BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Latar Belakang Belakang
Salah satu tugas penting dari seorang dokter d okter sebagai klinikus dan ilmuwan adalah berusaha terus-menerus belajar, memperkaya dan menyegarkan diri dengan ilmu pengetahuan dari berbagai sumber ilmiah. Misalnya dengan cara mengikuti acara ilmi ilmiah ah,, memb membac acaa buku buku ajar ajar,, atau atau memb membaca aca jurn jurnal al ilmi ilmiah ah muta mutakh khir ir.. Dala Dalam m pendidikan kedokteran, membaca jurnal ilmuah adalah suatu metode yang sangat efektif untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Tujuan akhir membaca jurnal ilmiah ilmiah bagi bagi seoran seorang g dokter dokter sebagai sebagai pember pemberii pelayan pelayanan an keseha kesehatan tan adalah adalah untuk untuk menerapkan hasil penelitian kepada pasiennya. Hal ini merupakan suatu pendekatan yang disebut “evidence “evidence based medicine”. Agar Agar dala dalam m memb membac acaa jurn jurnal al ilmi ilmiah ah dokt dokter er seba sebaga gaii klin klinik ikus us dan dan dapa dapatt memperoleh memperoleh manfaat yang sebesar-bes sebesar-besarnya, arnya, setiap dokter harus membekali membekali diri dengan dengan pemaha pemahaman man yang memadai memadai tentan tentang g metodol metodologi ogi peneli penelitia tian. n. Jika Jika seoran seorang g dokter dokter membaca membaca lapora laporan n ilmiah ilmiah tanpa tanpa melakuk melakukan an telaah telaah kritis kritis,, berart berartii ia tidak tidak mengetahui kelemahan penelitian. Dengan konsekuensi, ia mengadopsi kesimpulan penelitian yang salah tersebut. Dapat kita bayangkan bila dokter kemudian menerapkan pengetahuan yang keliru. Dalam Dalam rangka rangka mengapl mengaplika ikasik sikan an cara cara menela menelaah ah jurnal jurnal ilmia ilmiah, h, kami kami memili memilih h artikel jurnal dengan judul “Pola Resistensi Primer pada Penderita TB Paru Kategori 1 di RSUP RSUP H.Adam H.Adam Malik, Malik, Medan“. Kami menela menelaah ah artike artikell terseb tersebut ut dari dari sudut sudut pandang Evidence based Medicine dan Epidemiologi Klinik.
1
1.2
Rumusan Mas Masala alah
Apakah artikel jurnal berjudul “Pola Resistensi Primer pada Penderita TB Paru Paru Katego Kategori ri 1 di RSUP RSUP H.Adam H.Adam Malik, Malik, Medan“ Medan“ telah telah memenuh memenuhii kriter kriteria ia sebaga sebagaii sumber sumber yang valid, penting penting,, dan
dapat dapat diaplika diaplikasik sikan an pada pada pasien pasien
menurut telaah klinis evidence based medicine? medicine?
1.3
Tujuan
Menentukan Menentukan apakah artikel jurnal berjudul berjudul “Pola Resistensi Resistensi Primer Primer pada Pend Pender erit itaa TB Paru Paru Kate Katego gori ri 1 di RSUP RSUP H.Ad H.Adam am Mali Malik, k, Meda Medan“ n“ tela telah h memenuhi kriteria sebagai sumber yang valid, penting, dan dapat diaplikasikan pada pasien menurut pedoman telaah kritis evidenc evidencee based based medici medicine ne dan epidemiologi klinis.
1.4
Manfaat
Dengan telaah kritis kritis untuk menentukan validitas validitas artikel jurnal yang “Pola Resistensi Primer pada Penderita TB Paru Kategori 1 di RSUP H.Adam Malik, Medan “ maka dapat diputuskan layak tidaknya informasi yang terdapat dalam jurnal tersebut untuk digunakan dalam kegiatan ilmiah atau untuk kepentingan klinis.
