LAPORAN KASUS Hemoptisis e.c TB Paru
Di Susun Oleh : Amanda Anandita 2007730009
Pembimbing Pembimbing : dr. M. Fachri, Sp.P
STASE INTERNA RS ISLAM JAKARTA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN dan KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012
1|Laporan Kasus TB Paru
BAB I PENDAHULUAN
Penyakit ini hampir selalu fatal tanpa pengobatan, data terbaru di Indonesia tahun 2001 di kemukakan oleh Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan penyehatan lingkungan Dep Kes RI, Prof.Dr Umar Fahcri Ahmadi, Ahmadi, MPH kasus terbaru penderita penderita TBC di Indonesia sekitar 583.000 kasus per tahun. Secara nasional TBC membunuh kira-kira 140.000 orang per tahun atau setiap hari 43 orang meninggal karena penyakit TBC ini. Insidensi Tuberculosis dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade dekade terakhir ini di di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis merupak merupakan an penyak penyakit it infeksi infeksi penyeb penyebab ab kematia kematian n denga dengan n urutan urutan atas atau angka angka kematia kematian n (mortalitas) mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas ( morbiditas), ), diagnosis dan terapi yang cukup lama Jika tidak ditangani secara tepat, mortalitas penyakit ini mendekati 100%, tetapi dengan pengobatan yang dini dan adekuat mortalitas dapat di tekan, Karena itu penanggulangan TBC tidak hanya terkait terkait dengan masalah masalah kesehatan saja namun juga mencakup mencakup masalah masalah sosial, ekonom ekonomi, i, sikap sikap dan prilaku prilaku pender penderita ita perlu perlu mendap mendapat at perhati perhatian. an. Karena Karena itu sangat sangat penting penting untuk mengenal, mendiagnosa, secara dini dan melakukan pengobatan yang adekuat terhadap penderita TBC. Dan di harapkan kepada tenaga medis agar angka-angka tersebut dapat di tekan.
2|Laporan Kasus TB Paru
BAB II LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Tn. Q
TTL
: Jakarta, 9 April 1976
Umur
: 35 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Johar Baru, Jakarta Pusat
Pekerjaan
: Ekspedisi
Tanggal dan jam masuk masuk RS
: 16 Febuari 2012 2012 pukul 21.42 WIB
Nomor rekam medik
: 15 68 78
ANAMNESIS Keluhan Utama
Batuk berdarah sejak 2 minggu SMRS. Keluhan Tambahan
Batuk Batuk berdah berdahak, ak, pilek, pilek, demam, demam, sesak sesak napas, napas, pusing pusing,, mual, mual, kering keringat at malam, malam, mudah mudah lelah, berat badan menurun. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki 35 tahun datang ke IGD RSIJ Sukapura dengan keluhan batuk berdarah sejak 2 minggu yang lalu. 2 bulan SMRS pasien mengeluh batuk berdahak dengan dahak berwarna kehijauan. Pasien juga merasa sering merasa lelah, keringat malam, demam yang naik turun sehingga pasien merasakan seperti meriang, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun. 2 minggu SMRS pasien mengeluh batuk berdarah. Batuk berdahak sepanjang hari, tetapi batuk berdarah hanya 1 kali dalam 1 hari. Darah berwarna merah segar pada awalnya, dan berwarna merah kehitaman diakhir batuk. Darah sebanyak sekitar setengah gelas. Darah tidak bercampur dengan makanan. Batuk berdarah didahului dengan batuk dan tidak diikuti dengan perasaan mual. Apabila pasien batuk berdarah, maka pasien akan merasakan sesak napas. Batuk berdarah berhenti dan sesak napas pasien membaik. Pasien sudah berobat ke RS selama 2 kali, didiagnosa tuberkulosis dan diberikan obat anti tuberkulosis. 4 jam SMRS pasien
3|Laporan Kasus TB Paru
batuk berdarah kembali sebanyak 2 kali dengan darah berwarna merah segar di awal batuk dan kehitaman diakhir batuk. Darah sebanyak sekitar 1 gelas. Sehingga membuat pasien khawatir dan pergi ke IGD. Pasien merasakn mual tetapi tidak muntah. Pasien juga merakan mudah merasa lelah. BAK pasien normal tetapi BAB pasien berwarna kehitaman sejak 4 minggu SMRS. Riwayat Penyakit Dahulu •
Pasien belum pernah mengalamai gejala seperti yang dikeluhkan sekarang.
•
Tidak ada riwayat hipertensi.
•
Tidak ada riwayat penyakit jantung.
•
Tidak ada riwayat Diabetes Mellitus.
Riwayat Penyakit Keluarga •
Anak pasien mengeluhkan gejala sama seperti yang dikeluhkan pasien. Telah berobat ke dokter dan didiagnosis sebagai flek paru dan sedang menjalani terapi.
•
Tidak ada riwayat hipertensi didalam keluarga.
•
Tidak ada riwayat penyakit jantung.
•
Tidak ada riwayat Diabetes Mellitus didalam keluarga.
Riwayat Pengobatan
Pasien minum OAT selama 10 hari SMRS. Tetapi pasien tidak merasakan keluhan membaik. Riwayat Alergi •
Tidak ada riwayat alergi obat-obatan.
•
Tidak ada riwayat alergi makanan , dll
Riwayat Psikososial
Pasien merokok sekitar 10 batang setiap hari selama 10 tahun. Tidak minum-minuman beralkohol, jarang berolahraga, makan teratur, pasien bekerja sebagai ekspedisi.
PEMERIKSAAN UMUM
4|Laporan Kasus TB Paru
Keadaan Umum
: Pasien tampak sakit sedang.
Kesadaran
: Composmentis
Status Gizi Berat badan sebelum sakit
: 45 kg
Berat badan sesudah sakit
: 42 kg
Tinggi badan : 155 cm IMT
: 17,48 (underweight)
Tanda vital : 36,20 C
Suhu
Nadi
: 80 kali per menit
Pernafasan
: 20 kali per menit
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
STATUS GENERALIS
Kepala
: Normocephal, rambut hitam, tidak mudah rontok, distribusi merata
Mata
:
Hidung
Telinga
•
Pupil
: Isokhor
•
Refleks cahaya
: +/+
•
Konjungtiva
: Anemis +/+
•
Sklera
: Ikterik -/-
•
Septum deviasi
:-
•
Sekret Sekret
: -/-
•
Hiperemis
: -/-
:
:
5|Laporan Kasus TB Paru
Mulut
•
Bentuk telinga normal kanan dan kiri
•
Membran timpani intak kanan dan kiri
•
Mukosa : tidak hiperemis kanan dan kiri
•
Serumen : -/-
•
Sekret : -/-
•
Mukosa bibir kering
•
Karies pada gigi
•
Faring tidak hiperemis
•
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
•
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
:
Leher
:
Torax Paru Inspeksi
: •
Palpasi
Perkusi
Normochest
•
Bentuk dada simetris
•
Tidak ada retraksi dinding dada
•
Tidak ada nyeri tekan
•
Vokal fremitus +/+
•
Sonor diseluruh lapang paru 6|Laporan Kasus TB Paru
:
:
Auskultasi
•
Batas paru hepar : linea midclavicularis ICS 5
•
Vesikular dikedua lapang paru
•
Ronkhi +/-
•
Wheezing -/-
:
Jantung Inspeksi
: Iktus cordis tampak di ICS 5 mid clavicula sinistra
Palpasi
: IKtus cordis teraba di linea midclavicularis sinistra ICS 5
Perkusi
: Batas jantung kanan linea sternalis dekstra ICS 4, batas jantung kiri dilinea midclavicularis sinistra ICS 5
Auskultasi
: BJ 1 dan BJ 2 tunggal, murmur -, gallop –
Abdomen Inspeksi
: Perut tampak datar, tidak ada venektasi, tidak ada skar.
