TAT TWAM ASI BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Tat Tat Twam Asi Tat Tat Twam Asi Asi berasal dari ajaran agama Hindu di India. Artiny Artinyaa : “aku adalah engkau,
engkau adalah aku”. il!s!"i yang termuat dari ajaran ini adalah bagaimana kita bisa berem#ati, merasakan a#a yang tengah dirasakan !leh !rang yang di dekat kita. $etika kita menyakiti !rang lain, maka diri kita #un tersakiti. $etika kita men%ela !rang lain, maka kita #un ter%ela. Maka dari itu, bagaimana menghayati #erasaan !rang lain, bagaimana mereka beres#!n akibat dari tingkah laku kita, demikianlah hendaknya ajaran ini menjadi dasar dalam bertingkah laku . &i dalam bahasa Sansekerta, kata ”tat” berasal dari suku kata ”tad” yang berarti ”itu” atau ”dia”. $ata ”t'am( berasal dari suku kata ”yusmad” yang berarti ”kamu” dan ”asi” berasal dari urat kata ” as)a* ” yang berarti ”adalah”. +adi se%ara sederhana kata ”Tat ” Tat Twam Asi” Asi ” bisa diartikan ” kamu adalah dia” atau ”dia adalah kamu”. &i dalam $atha #anisad dinyatakan. “nityo nityanam cetanas cetananam eko bahunam yo vidadhati kaman tam pitha-gam ye 'nupasyanti dhiras tesam santih sasvati netaresam” Artinya: “&iantara ke#ribadian yang kekal dan yang berkesadaran, ada satu ke#ribadian yang menyediakan menyediakan ke#erluan ke#erluan dari ke#ribadia ke#ribadian-ke#ri n-ke#ribadian badian yang lainnya. lainnya. rang bijaksana yang yang memuja ke#ribadian yang satu ini, yang bertem#at tinggal di alam/ya yang r!hani akan mam#u men%a#ai kedamaian sejati sedangkan yang lain, yang tidak memuja/ya tidak akan men%a#ai kedamaian”. &ari &ari sl!ka sl!ka ini ini da#a da#att kita kita sim# sim#ul ulka kan n bahw bahwaa tat tat t'am t'am asi asi berar berarti ti ”kam ”kamu u )semua makhluk hidu#* dan dia )Ida Sang Hyang Widhi Wasa* adalah sama”. $ata ”sama” di sini sini hendak hendakny nyaa tidak tidak disalah disalaharti artikan kan.. Ini tidak tidak berarti berarti bahwa bahwa kita kita se#enu se#enuhny hnyaa sama sama dengan dengan Tuhan, namun kita mem#unyai si"at yang sama dengan Tuhan dalam jumlah yang ke%il. &i dalam Srimad 0haga'ad 1ita, ke#ribadian Ida I da Sang Hyang Widhi Wasa Wasa bersabda: “mamaivamso jiva-loke jiva-bhutah sanatanah manah-sasthanindriyani prakrti-sthani karsati” Artinya:
“2ara makhluk hidu# di dunia material ini meru#akan #er%ikan terke%il dari diriku yang kekal. &isebabkan !leh keterikatan hidu#, mereka berjuang keras untuk menghada#i 3 indria termasuk #ikiran”. $ata ”mama e'a amsah” yang berarti #er%ikan terke%il-$u, mem#unyai makna yang sangat #enting. Se#erti %!nt!h, air yang diambil dari lautan dan dimasukan ke dalam gelas mem#unyai si"at yang sama dengan seluruh air laut. /amun air yang di dalam gelas tidak akan mam#u menghanyutkan desa, sedangkan ketika ben%ana sunami, air yang bersi"at sama yang berada di lautan mam#u menghan%urkan berbagai tem#at di berbagai negara. Meski#un air yang di dalam gelas sama dengan air laut, yaitu mem#unyai rasa yang sama dan juga m!lekul yang sama, teta#i #erbedaannya adalah jumlah dan kekuatan. Sama halnya, makhluk hidu# yang meru#akan #er%ikan terke%il dari ke#ribadian Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Sri 4isnu, maka mereka mem#unyai si"at yang sama dengan Tuhan yaitu sat, %id dan ananda )kekal, #enuh #engetahuan dan #enuh kebahagiaan*. Semua si"at ini dimiliki !leh #ara makhluk hidu# dalam jumlah yang terbatas, sedangkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa memiliki si"at tersebut dalam jumlah yang tidak terbatas. 