LAPORAN KASUS Hemoptisis e.c TB Paru Di Susun Oleh : Amanda Anandita 2007730009 Pembimbing : dr. M. Fachri, Sp.P STASE INTERNA RS ISLAM JAKARTA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN dan KESEHATAN UNI…Deskripsi lengkap
LAPORAN KASUS Hemoptisis e.c TB Paru Di Susun Oleh : Amanda Anandita 2007730009 Pembimbing : dr. M. Fachri, Sp.P STASE INTERNA RS ISLAM JAKARTA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN dan KESEHATAN UNI…Full description
tb paruFull description
TB paruFull description
tb paru tuberkulosisDeskripsi lengkap
akreditasi puskesmas
ucus on the way
Full description
TB paruDeskripsi lengkap
ucus on the wayDeskripsi lengkap
PPK PARU (CP TB PARU)Full description
Leaflet Tb Paru-2Deskripsi lengkap
rtl tbDeskripsi lengkap
bgbiiuDeskripsi lengkap
Leaflet Tb ParuDeskripsi lengkap
Deskripsi lengkap
SPO TB PARUDeskripsi lengkap
LP TB PARUFull description
dswedw
tb paruFull description
SAP TB ParuFull description
word
Pathway TB ParuFull description
Clinical Pathway
TB PARU A. Patogenesis 1. Tuberkulosis Primer Kuma Kuman n TB saluran saluran napas napas bersar bersarang ang di jaring jaringan an paru memebentuk sarang primer afek primer peradangan peradangan saluran saluran getah getah bening menuju menuju hilus (Iimfang (Iimfangitis itis lokal) pembesaran kelenjer getah bening di hilus (Iimfadenitis regional).
Afek primer + Iimfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut : 1. embuh embuh dengan dengan tidak tidak meningga meninggalkan lkan !a!at !a!at sama sama sekali sekali ". emb embuh uh deng dengan an meni meningg nggal alkan kan sedik sedikit it beka bekass (sar (saran ang g #hon #hon$$ gari gariss fibr fibroti otik$ k$ sarang perkapuran di hilus) %. men&e men&eba barr den denga gan n !ar !araa : a. 'erkon 'erkontinu tinuita itatum tum (men&e (men&ebar bar ke sekita sekitarn& rn&a) a) b. 'en&ebaran se!ara bronkogen$ baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahn&a. Tertelann&a dahak bersama ludah. 'en&ebaran juga terjadi ke dalam usus. c. 'en&ebaran se!ara hematogen dan Iimfogen. angat bersangkutan dengan da&a tahan tubuh$ jumlah dan irulensi basil. arang &ang ditimbulkan dapa dapatt semb sembuh uh spont spontan an$$ akan akan teta tetapi pi bila bila tidak tidak terd terdap apat at imuni imuniti ti &ang &ang adekuat$ pen&ebaran ini akan menimbulkan keadan !ukup gaat seperti tuberkulosis tuberkulosis milier$ meningitis tuberkulosa. tuberkulosa. 'en&ebaran 'en&ebaran ini juga dapat menimb menimbulka ulkan n tuberkul tuberkulosi osiss pada alat alat tubuh tubuh lainn&a lainn&a$$ misaln misaln&a &a tulang$ tulang$ ginjal$ anak ginjal$ genitalia dan sebagain&a. 2. Tuberkulosis post-primer *ari tuberkulosis primer akan mun!ul bertahuntahun kemudian tuberkulosis postprimer. Tuberkulosis post primer mempun&ai ma!amma!am nama$ tuberkulosis bentuk deasa$ lo!ali,ed tuber!ulosis$ tuberkulosis menahun$ dan sebagain&a. Bentuk tuberkulosis inilah &ang terutama menjadi problem kesehatan rak&at$ karena dapat menulari sekitarn&a. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini$ &ang umun&a terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. -asib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan: 1. *iresorpsi *iresorpsi kembali$ kembali$ dan sembuh sembuh kembali kembali dengan dengan tidak tidak meninggalka meninggalkan n !a!at !a!at ". arang arang tadi mulamula mulamula meluas$ meluas$ tapi tapi segera segera terjadi terjadi proses pen&embuh pen&embuhan an dengan dengan pen&ebukan jaringan fibrosis. elanjutn&a akan membungkus diri menjadi lebih keras$ terjadi perkapuran$ dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. ebali ebalikn&a kn&a dapat dapat juga sarang sarang terseb tersebut ut menjadi menjadi aktif aktif kembal kembali$ i$ membent membentuk uk jaringan keju dan menimbulkan kaiti$ bila jaringan keju dibatukkan keluar. %. arang arang pneumonik pneumonik meluas$ meluas$ membentuk membentuk jaringan jaringan keju (jaringan (jaringan kaseosa kaseosa). ). Kaiti akan mun!ul dengan dibatukkann&a jaringan keju tadi keluar. Kaiti aaln&a berdinding tipis$ kemudian dindingn&a akan menjadi tebal (kaiti sklerotik). -asib kaiti ini :
a. ungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. arang pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti &ang sebutkan diatas. b. *apat pula memadat dan membungkus diri dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan men&embuh$ tapi mungkin pula aktif kembali$ men!air lagi dan menjadi kaiti lagi. !. Kaiti bisa pula menjadi bersih dan men&embuh &ang disebut open healed !ait&$ atau kaiti men&embuh dengan membungkus diri$ akhirn&a menge!il. Kemungkinan berakhir sebagai kaiti &ang terbungkus$ dan men!iut sehingga kelihatan sebagai bintang (stellate shaped). B. Klasifikasi 1. TB Paru tuberkulosis &ang men&erang jaringan paru$ tidak termasuk pleura (selaput paru) 1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)$ TB paru dibagi dalam : a. Tuberkulosis paru BTA (+) • " dari % spesimen dahak positif • atu spesimen dahak positif + radiologi tuberkulosis aktif. • atu spesimen dahak positif + biakan positif b. Tuberkulosis paru BTA () dahak % kali negatie + gambaran klinik dan kelainan radiologik • menunjukkan tuberkulosis aktif + tidak respons antibiotik spektrum luas dahak negatif + biakan negatif + gambaran radiologik positif • ". Berdasarkan tipe penderita a. Kasus baru belum pernah mendapat /AT atau menelan /AT kurang dari satu bulan b. Kasus kembuh ( relaps ) pernah mendapat /AT dan telah din&atakan sembuh atau pengobatan lengkap$ kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. !. Kasus pindahan (transfer) sedang pengobatan di kabupaten lain pindah berobat ke kabupaten ini. d. Kasus lalai berobat paling kurang 1 bulan$ dan berhenti " minggu atau lebih$ kemudian datang kembali berobat. e. Kasus gagal • penderita BTA positif &ang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau lebih • penderita BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke" pengobatan dan atau gambaran radiologik ulang hasiln&a perburukan. f. Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategoti " dengan pengaasan &ang baik. g. Kasus bekas TB mikroskopik negatif • #ejala klinik tidak ada • 0adiologik lesi TB inaktif • 0ia&at pengobatan /AT &ang adekuat • 2. TB Ekstra Paru a. TB ekstra paru ringan isaln&a : TB kelenjer limfe$ pleuritis eksudatia unilateral$ tulang (ke!uali tulang belakang)$ sendi dan kelenjer adrenal. b. TB ekstra paru berat : isaln&a : meningitis$ millier$ parikarditis$ peritonitis$ pleuritis eksudatia bilateral$ TB tulang belakang$ TB usus$ TB saluran ken!ing dan alat kelamin. C. Anamnesis
1. #ejala respiratorik !. Batuk % minggu d. Batuk darah e. esak napas f. -&eri dada (TB ekstra paru tergantung dari organ &ang terlibat$ misaln&a pada limfadentis tuberkulosis akan terjadi pembesaran K#B &ang lambat dan tidak n&eri) ". #ejala sistemik a. *emam b. #ejala sistemik lain : malaise$ keringat malam$ anoreksia$ berat badan menurun . Pemeriksaan !isik Kelainan paru pada umumn&a terletak di daerah lobus superior terutama daerah ape2 dan segmen posterior$ serta daerah ape2 lobus inferior. suara napas bronkial$ amforik$ suara napas melemah$ ronki basah tandatanda penerikan paru$ diafragma 3 mediastinum.
'ada pleuritis tuberkulosis$ kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari ban&ak !airan di rongga pleura. perkusi pekak suara napas &ang melemah tidak terdengar pada sisi &ang terdapat !airan.
'ada Iimfadenitis tuberkulosis$ terlihat pembesaran K#B tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor)$ kadangkadang didaerah ketiak. 'emeriksaan kelenjer tersebut dapat menjadi 4 !old abs!ess5.