Ausk uskulta ultassi
: Bis Bisin ing g usu ususs 4 kal kalii per per meni menitt
Perkusi
: Shifting dullness (-)
Asites
: Negatif
Palpasi
: •
Hepatomegali (-)
•
Spleenomegali (-)
•
Nyeri epigastrium (+)
Ekstremitas Atas
: Ekstremitas atas hangat, edema -/-
Ekstremitas Bawah
: Akral hangat, edema -/-
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium
7|Laporan Kasus TB Paru
17 Febuari 2012 Pemeriksaan Kimia Gula Darah Sewaktu
Hasil
Satuan
Nilai Normal
110
mg/dl
< 120
Enzim SGOT SGPT
12 19
U/L U/L
0 – 37 0 – 40
Faal Ginjal Ureum Kreatinin
15 0.8
mg/dl mg/dl
20 – 40 0.3 – 0.6
Elektrolit Natrium Kalium Chlorida
125 4.2 98
mEq/L mEq/L mEq/L
134 – 146 3.4 – 4.5 96 – 108
Hematologi Laju Endap Darah
36
mm/jam
Hb
7.10
g/dl
Leukosit
20.400
/mm3
L : 0 – 15 P : 0 – 20 L : 13.8 – 17.0 P : 11.3 – 15.5 L : 4.5 – 10.8 P : 4.3 – 10.4
Leukosit Differensial Basofil Eosinofil Batang N. Segmen Limfosit Monosit Hematokrit
0 1 4 76 16 3 21.0
% % % % % % %
Trombosit
456
ribu/mm 3
0 – 0.3 % 2–4% 1–5% 51 – 67 % 20 – 30 % 2–6% L : 40.0 – 50.0 P : 38.0 – 47.0 L : 185 – 482 P : 132 – 440
18 Febuari 2012 BTA Ddirect Faal hati Bilirubin total Albumin Globulin Immunoserologi HbSAg
-
0.8 3.8 2.2
-
Negatif
BTA I
mg/dl g/dl
1 – 12 3.2 – 4.5
IU/L
8|Laporan Kasus TB Paru
Hematologi DPL Hb
10.6
g/dl
Hematokrit
31.8
%
Leukosit
8.000
/mm3
Trombosit
381
ribu/mm 3
Faeces Faeces lengkap/rutin Konsistensi Darah Lendir Amoeba Kista Telur cacing Eritrosit Leukosit Darah samat
Lunak Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif +1
L : 13.8 – 17.0 P : 11.3 – 15.5 L : 40.0 – 50.0 P : 38.0 – 47.0 L : 4.5 – 10.8 P : 4.3 – 10.4 L : 185 – 402 P : 132 – 440
Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
19 Febuari 2012 BTA direct
-
BTA II
-
BTA III
21 Febuari 2012 BTA direct Pembekuan Masa perdarahan Masa pembekuan
2’ 2’00” 3’00”
Menit Menit
1 -3 2–6
Elektrolit Natrium Kalium Chlorida
132 3.3 108
mEq/L mEq/L mEq/L
134 – 146 3.4 – 4.5 96 – 108
Hematologi Laju Endap Darah
28
mm/jam
Hb
11.4
g/dl
Leukosit
7.800
/mm3
L : 0 – 15 P : 0 – 20 L : 13.8 – 17.0 P : 11.3 – 15.5 L : 4.5 – 10.8 P : 4.3 – 10.4
Leukosi Differensial
9|Laporan Kasus TB Paru
Basofil Eosinofil Batang N. Segmen Limfosit Monosit Hematokrit
0 0 2 79 13 6 33.4
% % % % % % %
Trombosit
331
ribu/mm3
12.4 40.8
Detik Detik
0 – 0.3 % 2–4% 1–5% 51 – 67 % 20 – 30 % 2–6% L : 40.0 – 50.0 P : 38.0 – 47.0 L : 185 – 482 P : 132 – 440
22 Febuari 2012 Masa protrombin APTT
11 – 14 26 – 36
Pemeriksaan foto thorax : •
CTR normal
•
Kavitas pada apex kanan
•
Pleural line menebal
•
Corakan ekstrisif apex kiri Kesan : Tuberkulosis paru lesi luas
RESUME
Pasien laki-laki 35 tahun, pekerjaan ekspedisi, datang ke RS dengan keluhan hemoptisis sejak 2 minggu yang lalu dengan darah sebanyak sekitar setengah gelas. Setiap hemoptisis pasien pasien sesak sesak napas. napas. 2 bulan bulan SMRS SMRS pasien pasien batuk batuk berdah berdahak ak dengan dengan dahak dahak berwarn berwarnaa hijau, hijau, demam naik turun, nafsu makan menurun, keringat malam, berat badan menurun, mual, badan mudah terasa lelah. 4 jam SMRS pasien hemoptisis sebanyak 2 kali, darah sebanyak 1 gelas. Melena sejak 4 minggu SMRS.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan : •
Underwight ( IMT 17.48)
•
Ronkhi +/-
10 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
•
Nyeri tekan epigastrium +
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan : •
Ureum 15 mg/dl (menurun)
•
Kreatinin 0.8 mg/dl (meningkat)
•
Natrium 125 mEq/L (menurun)
•
LED 36 mm/1 jam (meningkat)
•
Hb 7.10 g/dl (menurun)
•
Leukosit 20.400 mm 3 (meningkat), dengan neutrofil segmen meningkat dan limfosit menurun
Pada pemeriksaan foto thorax menunjukan : Kesan TB Paru
DAFTAR MASALAH
1. Hemoptisis e.c Tb paru BTA negatif LLKB 2. Hipo ipokalem lemia 3. Anemia 4. Sind Sindro rom m dis dispe peps psia ia 5. Melena
ASSESMENT Assesment Hemoptisis e.c TB Paru BTA negatif
Berdasarkan anamnesis :
11 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Batuk berdahak sejak 2 bulan SMRS dengan dahak kehijauan. 2 minggu SMRS batuk berdarah, 1 kali dalam 1 hari, darah berwarna merah segar diawal dan merah kehitaman diakhir batuk. Pasien Pasien merasa merasakan kan sesak sesak nafas nafas setiap setiap batuk batuk berdara berdarah h dan membai membaik k apabila apabila batuk batuk berhent berhenti. i. Demam naik turun, mudah merasa lelah, keringat malam, nafsu makan menurun, berat badan menurun. Berdasarkan pemeriksaan fisik : •
IMT 17.48 underwight
•
Ronkhi di apex kanan
Berdasarkan pemeriksaan foto thorax: Kesan : Tuberkulosis paru lesi luas Pemeriksaan laboratorium : •
LED 36 mm/1 jam (meningkat)
•
Hb 7.10 g/dl (menurun)
•
Leukosit 20.400 mm 3 (meningkat), dengan neutrofil segmen meningkat dan limfosit menurun
Rencana pemeriksaan penunjang : Mantoux Test, Bronkoskopi Rencana terapi : •
Levofloxacin 750 mg IV drip
•
OAT KDT 3x 1
•
Vit K 1x1 amp
Assesment Hipokalemia
Berdasarkan anamnesis : Pasien merasakan badan mudah terasa lemah
12 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Pemeriksaan laboratorium : •
Kalium 125 mEq/L
Rencana terapi : •
Nacl 0,9 % 500 cc + kalek 500 mg 2 amp / 10 jam
Assesment Anemia
Berdasarkan anamnesis : Pasien merasakan badan mudah terasa lemah Berdasarkan pemeriksaan fisik : Konjungtiva anemis +/+ Pemeriksaan laboratorium : •
Hb 7.10 g/dl
Rencana terapi : •
Ferrosulfat 200mg 1x1
•
Vit C 3x1 amp
Assesment Sindrom Dispepsia
Berdasarkan anamnesis : Pasien merasakan mual tetapi tidak muntah Berdasarkan pemeriksaan fisik : Nyeri tekan epigastrium + Rencana terapi : •
Impressa syrup 2x1
Assesment Melena
Berdasarkan anamnesis : BAB pasien berwarna kehitaman sejak 4 minggu SMRS Pemeriksaan laboratorium :
13 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
•
Darah samar feses +
•
APTT 40.8 detik (memanjang)
Rencana pemeriksaan penunjang : Endoskopi saluran cerna bawah, enzim penanda hati WD : Hemorhoid, Ulkus Peptikum Rencana terapi : •
Pantoprazole 1x1 amp
BAB III PEMBAHASAN HEMOPTISIS
Definisi
14 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah, atau sputum yang berdarah. Sputum mungkin bercampur bercampur dengan dengan darah. Mungkin Mungkin juga seluruh cairan yang dikel dikeluar uarka kan n paru paru-pa -paru ru beru berupa pa darah darah.. Setia Setiap p prose prosess yang yang meng mengaki akiba batk tkan an terga tergang nggu guny nyaa kontinuitas aliran pembuluh darah paru-paru dapat mengakibatkan perdarahan. Batuk darah merupakan suatu gejala yang serius. Mungkin ini merupakan manifestasi yang paling dini dari tuberkulosis aktif. Sebab-sebab lain dari hemoptisis adalah karsinoma bronkogenik, infarksi, dan abses paru-paru. Hemoptisis harus dibedakan dengan hematemesis. Hematemesis disebabkan oleh lesi pad padaa salu salura ran n cern cerna, a, seda sedang ngk kan hemo hemopt ptis isis is dise diseba babk bkan an oleh oleh lesi lesi pada pada paru paru atau atau bronkus/bronkiolus.
Klasifikasi Klasifikasi didasarkan pada perkiraan jumlah darah yang dibatukkan. (Streaking ) : <15-20 ml/24 jam 1. Bercak (Streaking Yang sering terjadi darah bercampur dengan sutum. Umumnya pada bronkitis.
2. Hemoptisis: 20-600 ml/24 jam Hal ini berarti perdarahan pada pembuluh darh yang lebih besar. Biasanya pada kanker paru, pneumonia, TB, atau emboli paru.