2erbedaan lainnya adalah si"at murni yang dimiliki !leh makhluk hidu# sangat mudah diselubungi !leh khayalan sedangkan si"at Ida Sang Hyang Widhi Wasa tidak #ernah terselubungi. &engan demikian, meski#un makhluk hidu# #enuh kebahagiaan, namun karena diselubungi !leh khayalan, makhluk hidu# di dunia material ini berjuang keras untuk men%a#ai kebahagiaan dengan berbagai %ara. +adi ini adalah salah satu #engertian dari kata “Tat Twam Asi”, yang se%ara sederhana bisa diringkas sebagai berikut ”kamu #ara makhluk hidu# mem#unyai si"at yang sama dengan &ia )Tuhan*. $arena makhluk hidu# mem#unyai kesamaan dengan Tuhan, maka dengan menginsya"i dirinya melalui #r!ses 5!ga, sese!rang akan menda#at %!nt!h dan #engertian tentang Tuhan. Se#erti halnya dengan mengerti unsur yang menyusun setetes air laut, kita sudah bisa diangga# mengerti seluruh air di lautan teta#i di dalam jumlah yang berbeda. &engan mem#elajari setetes air laut kita akan bisa membayangkan unsur yang sama yang ada di dalam lautan, namun memiliki kekuatan dan jumlah yang jauh lebih besar. raian di atas meru#akan #engertian #ertama yang bisa diambil dari arti kata “Tat Twam Asi”. ntuk mengerti sedikit lebih lanjut tentang #engertian kata ini, kita akan menga%u ke#ada sebuah k!mentar dari se!rang a%arya )guru besar* #engajar 4eda yang telah mem#erjuangkan dan mem#ertahankan 4eda. 0eliau mengajarkan 4eda ke seluruh #el!s!k India #ada jaman #erkembangan #aham kek!s!ngan dari "ilsa"at 0udha di daerah India. 0eliau adalah Sri#ad 6amanuja%arya, se!rang a%arya yang hidu# sekitar sembilan ratus tahun yang
lalu. 0erdasarkan Sri#ad 6amanuja%arya, kata ”Tat Twam Asi” da#at diartikan sebagai berikut: ”Tasya T'am Asi”. Tasya berarti milik dia, jadi “Tasya T'am Asi” artinya ”$amu adalah milik &ia”. 0agaimana %ara menganalisa #engertian ini, kita akan bahas sedikit berdasarkan tata bahasa Sansekerta sebagai berikut: &i dalam bahasa Sansekerta, ada istilah yang disebut dengan ”samasa” yaitu gabungan kata yang membentuk kalimat baru dan arti yang sama. $etika bebera#a kata di dalam kalimat digabungkan, maka masing-masing kata tersebut kembali ke suku kata dasarnya dan kata terakhir mengambil bentuk sesuai dengan #eranan di dalam kalimat, a#akah sebagai subjek, #redikat atau !bjek. &i dalam kata “Tat Twam Asi”, kata (tatt'am( bisa diangga# sebagai suatu gabungan kata di dalam sebuah kalimat. $alimat ini berasal dari kalimat ”tasya t'am”, kemudian ketika digabungkan, kata ”tasya” kembali ke kata dasarnya, yaitu ”tad”. Maka akan menjadi ”tad-t'am”. $emudian berdasarkan aturan sandi, huru# ”d” yang diikuti !leh huru" ”t” akan berubah menjadi ”t”, maka kita menemukan kata ”tat t'am”. ntuk membentuk sebuah kalimat, maka kata-kata yang digabungkan harus memiliki kata kerja. &engan demikian kata kerja ”as)a*” yang berarti ”adalah” ditambahkan di dalam kalimat tersebut. $arena t'am )kamu* adalah !rang kedua tunggal, maka kata kerja ”as)a*”, berdasarkan aturan tata bahasa Sansekerta akan berubah menjadi ”asi”. &engan demikian kita menda#atkan kata “Tat Twam Asi”, yang artinya kamu adalah milik-/ya. $alimat ”$amu adalah milik-/ya”, berarti semua makhluk hidu# meru#akan milik ke#ribadian Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah sumber segala sesuatu, dan segala seuatu berada di bawah kendali 0eliau. 