2
BAB II RESUME JURNAL
2.1 Judul
Pola Resistensi Primer pada Penderita TB Paru Kategori 1 di RSUP H.Adam Malik, Medan 2.2 Peneliti
Hendra Sihombing, Hilaluddin Sembiring, Zainuddin Amir, Bintang Y.M. Sinaga Depart Departeme emen n Pulmon Pulmonolo ologi gi dan Ilmu Ilmu Kedokt Kedoktera eran n Respir Respirasi asi,, Fakulta Fakultass Kedokte Kedokteran ran Universitas Sumatera Utara, SMF Paru RSUP Haji Adam Malik, Medan 2.3 Tempat Penelitian
RSUP H.Adam Malik, Medan 2.4 Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan kasus kematian hampir mencapai 2 juta manusia. Di semua negara telah terdapat penyakit ini, yang terbanyak di Afrika (30%), Asia (55%), dan untuk China dan India secara tersendiri sebesar 35%. Laporan World Health Organization (WHO) (WHO) (global (global reports 2010) pada tahun 2009 angka kejadian TB di seluruh seluruh dunia 9,4 juta (8,9 juta hingga 9,9 juta jiwa) jiwa) dan meningkat terus perlahan pada setiap tahunnya dan menurun lambat seiring didapati peningkatan per kapita. Jumlah penderita TB di Indonesia mengalami penurunan, dari peringkat ketiga menjadi peringkat kelima di dunia, namun hal ini dikarenakan jumlah penderita TB di Afrika Selatan dan Nigeria melebihi dari jumlah penderita TB di Indonesia. Estimasi prevalens TB di Indonesia pada semua kasus adalah sebesar 660.000 estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahun. Selain itu, kasus resistensi merupakan 3
tantangan baru dalam program penanggulangan TB. Pencegahan meningkatnya kasus TB yang resisten obat menjadi prioritas penting. Laporan WHO tahun 2007 menyatakan persentase resistensi primer di seluruh dunia telah terjadi poliresisten 17,0%, monoresisten terdapat 10,3%, dan tuberculosis multidrug multidrug resistant resistant (TB-MD (TB-MDR) R) sebesa sebesarr 2,9%. 2,9%. Sedangk Sedangkan an di Indone Indonesia sia resist resistens ensii primer jenis MDR terjadi sebesar 2%.4,5 Penelitian Javaid dkk6 tahun 2008 di Pakistan didapatkan prevalens kasus resistensi primer pada satu atau lebih dari satu obat antituber- kulosis adalah sebesar 11,3%. Rao dkk 7 di Karachi Pakistan tahun 2008, 2008, mendapa mendapatka tkan n hasil hasil pola pola resist resisten en primer primer,, sebaga sebagaii beriku berikutt resist resisten en terhada terhadap p streptomisin sebanyak 13 orang (26%), isoniazid 8 orang (16%), etambutol 8 orang (16%), rifampisin 4 orang (8%) dan pirazinamid 1 (0,2%). Tuberkulosis (TB)-MDR telah diperoleh diperoleh sebanyak sebanyak 2 orang (0,4%) pasien. Sebelum-nya, Sebelum-nya, Namaei dkk 8 di Iran pada tahun 2005 meneliti dari105 isolat yang diperiksa, 93 berasal dari spesimen paru, selebihnya ekstra paru. Dijumpai BTA positif dengan pewarnaan langsung 79,6% spesimen spesimen paru dan 50% spesimen ektra paru. Setelah Setelah dilakukan dilakukan pemeriksaan pemeriksaan kultur dan uji resistensi didapatkan resistensi primer pada satu obat sebesar 29,5%, resisten primer lebih dari satu obat sebesar 2,9%, sedangkan MDR primer didapatkan sebesar 1%. Angka Angka resi resist sten ensi si (TB(TB-MD MDR) R) paru paru dipen dipenga garu ruhi hi oleh oleh kiner kinerja ja progr program am penanggulangan TB paru di kabupaten setempat / kota setempat terutama ketepatan diagnosis mikroskopik untuk menetapkan kasus dengan BTA (+), dan penanganan kasus termasuk peran pengawas menelan obat (PMO) yang dapat berpengaruh pada tingka tingkatt kepatuh kepatuhan an penderi penderita ta untuk untuk minum minum obat. obat. Faktor Faktor lain lain yang yang mempeng mempengaru aruhi hi angkaresistensi (MDR) adalah ketersediaan obat anti tuberkulosis (OAT) yang tidak memenuhi dari segi jumlah dan kualitas ataupun adanya OAT yang digunakan untuk terapi selain TB. Penel Penelit itia ian n TB-M TB-MDR DR di kota kota Sura Surakar karta ta oleh oleh Nugro Nugroho ho pada pada tahu tahun n 2003 2003 didapatkan prevalens TBMDR primer sebesar 1,6%, sedangkan TB-MDR sekunder 4,19%. Risiko relatif untuk terjadinya TB-MDR pada penderita DM sebesar 37,9 kali 4
