan pemerintah, karena obligasi memberikan pendapatan berupa bunga. Dalam perkembangannya sekarang uang telah bisa memberikan keuntungan
8
TEORI EKONOMI MAKRO 1
dalam bentuk bunga bila disimpan di bank, walaupun tidak diinvestasikan ke usaha-usaha produktif tetapi bunganya sangat rendah diandingkan dengan deposito
atau
investasi
lainnya.
Kalau
uang
disimpan
di
rumah maka tetap tidak akan memberikan keuntungan sedikitpun. Tingkat keuntungan yang diperoleh dengan menabung di bank memang relatif rendah dibandingkan dengan investasi atau usaha produktif lainnya tetapi resiko menabung di bank juga rendah. Disamping itu alternative terhadap memegang uang sekarang bukan hanya obligasi tetapi sudah terdapat berbagai jenis surat berharga yang dapat memberikan bunga yang sangat kompetitif dibandingkan dengan bunga simpanan bank. Faktor kebutuhan uang untuk spekulasi merupakan perbedaan penting antara teori pasar uang klasik dan Keynesian. Menurut teori Keynesian disamping untuk transaksi, uang diperlukan juga untuk berjaga-jaga (berjaga-jaga hampir sama denga transaksi menurut versi teori klasik) dan untuk berspekulasi. Dikatakan spekulasi karena ada tarik menarik antara keperluan memegang uang dan memegang (membeli) aset yang lain selain uang sebagai ganti memegang uang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Aset lain yang dimaksud disini adalah aset finansial seperti obligasi atau surat-surat berharga
lainnya.
Sekarang
ini
kegiatan
spekulasi
ini
dilakukan
di pasar uang dan pasar modal (bursa) seperti di Indonesia Stock Exchange.
B. Inflasi di Indonesia 1990-2015
Inflasi pada dasarnya adalah kеcеndеrungan harga umum yang mеngalami kеnaikan sеcara tеrus mеnеrus (Prasetyo dan Darmawan, 2017:49). Badan Pusat Statistik (BPS) Inflasi adalahKenaikan harga barang dan jasa secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara (Putra, Aryq dan Mufidah, 2017:92). Berikut ini tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 1990-2015: Tabel 1 Tingkat Inflasi di Indonesia pada Tahun 1990-2015 Tahun 1990 1991 1992 1993
Tingkat Inflasi (%) 9,53 9,52 4,94 9,77
9
TEORI EKONOMI MAKRO 1
Tahun 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tingkat Inflasi (%) 9,24 8,64 6,47 11,05 77,63 2,01 9,35 12,55 10,03 5,06 6,40 17,11 6,60 6,59 11,06 2,78 6,96 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35
(Sumber : Arka, S dan Luwihadi1, N, L, A. 2017:535; www.bps.go.id/)
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 1990-2015 adalah pada tahun 2005 tingkat inflasi paling besar yaitu sebesar 17,11% dan pada tahun 1999 tingkat inflasi paling rendah yaitu sebesar 2, 01%. Grafik 1 Tingkat Inflasi di Indonesia pada Tahun 1990-2015 GRAFIK TINGKAT INFLASI DI INDONESIA 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0
77.6
30.0 20.0 10.0
9.5 9.5 4.9 9.8 9.2 8.6 6.511.1
17.1 2.0 9.412.610.05.1 6.4 6.6 6.611.12.8 7.0 3.8 4.3 8.4 8.4 3.4
0.0 0 9 9 1
1 9 9 1
2 9 9 1
3 9 9 1
4 9 9 1
5 9 9 1
6 9 9 1
7 9 9 1
8 9 9 1
9 9 9 1
0 0 0 2
1 0 0 2
2 0 0 2
3 0 0 2
4 0 0 2
5 0 0 2
6 0 0 2
7 0 0 2
8 0 0 2
9 0 0 2
0 1 0 2
1 1 0 2
2 1 0 2
(Sumber : Arka, S dan Luwihadi1, N, L, A. 2017:535; www.bps.go.id/)
3 1 0 2
4 1 0 2
5 1 0 2
10
TEORI EKONOMI MAKRO 1
Berdasarkan grafik 1 menunjukkan bahwa tingkat inflasi di Indonesia periode 1990-2014 mengalami fluktuasi, dimana inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1993 yaitu sebesar 77, 63 persen karena guncangan krisis finansial yang terjadi pada tahun tersebut. Inflasi terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu sebesar 2,01 persen.
C. Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 1990-2015
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Berikut ini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1990-2015: Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Tahun 1990-2015 Tahun
Angka Pertumbuhan Ekonomi
Naik / Turun
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
7,2 7,2 6,2 6,5 7,5 8,2 7,8 4,7 -13,1 0,8 4,9 3,8 3,7 4,1 5,1 5,7 5,48 6,3 6,2 4,5 6,1
Turun 0,2 Stagnan Turun 1,0 Naik 0,3 Naik 1,0 Naik 0,7 Turun 0,4 Turun 3,1 Turun 17,8 Naik 13,9 Naik 4,1 Turun 1,1 Turun 0,1 Naik 0,5 Naik 1 Naik 0,6 Turun 0,3 Naik 0,9 Turun 0,1 Turun 1,7 Naik 1,6
11
TEORI EKONOMI MAKRO 1
Tahun
Angka Pertumbuhan Ekonomi
Naik / Turun
2011 2012 2013 2014 2015
6,5 6,3 5,8 5 4,8
Naik 0,4 Turun 0,2 Turun 0,5 Turun 0,8 Turun 0,2
(Sumber: www.bps.go.id; www.rappler.com; Krisbandi, 2014; Angraini, 2014; Untari, 2012)
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa 1998 pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat menurun yaitu sebesar 17,8 % dan pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi paling rendah yaitu sebesar 4,1%. Grafik 2 Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 1990-2015
Grafik Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 10
5
7.2 7.2 6.2 6.5 7.5 8.2 7.8
6.3 6.2 6.1 6.5 6.3 5.8 5 4.9 3.8 3.7 4.1 5.1 5.75.48 4.8 4.5 0.8
4.7
0 0 9 9 1
1 9 9 1
2 9 9 1
3 9 9 1
4 9 9 1
5 9 9 1
6 9 9 1
7 9 9 1
8 9 9 1
9 9 9 1
0 0 0 2
1 0 0 2
2 0 0 2
3 0 0 2
4 0 0 2
5 0 0 2
6 0 0 2
7 0 0 2
8 0 0 2
9 0 0 2
0 1 0 2
1 1 0 2
2 1 0 2
3 1 0 2
4 1 0 2
5 1 0 2
-5 -13.1 -10 Angka Pertumbuhan -15
(Sumber: www.bps.go.id; www.rappler.com; Krisbandi, 2014; Angraini, 2014; Untari, 2012)
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa 1998 pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat menurun yaitu sebesar 17,8 % dan pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi paling rendah yaitu sebesar 4,1%.
D. Pengangguran di Indonesia 1990-2015
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum memperoleh pekerjaan ( Nasution, 2017:8). Berikut ini adalah tingkat pengangguran di Indonesia pada tahun 1990-2015:
12
TEORI EKONOMI MAKRO 1
Tabel 3 Pengangguran di Indonesia 1990-2015 Tahun
Tingkat Pengangguran (%)
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
2,55 2,62 2,74 2,79 4,36 7,02 4,87 4,69 5,46 6,36 6,08 8,1 9,06 9,67 9,86 11,24 10,28 9,11 8,39 7,87 7,14 7,48 6,13 6,17 5,94 6,18 (Sumber: www.bps.go.id; Hartanti., et al, 2017:120 )
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran pada tahun 1996-2005 tiap tahunnya mengalami peningkatan dan pada tahun 2014 pengangguran sebesar 5,94 yang dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2005-2014 mengalami penurunan pada tingkat pengangguran.
13
TEORI EKONOMI MAKRO 1
Grafik 3 Pengangguran di Indonesia 1990-2015 GRAFIK TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0
8.1
7.0 4.4
4.9 4.7 5.5
9.9 9.1 9.7
11.2 10.3
6.4 6.1
9.1 8.4 7.9 7.1 7.5
6.1 6.2 5.9 6.2
2.6 2.6 2.7 2.8
0.0 0 9 9 1
1 9 9 1
2 9 9 1
3 9 9 1
4 9 9 1
5 9 9 1
6 9 9 1
7 9 9 1
8 9 9 1
9 9 9 1
0 0 0 2
1 0 0 2
2 0 0 2
3 0 0 2
4 0 0 2
5 0 0 2
6 0 0 2
7 0 0 2
8 0 0 2
9 0 0 2
0 1 0 2
1 1 0 2
2 1 0 2
3 1 0 2
4 1 0 2
5 1 0 2
(Sumber: www.bps.go.id; Hartanti., et al, 2017:120 )
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran pada tahun 1996-2005 tiap tahunnya mengalami peningkatan dan pada tahun 2014 pengangguran sebesar 5,94 yang dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2005-2014 mengalami penurunan pada tingkat pengangguran. E. Neraca pembayaran Indonesia (Prospek)
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di tahun 2017 diprakirakan masih mencatat surplus didukung oleh prospek perekonomian domestik yang semakin baik, meskipun masih dibayangi oleh berbagai risiko ekonomi global. Prakiraan membaiknya ekonomi beberapa negara mitra dagang utama dan masih tingginya harga
komoditas
global
mendorong
peningkatan
ekspor.
