TUGAS MAKALAH PRAKTEK LAUT
"TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN"
OLEH:
CHRISTIE INDAH SARI
08071005024
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
I. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sumber daya alam terbesar
yaitu pada bidang kelautannya, terutama hasil dari sektor perikanan
lautnya. Sumber daya alam tersebut merupakan sebuah potensi yang sangat
menguntungkan apabila dikelola secara baik dan benar, dengan kata lain
disini adalah kita juga harus ikut menjaga dan memperhatikan ekosistem yang
hidup di laut, agar kelestariannya tetap terpelihara dan kita juga tetap
dapat menikmati hasil dari laut tersebut. Apabila bidang kelautan ini
ditangani secara baik dan benar dapat dijadikan sebagai salah satu penopang
kehidupan perekonomian negara.
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya ikan, kebanyakan
perikanan diklasifikasikan menurut produk yang ditangkap, yakni spesies
yang menjadi target bagi keperluan manusia. Oleh sebab itu dikenal
perikanan tuna dan cakalang, perikanan udang, perikanan paus, dan lain-
lain. Juga dikenal pengelompokan perikanan lain seperti perikanan pelagis
kecil (layang, kembung, selar, dan lain-lain), perikanan demersal (kakap,
bawal, layar, kerapu), perikanan karang, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan
penangkapannya biasa dilakukan oleh berbagai jenis usaha perikanan, baik
perikanan skala kecil yang biasanya terbatas dekat tempat pendaratan atau
pelabuhan basis mereka, sampai perikanan skala besar seperti perikanan
trawl (pukat harimau) yang menangkap ikan.
Teknologi penangkapan ikan merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam kehidupan nelayan. Teknik-teknik penangkapan atau peralatan yang
digunakan (teknologi) bergantung kepada sumber daya yang akan ditangkap.
Teknologi nelayan juga menentukan tingkat eksploitasi mereka. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa semakin modern alat tangkap yang digunakan,
maka semakin tinggi pula jumlah tangkapan yang diperoleh nelayan tersebut.
Dengan demikian, tingkat teknologi yang digunakan oleh nelayan akan sangat
mempengaruhi tingkat penghasilan nelayan.
Secara garis besar alat tangkap dapat dibedakan dari segi kemampuan
usaha (permodalan), jangkauan area penangkapan serta jenis alat penangkap
yang digunakan. Demikian pula bahwa nelayan yang merupakan sumberdaya utama
dalam melakukan kegiatan operasi dapat dibedakan pula antara nelayan skala
kecil (small scale fishery), skala menengah (medium scale fishery) dan
nelayan skala besar (large scale fishery). Diperkirakan jumlah alat tangkap
yang dioperasikan oleh nelayan Indonesia mencapai 250 jenis, dari jumlah
ini 90% adalah merupakan alat penangkap ikan tradisional, sedangkan sisanya
dapat dikatagorikan sebagai alat penngkap modern atau semi modern.
Timbulnya banyak jenis alat tangkap tersebut karena lautan Indonesia yang
beriklim tropis, kondisi dan topografi dasar perairan daerah satu dengan
yang lainnya berbeda-beda.
II. ISI
A. Teknologi penangkapan
Salah satu dari alat penangkapan ikan yang sama dapat dioperasikan
dalam beberapa cara yang berbeda. Jika tidak mengetahui metoda
penangkapannya jangan harap dapat melakukannya, sebagai contoh pada sebuah
jaring yang dapat digunakan untuk seining atau dragging, untuk drive-in
fishery, bahkan untuk gilling dan entangling. (ini merupakan salah satu
alasan klasifikasi alat penangkap ikan dan metoda penangkapan ikan tidak
didasarkan pada konstruksi alat, tapi didasarkan pada prinsip bagaimana
ikan ditangkap). Prinsip menangkap dapat digunakan dalam berbagai cara dan
kadang-kadang harus ditunjang oleh taktik penangkapan ikan (fishing
tacties), yang sebagian besar didasarkan pada metoda memikat ikan, tanpa
harus menakut-nakutinya.
Konstruksi pengoperasian alat dan taktik penangkapan ikan dianggap
sebagai bagian dari teknologi penangkapan ikan. Namun demikian, teknologi
penangkapan ikan menyertakan bahan dalam konstruksi alat, sejauh hal itu
diperlukan disertakan pula kapal penangkapan ikan. Dikaitkan dengan bahan
jaring, serat alami telah digantikan oleh serat buatan bersamaan dengan
ditemukannya serat polyamide (PA), polyester (PES) dan serat buatan
lainnya sesuai kebutuhan masing-masing jenis alat penangkap ikan. Tidak
diragukan lagi bahwa metoda mid-water trawling dan purse seining tidak
mungkin dapat dilakukan tanpa menggunakan benang-benang sintetis yang lebih
kuat dan tipis terpisah dari berperannya echosounder. Contoh yang paling
baik adalah keberhasilan penangkapan ikan dengan gillnet, tidak mungkin
terjadi tanpa menggunakan benang yang memiliki daya dampak rendah (low
visibility), bahkan transparan, seperti pada monofilament.