3. Hemoptisis massif : >600 ml/24 jam Biasanya pada kanker paru, kavitas pada TB, atau bronkiektasis.
4. Pseudohemoptisis Merupakan batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas laring) atau dari saluran cerna atas atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan ( factitious ( factitious). ). Perbedaan hemoptoe dengan hematemesis Untuk membedakan antara muntah darah (hematemesis) dan batuk darah (hemoptoe) bila dokter tidak hadir pada waktu pasien batuk darah, maka pada batuk darah (hemoptoe) akan didapatkan tanda-tanda sebagai berikut : Tanda-tanda batuk darah:
1. Didahului batuk keras yang tidak tertahankan. 2. Terden Terdengar gar adanya adanya gelemb gelembung ung-ge -gelemb lembung ung udara udara bercam bercampur pur darah darah di dalam dalam salura saluran n napas.
3. Terasa asin / darah dan gatal di tenggorokan.
15 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
4. Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih, beberapa hari kemudian warna menjadi lebih tua atau kehitaman.
5. pH alkalis. 6. Bisa Bisa berla berlang ngsu sung ng bebe beberap rapaa hari hari 7. Peny Penyeb ebabn abnya ya : kelai kelaina nan n paru paru
Tanda-tanda muntah darah : 1. Tanpa batuk, tetapi keluar darah waktu muntah. 2. Suara napas tidak ada gangguan. 3. Didahului rasa mual / tidak enak di epigastrium. 4. Darah berwarna merah kehitaman, bergumpal-gumpal bercampur sisa makanan. 5. pH asam. 6. Frekuensi muntah darah tidak sekerap hemoptoe. 7. Penyebabnya : sirosis hati, gastritis.
Differentiating Features of Hemoptysis and Hematemesis Hemoptysis History
Hematemesis
Ab Absence of na nausea an and vo vomitin iting g
Presence of of na nausea sea an and vo vomitin iting g
Lung disease
Gastric or hepatic disease
Asphyxia possible
Asphyxia unusual
Sputum examination Frothy
Rarely frothy
Liquid or cl clotted appearance
Coffee ground appearance
Bright red or pink
Brown to black
Laboratory Alkaline pH
Acidic pH
Mixed with macrop macrophage hages s and neutrophil neutrophils s Mixed with food food particles particles
Diagnostic Clues in Hemoptysis: Physical History Clinical clues Anticoagulant use
Suggested diagnosis* Medication effect, coagulation disorder
16 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Clinical clues Association with menses
Suggested diagnosis* Catamenial hemoptysis
Dyspnea on exertion, fatigue, orthopnea, ort hopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, frothy pink sputum
Congestive heart failure, left ventricular dysfunction, mitral valve stenosis
Fever, productive cough
Upper respiratory infection, acute sinusitis, acute bronchitis, pneumonia, lung abscess
Histor History y of brea breast, st, colo colon, n, or rena renall can cance cers rs
Endo Endobr bron onch chial ial metas metasta tatic tic dise diseas ase e of of lun lungs gs
History of chronic lung disease, recurrent lower Bronchiectasis, lung abscess respiratory track infection, cough with copious purulent sputum HIV, immunosuppression
Neoplasia, tuberculosis, Kaposi’s sarcoma
Nausea, vomiting, melena, alcoholism, chronic Gastritis, gastric or peptic ulcer, esophageal varices use of nonsteroidal anti-inflammatory drugs Pleuritic ch chest pa pain, ca calf te tenderness
Pulmonary em embolism or or in infarctio tion
Tobacco use
Acute bronchitis, chronic bronchitis, lung cancer, pneumonia
Travel history
Tuberculosis, parasites (e.g., paragonimiasis, schistosomiasis, amebiasis, leptospirosis), biologic agents (e.g., plague, tularemia, T2 mycotoxin)
Weight loss
Emphysema, lung cancer, tuberculosis, bronchiectasis, lung abscess, HIV
Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas :
1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh karena jamur dan sebagainya. 2. Kardiov Kardiovask askule uler, r, stenosis stenosis mitral mitralis is dan aneuris aneurisma ma aorta. aorta. 3. Neoplasma, Neoplasma, terutama terutama karsinoma karsinoma bronkoge bronkogenik nik dan dan poliposis poliposis bronkus. bronkus. 4. Gangg Gangguan uan pada pada pemb pembeku ekuan an darah darah (siste (sistemik mik). ). 5. Benda Benda asing asing di di salur saluran an pernapa pernapasan san.. 6. Faktor-f Faktor-fakt aktor or ekstra ekstrahep hepatik atik dan dan abses abses amub amuba. a.
Penyebab terpenting dari hemoptisis masif adalah : 1. Tumor : a. Karsinoma. b. Adenoma. c. Metastasis endobronkial dari massa tumor ekstratorakal. 2. Infeksi
17 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
a. Aspergilloma. b. Bronkhiektasis (terutama pada lobus atas). c. Tuberkulosis paru. 3. Infark Paru 4. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis 5. Perdarahan paru a. Sistemic Lupus Eritematosus b. Goodpasture’s syndrome. syndrome. c. Idiopthic c. Idiopthic pulmonary haemosiderosis. haemosiderosis. d. Bechet’s d. Bechet’s syndrome. syndrome. 6. Cedera pada dada/trauma a. Kontusio pulmonal. b. Transbronkial biopsi. c. Transtorakal biopsi memakai jarum. 7. Kelainan pembuluh darah a. Malformasi arteriovena. b. Hereditary b. Hereditary haemorrhagic teleangiectasis. teleangiectasis. 8. Bleeding diathesis.
Penyebab hemoptoe banyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu : infeksi, tumor dan kelainan kardiovaskular. Infeksi merupakan penyebab yang sering didapatkan antara lain : tuberkulosis, bronkiektasis dan abses paru. Pada dewasa muda, tuberkulosis paru, stenosis mitral, dan bronkiektasis merupakan penyebab yang sering didapat. Pada usia diatas 40 tahun karsinoma bronkus merupakan penyebab yang sering didapatkan, diikuti tuberkulsosis dan bronkiektasis.
Patofisio Patof isiologi logi Hemoptisis Hemopti sis Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari cabangcabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru bila terjadi terjadi kegagal kegagalan an arteri arteri pulmon pulmonalis alis dalam dalam melaks melaksanak anakan an fungs fungsiny inyaa untuk untuk pertuka pertukaran ran gas. gas. Terdap Terdapatny atnyaa aneurism aneurismaa Rasmu Rasmusse ssen n pada pada kavern kavernaa tuberk tuberkulo ulosis sis yang yang merupa merupakan kan asal dari dari perdar perdarahan ahan pada pada hemopt hemoptoe oe masih masih diraguk diragukan. an. Teori Teori terjadin terjadinya ya perdarah perdarahan an akibat akibat pecahn pecahnya ya
18 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
aneur aneuris isma ma dari dari Ramu Ramuss ssen en ini telah telah lama lama dianu dianut, t, akan akan tetap tetapii bebe beberap rapaa lapo lapora ran n auto autops psii membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe.