dibandingkan dengan bukan penderita DM dan ketidakpatuhan berobat sebelumnya menyebabkan risiko relatif sebesar 15,5 kali dibandingkan yang patuh. Semaki Semakin n jelas jelas bahwa bahwa kasus kasus resist resistens ensii merupak merupakan an masala masalah h besar besar dalam dalam pengobatan tuberkulosis pada masa sekarang ini. World Health Organization (WHO) memp memper erki kira raka kan n terd terdap apat at 50 juta juta oran orang g di duni duniaa yang yang tela telah h teri terinf nfek eksi si oleh oleh Mycobacterium tuberculosis yang telah resisten terhadap OAT dan dijumpai 273.000 (3,1%) dari 8,7 juta TB kasus baru pada tahun 2000. Adit Aditam amaa
dkk dkk
mela melaku kuka kan n
pene peneli liti tian an
anal analis isis is
data data
dari dari
labo labora rato tori rium um
mikrobiologi RSUP Persahabatan tahun 1992, didapatkan resistensi primer isoniasid (H) saja saja sebesa sebesarr 2,16%, 2,16%, diikut diikutii strept streptomi omisin sin (S) 1,23%, 1,23%, rifamp rifampisi isin n (R) 0,50%, 0,50%, etionamid (N) 0,16%, kanamisin (K) 0,08% dan pirazinamid (Z) 0,04% dan tidak ditemukan resistensi terhadap etambutol (E). Resistensi terhadap dua atau lebih OAT bervariasi antara 0,08% sampai dengan 2,71%. Munir mengutip hasil penelitian Aditama bahwa prevalens resistensi primer di RSUP Persahabatan Persahabatan pada tahun 1994 sebesar sebesar 6,86%. Penelitian Penelitian Sadarita pada tahun 2006 di RS H. Adam Malik Medan mendapatkan hasil bahwa terdapat TB-MDR Prim Primer er seban sebanya yak k 3 oran orang g dari dari 15 oran orang g pasi pasien en yang yang tida tidak k memi memili liki ki riwa riwayat yat pengobatan OAT. Resistensi obat TB pada kasus baru yaitu terdapatnya galur M. galur M. tuberculosis yang resisten pada pasien baru didiagnosis TB dan sebelumnya tidak pernah diobati obat antituberkulosis (OAT) atau durasi terapi kurang 1 bulan. Pasien yang terinfeksi galur M.tuberculosis M.tuberculosis yang telah resisten obat disebut dengan resistensi primer. Data ini sering digunakan sebagai evaluasi terhadap transmisi / penularan terbaru. 2.5 Tujuan Penelitian
Data Data peneli penelitia tian n resist resistens ensii primer primer di RSUP RSUP H.Adam H.Adam Malik Malik Medan Medan belum belum didapa didapatka tkan n dengan dengan jumlah jumlah secara secara bermak bermakna. na. Oleh Oleh karena karena itu penuli penuliss termot termotiva ivasi si untuk meneliti seberapa besar angka resistensi, khususnya pada kejadian resistensi
5
primer pada penderita TB paru kategori I yang berobat ke poli paru dan dirawat di RSUPH. Adam Malik, Medan. 2.6 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang deskriptif. Data diperoleh dari dari data data reka rekam m medi medik k dan dan data data labo labora rato tori rium um mikr mikrob obil ilog ogii RSUP RSUPH. H. Adam Adam Malik,Medan. Data diambil dengan rentang waktu dari Oktober 2010 sampai dengan Juli 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang datang berobat ke poli paru dan rawat inap RS H. Adam Malik, Medan. Sampel adalah semua penderita TB paru yang berobat di poli paru dan rawat inap RSUP H. Adam Malik, Medan yang yang memenuh memenuhii kriter kriteria ia inklus inklusii dan eksklu eksklusi. si. Berdas Berdasark arkan an perhit perhitung ungan an statis statistik tik,, jumlah minimal sampel dalam penelitian ini adalah 79, namun pada penelitian ini didapatkan 85 sampel. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah semua penderita TB Paru yang mengalami pertumbuhan kultur sputum BTA, tidak memiliki riwayat pengobatan OAT sebelumnya. Penderita TB paru yang berobat ke RS H. Adam Malik yang sedang dalam pengobatan kategori I kurang dari 1 (satu) bulan, berusia lebih dari 15 tahun. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah penderita TB Paru yang tidak lengkap memiliki catatan riwayat mengkonsumsi OAT atau memiliki riwayat mengkonsumsi OAT lebih dari 1 (satu) bulan, penderita TB kasus gagal pengobatan ( failure), failure), kasus putus berobat (default (default ) dan kasus kambuh (relaps (relaps). ). Data dikumpulkan, dikumpulkan, diolah diolah dan dianalisis dianalisis menggunakan program komputer komputer perangkat lunak SPSS 17. Data dianalisis & ditampilkan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif.