Di
sisi
lain,
meningkatnya permintaan domestik dan prakiraan kenaikan harga minyak dunia juga akan mendorong peningkatan impor. Defisit jasa transportasi diprakirakan meningkat sejalan dengan peningkatan impor barang, namun demikian surplus jasa perjalanan diprakirakan juga akan meningkat seiring meningkatnya jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia. Sementara itu, defisit neraca pendapatan
secara
keseluruhan
diprakirakan
sedikit
meningkat.
Secara
keseluruhan defisit transaksi berjalan di tahun 2017 diprakirakan akan meningkat namun masih dalam batas aman (Bank Indonesia, 2017:23). Untuk transaksi modal dan finansial diprakirakan masih mencatat surplus secara lebih moderat. Hal tersebut antara lain sebagai dampak dari masih tingginya kondisi ketidakpastian ekonomi global terutama adanya risiko dari
14
15
TEORI EKONOMI MAKRO 1
berbagai kebijakan pemerintah Amerika Serikat baik kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal. Surplus TMF tersebut didukung oleh positifnya persepsi investor terhadap prospek ekonomi domestik yang diprakirakan terus membaik. Dengan perkembangan tersebut, surplus TMF diperkirakan masih cukup untuk membiayai defisit transaksi berjalan (Bank Indonesia, 2017:23). Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai berbagai risiko eksternal dan domestik yang dapat memengaruhi kinerja neraca pembayaran. Bank Indonesia meyakini kinerja NPI akan tetap baik didukung oleh bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang berhati-hati, serta penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mendorong percepatan reformasi struktural guna meningkatkan iklim investasi dan daya saing ekonomi domestic ( Bank Indonesia, 2017:23). Berikut ini ringkasan nerasa pembayaran Indonesia: F. G.
Tabel 4 Neraca Pembayaran Indonesia (Juta USD) 2015
ITEMS
2016
2017
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Total
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Total
Tw.I**
-4,314
-4,279
-4,224
-4,703
-17,519
-4,659
-5,147
-5,003
-2,099
-16,909
-2,397
A. Barang
3,198
4,371
4,248
2,232
14,049
2,648
3,753
3,923
5,112
15,437
5,648
- Ekspor
37,962
39,931
36,192
35,038
149,124
33,039
36,285
34,891
40,229
144,445
40,755
- Impor
-34,764
35,561
-31,945
-32,806
135,076
-30,391
-32,533
-30,967
-35,117
129,008
-35,107
2,826
4,056
4,154
2,283
13,319
2,34
3,521
3,706
5,282
14,849
5,483
37,586
39,612
35,835
34,692
147,725
32,687
34,554
39,843
143,064
- Impor, fob.
-34,760
35,557
-31,68
-32,409
134,406
-30,347
-32,46
-30,848
a. Nonmigas
3,947
5,932
6,158
2,986
19,023
3,244
4,959
- Ekspor, fob
33,068
34,722
32,038
30,713
130,541
29,836
- Impor, fob
-29,122
-28,79
-25,88
-27,727
111,518
-1,121
-1,876
-2,004
-702
- Ekspor, fob
4,518
4,89
3,797
- Impor, fob
-5,638
-6,767
2. Barang Lainnya
372
- Ekspor, fob.
I. Transaksi Berjalan
1. Barang Dagangan Umum
- Ekspor, fob.