Telah dikenal hampir di seluruh dunia bahwa belum ada inovasi yang
sensasional dengan mengecualikan kegunaan serat sintetis dan juga gabungan
dari beberapa serat sintetis menjadi benang atau tali compound.
Pengembangan metoda penangkapan ikan, khususnya perikanan laut, harus
berjalan parallel dengan pengembangan yang terus menerus dari kapal
penangkapan ikan, mesin diesel atau uap yang ditingkatkan tenaganya, atau
siapa tahu suatau saa kapal penangkapan ikan digerakkan dengan tenaga atom.
Beranjak dari kapal yang terbuat dari bamboo (masih terdapat di Asia) untuk
penangkapan ikan berjangka sangat pendek (one-day fishing) hingga kapal-
kapal pabrik (factory vessel) yang dioperasikan bersama armada kapal
penangkap ikan (catcher fleet) atau kapal pabrik yang menangkap sendiri
(self-catching factory ship) yang mampu berada di tengah laut hingga
beberapa bulan entah di samudera mana dan memproses langsung hasil
tangkapannya. Namun demikian, kapal-kapal multi fungsi sudah banyak
ditinggalkan orang, mereka lebih banyak menyukai kapal spesialis dengan
berbagai peralatan khusus. Dewasa ini, di dalam perikanan laut modern,
kapal penangkapan ikan dengan alat penangkap ikan dan metoda penangkapan
ikan tidak dapat dipisahkan. Keberhasilan dan kemajuan perikanan didasarkan
oleh keharmonisan antar manusia sebagai pemeran utama, dan ikan sebagai
obyeknya, dan ketiga faktor lain yang mempengaruhinya yaitu konstruksi dan
pengoperasian serta kapal penangkapan ikan.
B. Metode Penangkapan Ikan
Klasifikasi metoda penangkapan ikan dibedakan berdasarkan kebutuhan
untuk apa klasifikasi ini diperlukan. Dasar pengklasifikasiannya adalah
prinsip bagaimana ikan ditangkap. Arti menangkap ini tidak sama dengan
metoda dimana ikan dipindahkan dari air. Ketentuan dalam metoda penangkapan
ikan didasarkan pada fakta bahwa ikan ditangani dalam suatu kondisi dimana
kemungkinan meloloskan diri diabaikan. Sebagai contoh dalam penangkapan
ikan dengan purse seine, melingkari adalah ketentuannya, bukan ikan
diangkat dengan caduk (scoop nets) atau pompa ikan (fish pump). Keduanya
hanya pelengkap saja sama seperti penggunaan caduk dalam sport fishing.
Sebagian besar klasifikasi alat penangkap ikan terbatas hanya untuk
satu negara saja, kawasan yang lebih sempit, atau metoda yang digunakan
untuk menangkap ikan tertentu. Secara keseluruhan, klasifikasi di seluruh
dunia,, sering berdasarkan penggunaan yang dilakukan secara etnologis.
Kelompok utama metoda penangkapan berdasarkan alat penangkap ikan antara
lain:
1. Melukai (wounding) dengan metoda menusuk atau menancapkan seperti
harpoon, panah.
2. Tali dan pancing (Lines) seperti hand line dan long line.
3. Perangkap (Traps) seperti pots, fyke nets, weirs, dan pound nets.
4. Trawl seperti trawl dasar (bottom trawl) dan trawl pertengahan (mid-
water trawl).
5. Seine nets, seperti soma dampar (beach seine), boats seine, dan danish
seine.
6. Surrounding nets seperti lampara, purse seine dan rings nets.
7. Gillnets yang dipasang tetap (set gillnet) atau dihanyutkan (drift
gillnet).
8. Trammel net.
Tujuan penangkapan menentukan kelompok utama. Bagaimana ikan dibawa,
atau datang, hubungannya dengan alat dapat diperlakukan cara yang berbeda
bahkan dengan alat yang sama. Oleh karenanya tidak dapat menjadi bagian
dari kelompok utama. Ikan dapat dipikat dengan menggunakan sarana kemikal
(umpan), optikal (cahaya), acoustical (suara) atau electrical. Oleh
karenanya "light fishing" tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok utama.