6
2.7 Hasil Penelitian
Hasil Hasil peneli penelitia tian n pada distr distribu ibusi si frekuen frekuensi si berdas berdasark arkan an karakt karakteri eristi stik k dan demografi pada subjek peneliti an dapat dilihat pada tabel 1. Pola resistensi primer yang ditemukan pada penderita TB paru di RSUP H.Adam Malik, Medan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik subjek penelitian Karakteristik Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Kelompok umur 15-24 tahun 25-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun ≥ 65 tahun Tingkat pendidikan Tidak sekolah Tamatan SD Tamatan SLTP Tamatan SLTA Tamatan S1/ PT Riwayat pekerjaan Tidak bekerja Pelajar/mahasiswa PNS Wiraswasta Status perkawinan Kawin Tidak/belum kawin Riwayat OAT Tidak pernah ≤ 7 hari 8 - 14 hari 15 - 21 hari 22 - ≤ 30 hari Keluhan utama
7
Frekuensi
Persentase
26 59
30,58 69,42
18 35 15 12 5
21,18 41,18 17,64 14,12 5,88
1 17 23 42 2
1,18 20,00 27,06 49,41 2,35
17 2 11 55
20,00 2,35 12,94 64,71
68 17
80,00 20,00
66 7 5 3 4
77,65 8,23 5,88 3,53 4,71
Sesak napas Batuk berdahak Batuk kering Nyeri dada Batuk darah Kelainan radiologi foto toraks Bercak berawan/infiltrat Kalsifikasi Bercak milier Kavitas Atelektasis Abses paru Efusi pleura Pneumotoraks Hidropneumotoraks Direct smear sputum smear sputum BTA (-) (-/-) Scanty BTA (1+) (1+/1+) (1+/1+/1+) (2+) (2+/2+/2+) (2+/1+/2+) (2+/3+/2+) (3+) (3+/3+) (3+/3+/3+) (3+/3+/2+) Minggu pertumbuhan kultur BTA II III IV VI VIII Penyakit komorbid DM & HIV TB paru (non DM non HIV TB paru dengan DM TB paru dengan HIV TB paru dengan DM-HIV
8
24 52 1 0 8
28,23 61,18 1,18 0,00 9,41
81 2 3 15 1 1 11 1 2
95,29 2,35 3,53 17,65 1,18 1,18 12,94 1,18 2,25
1 9 2 1 2 24 3 14 1 1 1 1 24 1
2,35 1,18 10,58 1,18 2,35 28,23 3,53 16,47 1,18 1,18 1,18 1,18 28,23 1,18
3 26 43 8 5
3,53 30,59 50,59 9,41 5,88
73 7 5 0
85,88 8,24 5,88 0,00
Tabel 2. Pola resistensi primer (n=85) Hasil pemeriksaan dan jenis resistensi Monoresisten primer: Hanya R Hanya H Hanya S Hanya E Total monoresisten primer Poliresisten primer: RS RE HS HE RSE HSE SE Total poliresisten primer TB-MDR primer: RH RHE RHS RHES Total TB-MDR primer
Frekuensi
Persentase
1 4 10 3 18
1,18 4,71 11,76 3,53 21,18
2 3 1 1 2 0 4 13
2,35 3,53 1,18 1,18 2,35 0,00 4,70 15,29
0 3 0 1 4
0,00 3,53 0,00 1,18 4,71
Jumlah yang resisten 35 41,18 Jumlah yang tidak resisten 50 58,82 Total subjek penelitian 85 100,00 Keterangan : n = jumlah subjek; R = Rifampisin ; H = Isoniazid ; E = Etambutol ; S = Streptomisin 2.8 Saran Penelitian
Tidak terdapat saran penelitian 2.9 Korelasi Isi Jurnal
a. Hasil Penelitian pada Jurnal Pada penelitian ini, berdasarkan jenis kelamin dari subjek penelitian yang terban terbanyak yak
adalah adalah laki-la laki-laki ki yang berjum berjumlah lah 59 orang orang (69,42 (69,42%) %) dan peremp perempuan uan
26orang (30,58%) dengan rasio 2,2:1. Usia rata-rata 39,7 tahun yang berada pada
9
rentang usia terbanyak antara 22-24 tahun sebanyak 35 orang (41,18%). Sedangkan berdasarkan hasil uji resistensi terhadap obat diantara semua subjek penelitian dijumpai kasus TB-MDR primer sebanyak 4 orang (4,71%) dengan jenis kelamin 2 orang orang laki-l laki-laki aki dan 2 orang orang peremp perempuan. uan. Empat kasus TB-MDR TB-MDR primer primer yang ditemukan ditemukan memiliki kecenderunga kecenderungan n pada usia tua, yaitu pada usia 43, 51, 57, dan 61 tahun. Bebera Beberapa pa peneli penelitia tian n epidem epidemiol iologi ogi menunj menunjukka ukkan n pender penderita ita tuberk tuberkulo ulosis sis terbanyak pada usia produktif yang bila penanganan tidak cepat dilakukan maka akan berdampak pada stabilisasi ekonomi suatu negara. Disamping itu, usia produktif sangat sangat berbaha berbahaya ya terhad terhadap ap tingka tingkatt penular penularan an karena karena pasien pasien mudah mudah berint berintera eraksi ksi dengan orang lain, mobilitas yang tinggi memungkinkan untuk menular ke orang lain serta lingkungan sekitar tempat tinggal. Dala Dalam m berb