(4)
Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut : 1. Radan adang g mukosa kosa Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulka menimbulkan n batuk darah. 2. Infark pa paru Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur. 3. Pecahny Pecahnyaa pembul pembuluh uh dara darah h vena vena atau atau kapile kapiler r Distens Distensii pembul pembuluh uh darah darah akibat akibat kenaika kenaikan n tekanan tekanan darah darah intralum intraluminar inar sepert sepertii pada pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis. 4. Kelaina Kelainan n membra membran n alveolo alveolokapi kapiler ler Akib Akibat at adan adanya ya reak reaksi si anti antibo bod di terh terhad adap ap memb membra ran, n, sepe sepert rtii pada padaGoodpasture’s Goodpasture’s syndrome. syndrome. 5. Perdara Perdarahan han kavitas kavitas tuberk tuberkulo ulosa sa Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan aneurisma Rasmus Rasmussen sen;; pemeka pemekaran ran pembul pembuluh uh darah darah ini berasal berasal dari dari cabang cabang pembul pembuluh uh darah darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronki bronkial. al. Diduga Diduga hal ini terjadi terjadi disebab disebabkan kan adanya adanya anasto anastomos mosis is pembul pembuluh uh darah darah bronki bronkial al dan pulmon pulmonal. al. Pecahn Pecahnya ya pembul pembuluh uh darah darah pulmon pulmonal al dapat dapat menimb menimbulk ulkan an hemoptisis masif. 6. Inva Invasi si tumo tumorr gan ganas as
7. Cedera dada Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya dikenal berbagai macam batuk darah :
19 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
1. Batuk darah idiopatik atau esensial esensial dimana penyebabny penyebabnyaa tidak diketahui diketahui Angka Angka kejadia kejadian n batuk batuk darah darah idiopat idiopatik ik sekitar sekitar 15% 15% tergantu tergantung ng fasilita fasilitass penega penegakan kan diagnosis. Pria terdapat dua kali lebih banyak daripada wanita, berumur sekitar 30 tahun, tahun, biasany biasanyaa perdarah perdarahan an dapat dapat berhent berhentii sendiri sendiri sehing sehingga ga prognos prognosis is baik. baik. Teori Teori perdarahan ini adalah sebagai berikut : a. Adanya ulserasi mukosa yang tidak dapat dicapai oleh bronkoskopi. b. Bronkiektasis yang tidak dapat ditemukan. c. Infark paru yang minimal. d. Menstruasi vikariensis. e. Hipertensi pulmonal. 2. Batuk darah sekunder, sekunder, yang yang penyebabny penyebabnyaa dapat dapat di pastikan pastikan a. Pada Pada prin prinsip sipny nyaa ber beras asal al dari dari : b. b. Salu aluran ran napas apas i. Yang Yang sering ialah tuberku tuberkulos losis, is, bronkiek bronkiektas tasis, is, tumor paru, pneumon pneumonia ia dan abses paru. ii. Menuru Menurutt Bannet, Bannet, 82 – 86% batuk batuk darah darah disebab disebabkan kan oleh oleh tuberkul tuberkulosis osis paru, karsinoma paru dan bronkiektasis. iii. Yang Yang jarang dijumpa dijumpaii adalah adalah penyakit penyakit jamur jamur (asperg (aspergilos ilosis), is), silikosi silikosis, s, penyakit oleh karena cacing. c. Sist Sistem em kard kardio iova vask skul uler er i. Yang Yang sering sering adalah adalah steno stenosis sis mitra mitral, l, hiperten hipertensi. si. ii. Yang jarang adalah kegagalan kegagalan jantung, jantung, infark infark paru, paru, aneurism aneurismaa aorta. d. Lain-lain i. Diseb isebab abka kan n oleh oleh bend bendaa asin asing g, ruda ruda paks paksa, a, peny penyak akit it dara darah h sepe sepert rtii hemofil hemofilia, ia, hemosi hemosider derosi osis, s, sindro sindrom m Goodpa Goodpastu sture, re, eritema eritematos tosus us lupus lupus sist sistem emik ik,, diat diates esis is hemo hemora rag gik dan dan peng pengob obat atan an deng dengan an obat obat-o -oba batt antikoagulan Berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan maka hemoptisis dapat dibagi atas :
1. Hemoptisis massif Bila darah yang dikeluarkan adalah 100-160 cc dalam 24 jam. 2. Kriteria yang digunakan digunakan di rumah rumah sakit Persahabatan Persahabatan Jakarta :
Bila perdarahan lebih dari 600 cc / 24 jam
20 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Bila perdarahan kurang dari 600 cc dan lebih dari 250 cc / 24 jam, akan tetapi Hb kurang dari 10 g%.
Bila perdarahan lebih dari 600 cc / 24 jam dan Hb kurang dari 10 g%, tetapi dalam pengamatan 48 jam ternyata darah tidak berhenti.
Kesulitan dalam menegakkan diagnosis ini adalah karena pada hemoptoe selain terjadi vasokonstriksi perifer, juga terjadi mobilisasi dari depot darah, sehingga kadar Hb tidak selalu memberikan gambaran besarnya perdarahan yang terjadi.
Krite Kriteria ria dari dari juml jumlah ah dara darah h yang yang dikel dikeluar uarka kan n sela selama ma hemo hemopto ptoee juga juga mempunyai kelemahan oleh karena : o
Jumlah Jumlah darah darah yang yang dikelua dikeluarkan rkan bercam bercampur pur dengan dengan sputum sputum dan kada kadang ng-ka -kada dang ng deng dengan an caira cairan n lambu lambung ng,, sehi sehing ngaa sukar sukar untu untuk k menentukan jumlah darah yang hilang sesungguhnya.
o
Sebagian dari darah tertelan dan dikeluarkan bersama-sama dengan tinja, sehingga tidak ikut terhitung
o
Sebagian dari darah masuk ke paru-paru akibat aspirasi.
Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptisis ditentukan oleh : •
Apakah Apakah terjadi terjadi tanda-ta tanda-tanda nda hipote hipotensi nsi yang yang menga mengarah rah pada pada renjatan renjatan hipovo hipovolem lemik ik (hypovolemik shock).
•
Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat dinilai dengan adanya iskemik miokardium, baik berupa gangguan aritmia, gangguan mekanik pada jantung, maupun aliran darah serebral. Dalam hal kedua ini dilakukan pemantauan terhadap gas darah, disamping menentukan fungsi-fungsi vital. Oleh karena itu suatu tingkat kegawatan hemoptoe dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk akut berupa asfiksia, sedangkan bentuk yang lain berupa renjatan hipovolemik.
Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap: •
Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis.
•
Lamanya perdarahan.
•
Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi.
•
Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, respirasi dan tingkat kesadaran.
21 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Klasifikasi menurut Pusel : + : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis dalam sputum ++ : batuk dengan perdarahan 1 – 30 ml +++ : batuk dengan perdarahan 30 – 150 ml ++++ : batuk dengan perdarahan > 150 ml Positif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga hemoptisis sedang, positif empat termasuk di dalam kriteria hemoptisis masif.
Diagnosis Hal utama utama yang yang penting penting adalah adalah memasti memastikan kan apakah apakah darah darah benarbenar- benar benar bukan bukan dari dari muntahan dan tidak berlangsung saat perdarahan hidung. Hemoptisis sering mudah dilacak dari riwayat. Dapat ditemukan bahwa pada hematemesis darah berwarna kecoklatan atau kehitaman dan sifatnya asam. Darah dari epistaksis epistaksis dapat tertelan kembali kembali melalui faring dan terbatukkan terbatukkan yang disadari penderita serta adanya darah yang memancar dari hidung. Untuk menegakkan menegakkan diagnosis, diagnosis, seperti halnya pada penyakit penyakit lain perlu dilakukan dilakukan urutanurutan urutan dari dari anamne anamnesis sis yang yang teliti teliti hingga hingga pemerik pemeriksaan saan fisik fisik maupun maupun penunja penunjang ng sehing sehingga ga penanganannya dapat disesuaikan. 1) Anamnes nesis Untuk Untuk mendap mendapatka atkan n riwayat riwayat penyak penyakit it yang lengka lengkap p sebaikn sebaiknya ya diusah diusahaka akan n untuk untuk mendapatkan data-data : - Jumlah dan warna darah - Lamanya perdarahan - Batuknya produktif atau tidak - Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan - Sakit dada, substernal atau pleuritik - Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisi badan dan batuk - Wheezing - Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu. - Perdarahan di tempat lain serempak dengan batuk darah - Perokok berat dan telah berlangsung lama - Sakit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta sakit dada - Hematuria yang disertai dengan batuk darah.
22 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Untuk Untuk membed membedakan akan antara antara batuk batuk darah darah dengan dengan muntah muntah darah darah dapat dapat digunak digunakan an petunjuk sebagai berikut : Keadaan 1. Prodromal
Hemoptoe Rasa tidak
2. Onset
tenggorokan, ingin batuk Darah dibatukkan, dapat Darah dimuntahkan dapat
3. Penampilan darah 4. Warna 5. Isi
disertai batuk disertai batuk Berbuih Tidak berbuih Merah segar Merah tua Lekosit, mikroorganisme,Sisa makanan
enak
Hematemesis diMual, stomach distress
makrofag, hemosiderin 6. Reaksi Alkalis (pH tinggi) 7. Riwaya Riwayatt Penyak Penyakit it Menderita kelainan paru
Asam (pH rendah) Gangguan lambung,
Dahulu 8. Anemi 9. Tinja
Kadang-kadang Warna tinja normal
kelainan hepar Selalu Tinja bisa
Guaiac test (-) test (-)
hitam, Guaiac test (-) test (-)
berwarna
2. Pemeriksaan fisik Pada Pada peme pemerik riksa saan an fisik fisik dicar dicarii gejal gejala/t a/tand andaa lain lain di luar luar paru paru yang yang dapa dapatt mendasari terjadinya batuk darah, antara lain : jari tabuh, bising sistolik dan opening snap, snap, pembesaran kelenjar limfe, ulserasi septum nasalis, teleangiektasi.
3. Pemeriksaan penunjang Foto toraks dalam posisi AP dan lateral hendaklah dibuat pada setiap penderita hemoptisis masif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan tempat perdarahannya.
4. Pemeriksaan bronkoskopi Sebaiknya Sebaiknya dilakukan dilakukan sebelum sebelum perdarahan perdarahan berhenti, berhenti, karena dengan demikian demikian sumber perdarahan dapat diketahui. Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah : 1. Bila radiologik tidak didapatkan kelainan 2. Batuk darah yang berulang – ulang 3. Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik
23 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Tindak Tindakan an bronko bronkosko skopi pi merupa merupakan kan sarana sarana untuk untuk menent menentuka ukan n diagno diagnosis sis,, lokasi lokasi perdarah perdarahan, an, maupun maupun persiapa persiapan n operasi operasi,, namun namun waktu waktu yang yang tepat tepat untuk untuk melakukannya melakukannya merupakan pendapat yang masih kontroversial kontroversial,, mengingat mengingat bahwa selama masa perdarahan, bronkoskopi akan menimbulkan batuk yang lebih impulsif, sehi sehing ngga ga
dapa dapatt
memp memper erhe heba batt
perd perdar arah ahan an
disa disamp mpin ing g
memp memper erbu buru ruk k
fung fungsi si
pernap pernapasa asan. n. Lavase Lavase denga dengan n bronko bronkosko skop p fiberoptic dapa dapatt menil menilai ai bron bronko kosk skop opii merupakan hal yang mutlak untuk menentukan lokasi perdarahan. Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskop serat optik jauh jauh lebih lebih ungg unggul ul,, sedan sedangk gkan an bron bronko kosk skop op metal metal sang sangat at berma bermanfa nfaat at dalam dalam memb member ersi sihk hkan an jalan jalan napa napass dari dari beku bekuan an darah darah serta serta meng mengam ambil bil bend bendaa asing asing,, disa disamp mping ing itu dapat dapat melak melakuk ukan an pena penamp mpon onan an deng dengan an balo balon n khus khusus us di temp tempat at terjadinya perdarahan.