Sebagian orang tidak merasa keberatan jika "electrical fishing" merupakan
metoda penangkapan ikan khusus. Tapi ada beberapa kasus dimana memabukkan
dengan listrik merupakan bagian esensial daripada metoda, dan alat yang
digunakan (caduk kecil) tidak akan berguna tanpa menggunakan listrik. Dalam
hal ini bukan alat penangkap yang dilistriki hanya untuk meningkatkan
efisiensi, tapi kaitannya dengan tujuan penangkapan harus dimasukkan ke
dalam metoda penangkapan ikan.
1. Metode penangkapan ikan dengan melukai
a. Memanfaatkan panah dan sejenisnya
Tombak dalam bentuknya yang kecil disebut panah yang dapat
ditembakkan melalui sebuah busur panah. Bususr dan tali busur
berfungsi sebagai alat pemindah dan melipatgandakan tenaga tangan dan
bahu manusia. Dengan menggunakan busur panah dapat melesat jauh dengan
kecepatan yang sagat tinggi dibandingkan jika panah dilemparkan
langsung dengan tangan. Panah untuk menangkap ikan digunakan hampir di
seluruh dunia termasuk Indonesia.
Umumnya ikan yang tertangkap adalah ikan-ikan yang berenang
lambat di permukaan. Memanah ikan dari jarak jauh sangatlah sulit,
sering banyak melesetnya. Hal ini disebabkan adanya penetrasi cahaya,
refraksi, pengaruh angin, dan gerakan itu sendiri, sehingga memanah
memerlukan keterampilan khusus dan pengalaman. Untuk mengatasi hal ini
banyak dibuat panah dengan mata jamak (2 -3 mata). Pada bentuknya yang
modern panah diberi tali, sehingga entah mengenai atau tidak sasaran
panah masih ditarik kembali.
Gambar 1. Panah dari bentuk konvensional dan modern (Brand, 1984)
b. Memanfaatkan Harpoon
Harpoon telah lama menggantikan tombak dan panah, tidak saja
perikanan skala kecil tapi yang berskala besarpun banyak yang
menggunakan harpoon, terutama pada sport fishing dan penangkapan ikan
paus. Harpoon berbeda dengan tombak entah dilengkapi tali atau tidak,
namun keduanya dapat dilemparkan dengan tangan atau menggunakan
bususr. Mata harpoon umumnya dapat dipisahkan dari tangkainya dengan
jumlah mata 1 – 3 buah, tapi tetap dihubungkan dengan tali. Setelah
harpoon mengenai sasaran, mata harpoon tertinggal dalam tubuh sasaran
sedangkan tangkainya akan terlepas. Pada pengembangan selanjutnya
harpoon dihubungkan dengan tali ke pelemparnya atau ke kapal. Harpoon
modern yang ditembakkan dengan menggunakan senapan atau meriam, mata
dan tangkainya menyatu (tidak dipisah) (Brand, 1984).
Dalam perikanan komersil sudah tidak digunakan lagi
(kelestarian, terutama ikan paus) kecualii untuk penangkapan ikan-ikan
tertentu yang memiliki nilai individual yang tinggi seperti paus dan
ikan layaran. Penangkapan ikan paus secara internasional sudah
dilarang dengan alasan untuk menghindari kepunahan, kecuali negara
Jepang dengan berbagai alasan hingga sekarang masih melakukan
penangkapan ikan paus. Hanya penangkapan ikan layaran dan hiu masih
banyak dilakukan hampir di seluruh dunia mulai dari Mediterranean,
seluruh pantai Atlantic, sepanjang pantai California, Peru, Chili,
Jepang, Taiwan, China, India hingga Afrika.
Gambar 2. Berbagai jenis harpoon (Brand, 1984)
Gambar 3. Penangkapan ikan paus dengan harpoon (sekarang dilarang);
www.solarnavigator.net
2. Pancing (Long line)
Pancing adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas
tali dan pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik
umpan alami maupun umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang termasuk ke
dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (longline), dan pancing. Alat
pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali dan mata kail. Jumlah
mata yang terdapat pada tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda,
bahkan banyak sekali (beberapa ratus mata kail) tergantung dari jenis
pancingnya. Banyak macam alat pancing digunakan oleh para nelayan, mulai
dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang
digunakan untuk perikanan industri.
3. Surrounding nets (purse seine)
Jaring lingkar merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip
penangkapan dengan cara melingkari gerombolan ikan sasaran tangkap
menggunakan jaring yang dioperasikan dengan perahu atau kapal serta
didukung sarana alat bantu penangkapan sesuai untuk mendukung efektivitas
dan efisiensi pengoperasiannya. Desian dan konstruksi jaring ingkar
berkembang disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki,
sehingga terdapat bergagai bentuk dan ukuran jaring lingkar serta sarana
apung maupun alat bantu penangkapan yang digunakan.