berbag agai ai pene peneli liti tian an TB bahw bahwaa juml jumlah ah laki laki-l -lak akii lebi lebih h bany banyak ak didapatkan dari pada perempuan. Hal ini mungkin dikarenakan laki-laki berpendapat sebagai tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah, kehidupannya lebih banyak di luar rumah dibandingkan kaum perempuan. Namun menurut Aditama, peneliti-an oleh Munir dan penelitian Mitnick mendapatkan angka kejadian tuberkulosis pada kaum perempuan di negara yang lebih maju memiliki jumlah yang lebih tinggi daripada kaum laki-laki. Berdas Berdasark arkan an karakt karakteri eristi stik k tingkat tingkat pendidi pendidikan kan pada subjek subjek peneli penelitia tian n ini didapatkan bahwa tingkat pendidikan tamatan dari sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) merupakan yang terbanyak, sebesar 49,41%. Diikuti tamat SLTP sebanyak 27,06%, sedangkan tingkat pendidikan tamat dari sekolah dasar (SD) sebesar 20,0%. Tidak sekolah atau tidak tamat SDsebesar 1,18%. Sedangkan subjek penelitian pada tamatan perguruan tinggi sebesar 2,35%. Pada kasus TB-MDR primer didapati 2 orang tamat SLTP dan tamat SD-SLTA masing - masing 1 orang. Albuquerque dkk dalam dalam peneli penelitia tianny nnyaa pada tahun tahun 2008 2008 mendap mendapatk atkan an pender penderita ita TB dengan dengan status status pendidikan yang rendah akan lebih banyak mengalami kesulitan dalam menerima
10
informasi yang diberikan petugas kesehatan. Hal ini akan mengakibatkan terhentinya program melanjutkan pengobatan OAT yang semestinya dikonsumsi secara teratur. Kara Karakt kter eris isti tik k peke pekerj rjaa aan n pada pada subj subjek ek penel penelit itia ian n ini ini dida didapa patk tkan an bahwa bahwa pekerjaan yang terbanyak adalah wiraswasta sebesar 55 orang (64,71%), yang terdiri dari pekerja ladang, petani, dan pedagang. Urutan kedua terbanyak adalah tidak bekerja sebesar 17 orang (20,0%), kemudian pegawai negeri sipil sebanyak 11 orang (12, (12,94 94%) %).. Sedan Sedangka gkan n peke pekerj rjaa aan n sebag sebagai ai pela pelaja jarr atau atau maha mahasi sisw swaa menem menempa pati ti persentase terkecil pada subjek penelitian ini yaitu 2 orang 2,35%. Pada kasus TBMDR primer yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswata sebanyak 3 orang dan 1 orang sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan karakteristik status perkawinan, maka didapatkan bahwa pada umumnya subjek penelitian telah kawin, sebanyak 80,0%. Sedangkan yang tidak atau belum kawin sebesar 20,0%. Pada kasus TB-MDR primer semuanya telah berkeluarga. Gusti da lam penelitiannya pada pad a tahun 2000 terhadap 86 pasangan suami istri istri yang diteli diteliti ti mengena mengenaii kekerap kekerapan an TB paru paru dianta diantara ra pasang pasangan an suamisuami-ist istri ri penderita TB paru, ternyata hanya didapati 1 orang perempuan (1,16%) dari pasangan yang menderita TB paru. Tidak terjadinya penularan penyakit atau terinfeksi M. tuberculosis dalam hal ini berhubungan dengan peranan daya tahan tubuh (imunitas) orang tersebut. Pada subjek subjek penelit penelitian ian ditinj ditinjau au dari dari riwaya riwayatt mengkon mengkonsum sumsi si OAT bahwa bahwa semua subjek penelitian di bawah dari 1 bulan (4 minggu), sesuai dengan kriteria inklusi inklusi dalam penelitian penelitian ini sehubungan dengan mencari mencari kasus resistensi resistensi primer. Sebagian besar dari subjek penelitian ini adalah tidak pernah mengkonsumsi OAT, yaitu sebesar 66 orang (77,65%). Pada subjek penelitian juga didapatkan riwayat pengobatan OAT ≤7 hari sebanyak 7 orang (8,23%), dibawah 2 minggu 5 orang (5,8 (5,88% 8%), ), dibaw dibawah ah 3 ming minggu gu seba sebanya nyak k 3 oran orang g (3,5 (3,53% 3%)) dan dan diba dibawa wah h 1 bulan bulan sebany sebanyak ak 4 orang orang (4,71% (4,71%). ). Sedangka Sedangkan n dianta diantara ra 4 kasus kasus TB-MDR TB-MDR primer primer yang ditemukan, tidak satupun yang memiliki riwayat mengkonsumsi OAT.