2ernyataan ini juga ditemukan di dalam 0haga'ad 1ita sebagai berikut, “aham sarvasya prabhavo mattah sarvam pravartate iti matva bhajante mam budha bhava-samanvitah” Artinya: “Aku adalah sumber dari segala sesuatu baik alam material mau#un alam r!hani. Segala sesuatu berasal dari diri$u. rang bijaksana yang mengetahui ini se%ara sem#urna menekuni #engabdian su%i bhakti dan menyembah$u dengan se#enuh hatinya”. &engan demikian, ini meru#akan tugas dari semua makhluk hidu#, khususnya umat manusia untuk mengabdikan diri ke#ada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Singkat kata, arti kedua yang bisa diambil dari kata tat t'am asi adalah sebagai berikut, “kita semua sebagai makhluk hidu# meru#akan milik Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berkewajiban untuk menyembah 0eliau”. 2engertian yang lain dari kalimat tat t'am asi adalah berhubungan dengan ”+i'a”, yang nantinya akan menghubungkan kita dengan hukum karma #hala. ”$amu adalah dia” dan ”dia
adalah kamu” bisa juga diartikan bahwa kita, #ara ji'a, yang meru#akan #er%ikan terke%il dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atau dengan kata lain sebagai %i#taan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, mem#unyai si"at dan hak yang sama antara yang satu dengan yang lain. $arena itu, ketika kita melakukan suatu karma atau akti'itas, itu akan selalu berhubungan dengan makhluk lain. 2.2.
Konsep Tat Twam Asi dalam mewujudan Kreta !agad"ita
&alam Hindu untuk mewujudkan $reta +agadhita atau men%i#takan kesejahteraan dalam kehidu#an #erlu didasari atas k!nse#si “Tat Twam Asi” yang mengisyaratkan #entingnya s!lidaritas dalam kehidu#an bermasyarakat sehingga terbentuk kehidu#an masyarakat yang sejahtera. &alam kitab 0hagawata 2urana: 78.99.; disebutkan sebagai berikut: “Adalah kewajiban bagi setiap orang untuk mendedikasikan (membaktikan) hidupnya intelejensi (kepandaiannya) kekayaannya kata-katanya dan pekerjaannya bagi kesejahteraan mahluk lain” Agama Hindu mengajarkan adanya ajaran t!leransi umat beragama agar ter%i#tanya kesejahteraan, se#erti diterangkan !leh I $etut Wiana, Wakil Sekjen 2arisada Hindu &harma Ind!nesia bahwa banyaknya agama yang diturunkan !leh Tuhan adalah suatu kebijaksaan Tuhan. +alan yang berbeda-beda itu memiliki satu tujuan yaitu jalan menuju Tuhan. &isam#ing itu sebagai makhluk s!sial umat Hindu tidak semata-semata rukun dengan sesama manusia. Teta#i juga harus harm!nis se%ara 4erti%al dan H!ri
janganlah sekali-kali menyakiti hati !rang lain. &an sebaliknya bantulah !rang lain seda#at mungkin kamu membantunya, karena sebenarnya semua tindakan kita juga untuk kita sendiri. 0ila dihayati dan diamalkan dengnan baik, maka akan tyerwujud suatu kerukunan. &alam u#anisad dikatakan: “0rahma atma aikhyam”, yang artinya 0rahman )Tuhan* dan atman sama. 2.#.