Alat ini ditujukan sebagai penangkap ikan pelagis yang bergerombol di
permukaan. Pada umumnya, alat ini berbentuk empat persegi panjang
dilengkapi yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah
jaring (tali ris bawah. Dengan menarik tali kerucut bagian bawah ini,
jaring dapat dikuncupkan (lihat gambar) dan jaring akan membentuk semacam
"mangkuk".
Jaring lingkar atau Purse Seine yang merupakan satu jenis alat tangkap
yang banyak digunakan dalam operasi penangkapan untuk jenis ikan yang hidup
bergerombol. Jaring lingkar memiliki efektifitas yang cukup tinggi dalam
menghasilkan tangkapan ikan karena ikan yang ditangkap dalam jumlah banyak
dan bergerombol. Prinsip dasar alat tangkap jaring lingkar adalah menutup
jalan renang ikan baik horizontal maupun vertikal (pada jenis jaring
lingkar dengan kolor) sehingga ikan terperangkap dalam alat tangkap
Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan jaring lingkar
adalah ikan tongkol, kembung, tembang, selar, cakalang, tuna sirip kuning
dan ikan pelagis lainnya.Jenis-jenis ikan tersebut di atas kebanyakan
adalah golongan ikan pelagis yang hidup berkelompok/bergerombol. Walaupun
begitu, operasi penangkapan 16 dengan jaring lingkar tidak dapat dilakukan
setiap saat karena gerombolan ikan tersebut hanya berada di permukaan air
pada waktu-waktu tertentu seperti siang atau sore hari.
a. Mengoperasikan Jaring Lingkar (Purse Seine)
Terdapat 2 jenis metode operasi penangkapan dengan jaring lingkar
yaitu:
Mengejar gerombolan ikan
Metode operasi penangkapan dengan mengejar gerombolan ikan
umumnya dilakukan pada pagi atau sore hari dimana ikan sedang aktif
mencari makan di dekat permukaan air.
Mengumpulkan ikan
Metode mengumpulkan ikan membutuhkan alat Bantu penangkapan
untuk menarik perhatian ikan (atractif) sehingga ikan berkumpul di
sekitar tempat tersebut. Jenis alat bantu yang digunakan pada kapal-
kapal jaring lingkar di Utara Jawa adalah: rumpon, lampu dan lampu
petromaks. Pada umumnya pengoperasian alat tangkap dengan metode ini
dilakukan pada dini hari sebelum matahari terbit atau sore hari
menjelang malam sehingga efektifitas lampu dapat maksimal. Namun di
beberapa daerah, pada pengoperasian jaring lingkar kecil (mini purse
seine) dengan alat bantu rumpon (tanpa lampu), penangkapan ikan
dilakukan pada siang hari disekitar rumpon yang telah dipasang
beberapa waktu sebelumnya.
b. Prosedur penurunan jaring lingkar dan pelingkaran gerombolan ikan
Walaupun terdapat dua jenis metode operasi penangkapan dengan jaring
lingkar, namun secara garis besar keduanya memiliki prosedur penurunan
(setting) alat tangkap yang hamper sama, perbedaannya hanya pada beberapa
kegiatan sebelum penurunan alat tangkap.
Pada metode pengumpulan ikan dilakukan pemikatan ikan menggunakan
rumpon dan cahaya sedang pada metode pengejaran gerombolan ikan tidak
dilakukan.
c. Metode mengumpulkan ikan
1) Kapal mencari daerah penangkapan yang diperkirakan banyak terdapat
ikan termasuk memeriksa rumpon-rumpon yang ditaruh permanen.
2) Setelah mendapat lokasi penangkapan disekitar rumpon, rakit rumpon
diikat pada kapal (pada beberapa kapal rumpon permanen ditarik ke atas
kapal dan diganti dengan rumpon besar baru yang dibawa).
3) Kapal segera labuh jangkar untuk menunggu malam.
4) Menjelang sore hari, lampu-lampu besar segera dinyalakan untuk menarik
ikan-ikan berkumpul disekitar rumpon sampai dini hari (umumnya setting
dilakukan pada pagi hari).
5) Menjelang pagi sebelum matahari terbit, proses persiapan setting mulai
dilakukan.
6) Lampu pompa minyak tanah (petromaks) dinyalakan satu persatu dan
ditaruh di atas rakit.
7) Rumpon besar ditarik dan diganti rumpon kecil atau rumpon permanen
ditarik dan disisakan kurang lebih 15 – 20 meter untuk kemudian
ditenggelamkan kembali.
8) Rakit pompa minyak tanah perlahan-lahan diturunkan ke laut dengan
dijaga oleh 2 – 3 orang juru arus. Dengan tali, rumpon kecil diikatkan
pada rakit pompa minyak tanah.
9) Tali ris dan tali kerut depan diikatkan pada tongkat tanda.