11
Secara klinis dalam hal keluhan utama telah didapatkan pada subjek penelitian ini yang terbanyak adalah keluhan batuk yang disertai dahak, yaitu sebesar 52 orang (61,18%). Disusul dengan keluhan utama sesak napas, sebesar 24 orang (28,23%). Keluhan utama batuk darah berjumlah 8 orang (9,41%) serta batuk kering dialami pada 1 orang (1,18%). Sedangkan keluhan utama nyeri dada tidak dijumpai pada subjek penelitian ini, namun didapati sebagai keluhan tambahan. Sedangkan diantara kasus TBMDR primer dijumpai keluhan batuk berdahak sebesar 2 orang dan keluhan utama sesak napas juga sebesar 2 orang. Pada kelainan radiologi foto toraks bahwa bentuk bercak berawan (infiltrat) dijumpai pada hampir semua subjek penelitian, yaitu sebesar 81 orang (95,29%), disertai dengan gambaran bentuk kavitas dan efusi pleura didapatkan masing-masing sebesa sebesarr 15 orang orang (17,65% (17,65%)) dan 11 orang orang sebesa sebesarr (12,94% (12,94%). ). Gambar Gambaran an fibrot fibrotik ik dijump dijumpai ai pada 6 subjek subjek peneli penelitia tian n (7,06%) (7,06%).. Gambar Gambaran an hidrop hidropneum neumoto otorak rakss dan kalsifikas kalsifikasii dijumpai dijumpai sebesar sebesar 2 orang (2,35%). Gambaran atelektasis, atelektasis, abses paru dan pneumo-toraks masing-masing berjumlah 1 orang (1,18%). Pada kasus TB-MDR primer dijumpai gambaran radiologi foto toraks bercak infiltrat dan bayangan berawan. Dalam penelitian ini satu subjek penelitian kelainan radiologi foto toraks ini dapat dijumpai lebih dari satu kelainan radiologi. Hal ini sesuai dengan tinjauan kepustakaan bahwa gambaran radiologi pada penderita tuberkulosis dapat memberi gambaran berbagai macam bentuk, yang disebut dengan multiform. Dari Dari hasil hasil pemeri pemeriksa ksaan an labora laborator torium ium mikrob mikrobiol iologi ogiss pewarn pewarnaan aan langsun langsung g (direct smear) didapatkan dengan hasil sputum BTA (1+/1+/1+) dan BTA (3+/3+/3+) yaitu masing-masing sebanyak 24 orang (28,23%). Selanjutnya (2+/2+/2+) sebanyak 14 orang (16,47) serta scanty BTA (+) didapatkan 2 orang (2,35%). Scanty dijumpai pada 2 spesimen (2,35%). Sedangkan 10 orang (11,77%) subjek penelitian tidak ditemukan M. ditemukan M. tuberculosis (negatif) pada pemeriksaan pewarnaan langsung tersebut namun pada pemeriksaan kultur dijumpai pertumbuhan BTA. Terdapat 9 subjek dengan satu atau dua sediaan slide pembacaan. Hal ini dikarenakan sesuai dengan jumlah pot dahak yang diantar/disampaikan tiba di laboratorium mikrobiologi. 12
Diantara pemeriksaan sputum pada kasus TB-MDR primer didapati dengan hasil (1+/1+/1+) dan (3+/3+/3+) masing-masing sebanyak 2 orang. Hasil disesuaikan / dimasukan ke dalam skala IUATLD dan kriteria PDPI. Hasil pemeriksaan pemeriksaan kultur sputum BTA pada 85 subjek penelitian penelitian didapatkan didapatkan terjadi pertumbuhan BTA yang terbesar di minggu ke IV yaitu sebesar 43 sampel kult kultur ur (50,5 (50,59% 9%)) diik diikut utii pert pertum umbu buhan han mingg minggu u ke III III sebes sebesar ar 26 samp sampel el kultu kultur r (30,59%). Sedangkan 3 sampel kultur (3,53%) mengalami pertumbuhan di minggu ke II masa pertumbuhan. Baik negatif maupun positif pada subjek penelitian ditemukan pertumbuhan terbanyak di minggu ke IV. Pada kasus TB-MDR primer didapati pertumbuhan M. tuberkulosis pada minggu ke IV sebanyak 3 sampel dan 1 orang tumbuh pada media kultur pada minggu ke III. Berdas Berdasark arkan an hasil hasil pemeri pemeriksa ksaan an resis resisten tensi si obat antitu antituber berkul kulosi osiss / drug susceptibility testing (DST) testing (DST) pada 85 subjek penelitian ini didapatkan, maka penderita TB yang yang meng mengal alam amii resi resist sten ensi si jeni jeniss monor monores esis iste ten n prim primer er seba sebanya nyak k 18 oran orang g (21,18 (21,18%), %), didapat didapatkan kan resist resistens ensii yang terbes terbesar ar terhad terhadap ap strept streptomi omisin sin saja, saja, yaitu yaitu sebesar 10 orang (11,76%). Kemudian urutan kedua terdapat pada resistensi obat isoniasid 4 orang (4,70%). Diurutan ketiga dan keempat resistensi terjadi pada obat etambutol dan rifampisin sebesar 3 orang (3,53%) dan 1orang (1,17%). Penelitian tentang monoresisten seringkali dilaporkan terjadi pada obat streptomisin. Namaei dkk8 di Iran tahun 2005 melaporkan bahwa 95 sediaan dari paru dan 12 sediaan ekstra paru didapatkan angka monoresisten terbesar terdapat pada obat streptomisin pada kedua sediaan tersebut, yaitu 25,7% dan 16,7% diantara semua direct smear BTAsputum yang positif.8,20 Sedangkan dari penelitian ini telah didapati kasus poliresisten primer sebanyak 13 orang (15,29%) dan diantaranya mengalami poliresistensi primer yang terbanyak adalah kombinasi obat antara streptomisin streptomisin dan etambutol sebanyak 4 orang (4,70%). Dari 85 subjek penelitian ini didapatkan 5 penderita TB paru dengan HIV, namun hasil pemeriksaan resistensi obat antituberkulosis tidak satupun mengalami resi resist stens ensii prim primer er.. Disa Disamp mpin ing g itu itu terd terdap apat at 7 oran orang g pende penderi rita ta TB denga dengan n DM, DM, 13