Implementasi onsep Tat Twam Asi dalam mewujudan Kreta !agad"ita
Sistem kekeluargaan dan kekerabatan adalah sebuah %iri yang melekat #ada seluruh kebudayaan di Ind!nesia. Tidak terke%uali #ada masyarakat Hindu di 0ali. Sistem tersebut menjadi hukum adat bagi ter%i#tanya hubungan antara manusia dengan manusia. Hubungan antarmanusia dalam ajaran Hindu di 0ali tertuang dalam "il!s!"i “Tat Twam Asi” sebagai dasar hukum. Se%ara har"iah Tat artinya ia, Twam artinya kamu, dan Asi artinya adalah. Se%ara keseluruhan berarti “ ia adalah kamu”. Saya adalah kamu dan segala mahkluk adalah sama. Ini berarti men!l!ng !rang lain berarti men!l!ng diri sendiri. &an menyakiti !rang lain berarti #ula menyakiti diri sendiri. 2rinsi# dasar Tat Twam Asi ini dalam kehidu#an adat 0ali diberi #engertian ke dalam asas-asas sebagai berikut. a. b.
Asas suka duka, artinya dalam suka dan duka dirasakan bersama-sama. Asas paras paros, artinya !rang lain adalah bagian dari diri sendiri dan diri sendiri adalah
bagian dari !rang lain. %. Asas salunglung sabayantaka, artinya baik buru, mati hidu# ditanggung bersama. d. Asas saling asih, saling asah, saling asuh, artinya saling menyayangi atau men%intai, saling memberi dan meng!reksi, serta saling t!l!ng men!l!ng antar sesama hidu#. Masyarakat Hindu 0ali biasanya menyediakan diri untuk datang ke rumah atau ke tem#at warga masyarakat yang lain yang mem#unyai atau mengadakan suatu kegiatan misalnya u#a%ara, membangun rumah, selamatan dan lain-lain. Akti"itas ini meru#akan #engejawantahan dari asas “Tat Twam Asi”, yang lebih dikenal dengan nama !etelulung . Selain itu, ada juga adat mejotan, yaitu memberi sejenis kue atau makanan atau buah buahan ke#ada tetangga atau sahabat-sahabat lainnya ketika sese!rang mengadakan suatu u#a%ara atau selesai mengadakan selamatan tertentu. &alam menjaga hubungan baik antara manusia dengan manusia, rasa h!rmat memanglah sangat #enting untuk di#erhatikan. 0agaimana anak muda mengh!rmati yang tua, dan yang tua menghargai yang muda. 2engh!rmatan dalam masyarakat 0ali tidak didasarkan atas ek!n!mi atau kekayaan. &alam masyarakat 0ali, ada tiga kel!m#!k yang dituakan, disebut Tri $ang Sinanggeh Werda )mahuta*, di antaranya sebagai berikut. a.
"ahya "erda, mereka yang disebut tua karena usianya.
b.