35,98
40,43
-34,561
128,215
-34,947
5,042
6,401
19,645
7,671
32,752
31,292
36,293
130,173
36,482
-26,592
-27,793
-26,25
-29,892
110,527
-28,81
-5,703
-904
-1,438
-1,336
-1,119
-4,797
-2,189
3,979
17,184
2,851
3,228
3,262
3,55
12,891
3,948
-5,801
-4,681
-22,887
-3,755
-4,667
-4,597
-4,669
-17,688
-6,137
315
94
-51
730
308
232
217
-170
588
166
376
319
358
346
1,4
352
305
337
387
1,381
325
-4
-4
-264
-398
-670
-44
-73
-120
-556
-793
-159
B. Jasa - jasa
-1,823
-2,829
-2,293
-1,752
-8,697
-1,122
-2,384
-1,53
-2,007
-7,043
-1,349
- Ekspor
5,574
5,087
5,408
6,152
22,221
5,775
5,324
5,864
6,516
23,478
5,806
- Impor
-7,397
-7,915
-7,701
-7,904
-30,918
-6,897
-7,708
-7,394
-8,523
-30,521
-7,155
-7,116
-7,246
-7,452
-6,565
-28,379
-7,446
-7,727
-8,383
-6,137
-29,693
-7,474
- Penerimaan
468
722
705
926
2,822
705
853
1,168
1,29
4,016
1,221
- Pembayaran
-7,584
-7,969
-8,157
-7,491
-31,201
-8,15
-8,58
-9,551
-7,427
-33,709
-8,695
b. Migas
- Impor, fob.
C. Pendapatan Primer
16
TEORI EKONOMI MAKRO 1
2015 ITEMS
2016
2017
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Total
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Total
Tw.I**
1,428
1,426
1,273
1,382
5,508
1,26
1,21
987
933
4,39
778
- Penerimaan
2,521
2,645
2,54
2,655
10,362
2,505
2,55
2,379
2,333
9,767
2,109
- Pembayaran
-1,094
-1,22
-1,267
-1,273
-4,853
-1,245
-1,34
-1,392
-1,4
-5,376
-1,331
1
0
2
14
17
0
4
5
11
21
0
- Penerimaan
1
0
2
14
17
0
4
5
11
21
0
- Pembayaran
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5,611
1,998
60
9,174
16,843
4,211
6,766
9,775
7,596
28,348
7,855
- Aset
-8,294
-9,155
-3,708
-332
-21,489
-790
-4,602
3,078
19,717
17,404
-2,639
- Kewajiban
13,905
11,154
3,768
9,506
38,332
5,001
11,367
6,698
-12,121
10,944
10,494
1. Investasi Langsung
2,319
3,982
1,608
2,795
10,704
2,871
3,262
6,549
3,338
16,02
2,501
a. Aset 5)
-3,392
-3,276
-1,266
-1,141
-9,075
-370
-1,206
457
12,869
11,751
-368
b. Kewajiban 5)
5,712
7,258
2,873
3,936
19,779
3,242
4,468
6,091
-9,532
4,269
2,869
2. Investasi Portofolio
8,509
5,528
-2,188
4,333
16,183
4,438
8,277
6,544
-313
18,946
6,473
24
-737
-683
127
-1,268
-167
402
1,938
46
2,218
-971
8,484
6,266
-1,505
4,206
17,451
4,605
7,875
4,607
-358
16,728
7,444
2)
6,942
3,808
908
5,728
17,386
4,919
7,213
3,211
1,492
16,835
6,437
3)
1,542
2,457
-2,413
-1,522
65
-314
663
1,396
-1,85
-106
1,008
93
-3
231
-301
20
-22
-25
-28
66
-9
-72
-5,31
-7,51
409
2,346
-10,064
-3,077
-4,749
-3,29
4,506
-6,61
-1,048
-5,131
-5,371
-1,955
645
-11,812
-529
-3,968
522
6,801
2,826
-1,486
-179
-2,138
2,364
1,702
1,748
-2,547
-781
-3,812
-2,295
-9,436
438
2)
-1,144
-1,366
1,665
656
-190
-119
-1,599
-1,242
-319
-3,279
-52
3)
964
-772
700
1,046
1,938
-2,428
819
-2,571
-1,977
-6,157
490
1,298
-2,28
-4,162
4,485
-659
-448
1,622
4,777
5,509
11,46
5,458
5
-645
-404
605
-439
161
540
931
-1,003
629
-944
1,303
-2,925
-4,565
5,089
-1,098
-287
2,162
5,708
4,505
12,089
4,514
-1,303
2,925
4,565
-5,089
1,098
287
-2,162
-5,708
-4,505
-12,089
-4,514
-1,303
2,925
4,565
-5,089
1,098
287
-2,162
-5,708
-4,505
-12,089
-4,514
B. Kredit dan Pinjaman IMF
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
C. Exceptional Financing
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
111,554
108,03
101,72
105,931
105,931
107,543
109,789
115,671
6.6
6.8
6.8
7.4
7.4
7.7
8.0
8.5
8.4
8.4
8.6
-2.02
-1.96
-1.96
-2.20
-2.03
-2.15
-2.23
-2.05
-0.87
-1.81
-0.99
D. Pendapatan Sekunder
II. Transaksi Modal
III. Transaksi Finansial
a. Aset b. Kewajiban - Sektor publik - Sektor swasta
3. Derivatif Finansial 4. Investasi Lainnya