10) Lampu besar dipadamkan.
11) Mesin utama kapal dihidupkan.
12) Jangkar ditarik menggunakan gardan.
13) Roller segera dipasang pada dudukannya.
14) Kapal perlahan-lahan bergerak menjauhi rakit lampu pompa minyak tanah
dan rumpon untuk mengambil posisi pelingkaran.
15) Awak kapal yang bertugas pada penurunan jaring lingkar bersiap pada
posisinya masing-masing.
Oleh karena itu, dalam operasi penangkapan jaring lingkar sering
digunakan berbagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan sehingga dapat
memaksimalkan hasil tangkapan.
Dibeberapa daerah, pengoperasian alat tangkap jaring lingkar
dibantu dengan pemasangan rumpon yang terbuat dari rangkaian daun kelapa.
Rumpon berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan-ikan kecil yang
merupakan mangsa ikan-ikan yang lebih besar yang menjadi tujuan
penangkapan jaring lingkar.
Sekarang ini jaring lingkar telah mengalami perkembangan yang cukup
pesat yang pengoperasiannya membutuhkan berbagai alat dan mesin bantu
penangkapan. Keberadaan alat dan mesin bantu penangkapan ini bertujuan
agar pengoperasian jaring lingkar dapat lebih efektif dan efisien
sehingga mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal. Hal ini tentunya
membutuhkan kemampuan dan keahlian tambahan untuk dapat mengoperasikannya
dengan baik.
3. Perangkap (Traps)
Perangkap adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang terbuat
dari jaring, bambu, kayu dan besi, yangg dipasang secara tetap di dasar
perairan atau secara portable (dapat dipindahkan) selama jangka waktu
tertentu. Umumnya ikan demersal terperangkap atau tertangkap secara alami
tanpa cara penangkapan khusus.
Gambar 4. Berbagai jenis bentuk perangkap
4. Trawl
Berdasarkan letak jaring dalam air selama melakukan operasi penangkapan
ikan, trawl dapat dibedakan atas (Ayodhyua, 1981)
Surface trawl (floating trawl), yaitu trawl yang dioperasikan pada
permukaan air. Jaring ditarik dekat permukaan air, dan ditujukan pada
ikan-ikan yang beruaya pada permukaan air. Jaring di tarik dengan
cepat dan kecepatan tarik ini harus lebih besar dari kecepatan
berenang yang dipunyai ikan yang akan ditangkap.
Mid Water Trawl yaitu trawl yang dioperasikan antara permukaandan
dasar perairan. Jaring ditarik pada depth tertentu secara horizontal,
pada depth mana diduga merupakan swimming layer dari ikan-ikan yang
menjadi tujuan penangkapan.
Bottom Trawl yaitu trawl yang dioperasikan di dasar perairan. Jenis
ini merupakan jenis yang paling umum. Jaring ini ditarik pada
dasar/dekat dasar laut, dengan demikian ikan yang menjadi tujuan
penangkapan ialah ikan-ikan dasar, termasuk juga udang-udangan dan
kerang-kerangan.
5. Seine net (pukat)
Seine nets atau pukat atau pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan
berkantong tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya dengan cara
melingkari gerombolan ikan dan menariknya ke kapal yang sedang
berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap
tali selambar.
Desain dan konstruksi pukat tarik disesuaikan dengan terget ikan
tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran
pukat tarik serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang
digunakan.
6. Lift net
Jaring angkat dioperasikan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara
vertikal. Jaring ini biasanya dibuat dengan bahan jaring nilon yang
menyerupai kelambu, karena ukuran mata jaringnya yang kecil (sekitar 0,5
cm). Jaring kelambu kemudian diikatkan pada bingkai bambu atau kayu yang
berbentuk bujur sangkar.
Dalam penggunaannya, jaring angkat sering menggunakan lampu atau umpan
untuk mengundang ikan. Biasanya dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan
tetap, atau langsung. Dari bentuk dan cara penggunaannya, jaring angkat
dapat mencakup bagan perahu, bagan tancap (termasuk kelong), dan serok.
Gambar 5. Contoh Lift net
7. Gill nets
Gill net atau jaring insang merupakan salah satu jenis alat tangkap.
Pada umumnya, gillnet ialah jaring berbentuk empat persegi panjang,
mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih
pendek jika dibandingkan dengan panjangnya. Pada lembaran jaring, bagian
atas diletakkan pelampung (float) dan bagian bawah diletakkan pemberat
(sinker). Jaring bisa terlentang di dalam air karena adanya gaya berat
(dari pemberat) dan gaya apung (dari pelampung).