#nana "erda, mereka yang disebut tua karena ketinggian ilmu #engetahuannya,
baik ilmu #engetahuan keduniawian mau#un ker!hanian. %. Tepo "erda, mereka yang disebut tua karena telah banyak menimba #engalan hidu#. $etiga kel!m#!k ini dalam masyarakat adat 0ali selalu menda#atkan #engh!rmatan yang sesuai dengan kekuatan yang dimiliki dan selalu di#erhitungkan dalam setia# a%ara atau kegiatan sesuai dengan #r!#!rsinya masing-masing. Masyarakat Hindu di 0ali meyakini bahwa menjaga hubungan antar sesama manusia meru#akan wujud ke#er%ayaan agama hindu dan sebagai jalan untuk mewujudkan keselamatan dan kedamaian. Semua ini tidak lain agar ter%i#tanya kehidu#an yang $reta +agadhita. Sebagai ilustrasi #enera#an ajaran “Tat Twam Asi” yang lain dalam kehidu#an seharihari di%!nt!hkan sebagai berikut: 0ila kita menunjuk !rang lain dengan menggunakan jari tangan, ternyata s#!ntanitas hanya 9 )dua* jari saja menunjuk !rang lain, selebihnya )tiga* jari lainnya menunjuk #ada diri kita sendiri. $esim#ulannya #erbandingan #r!sentase menunjuk !rang lain dan menunjuk diri sendiri )=8:38 >*, lebih besar #resentase yang ditujukan ke#ada diri sendiri. 0erarti bila kita mengatakan !rang lain jahat, sesungguhnya diri kita sendiri jauh lebih jahat dari !rang lain yang kita tuduh berbuat kejahatan. &emikian juga sebaliknya, bila mengatakan baik ke#ada !rang lain tentu diri kita lebih baik dari mereka. ?ebih #arah lagi bila menunjuk dalam keadaan kesal, d!ngk!l, dan em!si!nal tinggi tentu akan menunjuk !rang lain dengan tangan dike#al, maka se#enuhnya )788>* jari tangan menunjuk atau mengalamatkan a#a yang diu%a#kan itu tertuju #ada diri kita sendiri. 2andangan ini mengkristal dalam u#aya membina terwujudnya kerukunan hidu# beragama, kehidu#an yang sejahtera )$reta +agadhita* yang berlandaskan #ada #rinsi# kebenaran ajaran “Tat Ttwam Asi. leh karena itu, tidak alasan untuk menjelek-jelekkan atau menyakiti !rang lain. Maka dari itu berbuat baiklah ke#ada !rang lain atau agama lain, bahkan ke#ada semua makhluk hidu# lainnya di muka bumi ini, tan#a terke%uali. Ajaran tattwam asi mengajak setia# !rang #enganut agama untuk turut merasakan a#a yang sedang dirasakan !rang lain. Sese!rang bila menyakiti !rang lain sebenarnya ia telah bertindak menyakiti aatau menyiksa dirinya sendiri, dan sebaliknya bila telah membuat !rang lain menjadi senang dan bahagia, maka sesungguhnya dirinya sendirilah yang ikut merasakan kebahagiaan itu juga.
Tattwam asi meru#akan kata kun%i untuk da#at membina agar terjalinnya hubungan yang serasi atas dasar “asah, asih, dan asuh” di antara sesama hidu#. &alam Sarasamus%aya: 7@, menyatakan: “$rang ari% bijaksana melihat semuanya sama baik kepada brahmana budiman yang rendah hati maupun terhadap makhluk hidup lainnya orang yang hina papa sekalipun walaupun perbuatan jahat yang dilakukan orang terhadap dirimu perbuatan seperti orang sadhu hendaknya sebagai balasanmu& #anganlah sekali-kali membalas dengan perbuatan jahat sebab oprang yang berhasrat berbuat kejahatan itu pada hakekatnya akan menghancurkan dirinya sendiri” &alam u#aya mewujudkan kehidu#an yang $reta +agadhita atau kehidu#an yang sejahtera dan rukun, selain k!nse# “Tat Twam Asi” ditera#kan sehari-hari antar sesama, juga #erlu ditera#kan dalam kehidu#an intern umat beragama. Agar kerukunan ini ter%a#ai, #erlu ditera#kannya k!nse# “Tat Twam