dianta diantaran ranya ya dijump dijumpai ai 2 kasus kasus resist resistens ensii primer primer yaitu yaitu polire poliresis sisten tensi si strept streptomi omisin sin etambutol dan monoresistensi terhadap isoniasid. Dari penelitian ini telah didapati kasus TB-MDR primer sebanyak 4 orang (4,71%). Dari semua penderita TBMDR primer tidak seorangpun yang didapati komorbid penyakit DM dan HIV. Zhang Zhang dkk tahun tahun 2009 menyatakan menyatakan bahwa bahwa pender penderit itaa TB dengan dengan diabet diabetes es mellitus (DM) memiliki proporsi yang lebih tinggi secara bermakna akan kejadian TB-M TB-MDR DR bila bila diba dibandi ndingk ngkan an denga dengan n pend pender erit itaa TB yang yang tida tidak k mende menderi rita ta DM. DM. Selanj Selanjutn utnya, ya, propor proporsi si yang yang tinggi tinggi ini terdap terdapat at kontrol kontrol pengobat pengobatan an diabet diabetes es yang buruk. Kehadiran HIV dengan kondisi sistem pertahanan tubuh yang menurun akan memper mempercepa cepatt terjad terjadiny inyaa infeks infeksii dan memper memperpanj panjang ang period periodee infeks infeksii TB, yang yang berujung pada manifestasi TB-MDR Hasil pemeriksaan uji kepekaan OAT yang menunjukkan TB-MDR sebanyak 4 orang (4,71%) di RS H. Adam Malik, Medan telah melebihi angka prevalens nasion nasional al di Indone Indonesia sia.. Data Data WHO 2009 bahwa bahwa angka angka nasion nasional al kasus kasus resist resistens ensii diantara penderita TB paru kasus baru di Indonesia berkisar antara 1,0-2,9%.5,29 Oleh karena itu kasus resistensi primer yang dijumpai dalam penelitian ini menjadi perhatian bagi kita dan semua pihak yang terkait untuk lebih berwaspada dan melaku melakukan kan berbaga berbagaii upaya upaya pencega pencegahan han pening peningkat katan an kasus kasus resist resistens ensii obat obat anti anti tuberkulosis. Angka resisten primer yang tinggi dapat terjadi karena terdapatnya kontak dengan pasien mengalami resistensi/TB-MDR, oleh karena itu pemeriksaan uji kepekaan wajib dilakukan terhadap semua pasien TB. b. Kondisi Riil Klinis atau Lapangan Upay Upayaa dalam dalam meneg menegak akkan kan diag diagno nosi siss resi resist stens ensii obat obat TB diaw diawal alii deng dengan an mengen mengenali ali faktor faktor risiko risiko dan memper mempercepa cepatt dilaku dilakukann kannya ya diagnos diagnosis is labora laborator torium ium.. Deteksi lebih awal dan memulai terapi TB-MDR merupakan faktor penting mencapai keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan dilakukan meliputi sputum BTA, uji kultur M. M. tuberculosis dan resistensi obat. Kemungkinan resistensi obat TB secara simultan
14
dipertimbangkan dengan pemeriksaan sputum BTA sewaktu menjalani paduan terapi awal. Upaya Upaya lain lain yang perlu perlu dilakuk dilakukan an dalam dalam rangka rangka penatal penatalaks aksanaa anaan n TB-MDR TB-MDR adalah dengan melakukan strategi DOTS-plus. Strategi tersebut antara lain komitmen administratif dan politik (pemerintah) yang lebih lama, diagnosis yang akurat dengan pemeriksaan kultur dan uji resistensi obat yang terjamin, pengobatan yang berkesinambungan terhadap obat lini pertama dan kedua pemberian obat lini kedua dilakukan dibawah pengawasan yang ketat, pengawasan obat secara langsung serta sistem pelaporan dan perekaman data yang memungkinkan untuk pencatatan dan evaluasi terhadap tahap akhir. 2.8. 2.8. Perb Perband anding ingan an Isi Jurna Jurnall
Terdapat pembahasan yang menjelaskan perbandingan antara isi jurnal dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada sebelumnya.
15
BAB III ANALISIS JURNAL (CRITICAL APPRAISAL)
Beri Beriku kutt ini ini disa disaji jika kan n pemb pembah ahas asan an tent tentan ang g tela telaah ah krit kritis is jurn jurnal al,, diti ditinj njau au daristruktur dan kelengkapan isi makalahnya, yang kami sajikan dalam bentuk tabel: Critical Apprasial
Ya
Point Critical Appraisal
Tidak terlalu panjang atau terlalu Judul Penelitian
√
pendek Menggambarkan isi utama
Keterangan
Tidak menuliskan tahun penelitian
√
penelitian Cukup menarik Tanpa singkatan selain yang baku
Apakah nama penulis
Penulis
Tidak
√ √
√
dicantumkan? Apakah ada institusi penulis
√
dicantumkan? Apakah asal institusi penulis sesuai
√
dengan topik penelitian? Apakah bidang ilmu tercantum
√
dalam judul penelitian? Apakah latar belakang penulis Bidang Ilmu
Bidang ilmu yang terkait adalah Departemen pulmonologi dan
(institusi tempat bekerja) sesuai
√
dengan bidang ilmu topik
ilmu kedokteran respirasi
penulisan?