Tertangkapnya ikan-ikan dengan gillnet ialah dengan cara ikan-ikan
tersebut terjerat (gilled) di sekitar operculumnya pada mata jaring ataupun
terbelit (entangled) pada tubuh jaring. Pada umumnya ikanikan yang menjadi
tujuan penangkapan ialah jenis ikan yang horizontal migration dan vertical
migration - nya tidak seberapa aktif. Jenis-jenis ikan yang umumnya
tertangkap dengan gillnet ini ialah jenis-jenis ikan yang berenang dekat
permukaan laut (Cakalang, jenis-jenis Tuna, Saury, Flying Fish, dan lain-
lain ), jenis-jenis ikan demersal/bottom (Flat Fish, Katamba, Sea Bream,
dan lain-lain), juga jenis-jenis Udang, Lobster, dan Kepiting.
Dengan mempertimbangkan sifat-sifat ikan yang akan menjadi tujuan
penangkapan, lalu menyesuaikannya dengan dalam/dangkal air dari renang
ruaya-ruaya ikan-ikan tersebut, dilakukan penghadangan terhadap arah renang
dari ikan-ikan tersebut. Dengan penghadangan tersebut diharapkan ikan-ikan
itu akan menerobos jaring, dan terjerat (gilled) pada mata jaring ataupun
terbelit – belit (entangled) pada tubuh jaring. Gillnet sering disebut juga
jaring insang atau jaring rahang. Dalam bahasa Jepang, gillnet disebut "
Sasi Ami ". Di Indonesia, penamaan gillnet beraneka ragam, ada yang
menyebutnya berdasarkan daerah penangkapan, metode pengoperasian, maupun
berdasarkan jenis ikan yang ditangkap
.
C. Komponen Alat Penangkapan Ikan
1. Long Lines
Rawai (long line) termasuk ke dalam jenis alat tangkap line fishing
atau yang sering disebut juga dengan hook and line atau angling. Rawai
(long line) merupakan alat penangkap ikan yang terdiri dari rangkaian tali
utama (main line), tali pelampung, beberapa tali cabang (branch lines) yang
tergantung pada tali utama dengan jarak tertentu serta diberi pancing yang
berumpan pada setiap ujungnya. Panjang tali utama (main line) bila
direntangkan secara lurus dapat mencapai ratusan meter bahkan puluhan
kilometer.
Gambar 6. Alat tangkap Long line
2. Trawl (Pukat Harimau)
Secara teknis, baik menurut umum ataupun mengikuti standar ISSCFG
(International Standard Statistical Classification Fishing Gear), FAO
(Nedelec and Prado, 1990) Trawl adalah alat penangkap ikan yang mempunyai
target spesies baik untuk menangkap ikan maupun untuk udang. Trawl memiliki
kreteria yaitu:
a) Jaring berbentuk kantong (pukat) baik yang berasal dari
karakteristik asli maupun hasil modifikasi.
b) Miliki kelengkapan jaring (pukat) untuk alat pembuka mulut jaring
baik palang/gawang (beam) atau sepasang papan rentang (otter
board) dengan cara operasi dihela atau diseret (towing) oleh
sebuah kapal.
c) Tanpa memiliki kelengkapan jaring (pukat) dengan cara operasi
dihela oleh dua buah kapal.
Trawl asli adalah jaring (pukat) trawl yang dirancang bukan dari hasil
modifikasi tidak ada perubahan dari aspek desain – konstruksi,
karakteristik dan metoda pengoperasian dengan ciri-ciri yaitu:
a) Karakteristik bentuk konstruksi masih sesuai ketentuan teknis
jaring yang lazim.
b) Banyak menggunakan potongan miring (cutting rate) pada bagian¬
jaring.
c) Memiiliki bagian jaring berupa medan jaring atas (square) bagi
trawl dasar (bottom trawl) atau medan jaring bawah (bosoom trawl)
pertengahan permukaan (mid water trawl).
d) Cara operasi dirancang dengan dihela/diseret oleh sebuah atau dua
buah kapal.
Trawl hasil modifikasi adalah alat tangkap yang masuk kategori trawl,
karena adanya perubahan desain konstruksi, karakteristik jaring dan metode
operasi penangkapan dengan ciri-ciri:
a) Ada perubahan bentuk dan ukuran dari jaring aslinya, terutama
pemendekan ukuran sayap.
b) Teknik pemotongan bagian jaring masih menggunakan potongan lurus
(all point dan all mesh).
c) Kebanykan belum menambah bagian medan jaring (square) masih tetap
seperti kondisi aslinya.
d) Ada penambahan kelengkapan janng berfungsi alat pembuka mulut
jaring baik berupa palang/gawang (beam) maupun papan rentang
(otter board) dan kondisi aslinya. Perubahan metode pengoperasian
dari cara ditarik dari atas perahu atau pantai menjadi cara dengan
diseret/dihela oleh sebuah kapal.