Penanganan Pada Pada umumny umumnyaa hemopt hemoptoe oe ringan ringan tidak tidak diperlu diperlukan kan perawa perawatan tan khusus khusus dan biasany biasanyaa berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang masif. Tujuan pokok terapi ialah : 1. Mencegah tersumbatnya saluran napas oleh darah yang beku 2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi 3. Menghentikan perdarahan Sasaran Sasaran-sas -sasaran aran terapi terapi yang yang utama utama adalah adalah member memberikan ikan suport suport kardio kardiopul pulman maner er dan menge mengendal ndalikan ikan perdarah perdarahan an sambil sambil menceg mencegah ah asfiksia asfiksia yang merupa merupakan kan penyeb penyebab ab utama utama kematian pada para pasien dengan hemoptisis masif. Masalah utama dalam hemoptoe adalah terjadinya pembekuan dalam saluran napas yang menyeb menyebabk abkan an asfiksi asfiksi.. Bila Bila terjadi terjadi afsiks afsiksi, i, tingkat tingkat kegawat kegawatan an hemopt hemoptoe oe paling paling tinggi tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang multipel. Hemoptoe dalam jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat menimbukan renjatan hipovolemik. Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah : -
Terapi rapi konserva rvatif
-
Terapi definitif atau pembedahan.
1. Tera Terapi pi kons konser erva vati tif f
24 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Pasie asien n
haru haruss
dala dalam m
kead keadaa aan n
posi posisi si
isti istira raha hat, t,
yak yakni posi posisi si mirin iring g
(lat (later eral al
decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit sakit untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat. •
Melakukan suction Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.
•
Batuk secara perlahan – lahan untuk mengeluarkan darah di dalam saluran saluran napas untuk mencegah bahaya sufokasi.
•
Dada dikompres dengan es – kap, hal ini biasanya menenangkan penderita.
•
Pemberian obat – obat penghenti perdarahan (obat – obat hemostasis), misalnya vit. K, ion kalsium, trombin dan karbazokrom.
•
Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
•
Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan yang terjadi.
•
Pemberian oksigen
Tindakan selanjutnya bila mungkin : •
Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopi
•
Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah dengan bronkoskopi dan pemberian adrenalin pada sumber perdarahan.
2. Tera Terapi pi pemb pembed edah ahan an •
Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan.
•
Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan : a. Terjadinya Terjadinya hemoptis hemoptisis is masif masif yang mengancam mengancam kehidupan kehidupan pasien. b. Peng Pengala alama man n berb berbag agai ai peny penyel elidi idik k menu menunju njukk kkan an bahw bahwaa angk angkaa kema kematia tian n pada pada perdara perdarahan han yang yang masif masif menuru menurun n dari 70% menjadi menjadi 18% dengan dengan tindaka tindakan n operasi. c. Etiolog Etiologii dapat dapat dihilangk dihilangkan an sehingg sehinggaa faktor faktor penyebab penyebab terjadiny terjadinyaa hemopt hemoptoe oe yang berulang dapat dicegah.
Busron (1978) menggunakan pula indikasi pembedahan sebagai berikut : 1. Apabi pabila la pasi pasien en mengal ngalam amii batuk atuk dara darah h lebi lebih h dari dari 600 cc / 24 jam jam dan dan dalam alam pengamatannya perdarahan tidak berhenti. 2. Apabila Apabila pasien mengalam mengalamii batuk darah darah kurang kurang dari 600 600 cc / 24 jam dan dan tetapi lebih lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, sedangkan batuk darahnya masih terus berlangsung.
25 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
3. Apabila Apabila pasien mengalam mengalamii batuk darah darah kurang kurang dari 600 600 cc / 24 jam dantetapi dantetapi lebih dari dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, tetapi selama pengamatan 48 jam yang disertai dengan perawatan konservatif batuk darah tersebut tidak berhenti. Sebelum Sebelum pembed pembedahan ahan dilaku dilakukan kan,, sedapa sedapatt mungk mungkin in diperik diperiksa sa faal paru dan dipast dipastikan ikan asal perdar perdarahan ahannya nya,, sedang sedang jenis jenis pembed pembedaha ahan n berkisa berkisarr dari dari segmen segmentekt tektomi omi,, lobekt lobektomi omi dan pneumonektomi dengan atau tanpa torakoplasti. Penting juga dilakukan usaha-usaha untuk menghentikan perdarahan. Metode yang mungkin digunakan adalah : -
Dengan Dengan membe memberika rikan n cairan cairan es garam garam yang dilak dilakuka ukan n dengan dengan bronko bronkosko skopi pi serat serat lentur lentur dengan posisi pada lokasi bronkus yang berdarah. Masukkan larutan NaCl fisiologis pada suhu 4°C sebanyak 50 cc, diberikan selama 30-60 detik. Cairan ini kemudian dihisap dengan suction.
-
Dengan Dengan meng menggun gunaka akan n kateter kateter balon balon yang yang panjan panjangny gnyaa 20 cm pena penampa mpang ng 8,5 8,5 mm. mm.
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu ditentukan oleh tiga faktor : faktor : 1. Terjadinya Terjadinya asfiksia asfiksia oleh karena terdapatnya terdapatnya bekuan bekuan darah darah dalam saluran pernapasan. pernapasan. 2. Juml Jumlah ah darah darah yang yang dikel dikelua uark rkan an selam selamaa terja terjadin dinya ya hemo hemopto ptoee dapa dapatt menim menimbu bulka lkan n renjatan hipovolemik. 3. Aspir Aspiras asi, i, yaitu yaitu keadaan keadaan masukn masuknya ya beku bekuan an darah darah maupun maupun sisa sisa maka makana nan n ke dalam dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi. Prognosis
Pada hemoptoe idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita mengalami hemoptoe yang rekuren. Sedangkan pada hemoptoe sekunder ada beberapa faktor yang menentukan prognosis : 1) Tingkatan Tingkatan hemoptoe hemoptoe : hemopto hemoptoee yang terjadi terjadi pertama pertama kali mempunya mempunyaii prognosis prognosis yang lebih baik. 2) Macam penyakit penyakit dasar dasar yang yang menyeb menyebabkan abkan hemoptoe. hemoptoe.
3) Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan untuk menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan penderita. (1,14)
26 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
TB PARU
DEFIN EFINIS ISII Tuber Tuberkulo kulosis sis Paru Paru adalah adalah penyak penyakit it infeksi infeksi bakteri bakteri menahu menahun n yang yang disebab disebabkan kan oleh oleh kuman Mycobac kuman Mycobacterium terium tuberculosis. tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui melalui udara udara pernapa pernapasan san kedalam kedalam paru. paru. Kemudi Kemudian an kuman kuman tersebu tersebutt menyeb menyebar ar dari dari paru paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran napas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru. ETIOLOGI Penyebab Penyebab tuberkulosis tuberkulosis adalah Mycobacterium Mycobacterium tuberculosis. Kuma Kuman n ini ini berb berben entu tuk k batang batang,, mempun mempunyai yai sifat sifat khusus khusus yaitu yaitu tahan tahan terhadap terhadap asam asam pada pada pewarna pewarnaan an (Basil (Basil Tahan Tahan Asam). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman
27 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat. PATOFISIOLOGI Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernapasan, pernapasan, saluran pencernaan pencernaan dan luka terbuka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis tuberculosis terjadi melalui udara (airborne), (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel, kuman ini tidak menghasilkan toksin yang di kenal. Dalam tetesan droplet yang terhirup dan mencapai alveoli. Penyakit timbul akibat menetapnya dan berproliferasinya kuman tersebut dan adanya interaksi dari tuan rumah, misalnya basil tidak virulen yang di suntikan contoh BCG hanya dapat hidup selama beberapa bulan atau tahun pada tuan rumah normal. Resistensi dan hipersensitivitas tuan rumah sangat mempengaruhi perkembangan penyakit. Penyakit Penyakit ini dikendalikan dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel, sel efektornya adalah makrofag, makrofag, sedangkan sedangkan limfosit biasanya biasanya sel T adalah sel imunorespo imunoresponsinya. nsinya. Tipe imuniitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang di aktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas atau reaksi lambat. Pemben Pembentuk tukan an dan perkem perkemban bangan gan lesi-les lesi-lesii dan penyem penyembuh buhann annya ya atau progre progresifn sifnya ya terutama ditentukan oleh: 1. Jumlah kuman yang masuk dan perkembangbia perkembangbiakan kan selanjutnya. selanjutnya. 2. Resiste Resistensi nsi dan dan hipers hipersens ensivit ivitas as dari dari hospes hospes.. Saat masuk ke tubuh manusia kuman mycobacterium tuberculosis akan membentuk dua tipe lesi utama: 1. Tipe eksudatif , ini terdiri dari reaksi peradangan akut, lekosit polimorfonuklir dan kemudian, monosit sekitar basil tuberkel. Tipe ini terlihat pada jaringan paru-paru, dimana lesi ini mirip dengan pnemonia bakterie, tipe ini dapat sembuh dengan resolusi sehingga sehingga seluruh seluruh eksudat eksudat di absorpsi sehingga mengakibatkan mengakibatkan nekrosis nekrosis massif dari jaringan atau dapat berkembang menjadi tipe produktif, selama fase ini tes tuberculin positif. 2. Tipe produktif , bila berkembang maksimal lesi ini akan menjadi suatu granuloma menahun yang terdiri dari 3 daerah:
28 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
•
Daer Daerah ah sentr sentral al yang yang luas, luas, yang yang memp mempun unya yaii sel sel sel sel inti inti bany banyak ak yang yang mengandung basil tuberkel.