E. Pemeriksaan Penun"ang - Pemeriksaan spesimen 1. Bahan pemeriksaan: dahak$ !airan pleura$ liquor cerebrospinal $ bilasan bronkus$ bilasan lambung$ kurasan bronkoaleolar (bron!hoaleolar laege6Ba7)$ urin$ fae!es dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus6B89) ". ara pengumpulan dan pengiriman bahan ara pengambilan dahak % kali$ setiap pagi % hari berturutturut atau dengan !ara : A. eaktu 6 spot (dahak seaktu saat kunjungan) B. *ahak pagi (keesokan harin&a) . eaktu 6 spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi ) Bahan pemeriksaan 6 spesimen &ang berbentuk !airan dikumpulkan 6 ditampung dalam pot &ang bermulut lebar$ berpenampung ; !m atau lebih dengan tutup berulir$ tidak mudah pe!ah dan tidak bo!or. - Pemeriksaan Ra#iologik foto toraks 'A dengan atau tanpa foto lateral. ('emeriksaan lain atas indikasi : foto toraks apikolordotik$ ablik$ T!an) 1. TB aktif : a) ba&angan beraan 6 nodular di segmen apikal dan posterior lobus atau dan segmen superior lobus baah paru b) Kaiti$ terutama lebih dari satu$ dikelilingi oleh ba&angan opak beraan atau nodular !) Ba&angan ber!ak milier d)
". TB inaktif a) =ibrotik$ terutama pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas dan segmen superior baah paru b) Kalsifikasi !) 'enebalan pleura 7uas proses &ang tampak pada foto toraks: 1. $esi minimal$ bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dari olume paru &ang terletak diatas chondrostemal junction dari iga kedua dan prosesus spinosus dari ertebrata torakalis I> atau korpus ertebra torakalis > (sela iga 11) dan tidak dijumpai kaiti 2. $esi luas Bila proses lebih luas dari lesi minimal Pemeriksaan ara% 1. 7aju endap darah (7<*) ". 'emeriksaan serologi: a. Enzym linked immunosorbent assay ( <7IA) b. Mycodot !. ?ji peroksidase anti peroksidase ('A')
Pemeriksaan lain a. analisis !airan pleura 3 uji 0ialta pada penderita efusi pleura positif dan kesan !airan eksudat b. Polymerase chain reastion ('0) U"i tuberkulin
0ialta
!. Pengobatan Tuberkulosis
terbagi menjadi " fase: fase intensif ("% bulan) fase lanjutan @ atau bulan. &bat Anti Tuberkulosis 1. 8enis obat utama &ang digunakan adalah : a. 0ifampisin b. I-9 !. 'ira,inamid d. treptomisin e.
@.
". 0ifampisin a.
D. treptomisin
Pan#uan &bat Anti Tuberkulosis Kategori I ( 2 'R(E)*'+R+ atau 2 'R(E)*'R atau 2 'R(E),'E ) G 'enderita baru TB 'aru BTA (+) G 'enderita TB 'aru BTA () 0ontgen (+) &ang 4sakit berat5 dan G 'enderita TB ( esuai ?ji 0esistensi atau I-9 seumur hidup ) G 'enderita TB 'aru kasus kronik K
0 9 J <
% mg % mg D mg D mg D mg
BB % D kg
BB C D kg
@D mg % mg 1 mg D mg D mg
; mg @ mg 1D mg D mg 1 mg
Pengobatan uportif ) imtomatik a. akanmakanan &ang bergi,i$ bila dianggap perlu dapat diberikan itamin tambahan (tidak ada larangan makanan untuk penderita tuberkulosis)
b. Bila demam obat penurunan panas6demam !. Bila perlu obat untuk mengatasi gejala batuk$ sesak napas atau keluhan lain.
n#ikasi raat inap : • Batuk darah (profus) Keadaan umum buruk • • 'neumotoraks
• •
3. E4aluasi 'enderita TB &ang telah din&atakan sembuh tetap diealuasi minimal " tahun setelah sembuh untuk mengetahui terjadin&a kekambuhan. Lang diealuasi adalah mikroskopi BTA dahak dan foto toraks. ikroskopi BTA dahak %$;$1" dan "@ bulan setelah din&atakan sembuh. <aluasi foto toraks ;$1"$"@ bulan setelah din&atakan sembuh. '. Pengobatan tuberkulosis pa#a kea#aan k%usus TB milier 1. 0aat inap ". 'aduan obat : " 09J< 6 @ 09 %. 'ada keadaan khusus (sakit berat)$ tergantung keadaan klinik$ radiologik dan ealuasi pengobatan$ maka pengobatan lanjutan dapat diperpanjang samapi dengan bulan "09J< 6 09 @. 'emberian kortikosteroid tidak rutin$ han&a diberikan pada keadaan a. tanda 6 gejala meningitis b. sesak napas !. Tanda 6 gejala toksik d. *emam tinggi D. Kortikosteroid : prednison %@ mg6hari$ dosis diturunkan D1 mg setiap D$ lama pemberian @; minggu