3. Seine net
Pukat Kantong adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang
terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan
kantong jaring. Bagian sayap pukat kantong (seine net) lebih panjang
daripada bagian sayap pukat tarik (trawl). Alat tangkap ini digunakan untuk
menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan demersal. Pukat Kantong terdiri
dari Payang, Dogol dan Pukat Pantai.
Gambar 6. Alat tangkap Seine net
4. Surrounding nets (Purse seine)
Konstruksi alat tangkap purse seine, yatiu:
1). Jenis-jenis jaring lingkar
Dalam perkembangannya hingga sekarang ini terdapat berbagai jenis
jaring lingkar (Purse Seine) yang telah umum digunakan untuk operasi
penangkapan ikan. Jenis-jenis jaring lingkar dapat diklasifikasikan
berdasarkan:
a. Jumlah kapal
Pembagian jaring lingkar (purse seine) berdasarkan jumlah kapal yang
digunakan, yaitu:
Jaring lingkar dengan 1 kapal (one boat system)
Pengoperasian jaring lingkar dengan menggunakan 1 kapal relatif
lebih mudah bila dibandingkan dengan sistem 2 kapal karena tidak
terlalu beresiko terjadinya kesalahan arah haluan kapal saat
pelingkaran yang dapat menyebabkan ketidak sempurnaan bentuk jaring
atau bahkan tabrakan antara 2 kapal.
Sistem 1 kapal lebih sering digunakan untuk pengoperasian jaring
lingkar pada malam hari dengan bantuan lampu dan rumpon. Selain itu
sistem 1 kapal lebih memungkinkan untuk menggunakan kapal yang
berukuran lebih besar sehingga jarak dan area operasinya dapat lebih
luas. Dengan kapal yang lebih besar yang berarti menggunakan tenaga
penggerak utama yang juga lebih besar memungkin proses pelingkaran
gerombolan ikan dapat dilakukan dengan cukup cepat.
Jaring lingkar dengan 2 kapal (two boats system)
Pengoperasian jaring lingkar dengan sistem 2 kapal memungkinkan
untuk melakukan penangkapan ikan pada siang hari atau melakukan
operasi dengan mengejar gerombolan ikan yang tampak di permukaan laut.
Hal ini dapat dilakukan karena dengan sistem ini pelingkaran
gerombolan ikan dengan jaring dapat dilakukan dengan cepat sebelum
ikan menyadari telah terperangkap.
b. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan
Berbagai jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan merupakan salah
satu faktor yang membedakan jenis jaring lingkar seperti:
Jaring lingkar tuna/Tuna purse seine
Jaring lingkar sardin/Sardine purse seine
Jaring lingkar cakalang
Jaring lingkar tongkol dan lain-lain
c. Panjang jaring lingkar
Berdasarkan ukuran panjang alat tangkap, jaring lingkar dapat
dibedakan menjadi:
Jaring lingkar besar : > 1.000 meter
Jaring lingkar sedang : 300 – 1.000 meter
Jaring lingkar kecil (mini purse seine) : < 300 meter
d. Desain jaring lingkar
Berdasarkan desain alat tangkap jaring lingkar dapat dibedakancmenjadi
jenis, yaitu:
Jaring lingkar dengan kolor
Jaring lingkar tanpa kolor
Jaring lingkar bentuk segi empat
Jaring lingkar bentuk trapesium
Jaring lingkar bentuk lekuk
Jaring lingkar dengan kantong
Jaring lingkar tanpa kantong
Secara umum desain jaring lingkar adalah sebagai berikut:
Gambar 7. Desain jaring lingkar secara umum
Gambar 8. Alat tangkap Purse seine
Keterangan :
a. Badan jaring yang terdiri dari:
1. Sayap (wing)
2. Perut (midle)
3. Bahu (shoulder)
4. Kantong (bunt)
b. Selvadge
c. Tali ris atas
d. Tali pelampung
e. Pelampung (bouy)
f. Tali ris bawah
g. Pemberat (sinker)
h. Tali cincin (bridel line)
i. Cincin (ring)
j. Tali kerut atau kolor (purse line)
5. Lift net
Bagan apung memiliki ukuran yang lebih besar dan konstruksinya tampak
lebih kokoh serta jumlah lampu yang digunakan lebih banyak (di atas 30 unit
lampu). Perahu bagan dapat dikatakan sebagai bangunan utama dari bagan
karena selain untuk mengapungkan bangunan bagan juga di atasnya
terkonsentrasi seluruh peralatan dan merupakan tempat kegiatan pada saat
operasi penangkapan. Bentuk dan konstruksi perahu dirancang khusus yaitu
berbentuk pipih memanjang dengan dimensi utama, panjang 30,0 m; lebar 2,0 m
dan dalam 3,0 m. Selain perahu, komponen lain dari bagan rambo adalah
rangka bagan. Adanya bangunan kayu yang berbentuk rangka merupakan ciri
khas dari bagan.