•
Daerah tengah terdiri dari sel-sel epiteloid pucat.
•
Derah perifer yang terdiri dari fibroblas, limfosit dan monosit kemudian terbent terbentuk uk
jaringa jaringan n fibrosa fibrosa perifer perifer dan daerah daerah sentral sentral mengalam mengalamii nekros nekrosis is dan
membentuk kaverne membentuk kaverne,, selanjutnya lesi ini sembuh dengan fibrosis atau kalsifikasi. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional, basil dapat menyebar lebih lanjut dan dan mencapai aliran darah yang selanjutnya menyebar ke seluruh organ, tetapi kuman ini mutlak hidup ditempat yang memiliki kandungan oksigen yang tinggi oleh karena itu lokasi utama penyakit ini adalah di paru. Makrofag Makrofag yang mengadakan mengadakan infiltrasi infiltrasi menjadi lebih panjang panjang dan bersatu sehingga sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang di kelilingi oleh limfosit, reaksi ini membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi seperti ini disebut dengan nekrosis kaseosa. Lesi primer paru–paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Ini dapat dilihat pada orang sehat yang selalu menjalani pemeriksaan radiologi. Cara penularan kuman mycobacterium mycobacterium tuberculosis:
1.
Kuman di dibatukkan ata atau di dibersinkan
oleh pen penderita TB me menjadi dr droplet nuc nuclei
(partikel kecil yang merupakan gabungan antara sel tubuh dan sel yang sudah terinfeksi. Setiap kali penderita TB batuk akan dikeluarkan 3000 droplet yang infektif (memiliki kemampuan menginfeksi), partikel infeksi ini dapat hidup pada udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab kuman dapat hidup berhari-hari. 2.
Kum Kuman yang yang terh terhir iru up dap dapat at meng menghi hind ndar arii per perta taha hana nan n mek mekan anik ik salur aluran an napa napass bag bagia ian n atas dan akan menuju alveoli dimana infeksi awal terjadi, kuman ini akan membentuk sarang primer dan di ikuti pembesaran kelenjar getah bening yang disebut komplek primer.
3.
Komple plek prim primeer selanju njutnya menga ngalam lami perja rjalanan anan pen penyakit terg tergan anttung vir viru ulens lensi, i, jumlah kuman, dan ketahanan tubuh penderita. Ini dapat sembuh sama sekali tanpa cacat,
29 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
sembuh dengan meninggalkan sedikit jaringan paru atau berkomplikasi dan menyebar baik secara hematogen atau limfatogen. limfatogen. Tidak semua orang yang menghirup kuman TBC akan tertular penyakit tersebut. Pada orang yang sehat, biasanya kuman tersebut menjadi tidak aktif dan orang itu tetap sehat tetapi kuman tersebut akan jadi aktif bila: •
Kekurangan gizi
•
Kondisi fisik yang lemah
•
Terkena penyakit tertentu sepeti HIVdan Diabetes melitus
•
Pecandu obat-obat terlarang
•
Menggunakan hormon steroid
•
Perokok berat Kuma Kuman-k n-kum uman an akan akan mulai mulai berke berkemb mbang ang-bi -biak ak dan dan menim menimbu bulk lkan an peny penyaki akitt TBC. TBC.
Timbulnya penyakit bisa langsung terjadi setelah terinfeksi atau butuh waktu tahunan untuk berkembang.
Gambar1. Penyebaran bakteri tuberkulosis
30 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Gambar2. Mycobacterium tuberculosis
MANIFESTASI KLINIS Pender Penderita ita TB paru akan mengal mengalami ami berbag berbagai ai gangg gangguan uan keseha kesehatan, tan, seperti seperti batuk batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian. Gejala klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan: 1.
2.
Geja ejala Re Respira pirato torrik •
Batuk lebih dari 3 minggu
•
Dahak (sputum)
•
Batuk darah
•
Sesak nafas
•
Nyeri dada
•
Wheezing
Gejala Sistemik •
Demam dan menggigil
•
Penurunan berat badan
•
Rasa lelah dan lemah (Malaise)
31 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
•
Berkeringat banyak terutama di malam hari
•
Tidak ada nafsu makan (Anoreksia)
•
Sakit-sakit pada otot (Mialgia)
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS PARU Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan suatu “definisi kasus” yang meliputi empat hal, yaitu : 1) Lokasi Lokasi atau organ organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra ekstra paru paru 2) Bakteriologi Bakteriologi ; hasil hasil pemeriksaan pemeriksaan mikrosko mikroskopis pis : BTA BTA positif positif dan BTA BTA negatif negatif 3) Tingka Tingkatt keparaha keparahan n penyak penyakit it : ringan ringan atau atau berat berat 4) Riwayat Riwayat pengobatan pengobatan TB TB sebelumnya sebelumnya : baru atau atau sudah sudah pernah pernah diobati diobati
Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah 1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai 2. Registrasi kasus secara benar 3. Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif 4. Analisis kohort hasil pengobatan Beberapa istilah dalam definisi kasus:
1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis oleh dokter. Mycobacterium 2. Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat diperlukan untuk:
32 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
( undertreatment ) sehingga 1. Menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment
2. Mencegah timbulnya resistensi, ( overtreatment ) sehingga 3. Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment ( cost-effective)) 4. Meningkatkan pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective
5. Mengurangi efek samping.
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan BTA sputum a. Tube Tuberk rkulo ulosi siss paru paru BTA BTA ( + ) adal adalah ah : i. Sekuran Sekurang-k g-kuran urangn gnya ya 2 dari 3 spesimen spesimen dahak menunju menunjukk kkan an hasil BTA positif ii. Hasil pemeriks pemeriksaan aan satu specimen specimen dahak dahak menunjuk menunjukkan kan hasil hasil BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ganbaran tuberculosis aktif iii. Hasil Hasil pemeriks pemeriksaan aan satu specime specimen n dahak menunju menunjukka kkan n BTA positif positif dan biakan positif b. Tube Tuberk rkulo ulosi siss paru paru BTA BTA (-) (-) i. Hasil Hasil pemeriksa pemeriksaan an dahak 3 kali menunju menunjukka kkan n BTA negatif, negatif, gambara gambaran n klinis dan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif
ii. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan Myccobacterium tuberculosis positif
d. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
33 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu: 1) Kasu asus baru Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Relaps) 2) Kasus kambuh ( Relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur). Default ) 3) Kasus setelah putus berobat ( Default ) Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan minimal 1 bulan dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif atau BTA negatif. Failure) 4) Kasus setelah gagal ( Failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
( Transfer In) In) 5) Kasus Pindahan (Transfer Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya. 6) Kasu asus lai lain n: Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan. Catatan:
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal, default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan secara patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis spesialistik.
TB paru juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) TB Paru Paru BTA BTA (+) (+) yait yaitu: u: •
Dengan atau tanpa gejala.
34 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
•
Gambaran radiology sesuai dengan TB paru.
2) TB par paru u BT BTA (-) (-) •
Gejala klinik dan gambaran radiologi sesuai dengan TB paru.
•
BTA (-).
3) Bekas ekas TB par paru u •
BTA (-).
•
Gejala klinik tidak ada, ada gejala sisa akibat kelainan paru yang di tinggalkan.
•
Radiolg Radiolgii menunj menunjukk ukkan an gambar gambaran an lesi lesi TB inaktif, inaktif, terlebi terlebih h gambara gambaran n serial serial menunjukan foto yang sama
•
Riwayat pengobatan TB (+)
Sedangkan WHO membagi penderita TB atas 4 kategori: 1. Kategori I :
kasus baru dengan dahak (+) dan penderita dengan keadaan berat seperti menin meningi gitis tis,, TB milie milier, r, perik perikard arditi itis, s, perit periton oniti itis, s, spon spondi dilit litis is deng dengan an gangguan neurologik dan lain-lain.