Asi”. Se#erti halnya da#at ditem#uh dengan bebera#a #endekatan se%ara manusiawi )tan#a kekerasan* melalui jalan musyawarah intern umat beragama, musyawarah antar umat beragama melalui wadah yang sudah %uku# gen%ar mengadakan dial!g dan juga #ertemuan atau musyawarah antara umat beragama dengan #emerintah. Melalui %ara-%ara se#erti itu dihara#kan semakain sering diadakan temu muka antara t!k!h-t!k!h agama, berk!munikasi langsung saling mengenal satu sama lainnya, duduk berdam#ingan satu sama lainnya membahas masalah kerukunan. Sehingga semakin da#at menghilangkan #rasangka buruk sebagai bentuk kesalah #ahaman diantara sesama #enganut umat beragama. Semua ini da#at terwujud hanya melalui terbinanya kesadaran akan hidu# bersama se%ara berdam#ingan, kesadaran saling membutuhkan, saling melengka#i satu sama lainnya, nis%aya kerukunan hidu# beragama da#at terwujud. $erukunan hidu# beragama menjadi dambaan kita semua, sebab bila hal ini terwujud, maka kita akan da#at merasakan satu kedamaian. $erukunan #erlu di#u#uk, dan dikembangkan dalam rangka menumbuhkan rasa kesadaran umat beragama, sehingga terwujudnya rasa #ersatuan dan kesatuan bangsa sesuai bunyi sl!gan lambang negara kita “0hineka Tunggal ika” yang artinya berbeda-beda teta#i teta# satu jua. ngka#an ini %!%!k dengan k!ndisi negara re#ublik Ind!nesia yang terdiri dari beraneka ragam agama, kebudayaan, adat istiadat, etnis dan lain sebagainya, namun #ada hakekatnya kita semua adalah satu, yaitu satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air, sebagaimana telah diikrarkan dalam sum#ah #emuda. 0ila dihayati, keadaan yang beraneka ragam agama akan mewujudkan suatu keindahan. 0erbhineka dalam keesaan )berbeda dalam kesatuanunity in di'ersity*. Se#erti halnya saebuah
taman bunga yang tumbuh di sekeliling taman membuat taman menjadi indah. $ita sebagai k!m#!nen bangsa Ind!nesia harus menyadarai k!ndisi yang demikian. 2engalaman sejarah membuktikan bahwa keberhasilan dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa Ind!nesia berkat tergalangnya rasa #ersatuan dan kesatuan bangsa, sehingga kita mam#u mewujudkan kemerdekaan. Selain im#lementasi di atas, %!nt!h yang lain adalah ketika kita melakukan kegiatan yang saleh terhada# !rang lain, se#erti memberi sedekah. $arena dia adalah kamu dan kamu adalah dia, dengan demikian, sekarang dia )salah satu r!h* menerima sedekah dari kamu )yang juga meru#akan sang r!h*, maka suatu hari dia mesti dan #asti akan memberi sedekah ke#adamu. Itu meru#akan hukum alam. Sama halnya sekarang kamu membunuh dia di dalam bentuk seek!r binatang, karena sang r!h diuraikan ber#indah dari badan yang satu ke badan yang lain setelah meninggal di dalam #r!ses reinkarnasi, ”dehin! smin yatha dehe kaumaram yau'anam jara” , maka suatu hari nanti waktu akan mengatur dimana dia akan menda#at badan manusia dan kamu menda#at badan binatang. Saat itu, giliran dia yang akan membunuh kamu. Ini meru#akan suatu keadilan Tuhan di dalam bentuk hukum alam. &engan demikian, ajaran tat t'am asi juga bisa diambil dari segi s!sial se#erti %!nt!h diatas. $arena dia adalah kamu dan kamu adalah dia, maka kita harus berusaha mem#erlakukan setia# ji'a dengan baik se#erti kita mem#erlakukan diri kita sendiri. $alimat “Tat Twam Asi” dalam arti ini sangat berhubungan erat dengan istilah Tri Hita $arana, yaitu bagaimana seharusnya kita, sebagai