Ukuran panjang dan lebar bangunan bagan adalah 32,0 m x 30,0 m,
dirangkai pada sisi kiri dan kanan perahu. Semua bahan dari rangka serta
perahu terbuat dari kayu pilihan. Selain itu dilengkapi dengan jaring,
roller, generator dan lampu merkuri (Nadir, 2000). Hal yang menonjol dari
penggunaan bagan adalah penggunaan cahaya lampu yang digunakan untuk
menarik dan mengkonsentrasikan ikan-ikan yang telah tertarik pada cahaya
lampu.
6. Gill nets
Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring
empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran
jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah
pemberat pada tali ris bawah. Ada beberapa gill net yang mempunyai penguat
bawah (srampat/selvedge) terbuat dari saran sebagai pengganti pemberat.
Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter & bentuk gill net empat persegi
panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan 5-10
meter dan bentuk gill net empat persegi panjang serta tinggi jaring insang
dasar 1-3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium.
Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah.
Gambar 9. Alat tangkap Gillnet
III. PENUTUP
Usaha penangkapan ikan merupakan bentuk kegiatan ekonomi, dimana
faktor keuntungan adalah tujuan akhir. Keuntungan pada usaha penangkapan
ikan dilakukan dengan meningkatkan produksi jenis ikan yang menjadi tujuan
penangkapan. Peningkatan produksi hasil tangkapan menunjukkan meningkatnya
intensitas atau frekuensi penangkapan terhadap sumberdaya ikan yang menjadi
tujuan penangkapan.
Alat tangkap ikan yang merupakan salah satu sarana pokok adalah
penting dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan secara
optimal dan berkelanjutan (Anonymous, 1993). Adapun jenis alat tangkap yang
dominan digunakan, mencakup jaring insang (gill net), rawai (longline),
pukat cincin (purse seine) dan jaring udang (trawl) (ayward 1992, Mulyanto
1995).
Operasi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
macam alat tangkap. Upaya pemanfaatan alat tangkap ini diharapkan dapat
memberikan hasil yang efektif sehingga dapat meningkatkan pendapatan
nelayan dan pemenuhan konsumsi masyarakat lokal serta mendukung ekspor.
Peningkatan produktivitas dapat dipengaruhi oleh kemampuan armada, jenis
alat tangkap yang digunakan, daerah penangkapan, dan lain-lain.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada diharapkan dapat
kesejahteraan nelayan. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab
masih rendahnya tingkat pendapatan nelayan, antara lain alat tangkap yang
tidak produktif, modal untuk pengembangan usaha, keterbatasan sumberdaya,
dan lain-lain. Semua faktor ini dapat mempengaruhi penurunan produktivitas.
Secara tidak langsung dengan produktivitas yang rendah, maka keuntungan
yang didapatkan nelayan pun berkurang.
Untuk mengoptimalkan potensi tersebut diperlukan perbaikan dan
penambahan kapal serta alat penangkap ikan yang lebih modern, yang
dimaksudkan adalah suatu alat penangkap ikan yang tidak merusak dan aman
bagi kehidupan ekosistem laut. Selain itu juga perlu mengoptimalkan sumber
daya manusia yang ada yaitu para nelayan untuk lebih meningkatkan
ketrampilannya dalam mengeksplorasi sumber daya perikanan di laut. Serta
peran dan perhatian pemerintah dalam mengelola pemanfaatan sumber daya
laut, perekonomian dan kesejahteraan nelayan atau masyarakat di sekitar
pantai.
DAFTAR PUSTAKA
Ardidja, Supardi. 2007. Metode Penangkapan Ikan. Program Studi Teknologi
Penangkapan Ikan, Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan, Sekolah Tinggi
Perikanan. Jakarta.
Heryanti, Andi. 2007. Teknologi Penangkapan Pilihan Untuk Ikan Cakalang Di
Perairan Selayar. Tesis. http://repository.usu.ac.id. Diakses pada
tanggal 29 September 2010.
Mukhtar. 2008. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan. Fakultas Perikanan,
Universitas Muhammadiah Kendari. Kendari.
Resmiati, Teti., Skalalis D., dan Sri A.2002. Komposisi Jenis Alat Tangkap
Yang Beroperasi Di Perairan Teluk Banten, Serang. Fakultas
Pertanian. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran
Setiono, Bambang. 2010. BAB XIV. Operasi dan Manajemen Penangkapan Ikan.
http://crayonpedia.org/mw/. Diakses pada tanggal 29 September 2010.