2. Kategori II:
kasus kambuh atau gagal dengan dahak yang tetap (+).
3.
kasus kasus deng dengan an dahak dahak (-), (-), tetapi tetapi kela kelaina inan n paru paru tidak tidak luas luas dan kasu kasuss TB
Kateg Kategori ori III: III:
diluar paru selain kategori I. 4.
Kategori IV:
tuberkulosis kronik.
KRITERIA DIAGNOSIS Diagnosis penyakit tuberculosis didasarkan pada: 1. Anam Anamnes nesis is dan dan pem pemeri eriksa ksaan an fisi fisik k Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda: a.
Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronkhi basah).
35 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
b.
Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
c.
Secret di saluran nafas dan ronkhi.
d.
Suara nafas amforik amforik karena karena adanya kavitas kavitas yang berhubun berhubungan gan langsung langsung dengan dengan bronchus.
2. Labo aborato ratori riu um a.
Kultur sp sputum.
b.
Manto Mantoux ux Test Test/Tu /Tube berk rkul ulin in Test. Test.
c.
Biop Biopsi si jarum jarum pada pada jaring jaringan an paru. paru.
3. Radiologis Foto Thoraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB yaitu: a.
Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apical lobus bawah.
b.
Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular).
c.
Adan Adanya ya kavit kavitas, as, tung tungga gal, l, atau atau gand ganda. a.
d.
Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
e.
Adanya kalsifikasi.
36 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
f.
Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
g.
Bayangan milier.
Gambar3: Uji Tuberkulin
PENATALAKSANAAN MEDIS Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
37 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut: •
OAT haru haruss diberik diberikan an dalam dalam bentuk bentuk komb kombinas inasii beberap beberapaa jenis obat, obat, dalam dalam juml jumlah ah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal tunggal (monoterapi). (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombina OAT-Kombinasi si Dosis Tetap (OAT-KDT (OAT-KDT)) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
•
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan menelan obat, dilakukan pengawasan pengawasan langsung langsung (DOT = Directly Observed Treatment Treatment ) oleh oleh seorang seorang Pengawas Pengawas Menelan Menelan Obat Obat (PMO).
•
Pengo Pengobata batan n TB dibe diberika rikan n dalam dalam 2 tahap, tahap, yaitu yaitu tahap tahap intensi intensiff dan lanjut lanjutan. an.
Tahap awal (intensif)
•
Pada Pada tahap tahap intens intensif if (awal) (awal) pasien pasien mendap mendapat at obat setiap setiap hari hari dan dan perlu perlu diawa diawasi si secara secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
•
Bila Bila pengoba pengobatan tan tahap tahap intensi intensiff tersebut tersebut diberik diberikan an secara secara tepat, tepat, biasany biasanyaa pasien pasien menula menular r menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
•
Sebagia Sebagian n besar besar pasien pasien TB BTA BTA positif positif menjad menjadii BTA negatif negatif (konve (konversi) rsi) dalam dalam 2 bulan. bulan.
Tahap Lanjutan
•
Pada Pada tahap tahap lanju lanjutan tan pasien pasien menda mendapat pat jenis jenis obat lebih lebih sedikit sedikit,, namu namun n dala dalam m jangk jangkaa waktu yang lebih lama.
38 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
•
Tahap Tahap lanjut lanjutan an penti penting ng untu untuk k memb membun unuh uh kuma kuman n persister sehingga sehingga mencegah mencegah terjadinya kekambuhan
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia •
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:
•
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
Kategori Anak: 2HRZ/4HR Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), (OAT-KDT), sedangkan sedangkan kategori anak sementara sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
•
Paket Kombipak. Adalah Adalah paket paket obat obat lepas lepas yang yang terdiri terdiri dari Isonias Isoniasid, id, Rifampi Rifampisin sin,, Pirazina Pirazinamid mid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan. KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB: 1) Dosis Dosis obat dapat disesua disesuaikan ikan dengan dengan berat badan sehingg sehinggaa menjam menjamin in efektifitas efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan. 3) Jumlah Jumlah tablet yang yang ditelan ditelan jauh jauh lebih sedikit sehingg sehinggaa pemberian pemberian obat obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien Paduan OAT dan peruntukannya. peruntukannya. a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
39 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
• Pasien baru TB paru BTA positif. • Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif • Pasien TB ekstra paru
b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya: • Pasien kambuh • Pasien gagal • Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat ( default )
40 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
c. OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien, baru tanpa indikasi yang jelas
41 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua.
Pemantauan Hasil Kemajuan Pengobatan TB Pemanta Pemantauan uan kemajua kemajuan n hasil hasil pengob pengobatan atan pada pada orang orang dewasa dewasa dilaks dilaksanak anakan an dengan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik untuk TB. Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan spesimen sebanyak dua kali (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen tersebut negatif. Bila salah satu spesimen positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif.
42 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
43 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
b. Hasil Pengobatan Pasien TB BTA positif Sembuh
Pasien Pasien telah telah menyele menyelesaik saikan an pengoba pengobatann tannya ya secara secara lengkap lengkap dan pemerik pemeriksaa saan n ulang ulang dahak dahak ( follow-up) follow-up) hasilnya negatif pada AP dan pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya
Pengobatan Lengkap
Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.
44 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
Meninggal
Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
Pindah
Adala Adalah h pasie pasien n yang yang pinda pindah h berob berobat at ke unit unit deng dengan an regist register er TB 03 yang yang lain lain dan dan hasil hasil pengobatannya tidak diketahui.
Default (Putus berobat)
Adal Adalah ah pasi pasien en yang yang tida tidak k bero beroba batt 2 bula bulan n bert bertur urut ut-t -tur urut ut atau atau lebi lebih h sebe sebelu lum m masa masa pengobatannya selesai.
Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya dahaknya tetap positif atau kembali menjadi menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS a. Kehamilan
Pada prinsipnya pengo pengobatan batan TB pada kehamilan tidak berbeda berbeda dengan dengan pengobatan pengobatan TB pada pada umum umumny nya. a. Menu Menurut rut WHO, WHO, hamp hampir ir semu semuaa OAT OAT aman aman untu untuk k keha kehamil milan, an, kecu kecuali ali streptom streptomisin isin.. Strept Streptomis omisin in tidak tidak dapat dapat dipaka dipakaii pada pada kehami kehamilan lan karena karena bersifa bersifatt permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta. placenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya supaya pros proses es kela kelahir hiran an dapa dapatt berja berjala lan n lanca lancarr dan bayi bayi yang yang akan akan dila dilahir hirka kan n terhi terhind ndar ar dari dari kemungkinan tertular TB.
b. Ibu menyusui dan bayinya
Pada prinsipnya pengobatan pengobatan TB pada ibu menyusui menyusui tidak berbeda berbeda dengan dengan pengobatan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang mender menderita ita TB harus harus mendap mendapat at paduan paduan OAT secara adekua adekuat. t. Pember Pemberian ian OAT OAT yang yang tepat tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kuman TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.
45 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
c. Pasien TB pengguna kontrasepsi
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB), sehingga sehingga dapat menurunkan menurunkan efektifitas kontrasepsi kontrasepsi tersebut. tersebut. Seorang Seorang pasien TB sebaiknya sebaiknya mengggunak mengggunakan an kontrasepsi kontrasepsi non-hormo non-hormonal, nal, atau kontrasepsi kontrasepsi yang mengandung mengandung estrogen dosis tinggi (50 mg).
d. Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDS
Tatalak Tatalaksana sanan n pengob pengobata atan n TB pada pada pasien pasien denga dengan n infeks infeksii HIV/AID HIV/AIDS S adalah adalah sama sama seperti pasien TB lainnya. Obat TB pada pasien HIV/AIDS sama efektifnya dengan pasien TB yang yang tida tidak k dise disert rtai ai HIV HIV/AID /AIDS. S. Prin Prinsi sip p peng pengob obat atan an pasi pasien en TB-H TB-HIV IV adal adalah ah deng dengan an mendahulukan pengobatan TB. Pengobatan ARV( antiretroviral ) dimulai berdasarkan stadium klin klinis is HIV sesu sesuai ai deng dengan an stan standa darr WHO. WHO. Peng Penggu guna naan an sunt suntik ikan an Stre Strept ptom omis isin in haru haruss memperhatikan memperhatikan Prinsip-prinsi Prinsip-prinsip p Universal Precaution (Kewaspadaan (Kewaspadaan Keamanan Keamanan Universal) Universal) Pengobatan pasien TB-HIV sebaiknya diberikan secara terintegrasi dalam satu UPK untuk menjaga kepatuhan pengobatan secara teratur. Pasien TB yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu dirujuk ke pelayanan VCT (Voluntary ( Voluntary Counceling and Testing = Testing = Konsul sukarela dengan test HIV).
e. Pasien TB dengan hepatitis akut
Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik, ditunda sampai sampai hepatit hepatitis is akutnya akutnya mengal mengalami ami penyem penyembu buhan. han. Pada Pada keadaan keadaan dimana dimana pengoba pengobatan tan Tb sangat diperlukan dapat diberikan streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin (R) dan Isoniasid (H) selama 6 bulan.
f. Pasien TB dengan kelainan hati kronik
Bila ada kecurigaan kecurigaan gangguan faal hati, dianjurkan pemeriksaan pemeriksaan faal hati sebelum sebelum pengobatan pengobatan Tb. Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali OAT tidak diberikan dan bila telah dalam pengobatan, harus dihentikan. Kalau peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan dapat dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat. Pasien dengan kelainan hati, Piras Pirasina inami mid d (Z) (Z) tidak tidak bole boleh h digun digunak akan. an. Padu Paduan an OAT OAT yang yang dapat dapat dian dianju jurka rkan n adala adalah h 2RHES/6RH atau 2HES/10HE.