Pleuritis Eksu#ati4a Tb Efusi Pleura Tb ) Paduan obat : 2 RHZE !RH <akuasi !airan$ dikeluarkan seoptimal mungkin$ sesuai keadaan penderita. ?langan eakuasi !airan bila diperlukan dan berikan kortikosteroid. TB Ekstra Paru Paduan obat 2 RHZE "# RH
TB Paru 5 iabetes 6elitus 1. 'aduan obat : " 09J (<) 6 @ 09 dengan regulasi baik 6 gula darah terkontrol ". Bila gula darah tidak terkontrol$ fase lanjutan bulan : " 09J (<) 6 09 %. * harus dikontrol @. 9atihati dengan penggunaan etambutol$ karena efek samping etambutol ke mata : sedangkan penderita * sering mengalami komplikasi kelainan pada mata D. 'erlu diperlihatkan penggunaan rifampisin akan mengurangi efektiiti obat oral anti diabetes (sulfonil urea)$ sehinggga dosisn&a perlu ditingkatkan ;. 'erlu kontrol 6 pengaasan sesudah pengobatan selesai$ untuk mengontrol 6 mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan TB paru #engan '7 ) A
1. 'aduan obat &ang diberikan berdasarkan rekomondasi AT &aitu : " 09J< 6 09 diberikan sampai ;M bulan setelah konersi dahak ". enurut N9/ paduam obat dan lama pengobatan sama dengan TB paru tanpa 9I> 6 AI* %. 8angan berikan Thia!eta,on karena dapat menimbulkan toksik &ang hebat pada kulit @. /bat suntik kalau dapat dihindari ke!uali jika sterilisasin&a terjamin D. 8angan lakukan desensitisasi /AT pada penderita 9I> 6 AI* (mis I-9$ rifampisin) karena mengakibatkan toksik &ang serius pada hati ;. I-9 diberikan terus menerus seumur hidup . Bila terjadi *0$ pengobatan sesuai uji resistensi TB pa#a ke%amilan #an men8usui 1. Tidak ada infeksi pengguguran pad penderita TB dengan kehamilan ". /AT tetap dapat diberikan ke!uali streptomisin karena efek samping streptomisin pada gangguan pendengaran janin %. 'ada penderita TB dengan men&usui$ /AT 3 AI tetap dapat diberikan$ alupun beberapa /AT dapat masuk ke dalam AI$ akan tetapi konsentrasin&s ke!il dan tidak men&ebabkan toksik pada ba&i @. Nanita men&usui &ang mendapat pengobatan /AT dan ba&in&a juga mendapat pengobatan /AT dianjurkan tidak men&usui ba&in&a$ agar ba&i tidak mendapat dosis berlebihan D. 'ada anita usia produktif &ang mendapat pengobatan TB dengan rifampisin dianjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal$ karena dapat terjadi interaksi obat &ang men&ebabkan efektiiti obat kontrasepsi hormonal berkurang. TB paru gagal gin"al 1. 8angan menggunakan /AT streptomisin$ kanamisin dan !apreom&!in
". ebaikn&a hindari penggunaan etambutol karena aktu paruhn&a memanjang dan terjadi akumulasi etambutol. *alam keadaan sangat diperlukan$ etambutol dapat diberikan dengan pengaasan kreatinin %. edapat mungkin dosis disesuikan dengan faal ginjal (T$ ?reum$ Kreum$ Kreatnin) @. 0ujuk ke ahli 'aru TB paru #engan kelainan %ati 1. Bila ada ke!urigaan gangguan fungsi hati$ dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan ". 'ada kelainan hati$ pira,inamid tidak boleh digunakan %. 'aduan obat &ang dianjurkan 6 rekomendasi N9/ : " 90< 6 ; 09 atau " 9< 6 1 9< @. pada penderita hepatitis akut dan atau klinik ikterik$ sebaikn&a /AT ditunda sampai hepatitis akutn&a mengalami pen&embuhan. 'ada keadaan sangat diperlukan dapat diberikan dan < maksimal % bulan sampai hepatitisn&a men&embuh dan dilanjutkan dengan ; 09 D. ebaikn&a rujuk ke ahli paru 'epatitis mbas &bat 1. *ikenal sebagai kelainan hati akibat penggunaan obatobat hepatotoksik (drug indu!ed hepatitis) ". 'enatalaksanaan a. Bila klinik (+) (Ikterik O +P$ gejala 6 mual$ muntah O+P) Q &AT top b. Bila klinis ()$ 7aboratorium terdapat kelainan : !. Bilirubin C " Q /AT stop #/T$ #'T D R : /AT top #/T$ #'T % R$ gejala (+) : /AT stop #/T$ #'T % R$ gejala ()Q teruskan pengobatan dengan pengaasan
'aduan /AT &ang dianjurkan : 1. top /AT &ang bersifat hepatotoksik (09J) ". etelah itu$ monitor klinik dan laboratorium. Bila klinik dan laboratorium normal kembali (bilirubin$ #/T$ #'T)$ maka tambahkan 9 (I-9) desensitisasi sampai dengan dosis penuh (% mg). sela ma itu perhatikan klinik dan periksa laboratorium normal tambahkan rifampisin$ desensitisasi samapi dengan dosis penuh (sesuai berat badan). ehingga paduan obat menjadi 09<