√
Apakah tujuan penelitian disebutkan?
Untuk Untuk meneli meneliti ti sebera seberapa pa besar besar angk angkaa
resi resist sten ensi si,,
khus khusus usny nyaa
pada kejadian resistensi primer pada penderita p enderita TB paru kategori
16
I yang berobat ke poli paru dan dirawat
di
RSUPH.
A d am
Malik, Medan. Apakah desain penelitian sesuai
√
dengan tujuan penelitian? Pendapat ahli, penelitian penelitian klinik klinik Metode Peneltian
Bagaimana level of evidence dari
Level 3
desain penelitian?
dasar dasar,,
studi studi desc descri ript ptiv ivee
atau atau
laporan kasus. Data diperoleh dari data rekam medik dan data laboratorium
Bagaimana sampel dalam penelitian tersebut dipilih?
Potong
mikrobilogi RSUP H. Adam
lintang
Malik, Medan. Data diambil
deskriptif
dengan rentang waktu dari Oktober 2010 sampai dengan
Dalam bentuk apa hasil penelitian
Tabel dan
disajikan?
narasi.
Apakah uji statistik yg digunakan?
Hasil
Apakah hasil penelitian dapat
Penelitian
diimplementasikan di kedokteran? Apakah ada rekomendasi khusus
Studi kasus
√
Disertakan kesimpulan utama
dan saran
penelitian Kesimpulan didasarkan pada data
√
√
penelitian Kesimpulan tersebut sahih
√ √
17
dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif Desain penelitiannya adalah berupapotong lintang dekriptif Rekomendasinya berupa upaya menegakkan diagnosis resistensi
terhadap hasil penelitian? Kesimpulan
Juli 2011. Data dianalisis dan ditampilkan
obat TB.
Disertakan saran penelitian
√
selanjutnya Daftar
Apakah daftar pustaka yg
pustaka
digunakan up to date? date? Apakah daftar pustaka yang
√
Sebagian besar sumber pustaka up to date, date, berdasarkan tahun
√
digunakan sesuai topik penelitian? Apakah daftar pustaka yang digunakan dari sumber yang dapat dipercaya? Daftar pustaka disusun sesuai
banyak yang 5 tahun dari tahun penelitian.
√
√
dengan aturan jurnal Semua yang tertulis pada daftar
√
pustaka sesuai sitasi pada naskah dan sebaliknya Keseluruhan makalah ditulis dengan bahasa yang baik dan
√
benar, lancar, enak dibaca, informnatif, hemat kata, dan efektif
√
Makalah ditulis dengan taat azas
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Jurnal dengan judul Hubungan Pola Resistensi Primer pada Penderita TB Paru Kategori 1 di RSUP H.Adam Malik, Medan. Telah memenuhi persyaratan validitas , penting, dan relevan untuk digunakan sebagai sumber ilmiah di klinik.
4.2
Saran
18
Agar sebuah jurnal dapat dijadikan sumber referensi yang memenuhi kriteria sebaga sebagaii sumber sumber yang valid, valid, penting penting dan bisa bisa diapli diaplikas kasika ikan n pada pasien pasien menuru menurutt pedoman telaah kritis eviden evidence ce based based medici medicine ne hendakn hendaknya ya para para peneli peneliti ti lebih lebih memperhatikan kelengkapan isi jurnal dan memperhatikan syarat-syarat penulisan dalam jurnal tersebut. Untuk jurnal ini disarankan agar mencantumkan tahun penelitian pada judul, rumus pengambilan pengambilan sampel yang digunakan, serta saran yang harus diberikan diberikan untuk penelitian selanjutnya, pemerintah dan tenaga kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sihombing, H., Sembiring, H., dkk. 2012. Pola Resistensi Primer pada Penderita TB Paru Kategori I di RSUP H. Adam Malik, Medan. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Ilmu
Kedo Kedokt kter eran an
Resp Respir iras asi, i, Faku Fakult ltas as
19
Kedo Kedokt kter eran an
Suma Sumate tera ra
Utar Utara. a.
(in (in
http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/11/jri-2012-32-3-13845.pdf diakses 01 Juli 2013). 2013).
Anonim. 2009. Description 2009. Description of Levels of o f Evidence, Grades and Recommendations. Recommendations. (in http://pccrp.org diakses 1 Juli 2013). Dahlan, M.S. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika, Jakarta, Indonesia. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia. Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis (edisi ke-3). Sagung Seto, Jakarta, Indonesia, hal. 318.
20