46 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
g. Pasien TB dengan gagal ginjal
Isoniasid (H), Rifampisin (R) dan Pirasinamid (Z) dapat di ekskresi melalui empedu dan dapat dicerna menjadi senyawa-senyawa yang tidak toksik. OAT jenis ini dapat diberikan dengan dosis dosis standar standar pada pada pasien pasien-pas -pasien ien dengan dengan gangg gangguan uan ginjal. ginjal.Stre Strepto ptomisi misin n dan Etambut Etambutol ol diekskresi melalui ginjal, oleh karena itu hindari penggunaannya pada pasien dengan gangguan ginjal. ginjal. Apabila Apabila fasilita fasilitass pemanta pemantauan uan faal ginjal ginjal tersed tersedia, ia, Etambu Etambutol tol dan Streptom Streptomisin isin tetap tetap paling aman untuk pasien dengan gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR.
h. Pasien TB dengan Diabetes Melitus
Diabetes harus dikontrol. Penggunaan Rifampisin dapat mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil urea) sehingga dosis obat anti diabetes perlu ditingkatkan. Insulin dapat digunakan untuk mengontrol gula darah, setelah selesai pengobatan TB, dilanjutkan dengan anti anti diab diabete etess oral. oral. Pada Pada pasie pasien n Diab Diabet etes es Melli Mellitu tuss serin sering g terjad terjadii komp komplik likasi asi retino retinopa pathy thy diabetika, oleh karena itu hati-hati dengan pemberian etambutol, karena dapat memperberat kelainan tersebut.
i. Pasien TB yang perlu mendapat tambahan kortikosteroid
Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yang membahayakan jiwa pasien seperti: •
Meningitis TB
•
TB milie milierr den denga gan n ata atau u tan tanpa pa menin meningi gitis tis
•
TB dengan Pleuritis eksudativa
•
TB dengan Perikarditis konstriktiva. konstriktiva.
Selama fase akut prednison diberikan dengan dosis 30-40 mg per hari, kemudian diturunkan secara bertahap. Lama pemberian disesuaikan dengan jenis penyakit dan kemajuan pengobatan.
j. Indikasi operasi
Pasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi (reseksi paru), adalah: 1) Untuk TB paru: •
Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.
•
Pasien dengan dengan fistula bronkopleura bronkopleura dan empiema yang yang tidak tidak dapat dapat diatasi diatasi secara secara konservatif.
•
Pasien Pasien MDR MDR TB TB denga dengan n kelain kelainan an paru paru yang yang terlo terlokali kalisir. sir.
•
47 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
2) Untuk TB ekstra paru: Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya pasien TB tulang yang disertai kelainan neurologik.
EFEK SAMPING OAT DAN PENATALAKSANAANNYA
Tabel berikut, menjelaskan efek samping ringan maupun berat dengan pendekatan gejala.
Penatalaksanaan pasien dengan efek samping “gatal dan kemerahan kulit: Jika seorang seorang pasien pasien dalam pengobatan pengobatan OAT mulai mengelu mengeluh h gatal-gat gatal-gatal al singkirk singkirkan an dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti-histamin, sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien hilang, namun pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan kulit. Bila Bila keadaan keadaan seperti seperti ini, hentikan semua OAT. OAT. Tunggu Tunggu sampai sampai kemeraha kemerahan n kulit kulit tersebut tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk
48 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
•
Pada UPK Rujukan penanganan kasus-kasus efek samping obat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Bila jenis obat penyebab efek samping itu belum diketahui, diketahui, maka pemberian kembali OAT harus dengan cara “drug “drug challenging ” dengan menggunakan obat obat lepas lepas.. Hal Hal ini dima dimaks ksud udka kan n untu untuk k mene menentu ntuka kan n obat obat mana mana yang yang meru merupak pakan an penyebab dari efek samping tersebut.
•
Efek samping hepatotoksisitas bisa terjadi karena reaksi hipersensitivitas atau karena kelebihan dosis. Untuk membedakannya, semua OAT dihentikan dulu kemudian diberi kembali sesuai dengan prinsip dechallenge-rechalenge. Bila dalam proses rechallenge yang dimulai dengan dosis rendah sudah timbul reaksi, berarti hepatotoksisitas karena reakasi hipersensitivitas.
•
Bila Bila jenis jenis obat obat peny penyeb ebab ab dari dari reak reaksi si efek efek samp samping ing itu telah telah diket diketahu ahui, i, misal misalny nyaa pirasinamid atau etambutol atau streptomisin, maka pengobatan TB dapat diberikan lagi deng dengan an tanpa tanpa obat obat terse tersebu but. t. Bila Bila mung mungki kin, n, ganti ganti obat obat terse tersebu butt deng dengan an obat obat lain. lain. Lamanya pengobatan mungkin perlu diperpanjang, tapi hal ini akan menurunkan risiko terjadinya kambuh.
•
Kadang Kadang-kad -kadang ang,, pada pada pasien pasien timbul timbul reaksi reaksi hiperse hipersensit nsitivit ivitas as (kepek (kepekaan) aan) terhadap terhadap Isoniasid atau Rifampisin. Kedua obat ini merupakan jenis OAT yang paling ampuh sehingga merupakan obat utama (paling penting) dalam pengobatan jangka pendek. Bila pasien dengan dengan reaksi hipersensitivitas hipersensitivitas terhadap Isoniasid atau Rifampisin Rifampisin tersebut HIV HIV nega negatif tif,, mung mungkin kin dapa dapatt dilak dilakuk ukan an dese desensi nsitis tisas asi. i. Namu Namun, n, janga jangan n lakuk lakukan an desensitisasi pada desensitisasi pada pasien TB dengan HIV positif sebab mempunyai risiko besar terjadi keracunan yang berat.
PROGNOSIS 1.
Jika berobat te teratur se sembuh total (9 (95%). 2.
Jika Jika dalam dalam 2 tahun tahun penya penyakit kit tidak tidak aktif, aktif, hanya hanya sekita sekitarr 1 % yang mung mungkin kin relaps relaps..
KOMPLIKASI Menu Menurut rut Depk Depkes es RI (2002 (2002), ), meru merupa paka kan n komp komplik likas asii yang yang dapat dapat terja terjadi di pada pada pend pender erita ita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
49 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
1.
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengak mengakibat ibatkan kan kematia kematian n karena karena syok syok hipovo hipovolem lemik ik atau karena karena tersumb tersumbatny atnyaa jalan jalan napas.
2.
Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3.
Bronkiekt Bronkiektasis asis (pelebaran (pelebaran broncus broncus setempat) setempat) dan fibrosis fibrosis (pembe ntukan jari ngan ikat pada proses pemuli han atau reak reakti tif) f) pada pada paru paru
4.
Penyeb Penyebaran aran infeksi infeksi ke organ organ lain seperti seperti otak, otak, tulang, tulang, persendian, dan ginjal.
50 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u
DAFTAR PUSTAKA
American Thoracic Society . Diagnostic Standard and Classification of Tuberculosis in Adults and Children. Children. 2000. USA. Bahar, A. Tuberkulosis Paru dalam Soeparman, WS. Ilmu Penyakit Dalam, jilid II , Balai Penerbit FKUI, 2003: Jakarta.
Depa Depart rtem eman an Kese Keseha hata tan. n. Repu Republ blik ik Indo Indone nesi sia. a. Penanggulangan Penanggulangan Tuberkulosis Tuberkulosis, 2007: Jakarta.
Pedo Pedoma man n
Nasi Nasion onal al
E, Jewetz, Mikrobiology Untuk Profesi Kesehatan edisi 16, Fransisico (terjemahan), EGC, 2004: Jakarta. Wilson, Wilson, Price, Patofisio Price, Patofisiologi,Ko logi,Konsep-konsep nsep-konsep Klinis Proses-Proses Proses-Proses Penyakit , ed,4. EGC, 2004: Jakarta. World Health Organization. Treatment of Tuberculosis Guideline. Guideline. 2010 : Geneva, Switzerland World Health Organization. Global Tuberculosis Control. 2011 : Geneva, Switzerland
51 | L a p o r a n K a s u s T B P a r u