makhluk s!sial, berhubungan dengan lingkungan di sekitar kita yaitu alam beserta isinya dan menyadari bahwa semuanya adalah %i#taan Tuhan. $arena itu kita semestinya memelihara %i#taan Tuhan se#erti kita memelihara diri kita sendiri. &engan demikian kesejahteraan semua umat akan ter%a#ai dengan ditera#kannya k!nse# “Tat Twam Asi” ini. &alam kehidu#an, a#abila k!nse# “Tat Twam Asi” tidak ditera#kan, kesejahteraan tidak akan #ernah ter%a#ai, karena eg!isme yang tinggi akan mem#engaruhi setia# indi'idu. Ada#un %!nt!h k!nse# “Tat Twam Asi” tidak ditera#kan, yaitu adanya k!n"lik antar desa atau antar banjar menjadi bukti nyata. $etika “Tat Twam Asi” tidak bisa dijadikan a%uan, k!n"lik akan makin melebar. &am#aknya akan ada kase#ekangi )#engu%ilan*. $alau sudah kase#ekang, sembahyang ke #ura #un tidak b!leh, a#alagi mau ngaben. Suatu saat nanti se#ertinya #erlu kuburan umum, desa umum dan #edanda umum bagi mereka yang kena kase#ekang. &ari %!nt!h ini da#at kita lihat, a#abila ajaran “Tat Twam Asi” tidak bisa kita tera#kan tentunya hanya akan berdam#ak buruk bagi kehidu#an bermasyarakat, $reta +agadhita akan semakin menjauh dari kehidu#an kita, karena semua !rang hanya akan menjalankan
kehendaknya sendiri, !rang 0ali menyebutnya “nganggoang kite”. &an sebaliknya a#abila k!nse# ini ditera#kan, tentunya tidak akan ada istilah mustahil
kesejahteraan akan segera
terwujud. Sanskerta: तत वम अस atau तवमस * adalah kalimat Sanskerta. Se%ara har"iah, kalimat ini berarti BItu adalah kauB )jika di#adankan dengan bahasa Inggris dari rum#un bahasa Ind!-Cr!#a maka diartikan That tat thou twam art asi atau That you are*. $alimat ini meru#akan salah satu !ahvkya )Semb!yan tama* dalam Sanatana &harma berlandaskan "eda. Mulanya kalimat ini mun%ul dalam kitab *handogya +panishad 3.D.@, E7F dalam dial!g antara dalaka dan #utranya, SwetaketuG kalimat ini mun%ul #ada bagian akhir, dan diulangulang #ada bagian selanjutnya. Makna kalimat ini adalah sang diridalam k!ndisi asli, murni, tulenmeru#akan bagian yang identik atau #ersis dengan kebenaran sejati yang meru#akan dasar atau asal dari segala "en!mena di dunia. Tat twam asi ) bahasa
2erguruan Adwaita yang didirikan Adi Shankara menekankan #entingnya !ahvkya tersebut )dan tiga lainnya dari tiga +panishad lainnya*. Tat twam asi berarti Bitu adalah kauB. B$auB di sini menga%u #ada substrat yang tak le#as dari setia# indi'idu. Hal tersebut bukanlah tubuh, #ikiran, #an%a indra, atau sesuatu yang da#at teramati. Hal tersebut adalah sesuatu yang #aling dasar, jauh dari segala si"at keakuan. &alam #engertian ini, BkauB berarti atman. Cntitas yang dimaksud dengan kata BituB, menurut "eda, adalah 0rahman, realitas yang melam#aui segala sesuatu yang terbatas. 2erguruan "eda lainnya memberikan #ena"siran yang berbeda-beda mengenai kalimat tersebut: •
•
•
•
Suddhadwaita: kesatuan dalam BesensiB antara tat dan diri indi'iduG namun tat adalah keseluruhan sementara sang diri hanyalah bagian. Wisistadwaita: identitas diri indi'idu sebagai bagian dari keseluruhan yang dinyatakan !leh tat, yaitu 0rahman. &waitadwaita: kesamaan dan #erbedaan yang setara antara sang diri sebagai bagian dari suatu keseluruhan yang dinyatakan dengan tat. A%intya 0heda Abheda: kesatuan dan #erbedaan yang tak ter#ikirkansulit dibayangkan antara sang diri sebagai bagian dari keseluruhan yang dinyatakan dengan tat.