a. Aset b. Kewajiban - Sektor publik - Sektor swasta
IV. Total (I + II + III) V. Selisih Perhitungan Bersih VI. Neraca Keseluruhan (IV + V) VII. Cadangan Devisa dan yang terkait 4)
A. Transaksi Cadangan Devisa
Memorandum:
- Posisi Cadangan Devisa Dalam Bulan Impor dan Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah
- Transaksi Berjalan (% PDB)
116,362
116,362
121,806
(Sumber: Dokument Bank Indonesia, 2017:29)
Berdasarkan tabel di atas dapat disumpulkan bahwa Tw.I pada barang pada tahun 2015 sebesar 3,193 dan pada 2016 sebesar 2,648 yang artinya mengalami penurungan.
TEORI EKONOMI MAKRO 1
DAFTAR PUSTAKA
Alam, M, Z., Rozi, F dan Nurhardiansyah, A. 2014. Teori Ekonomi Klasik Adam Smith. Makalah. Universitas Jember: Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Angraini. M. 2014. Tabel dan Frafik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. https://www.academia.edu/10025706/Tabel_dan_Grafik_Pertumbuhan_Eko nomi_Indonesia. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2017. Arka, S dan Luwihadi1, N, L, A. 2017. Determinan Jumlah Uang Beredar dan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 1984-2014. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol.6, No. 4, Hal. 533-563. Bank Indonesia. 2017. Laporan Neraca Pembayaran indonesia. Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia. Jakarta. BPS,
2017. Inflasi Indonesia Menurut Kelompok Komoditi, 2006-2017. https://www.bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/901. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2017. BPS, 2017. Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT, 1986 – 2013. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/973. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2017. Hartanti, E. S., Listiyanto. E., Pulungan, A. M., Abdullah. I., Yudhistira. B., Firdaus, A. H., Abdullah. R., Hafiz, M. R., Huda. N., Talattov, A. P., Syafrian. D., Hanif. M. & Nofarina, S. D. Proyeksi Ekonomi Indonesia 2017: Menguji Ketangguhan Ekonomi Indonesia. INDEF, Jakarta. Krisbandi. 2014. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. http://krisbandi.blogspot.co.id/2014/08/pertumbuhan-ekonomi-indonesiadari.html#.WfFa71uCzIU. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2017. Nasution, Z. (2017). Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan. ECOBISMA, Vol. 1, No. 2, Hal. 1-13. Prasetyo, D. A., & Darmawan, A. (2017). Pengaruh Risiko Inflasi, Risiko Suku Bunga, Risiko Nilai Tukar dan Leverage Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016). Jurnal Administrasi Bisnis, 50(3), 48-56. Putra, H. N., Aryq, I. M., & Mufidah, L. J. 2017. Perbandingan Pengaruh Suku Bunga dan Inflasi terhadap Kredit dan Pembiayaan (Studi Kasus pada Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah periode 20112015). IQTISHODUNA, Vol. 12, No. 2, Hal. 91-97.
17
TEORI EKONOMI MAKRO 1
Untari, T. D. 2012. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. http://himepa.blogspot.co.id/2012/10/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-20tahun_22.html. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2017. Widyastuti, A. 2012. Analisis Hubungan Antara Produktivitas Pekerja dan Tingkat Pendidikan Pekerja terhadap Kesejahteraan Keluarga di Jawa Tengah Tahun 2009. Economics Development Analysis Journal , Vol. 1, No. 2, Hal. 1-11. Wisangeni. H. 2016. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia https://www.rappler.com/indonesia/121425-pertumbuhan-ekonomiindonesia-2015. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2017.
2015.
18